Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

PERBEDAAN AKUNTANSI SYARIAH DAN AKUNTANSI KONVENSIONAL


MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH
KELAS D
DOSEN PENGAMPU: SULVARIANY TAMBURAKA, SE., M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

SILVIA B1C121193
SITTI AYU SELFIASARI B1C121194
TRY ANNISA AMALIA B1C121196
ULMY APRIYANI ZAHRA B1C121197
WA ODE ASYRA AULIA MAHRAMI PUTRI HARAFAH B1C121200
WHIDY BINTANG LESTARI B1C121203
WILDA SALSABILLAH NOOR B1C121204
YUDITH YULIANA B1C121206
ZEINA NATASYA B1C121209

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HALU OLEO
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul "Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi
Konvensional".
Adapun makalah tentang "Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi
Konvensional" ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari
Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah nantinya.

Kendari, 12 September 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ............................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Pengertian Akuntansi Syariah .......................................................................... 3
B. Perkembangan Transaksi Syariah .................................................................... 4
C. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional ......................... 10
BAB III................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................. 16
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu yang bergerak dalam bidang
mencatat, menganalisis dan melaporkan data-data yang berkaitan dengan keuangan
perusahaan atau bisnis tertentu. Menurut (Weygant, 2005:4) Akuntansi adalah suatu
sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang
berkepentingan. Sebagai salah satu instrumen yang memegang peranan penting dalam
keuangan, Akuntansi telah banyak mengalami perkembangan hingga saat ini.
Sejarah perkembangan Akuntansi telah dikenal sejak zaman dahulu. Sejumlah
tokoh ternama di dunia pun ikut berperan penting dalam perkembangan ilmu
Akuntansi, sebut saja Luca Paciolli yang berasal dari Italia. Namun tanpa disadari,
sebenarnya ilmu Akuntansi itu sendiri telah dimulai sejak zaman Nabi Yusuf as sebagai
pelopor berkembangnya ilmu akuntansi yang kemudian semakin berkembang
dikhalangan Bangsa Arab hingga lahirnya yang namanya Akuntansi Syariah.
Akuntansi Syariah merujuk pada ajaran Agama Islam sebagai landasan dalam prosesi
Akuntansi. Hal ini tentunya berbeda dengan Akuntansi yang umum dikenal atau yang
biasa disebut Akuntansi Konvensional.
Akuntansi Syariah memiliki prinsip, konsep, karakteristik dan tujuan yang
mengacu kepada ajaran dan kaidah keislaman sedangkan Akuntansi Konvensional
cendrung lebih umum dari Akuntansi Syariah itu sendiri. Namun, dalam
perkembangannnya. Akuntansi Syariah tidak kalah bersaing dari Akuntansi
Konvensional. Karena, saat ini sudah banyak sekali negara-negara yang menggunakan
dan berlandaskan kepada Akuntansi Syariah. Tidak hanya untuk negara Islam dan
mayoritas Islam, tetapi negara yang tidak menganut sistem Islam pun sudah banyak
yang menggunakan prinsip Akuntansi Syariah. Tentunya, hal ini menunjukkan bahwa

1
Akuntansi Syariah mampu berkembang dengan pesat, baik secara nasional maupun
internasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Di Maksud Dengan Akuntansi Syariah?


2. Bagaimana Perkembangan Transaksi Syariah?
3. Apa Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui Pengertian Akuntansi Syariah.


2. Mengetahui Perkembangan Transaksi Syariah.
3. Mengetahui Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi Syariah berasal dari kata Akuntansi dan Syariah. Dalam bahasa arab
Akuntansi disebut Al-Muhasabah yang berasal dari kata masdar hassaba-yuhasbu yang
berarti menghitung atau mengukur. Sedangkan Syariah berasal dari kata syar'a al-syai'u
yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Secara umum, Akuntansi Syariah
merupakan suatu sistem pencatatan, analisis dan pelaporan yang memegang prinsip
Syariah Islam dalam pelaksanaannya dengan segala metode, proses dan transaksi yang
sesuai dengan kaidah keislaman. Akuntansi Syariah memiliki tujuan yang berorientasi
pada sosial. Hal ini dapat dilihat dari tujuan akuntansi ini yang tidak hanya sebagai alat
untuk menerjemahkan suatu fenomena ekonomi dalam bentuk dan ukuran moneter
tetapi juga sebagai suatu metode yang menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu
dapat berjalan dengan baik dalam masyarakat Islam.

