Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“AYAT DAN HADITS TENTANG AKUNTANSI ISLAM”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Bapak Mohammad Zuhdi, M.A

Dibuat oleh:
Niluth Kencana Wangi (21160024)
Sultan Muholafatul Akbar (21160010)

Rian Rusli (22160007)


Yeni Sapitri (22160013)
Eva Ayu Puspitasari (22160024)

Program Studi Ekonomi Syariah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi, dengan judul ”Ayat dan Hadits Tentang
Akuntansi Islam”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberi doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, Kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kamis, 17 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
3. Tujuaan ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
1. Pengertian Akuntansi Islam .............................................................................................. 2
2. Tujuan Akuntansi Islam .................................................................................................... 2
3. Prinsip Akuntansi Islam ................................................................................................... 2
4. Sejarah Akuntansi Islam ................................................................................................... 3
5. Eksistensi dan Konstruksi Akuntansi Islam ...................................................................... 5
6. Dasar Dasar akuntansi Syariah ......................................................................................... 7
7. Perbedaan Kuntansi Syariah Dan Konvensional ............................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
2. Saran ................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Konsep dasar dari akuntansi adalah pencatatan dan dalam perkembangan terbagi menjadi
berbagai sistem pencatatan keuangan dalam kategori keuangan yang berbeda-beda. Islam
sebagai agama rahamatan lil ‘alamin, mengenal akuntansi dan bermuamalah. Hal tersebut
tertuang dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 283 yang memaparkan pentingnya sebuah
pencatatan. Lebih jauh lagi untuk mengerti apa yang dimaksud dalam ayat tersebut, maka perlu
adanya pengkajian dan pentafsiran mengenai ayat al-Quran yang berhubungan dengan
akuntansi. Selain itu pula akan ditunjang dengan keberadaan hadits-hadits Rasulullah yang
menjadi sumber hukum kedua setelah al-Quran.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok makalah yang
kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa pengertian Akuntansi Islam?


2. Apa tujuan Akuntansi Islam?
3. Apa prinsip Akuntansi Islam?
4. Bagaimana sejarah Akuntansi Islam?
5. Apa Eksistensi dan Kontruksi Akuntansi Islam?

3. Tujuan Pemabahasan

1. Mengetahui Pengertian Akuntansi Islam


2. Mengetahui Tujuan Akuntansi Islam
3. Mengetahui Prinsip Akuntansi Islam
4. Mengetahui Sejarah Akuntansi Islam
5. Mengetahui Eksistensi dan Konstruksi Akuntansi Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akuntansi Islam

Akuntansi merupakan sebuah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan


mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang
berkepentingan. Dalam pengertian lain akuntansi diartikan pengukuran, penjabaran atau
pemberian kepastian tentang informasi yang kapasitasnya membantu manajer, investor,
otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan
di dalam perusahaan, organisasi dan lembaga pemerintah. Akuntansi Syariah telah menjadi
istilah yang berkembang dalam dunia keuangan modern. Terdiri dari dua kata yakni
akuntansi dan syariah. Telah dijelaskan sebelumnya tentang definisi akuntansi
yang secara sederhana dapat dipahami adalah kegiatan mencatat, menyajikan dan
menafsirkan data keuangan, sedangkan syariah diartikan aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah swt. dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Jadi dengan begitu dapat diartikan
bahwa yang dimaksud dengan akuntansi syariah dengan penjelasan berikut:

a. Proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan-aturan yang


telah ditetapkan oleh Allah SWT.
b. Sistem akuntansi yang bertata aturan syariah.
c. Dekonstruksi akuntansi Islam terhadap akuntansi konvensional

2. Tujuan Akuntansi Syariah


Tujuan akuntnasi syariah adalah sebagai berikut:
A. Menegakkan keadilan
B. Mewujudkan kemaslahatan
C. Menentukan hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam lembaga keuangan
syariah
D. Meningkatkan kemampuan manajerial serta produktivitas lembaga keuangan syariah
E. Memenuhi kebutuhan informasi yang menyangkut posisi keuangan guna pengambilan
keputusan ekonomi yang tepat.