Pengertian Akuntansi Syariah menurut para ahli:


1) Menurut Triyuwono (2012:104), akuntansi syariah merupakan salah satu
dekonstruksi akuntansi modern kedalam bentuk yang humanis dan syarat nilai
dimana tujuan diterapkannya akuntansi syariah adalah untuk mewujudkan
terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,
transcendental dan teological.
2) Menurut Sumar’in (2012:4), akuntansi syariah diartikan sebagai proses
pencatatan, pengklasifikasian, peringkasan transaksi keuangan yang diukur
dalam satuan uang serta pelaporan hasil-hasilnya berdasarkan prinsipprinsip
syariah.
3) Dr. Omar Abdullah Zaid, Akuntansi syariah menurut Omar Abdullah Zaid
dapat diartikan sebagai aktivitas yang tidak sekedar melakukan pencatatan

3
transaksi saja, termasuk juga dalam hal membuat keputusan yang didasarkan
pada syariat islam.
4) Ikif, Akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses pencatatan dan proses
pembuatan laporan keuangan yang mengutamakan pada unsur nilai dan ajaran
keislaman yang berprinsip ada aturan syariah. Dikatakan sejalan dengan prinsip
syariah adalah prinsip yang didasarkan pada fatwa yang ditetapkan oleh
lembaga yang berwenang. Atau dapat pula diartikan sebagai pencatatan laporan
keuangan yang didasarkan pada hukum di Al-Quran dan hadis.

B. Perkembangan Transaksi Syariah

Suatu pengkajian selintas terhadap sejarah Islam menyatakan bahwa akuntansi


dalam Islam bukanlah merupakan seni dan ilmu yang baru, sebenarnya bisa dilihat dari
peradaban Islam yang pertama yang sudah memiliki “Baitul Mal” yang merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “Bendahara Negara” serta menjamin
kesejahteraan sosial. Masyarakat Muslim sejak itu telah memiliki akuntansi yang
disebut “Kitabat Al-Amwal”. Dipihak lain istilah akuntansi disebutkan dalam beberapa
karya tulis umat Islam. (Amir, Baso. 2009)
Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya percepatan perkembangan
akuntansi hingga sekarang diantaranya adalah:
1. Adanya motivasi awal yang memaksa orang untuk mendapatkan keuntungan
besar (maksimalisasi laba = jiwa kapitalis). Dengan adanya laba maka perlu
pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran dengan cara sistematis dan
dalam ukuran moneter atas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dan
menjelaskan hasilnya.
2. Pengakuan usaha akan pentingnya aspek sosial yang berkaitan dengan
persoalan maksimalisasi laba. Dalam hal ini, pemimpin perusahaan harus
membuat keputusan yang menjaga keseimbangan antara keinginan perusahaan,
pegawai, langganan, supplier, dan masyarakat umum.

4
3. Bisnis dilakukan dengan peranan untuk mencapai laba sebagai alat untuk
mencapai tujuan bukan “akhir suatu tujuan”. Dengan pernyataan lain, laba
bukanlah tujuan akhir dari suatu aktivitas bisnis. Akan tetapi bisnis dilakukan
untuk memperluas kesejahteraan sosial.

Dengan demikian, akuntansi akan memberikan informasi yang secara potensial


berguna untuk membuat keputusan ekonomi dan jika itu diberikan akan memberikan
perluasan kesejahteraan sosial. Pertumbuhan ekonomi tidak selamanya memberikan
jalan lurus, sehingga timbul adanya anggapan bahwa akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan dan praktik yang bebas dari nilai (Value-free). Dengan keadaan seperti
ini semakin kuat masyarakat terbawah oleh arus era informasi dan globalisasi yang
memiliki ciri utama adanya kecenderungan untuk melakukan harmonisasi sesuatu
(Muhammad : 2008).
Kemudian sejak tahun 1980-an, mulai ada perhatian kuat dari para peneliti
akuntansi dalam upaya memahami akuntansi dalam pengertian yang lebih luas.
Misalnya dalam kontek sosial dan organisasi akuntansi secara tradisional telah
dipahami sebagai prosedur rasional dalam menyediakan informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dan pengendalian.
Dalam pengertian tersebut menunjukan bahwa akuntansi tampak seperti
teknologi yang kelihatan konkrit, tangible dan bebas dari nilai masyarakat dimana
dipraktekan. Tricker secara tegas menyatakan, bahwa “(bentuk) akuntansi sebetulnya
tergantung pada teknologi dan moral masyarakat.
Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia pada dasarnya telah dimulai
melalui kajian-kajian akademis dan riset, baik yang terkait dengan teknis pencatatan
transaksi, konsepsi, epistemologi dan metodologi. Pengembangan (standar) akuntansi
syariah di Indonesia, seperti yang disampaikan Amin Musa, salah seorang anggota
Komite Akuntansi Syariah IAI mengatakan bahwa bangkitnya akuntansi syariah di
latar belakangi banyaknya transaksi dengan dasar syariah, baik yang dilakukan
lembaga bisnis syariah maupun non syariah. Dengan animo itu perlu adanya
pengaturan atau standar untuk pencatatan, pengukuran maupun penyajian sehingga

5
para praktisi dan pengguna keuangan mempunyai standar yang sama dalam
akuntansinya. Sampai dengan saat ini produk standar akuntansi syariah telah terbit
secara berturut-turut antara lain PSAK 59 tentang Akuntansi PSAK 101 sampai dengan
PSAK 109.
Dalam transaksi perbankan syariah misalnya, pembiayaan tanpa bunga (riba)
seperti transaksi pembiayaan mudharabah dan musyarakah dengan bagi hasil serta
transaksi murabahah dengan margin. Pencatatan pendapatan bagi hasil dan marjin
diposisikan menggantikan pendapatan bunga. Munculnya akun syirkah dana temporer
bagi penyertaan dana dengan akad musyarakah dan mudharabah pada suatu entitas.
Adanya laporan keuangan tambahan dalam bentuk laporan sumber dan
penggunaan dana zakat infak dan sedekah Perlakuan transaksi berbasis kas atau akrual
juga menjadi perhatian akuntansi syariah. PSAK 101 paragraf 25 menyebutkan bahwa
laporan keuangan entitas syariah disusun atas dasar (basis) akrual kecuali laporan arus
kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha didasarkan pada
pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar kas).
Demikian pula Menurut PSAK 59 paragraf 25 bahwa bagi hasil dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu bagi pendapatan (revenue sharing) atau bagi
laba (profit sharing). Penggunaan basis akrual dan/atau basis kas pernah menjadi
perdebatan ketika penyusunan standar akuntansi syariah tersebut antara praktisi dalam
hal ini Zainulbahar Noor (mantan direktur utama BMI) dengan Ellya anggota IAI 2.
Zainulbahar Noor berargumen bahwa dasar akrual melanggar syariah Islam
karena mengakui pendapatan yang terjadi di masa mendatang yang sifatnya belum pasti
(ada unsur gharar-pen). Tetapi Elya berdalih bahwa dasar akrual mengakui terjadinya
peristiwa atau transaksi non kas misalnya penjualan dengan kredit (piutang). Meskipun
piutang belum tentu tertagih tetapi membukukan kontrak (piutang penjualan) yang
berdasarkan kesepakatan tidak bertentangan dengan kaidah Islam.
Tetapi studi kasus yang diteliti (Alim, M. Nizarul, 2009) terhadap pembiayaan
musyarakah suatu bank syariah terhadap proyek (project financing) distribusi elpiji 3
kg menunjukkan bahwa penggunaan basis akrual merugikan nasabah. Pengakuan
pendapatan atas omzet elpiji 3 kg yang telah terdistribusi yang belum tertagih (piutang)

6
menjadikan bagi hasil tidak adil karena kas belum diterima tetapi pendapatan telah
diakui sehingga bank mendapatkan bagi hasil (kas) yang lebih besar dari pendapatan
diakui tetapi belum diterima kas.
Dalam hal ini, meskipun sistem bagi hasil diterapkan tetapi apabila konsep laba
yang diperoleh tidak mengikuti konsep syariah, maka penerapan transaksi syariah
menjadi kurang efektif. Kasus tersebut menunjukkan bahwa akuntansi syariah
memiliki peran penting terhadap konsistensi keuangan syariah dalam implementasinya.
Akuntansi tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya bisnis tetapi juga
membentuk lingkungan dan budaya bisnis. Berdasarkan hal ini maka rekonsepsi
merupakan hal penting dalam akuntansi syariah. (Alim, M. Nizarul, 2011).