3. Prinsip Akuntansi Syariah


Prinsip dasar akuntansi syariah adalah sebagai berikut:
A. Prinsip keadilan dan kebenaran (Al-Adalah) Dimana pencatatan harus secara jujur
dan benar, dengan data yang valid dan lengkap.
B. Prinsip pertanggungjawaban (Amanah) Wujudnya adalah pertanggungjawaban dalam
bentuk laporan keuangan. Ini berguna untuk menjamin keterbukaan atau transparansi

2
informasi akuntansi.
C. Prinsip kejujuran (As-Shiddq)Berupa komitemen antara perkataan dan tindak tanduk
akuntan

4. Sejarah Akuntansi Syariah

Bangsa Romawi dan Bangsa Persia merupakan dua bangsa besar dengan memiliki
wilayah yang luas yang mendominasi peradaban sebelum berdirinya pemerintahan Islam.
Sebagian besar daerah di Timur Tengah saat Nabi Muhammad saw. lahir berada dalam
jajahan dan menggunakan bahasa negara jajahan seperti Syam (sekarang meliputi Siria,
Lebanon, Yordania, Palestina dan Israel) yang dijajah oleh Romawi. Sementara Irak berada
dalam jajahan Persia. Pada musim dingin perdagangan Bangsa Arab Mekkah
terbatas ke Yaman dan Syam di kala musim panas. Di kala itu, akuntansi telah diterapkan
yang manifestasinya melalui bentuk perhitungan barang dagangan oleh para pedagang
ketika mulai berdagang hingga pulang kembali. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui
perubahan-perubahan dan untung atau rugi. Selain itu, orang-orang Yahudi yang saat itu
banyak melakukan perdagangan menetap dan juga telah memakai akuntansi untuk
transaksi utang-piutang mereka.
Pada masa Rasulullah praktik akuntansi mulai berkembang setelah ada perintah
Allah melalui al-Quran untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai (QS. Al-
Baqarah/2: 282) dan untuk membayar zakat (QS. Al-Baqarah/2: 43. Perintah Allah agar
dicatatnya transaksi yang sifatnya tidak tunai telah menjadi dorongan bagi setiap individu
untuk senantiasa menggunakan dokumen ataupun bukti transaksi. Lalu perintah Allah
untuk membayar zakat telah mendorong umat Islam saat itu untuk mencatat dan menilai
aset yang dimilikinya. Maka konsekuensi logis akan ketentuan pembayaran zakat yang
nominal kadarnya dihitung berdasarkan ukuran tertentu dari harta yang dimiliki seseorang
dengan pemenuhan kriteria nisab dan haul adalah praktik pencatatan dan penilaian aset
yang berkembang.
Kewajiban zakat berimplikasi pada berdirinya lembaga Baitul Mal yang dibentuk
oleh Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai lembaga penyimpanan zakat beserta
pendapatan lain yang diterima oleh negara. Praktik pada lembaga Baitul Mal di zaman
Rasulullah baru berada pada tahap penyiapan personal yang menangani funssi-fungsi
lembaga keuangan negara. Di masa ini, asset kekayaan yang didapatkan negara langsung
disalurkan setelah harta itu dikumpulkan. Maka dari itu, eksistensi dan posisi laporan
keuangan atas penerimaan dan pengeluaran belum menduduki posisi yang begitu urgen
atau dengan kata lain belum terlalu diperlukan. Hal yang sama pula berlanjut pada masa
khalifah Abu Bakar ash-Shidiq.
Kemudian di masa khaifah Umar bin Khattab, perkembangan pemerintahan Islam
sampai mencakup Timur Tengah, Afrika dan Asia yang dengan fakta maka meningkat
secara signifikan penerimaan negara. Oleh karen itu, semakin besarlah kekayaan negara
yang disimpan di Baitul Mal. Para sahabat menyarankan perlunya pencatatan untuk
pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran negara. Khalifah Umar bin Khattab
akhirnya mendirikan unit khusus