a) Prinsip Umum Akuntansi Syari’ah


Dalam sistem akuntansi terdapat nilai pertanggungjawaban, keadilan, dan
kebenaran. Ketiganya menjadi prinsip dasar yang universal. Sedikit uraian ketiga
prinsip tersebut terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah: 282 yaitu:
1) Prinsip Pertanggungjawaban Prinsip Pertanggungjawaban (accountability)
merupakan konsep yang tidak asing lagi yang berkaitan dengan konsep
amanah. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang
terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban
apa yang diamanatkan dan diperbuat kepada pihak terkait. (Nurhayati, Sri
dan Wasilah. 2009)
2) Prinsip keadilan Prinsip keadilan tidak hanya merupakan nilai yang sangat
penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai
yang secara inheren melekat dalam fitrah manusia. Berarti manusia
memiliki kapasitas dan energy untuk berbuat adil dalam setiap aspek
kehidupan.

b) Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran tidak bisa dipisahkan dari prinsip keadilan karena aktivitas
ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran.

7
Kebenaran ini dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan
melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Pelaksanaan akuntansi pada Negara islam terjadi terutama adanya dorongan
kewajiban zakat. Al Mazenderany (1363 M) mengenai praktik akuntansi pemerintah
selama dinasti khan II pada buku Risalah falakiyah kitabus sikayat. Sistem akuntansi
Negara islam tersebut pertama kali dilakukan oleh al khawarizmy pada tahun 976 M.
Ada tujuh hal khusus dalam system akuntansi yang dijalankan oleh Negara
islam sebagaimana dijelaskan oleh Alkhawariszmy dan Al-mazendaran (Az-Zaid, Zaid
Abdul Karim. 1999) yaitu:
1) Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup.
2) Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek
pembangunan.
3) Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-
moneter.
4) Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang
Negara yang mencatat sehingga hal ini menunjukan sistem pengendalian intern
(internal control)
5) Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh Negara islam
sebelum abad ke 14 M. System ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk
mengubah emas dan perak yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus
mendistribusikannya.
6) Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh
binatang
7) Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran harian Negara baik dalam nilai uang atau barang.

Hal ini merupakan salah satu bentuk pengendalian internal (internal control)
penerapan prosedur audit (audit procedure) serta akuntansi berbasis
pertanggungjawaban (responsibility accounting). Prosedur yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:

8
1) Transaksi harus dicatat setelah terjadi
2) Transaksi harus dikelompokan
3) Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di
sebelah kiri
4) Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sebelah
sisi kiri halaman
5) Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati hati
6) Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis
penutup
7) Koreksi atas transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati
8) Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang tersebut
9) Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (al jaridah) akan dipindahkan pada
buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi
10) Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan
orang yang melakukan pencatatan harian
11) Saldo diperoleh dari selisih
12) Laporan harus disusun setiap bulan dan tahun
13) Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh al kateb
14) Laporan tahunan yang disusun al kateb akan diperiksa dan di bandingkan
dengan tahun sebelumnya

c) Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam


Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatan pada zaman
dinasti abbaslah (750-1258 M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu
yang hampir bersamaan. Eropa masih berada dalam periode “the dark age” dari sini,
kita dapat melihat hubungan antara Luca paciolli dan akuntansi islam. Pada tahun 1429
M angka dilarang digunakan oleh pemerintah italia. Luca paciolli selalu tertarik untuk
belajar tentang hal tersebut serta belajar dari alberti seorang ahli matematika yang
belajar dari pemikir arab dan selalu menjadikan karya pisah sebagai rujukan.

9
Alasan teknis yang mendukung hal tersebut adalah: luca paciolli mengatakan
bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah
debit. (Saputro, Andik S. Dwi. 2009) Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali
dengan menulis sebelah kredit dan di sebelah debit. Penelitian tentang sejarah dan
perkembangan akuntansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi mengingat masih
dipertanyakan bukti-bukti otentik/langsung tentang hal tersebut bagaimana
diungkapkan oleh napier.

C. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional

Akuntansi Syariah sebagai Akuntansi yang memegang prinsip Syariah Islam


tentunya memiliki perbedaan mendasar terhadap Akuntansi Konvensional yang
berlaku secara universal. Baik prinsip, konsep, karakteristik dan tujuan dari kedua jenis
Akuntansi ini berbeda. Hal ini karena, mengingat dari keduanya dilahirkan dari sistem
nilai dan aturan yang melekat pada masing–masingnya pun berbeda. Sehingga,
menghasilkan Akuntansi yang mengacu pada perbedaan dalam beberapa aspek
tertentu. Adapun perbedaan antara Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
adalah sebagai berikut:

a) Prinsip
Perbedaan pertama antara Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
dapat kita lihat dari sisi prinsip yang digunakannya. Pada Akuntansi Syariah sendiri
prinsip yang digunakannnya harus berlandaskan kaidah dan syariah Islam sebagai
tolak ukur dalam kehidupan bermasyarakat umat muslim. Adapun prinsip tersebut
diantaranya Prinsip tanggungjawab (accountability), prinsip keadilan dan prinsip
kebenaran, sesuai dengan yang telah penulis jelaskan diatas.
Berbeda dengan Akuntansi Konvensional yang memiliki prinsip
berdasarkan kaidah perhitungan dan logika manusia sebagai tolak ukur dalam
keberlangsungan hidup, kebutuhan serta pengambilan keputusan dalam suatu
perusahaan. Adapun prinsip tersebut diantaranya adalah Measurement

10
(Pengukuran), Revenue Recognition (Pengakuan Pendapatan), Expense Recognition
(Pengakuan Beban), dan Full Dislosure (Pengungkapan Penuh). Perbedaan Prinsip
ini tentu saja membuat perbedaan dalam pelaksanaan antar Akuntansi Syariah maupun
Akuntansi Konvensional.

b) Dasar Hukum
Perbedaan kedua yang dapat kita lihat Akuntansi Syariah dan Akuntansi
Konvensional adalah Dasar Hukum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan
kegiatannya. Pada Akuntansi Syariah dasar hukum yang digunakannnya adalah
Hukum etika yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan hukum
tertinggi. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam Akuntansi Syariah haruslah
sesuai dengan Syariah Islam sebagaimana yang tertera didalam Al-Qur’an maupun
Sunnah.
Sedangkan didalam Akuntansi Konvensional dasar hukum yang
digunakannya adalah Hukum bisnis modern sebagai landasan dalam pelaksanaan
kegiatan didunia perbisnisan. Dalam pelaksanaannya, hukum bisnis modern ini
ditujukan untuk mendapatkan keuntungan sehingga keberlangsungan bisnis dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini sangat umum sekali didalam dunia
perbisnisan, dimana tujuan usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan.

c) Sesuai Kebenaran
Perbedaan ketiga dari Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
adalah kesesuaian pelaksanaan kegiatannya dengan Kebenaran. Hal ini maksudnya,
pada Akuntansi Syariah dalam pelaksanaan kegiatannya haruslah sesuai dengan
keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban yang sekaligus menjadi prinsip dari
Akuntansi Syariah serta harus sesuai dengan ajaran Syariah Islam. Dalam Akuntansi
Syariah hal ini bersifat mutlak dan tidak dapat terbantahkan oleh apapun. Berbeda pada
Akuntansi Konvensional, yang mana nilai keadilan, kebenaran, dan
pertanggungjawaban yang tentu juga berlaku. Namun, hal ini bersifat kondisional dan
sangat tergantung pada nilai - nilai yang dianut oleh perusahaan. Jadi, tidak ada

11
suatu kemutlakan dalam pelaksanaannya semuanya tergantung pada kondisi dan
kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Sehingga hal ini juga menjadi perbedaan
mendasar antar Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional.

d) Dasar Tindakan
Perbedaan selanjutnya dari Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
adalah Akuntansi Syariah adalah dasar Tindakan dalam melakukan kegiatannya.
Akuntansi Syariah mengacu kepada keberadaan hukum Allah dalam melakukan
Tindakan. Segala tindakan yang dilakukan dalam Akuntansi Syariah haruslah
berlandaskan keagamaan. Sedangkan Akuntansi Konvensional lebih
mengenyampingkan persoalan agama, dalam melakukan kegiatannya, akuntansi ini
lebih mengandalkan rasionalisme ekonomis dari pada keagamaan. Sehingga, dalam
melakukan kegiatannya Akuntansi Konvensional mengacu kepada hal -hal yang
bersifat umum.