3
yang bernama Diwan (dari kata dawwana = tulisan) yang mempunyai otoritas dalam
kapasitas tugas untuk membuat laporan keuangan Baitul Mal sebagai wujud pertanggung
jawaban (akuntabilitas) Khalifah atas dana Baitul Mal yang diamanahkan kepada beliau
sehingga masuk tanggung jawab yang harus dijaga.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (681-720 M) adalah khalifah mengembangkan
reliabilitas laporan keuangan pemerintahan berupa praktik pengeluaran bukti penerimaan
uang. lalu Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) mengenalkan catatan dan
register yang terjilid dan tidak terpisah seperti sebelumnya.
Perubahan dan perkembangan pengelolaan buku akuntansi pada masa Daulah
Abbasiyah mencapai tingkat tertinggi. Akuntansi dibagi pada beberapa bagian yakni
akuntansi peternakan (livestock accounting), akuntansi pertanian (agricultural
accounting), akuntansi bendahara (treasurer accounting), akuntansi konstruksi
(construction accounting), akuntansi mata uang, (currency accounting) dan pemeriksaan
buku (auditing). Pada masa Daulah Abbasiyah ini sistem pembukuan telah menggunakan
model buku besar yang terdiri dariJaridah al-Kharaj, Jaridah an-Nafaqat, Jaridah al-Mal
dan Jaridah al-Musadareen.
Jaridah al-Kharaj (mirip receivable subsidiary ledger) merupakan pembukuan
pemerintah terhadap piutang pada individu atas zakat tanah, hasil pertanian, serta hewan
ternak yang belum dibayar dan cicilan yang telah dibayar. Piutang dicatat disatu kolom
dan cicilan pembayaran di kolom yang lain. Jaridah an-Nafaqat (jurnal pengeluaran)
merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat pengeluaran negara. Lalu Jaridah
al-Mal (jurnal dana) merupakan pembukuan yang digunakan untuk mencatat penerimaan
dan pengeluaran dana zakat. Sedangkan Jaridah al-Musadareen merupakan pembukuan
yang digunakan untuk mencatat penerimaan.
denda atau sita dari individu yang tidak sesuai syariah, termasuk dana pejabat yang
korup. Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi yakni Al-
Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat setiap bulan. Lalu
Al-Khitmah al- Jami’ah, laporan keuangan komprehensif yang berisikan gabungan
antara laporan laba rugi dan neraca (pendapatan, pengeluaran, surplus dan defisit, belanja
untuk aset lancar maupun aset tetap) yang dilaporkan di akhir tahun. Dalam perhitungan
dan penerimaan zakat, utang zakat diklasifikasikan dalam laporan keuangan menjadi tiga
kategori, yaitu: collectable debts, dan uncollectable debts.

4
5. Eksistensi dan Konstruksi Akuntansi

Kegiatan akuntansi adalah kegiatan mencatat (record), menganalisis (analize),


menyajikan (present) dan menafsirkan (interprete) data keuangan dari pola dan ruang
lingkup kegiatannya berhubungan dengan produksi, pertukaran barang dan jasa, atau
berkaitan dengan pendanaan. Bagi perusahaan yang bertujuan meraih keuntungan,
akuntansi menjadi suatu cara dan upaya untuk mengambil keputusan apakah perusahaan
itu mendapatkan keuntungan, atau sebaliknya menderita kerugian, sebagai konsekuensi
dari operasional yang dijalankan berupa hasil (return) dari transaksi yang dilakukan.
Akuntansi sebagai instrumen manajemen, maka dalam hal ini bersifat informatif yaitu
mampu menginformasikan tentang keadaan keuangan dan kinerja perusahaan yang
terdeskripsikan melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu,
catatan keuangan dapat dipergunakan sebagai perangkat yang sifatnya komunikatif atau
instrumen komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan
perusahaan.
Dalam QS. an-Nisa (4) ayat 135 Allah SWT berfirman:

َ ْ ‫ع ٰلٰٓى ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ِو ْال َوا ِلدَي ِْن َو‬


َ ‫اْل ْق َر ِبيْنَ ۚ ا ِْن يَّ ُك ْن‬
‫غنِيًّا ا َ ْو فَ ِقي ًْرا‬ ِ ‫ش َهدَ ۤا َء ِ ه‬
َ ‫ّلِل َو َل ْو‬ ُ ِ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّوامِ يْنَ ِب ْال ِقسْط‬
‫ّٰللا َكانَ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َخبِي ًْرا‬ َ ‫اّلِلُ ا َ ْو ٰلى بِ ِه َم ۗا فَ ََل تَتَّبِعُوا ْال َه ٰ ٰٓوى ا َ ْن ت َ ْع ِدلُ ْوا ۚ َوا ِْن ت َْل ٰٓوا ا َ ْو ت ُ ْع ِرض ُْوا فَا َِّن ه‬
‫فَ ه‬
Terjemahan
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan
(kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang
dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.

Akuntansi Islam atau syariah berlandaskan pada akhlak yang baik oleh karenanya seorang akuntan
bertanggung jawab melaporkan semua transaksi dengan benar, jujur, profesioanl serta teliti sesuai
dengan syariat Isla sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 7

ٰٓ ‫ّٰللاُ ع ٰلى قُلُوبهم وع ٰلى س ْم ِعهم ۗ و‬


َ ‫َاوة ٌ َّولَ ُه ْم‬
َ ٌ‫عذَاب‬
‫عظِ ْي ٌم‬ َ ‫ار ِه ْم ِغش‬
ِ ‫ص‬َ ‫ع ٰلى اَ ْب‬
َ َ ِْ َ َ َ ِِْ ْ َ ‫ࣖ َخت ََم ه‬

Terjemahan

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan
mereka akan mendapat azab yang berat.

Sayyidina Umar bin Khattab pernah bertutur:

5
َ ‫ب نَ ْف‬
‫سهُ فِى الدُّ ْن َيا‬ َ ‫سابُ َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬
َ ‫علَى َم ْن َحا‬
َ ‫س‬ َ ِ‫ف ْالح‬ ِ ‫سب ُْوا َوت َزَ يَّنُ ْوا ل ِْل َع ْر‬
ُّ ِ‫ض األ َ ْك َب ِر َو ِإنَّ َما َيخ‬ َ ‫س ُك ْم قَ ْب َل أ َ ْن ت ُ َحا‬
َ ُ‫َحا ِسبُوا أ َ ْنف‬

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk
menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan
menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Perkataan Umar bin Khattab di atas menyerukan agar para manusia sebagai hamba Allah
di muka bumi ini, dapat melakukan penghitungan yang sebenar-benarnya, dan
memperbaiki apa yang telah mereka hitung sebelum dipertanggung jawabkan di akhirat
kelak. Dalam konteks penghitungan pada proses akuntansi, maka kejujuran sangat
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sebenarbenarnya. Jika dikaitkan dengan perihal
akuntansi, maka seorang akuntan haruslah memiliki akhlak yang baik dalam melakukan
tugasnya untuk melakukan pembukuan, seperti kejujuran dan ketelitian.

Dan di antara hadis yang telah diriwayatkan oleh Anas bin Malik adalah:

‫ ْل يتمنين احدكم الموت من ضر اصابه فان كان ْلبد فاعَل فليقل اللهم احيني ما كانت الحياة‬:‫قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫خيرا لي وتوفني اذا كانت الوفاة خيرا لي‬.

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian
berharap harap kematian lantaran musibah yang datang. Jika terpaksa, maka ucapkanlah:
‘Ya Allah hidupkanlah aku jika hidup lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika mati lebih
baik bagiku’,” (HR Al Bukhari dan Muslim).