e) Mematuhi Peraturan
Perbedaan yang selanjutnya yaitu Peraturan yang mengikat pelaksanaan
kegiatan Akuntansi Syariah dan Konvensional. Pada Akuntansi Syariah sangat
dilarang untuk melakukan pencatatan pada transaksi ekonomi yang diharamkan
oleh Allah SWT seperti riba, judi, penipuan, barang tidak halal seperti minuman
keras, prostitusi, dan sebagainya. Akan tetapi, berbeda dengan Akuntansi
Konvensional yang tidak terlalu mempermasalahkan jenis transaksi yang haram
maupun halal sehingga, lebih bersifat bebas yang juga tergantung pada
perusahaannya.

f) Tujuan
Salah satu perbedaan mendasar antar Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional adalah dari tujuannya. Pada Akuntansi Syariah tujuan dari kegiatannnya
yaitu mendapatkan keuntungan yang wajar dari rangkaian proses akuntansi yang
dilakukan. Sehingga, besarnya keuntungan tidak menjadi patokan dalam Akuntansi

12
Syariah. Sedangkan pada Akuntansi Konvensional tujuan dari kegiatannya adalah
memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu, peningkatan laba dari pelaksanaan
kegiatan akuntansi menjadi prioritas perusahaan terkait. Keuntungan dianggap
sebagai tolak ukur dalam keberhasilan pelaksanaankegiatannya. Hal ini pula lah
yang menjadi perbedaan yang mendasar antar Akuntansi Syariah dan Akuntansi
Konvensional.

g) Memakai Penilaian
Perbedaan selanjutnya antara Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional adalah Penilaian yang digunakan. Pada Akuntansi Syariah nilai modal
didasarkan pada nilai tukar yang berlaku saat ini. Pada Akunatansi Syariah tidak
ada modal pokok yang disimpan. Sedangkan pada Akuntansi Konvensional modal
pokoknya akan disimpan, dan besarnya modal pokok itu sendiri masih belum
ditentukan oleh kebijakan perusahaan.

h) Orientasi
Perbedaan selanjutnya terletak pada orientasi dari kegiatan yang dilakukan.
Pada Akuntansi Syariah orientasi dari kegiatannya adalah kemasyarakatan.
Sehingga Akuntansi Syariah lebih mengarah kepada kehidupan sosial
bermasyarakat. Sedangkan Akuntansi Konvensional orientasi kegiatannya terletak
pada individu atau para pemilik, yang mana kepentingan individu merupakan
kepentingan perusahaan terkait.

i) Konsep Modalnya
Perbedaan selanjutnya antara Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional adalah pada modal yang digunakan. Akuntansi Syariah
menggunakan konsep modal pokok yang terbagi atas dua, yaitu uang tunai atau
(cash) dan harta barang (stock). Akan tetapi pada Akuntansi Syariah konsep modal
yang umum dikenal adalah asset tepat (fix assets) dan asset lancer (current assets).

13
j) Mendapatkan Keuntungan
Perbedaan selanjutnya yaitu cara memperoleh keuntungan antara Akuntansi
Syariah dan Akuntansi Konvensional. Pada Akuntansi Syariah keuntungan akan
diperoleh dan dicatat pada saat penjualan dan pertambahan nilai barang. Akuntansi
Syariah tidak mementingkan apakah suatu barang tersebut terjual atau belum
terjual yang jelas keuntungan diperoleh saat penjualan dilakukan atau adanya
pertambahan nilai barang dari perusahaan. Sedangkan Akuntansi Konvensional,
keuntungan didapat pada saat kegiatan jual beli dilakukan oleh suatu perusahaan.
Perusahaan akan mengklaim keuntungan apabila kegiatan jual beli telah selesai
dilakukan.

k) Klasifikasi Laba
Perbedaan selanjutnya antara Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional adalah dari jenis – jensi laba yang diperolehnya. Pada Akuntansi
Syariah hanya mengenal dua jenis laba yaitu laba yang diperoleh dari aktivitas
pokok dan modal pokok serta laba yang berasal dari kegiatan transaksi. Sedangkan
pada Akuntansi Konvensional jenis labanya sangat banyak, adapun diantaranya
laba dagang, laba modal pokok, laba dari kegaiatan transaksi, dan sumber lainnya.
Sehingga, klasifikasi laba pada Akuntansi Konvensional lebih beragam dari pada
Akuntansi Syariah.

l) Transaksi Tunai
Perbedaan selanjutnya antara Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
adalah Transaksi Tunai. Pada Akuntansi Konvensional yang termasuk kedalam
transaksi tunai meliputi transaksi yang diterima dari mata uang seperti emas, perak,
dan barang lain. Berbeda dengan Akuntansi Syariah, yang mana benda berharga
tersebut tidak termasuk modal dari aset perusahaaa, akan tetapi hanya sebagai
cadangan penilaian harta untuk pengukuran dan penentuan nilai dan harga saja. Oleh
karena itu, kategori transaksi tunai pada Akuntansi Syariah dan Konvensional pun
sangat berbeda.