6
6. Dasar Hukum Akuntansi Syariah

rekontruksi ayat-ayat al-Qur’an secara umum yang menjadi prinsip akuntansi syariah adalah
sebagaimana di uraikan dalam surat al-Baqarah, ayat 282 adalah sebagai berikut: (Nurhadi, 2020)

‫ب‬َ ُ ‫ب كَاتِب أَ ْن يَ ْكت‬ َ ْ ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم كَاتِب ِب ْال َع ْد ِل َو ََل يَأ‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم ِبدَي ٍْن ِإلَى أَ َج ٍل ُم‬
‫س ِفي ًها‬ َ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق‬
َ ‫ش ْيئًا فَإِ ْن َكانَ الَّذِي‬ َ ُ‫َس ِم ْنه‬ ْ ‫َّللاَ َربَّهُ َو ََل يَ ْبخ‬
َّ ‫ق‬ِ َّ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْليَت‬
َ ‫َّللاُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْلي ُْم ِل ِل الَّذِي‬
َّ ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫َك َما‬
‫ش ِهيدَي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم فَإِ ْن َل ْم َي ُكونَا َر ُج َلي ِْن‬ َ ‫ض ِعيفًا أَ ْو ََل َي ْست َِطي ُع أَ ْن ي ُِم َّل ه َُو فَ ْلي ُْم ِل ْل َو ِليُّهُ ِب ْال َع ْد ِل َوا ْستَ ْش ِهدُوا‬ َ ‫أَ ْو‬
‫ش َهدَا ُء إِذَا َما‬ ُّ ‫ب ال‬ َ ْ ‫َض َّل إِحْ دَا ُه َما فَتُذَ ِ ِّك َر إِحْ دَا ُه َما ْاْل ُ ْخ َرى َو ََل يَأ‬ ِ ‫اء أَ ْن ت‬ ُّ ‫ض ْونَ ِمنَ ال‬
ِ َ‫ش َهد‬ ِ ‫فَ َر ُجل َو ْام َرأَت‬
َ ‫َان ِم َّم ْن ت َْر‬
‫ش َهادَةِ َوأَ ْدنَى أَ ََّل ت َْرتَابُوا إِ ََّل أَ ْن‬ َّ ‫َّللا َوأَ ْق َو ُم ِلل‬ َ ‫يرا إِلَى أَ َج ِل ِه ذَ ِل ُك ْم أَ ْق‬
ُ ‫س‬
ِ َّ َ‫ط ِع ْند‬ ً ِ‫يرا أَ ْو َكب‬ ً ‫ص ِغ‬ َ ُ‫عوا َو ََل تَ ْسأ َ ُموا أَ ْن تَ ْكتُبُوه‬
ُ ُ‫د‬
‫ش ِهيد‬َ ‫ار كَاتِب َو ََل‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَاح أَ ََّل تَ ْكتُبُوهَا َوأَ ْش ِهدُوا ِإذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم َو ََل ي‬
َّ ‫ض‬ َ ‫ْس‬ َ ‫ِيرونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
ُ ‫اض َرة ً تُد‬ ِ ‫ارة ً َح‬ َ ‫تَ ُكونَ تِ َج‬
‫ع ِليم‬ َ ‫َّللاُ بِ ُك ِِّل‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ َّ ‫َّللاَ َويُعَ ِلِّ ُم ُك ُم‬
َّ ‫َّللاُ َو‬ ُ ُ‫َوإِ ْن تَ ْفعَلُوا فَإِنَّهُ ف‬
َّ ‫سوق بِ ُك ْم َواتَّقُوا‬

Artinya :Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang
seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak
ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;

7
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian),
Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah;
Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Dalam ayat diatas terkandung Perintah untuk menulis utang piutang dipahami oleh banyak
ulama sebagai anjuran bukan kewajiban. Memang sungguh sulit perintah itu diterapkan oleh kaum
muslimin ketika turun ayat ini jika perintah utang-piutang bersifat wajib karena kepandaian tulis
menulis pada masa itu sangatlah langka.
Perintah tulis menulis mencakup perintah kepada kedua orang yang bertransaksi, dalam arti
salah seorang menulis dan apa yang dituliskan di serahkan kepada mitranya jika mitra pandai tulis
baca, dan bila tidak panda, atau keduanya tidak pandai maka hendaklah mencari orang ketiga.

Sedangkan dasar hukum dari Al-Hadist:

‫صدْقَ يَ ْهدِي ِإلَى ْال ِب ِ ِّر َو ِإ َّن‬


َّ ‫ ِإ َّن ال‬: ‫سلَّم قال‬ َ ‫علَ ْي ِه و‬َ ُ‫صلِّى هللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫َّللا عنه عن النَّ ِب‬
َّ ‫عن اب ِْن َم ْسعُو ٍد رضي‬ َ : ‫فَاْل َ َّو ُل‬
‫ور‬ َ ‫ور َوإِ َّن الف ُج‬ ِ ‫ِب يَ ْهدِي إِلَى الف ُج‬َ ‫ وإِ َّن ْال َكذ‬، ً ‫ص ِدِّيقا‬ َ ‫صد ُُق َحتَّى يُكت‬
ِ َّ َ‫َب ِع ْند‬
ِ ‫َّللا‬ َّ ‫ َوإِ َّن‬، ‫ْالبِ َّر يَ ْهدِي إِلَى ال َجنَّ ِة‬
ْ ‫الر ُج َل لي‬
. ‫َّللا َكذَّابا ً متفق عليه‬ ُ ‫لر ُج َل لَ َي ْكذ‬
َ ‫ِب َحتَّى يُكت‬
ِ َّ َ‫َب ِع ْند‬ ِ َّ‫َي ْهدِي ِإلَى الن‬
َّ ‫ َو ِإ َّن ا‬، ‫ار‬

Pertama: Dari Ibnu Mas’ud ‫ رضي هللا عنه‬dari Nabi ‫صلی هللا عليه وسلم‬, sabdanya: “Sesungguhnya
Kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke
syurga dan sesungguhnya seseorang selalu berbuat jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai
seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada Kejahatan dan
sesungguhnya Kejahatan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang yang
selalu berdusta maka dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang pendusta.” (Muttafaq ‘alaih).

8
Dasar hukum dari Ijma’

Keberadaan Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI)
adalah salah satu bentuk Ijma' . AAOIFI adalah organisasi independent internasional yang
menaungi lebih dari 200 member dari 40 negara termasuk bank central, institusi keuangan islam
dan partisipan lain dari bank islam internasional dan industry keuangan (wordwide).

7.Perbedaan akuntansi Syariah Dan Konvensional

Akuntansi Islam adalah proses akuntansi yang menyediakan informasi yang tepat kepada
pemangku kepentingan suatu entitas untuk memastikan bahwa entitas terus beroperasi dalam batas
syariah Islam dan mewujudkan tujuan sosial ekonominya.

Sedangkan untuk kontrasnya, akuntansi konvensional diartikan sebagai identifikasi,


pencatatan, klasifikasi interpretasi dan komunikasi peristiwa ekonomi untuk memungkinkan
pengguna membuat keputusan yang tepat.
interpretasi dan komunikasi peristiwa ekonomi untuk memungkinkan pengguna membuat
keputusan yang tepat.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa definisi tentang akuntansi syariah
didasarkan pada konsep syariah yang berdiri di atas prinsip- prinsip Islam dibandingkan dengan
konvensional akuntansi didasarkan pada interpretasi kapitalis. Selain itu, bahwa akuntansi syariah
memastikan bahwa organisasi Islam mematuhi prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam dalam
transaksi dan memungkinkan penilaian apakah tujuan organisasi terpenuhi. Dimana syariah Islam
merupakan konsep luas yang terdiri dari hukum ilahi yang mengatur kehidupan individu Muslim
dalam hubungan mereka dengan Allah, individu manusia dan lainnya .