14
m) Tahapan Operasi
Perbedaan terakhir dari Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
adalah tahapan transaksi yang dilakukannya. Pada Akuntansi Syariah tahapan
operasinya selalu tunduk dan dibatasi pada ketentuan syariah. Sehingga tahapan
operasinya sangat dibatasi sedemikian rupa dan tidak sembarang kegiatan operasi
dapat dilakukan pada Akuntansi Syariah. Sedangkan pada Akuntansi Konvensional
tahapan operasinya tidak dibatasi oleh apapun, kecuali karena adanya
pertimbangan ekonomi tertentu. Hal ini menjadikan cakupan dari kegiatan
operasinya pun lebih luas dari pada Akuntansi Syariah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pesatnya pertumbuhan industri keuangan Islam telah menjadi salah satu faktor
penting di balik munculnya konvensional, akuntansi syariah. Akuntansi yang
dikembangkan berdasarkan pandangan dunia Barat, dianggap tidak cukup untuk
mengakomodasi karakteristik unik dari lembaga keuangan syariah. Dari pemeriksaan
literatur yang relevan, jelas bahwa masyarakat Islam memang membutuhkan sistem
akuntansi yang sesuai dengan ideologi dan nilai-nilai umat Islam, untuk membantu
mereka dalam memenuhi kewajiban agama mereka. Meskipun mengakui bahwa
Akuntansi Barat tidak sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam, tetap saja
ditemukan praktik akuntansi konvensional mendominasi di negara-negara Islam.
Penelitian ini menyarankan dengan sejumlah alasan untuk mengadopsi sistem
akuntansi barat dengan penyesuaian ketentuan syariah Islam, dikarenakan kebutuhan
perusahaan multinasional, lintas sektor dan tuntutan yang melekat pada penyediaan
bantuan keuangan. Dimana pada tujuannya akuntansi digunakan untuk melayani
kebutuhan berbagai pihak yang membutuhkan. Jelas tampak perbedaan antara
akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional, baik dari sisi filosofi maupun dari
sisi praktisnya. Secara filosopi akuntansi syariah menempatkan nilai-nilai agama Islam
sebagai pedoman dalam akuntansi syariah serta menggunakan asas kepentingan
masyarakat, pemerataan, dan kewajaran keuntungan. Sedangkan akuntansi
konvensional lebih kepada. rasionalisme ekonomi yang meliputi prinsip-prinsip
individualisme, kepentingan pribadi, dan maksimalisasi keuntungan. Selain itu,
perbedaan dalam tataran praktis sangat jelas terutama pada standart akuntansi yang
digunakan. Melalui penelitian ini membuka potensi yang lebih memungkinkan dari
akuntansi syariah dengan dimensi yang lebih luas dari ajaran Islam dengan pendekatan
holistik terhadap kehidupan, perhatiannya pada masyarakat dan berbagai kelompoknya
dan penekanan selanjutnya pada perilaku perilaku dan aspek emosional komunikasi.

16
Seperti ikhtiar membantu mematahkan obsesi terhadap hal-hal teknis dan instrumental
terkait dengan larangan bunga dan perhitungan Zakat, dan memberikan tema baru
untuk membuka tabir yang membatasi ruang lingkup praktik dan penelitian akuntansi
syariah.

B. Saran

Dari uraian diatas kami menyarankan kepada pembaca untuk dapat mengambil
manfaat atau ilmu dari pembahasan diatas agar dapat berdampak positif bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
terhadap makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azlan, Fajar Yuflikan, Vanica Serly. 2019. "Analisis Standar Pengungkapan Standar
Akuntansi Syariah" dalam Jurnal Eksplorasi Akuntansi (JEA) Vol. 1, No.3 Seri
F (Hal. 1604-1616). Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Nurhayati, Sri, Washilah. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta Salemba


Empat.

18

Anda mungkin juga menyukai