9
Syariah Islam melarang pendapatan berdasarkan bunga atau riba dan juga perjudian, jadi ini
bagian penting dari akuntansi syariah yang membantu memastikan perusahaan tidak merugikan
orang lain sambil menghasilkan uang dan mencapai alokasi dan distribusi kekayaan yang tidak
adil, tidak hanya di antara pemegang saham perusahaan tertentu tetapi juga di kalangan masyarakat
pada umumnya. Akuntansi Syariah sangat terkait dengan kajian dan ideologi Islam, serta
penentuan aturan dasar akuntansi yang sesuai dengan Islam. Baik akuntansi konvensional dan
Islam menyediakan informasi dan mendefinisikan bagaimana informasi itu diukur, dinilai, dicatat
dan dikomunikasikan.

Akuntansi konvensional memberikan informasi tentang peristiwa dan transaksi ekonomi,


pengukuran sumber daya dalam hal aset dan kewajiban, dan mengkomunikasikan informasi itu
melalui keuangan pengguna laporan. Akuntansi biasanya digunakan investor, untuk membuat
keputusan mengenai investasi mereka. Akuntansi syariah, bagaimanapun, mengidentifikasi
peristiwa dan transaksi sosial-ekonomi yang diukur dalam keuangan dan istilah non-keuangan dan
informasi yang digunakan untuk memastikan organisasi Islam dari semua jenis mematuhi Syariah
dan mencapai tujuan sosial ekonomi yang dipromosikan oleh Islam. (Kamaruddin., & Siregar,
2022)

10
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Eksistensi Akuntansi Syariah secara prinsipil terdapat dalam QS. an-Nisa (4) ayat 135.
Allah swt. telah menganjurkan dilakukan pencatatan untuk transaksi non tunai, hal tersebut
bukanlah tanpa alasan, dikarenakan pasti terkandung kemaslahatan di dalamnya. Terbukti
dengan berkembangya akuntansi dari dulu hingga sekarang, bahkan menjadi bagian
penting yang tidak terpisahkan untuk sebuah operasional bisnis. Konstruksi akuntansi
syariah berdasarkan ayat al-Quran dan hadits yang telah dipaparkan pada bagian
pembahasan, tidak sebatas aktivitas bebas nilai, melainkan akuntansi syariah merupakan
perpaduan dari aktivitas akuntansi (pencatatan) dan akuntan (pencatat), selain
memperhatikan standar syariah dalam pencatatan keuangan, lebih dari itu seorang akuntan
sebagai pihak yang melakukan pencatatan dan pembukuan, diharuskan adalah orang yang
profesional atau ahli dan harus pula memiliki kepribadian yang baik dengan bersifat jujur
agar pelaporan keuangan yang dihasilkan jelas dan transparan. Selain itu juga dalam
pekerjaannya perlu kesabaran dan ketelitian supaya pekerjaan tepat sasaran. Dengan
demikian sifat jujur penting dimiliki seorang akuntan dan ia perlu bekerja dengan teliti agar
terhindar dari kesalahan pencatatan yang akan merubah hasil akhir.

2. SARAN

Penyusun berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh Mahasiswa
khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dalam usahanya, dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan
mahasiswa dalam bidang ke-organisasian. Demi penyempurnaan makalah ini, Kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.orami.co.id/magazine/anas-bin-malik
https://www.merdeka.com/quran/an-nisa/ayat-29
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Sayyidina+Umar+bin+Khattab+pernah+bertutur%3A
Kamaruddin., & Siregar, S. (2022). Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional: Komparasi
Nyata Dari Tinjauan Literature. Akuntansi Syariah Dan Akuntansi Konvesional, 8(02),
1365–1372. https://www.jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jei/article/view/5427
Nurhadi, N. (2020). Rekontruksi Ayat-ayat Akuntansi Syariah. Islamika, 2(2), 227–250.
https://doi.org/10.36088/islamika.v2i2.784
https://syariahekonomi45.blogspot.com/2016/04/ayat-dan-hadist-akutansi-syariah.html

12

Anda mungkin juga menyukai