Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

Tentang

“Standar Akuntansi Syariah”

Kelompok 3 :

Oktaviani

Tania Cahyani

Rizqy Andina Putri

Roki Febriandi

Dosen Pengampu :

SYAFRUL ANTONI, SE.M,Si

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan karunia-
nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini pada mata kuliah ” Akuntansi
Perbankan Syariah" yang berjudul : “Standar Akuntansi Syariah".

Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah membimbing
umat manusia dari kejahilan kepada kebenaran, dan Semoga isi dan makna yang terkandung
dalam Makalah ini dapat membantu proses perkuliahan kita pada mata kuliah ini.

Dan juga dalam menyelesaikan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing atau dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah, karena berkat
bimbingan beliau lah penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Standar Akuntansi
Syariah".

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Penulis
juga menyadari bahwa Makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, untuk itu kritik dan saran
dari Dosen Pembimbing demi kesempurnaaan Makalah ini dan menjadi pedoman selanjutnya
bagi penulis.

Kerinci, 27 Februari 2023

Penulis,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………….……………………3

A. Standar Akuntansi………………………….…………………………3
B. Prinsip-prinsip Standar Akuntansi……………………………………..3
C. Jenis Standar Akuntansi……………………………………………….5
D. Perbedaan Standar Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional..6
E. Riset Akuntansi Islam…………………………………………………7

BAB III PENTUP………………………………………………………………..8

A. Kesimpulan…………………………………………………………..8
B. Saran………………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu


manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul
karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggung jawaban kepada Sang
Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai
kodratnya sebagai khalifah. Dengan perkembangan lembaga keuangan Islam,
Pernyataan wacana Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) juga dikembangkan. benda
Hal ini relevan karena keberadaan institusi atau perusahaan tidak akan terpisah Proses
pencatatan akuntansi. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki kewajiban
Mencatat aktivitas akuntansi yang terjadi Perusahaan selanjutnya mengusulkan
persiapan dan Perkenalkan laporan keuangan kepada pengguna.

Fungsi bank syariah antara lain menghimpun dan menyalurkan dana kepada
masyarakat, dimana penyaluran dana ini terdiri dari berbagai bentuk produk bank
syariah di antaranya adalah produk pendanaan, produk pembiayaan, produk jasa
perbankan, dan produk social. Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana,
bank syariah menerima simpanan dari masyarakat. Sedangkan dalam kegiatan
penyaluran dana, bank syariah memberikan jasa dalam bentuk pembiayaan dan
investasi. Salah satu praktik ekonomi yang berlandaskan nilai syariah muamalah
adalah murabahah. Murabahah adalah salah satu akad jual beli bernilai tijarah,
mempunyai nilai keuntungan. Sebagai salah salah satu kegiatan ekonomi inilah,
pelaku murabahah wajib mentaati perlakuan akuntansi murabahah yang ada. Di
Indonesia, PSAK 102 memuat peraturan perlakuan akuntansi murabahah.

Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli barang dengan harga
tertentu Sumber dengan manfaat tambahan yang disepakati, bank Penjual dan
pelanggan bertindak sebagai pembeli. siap pembayaran Pembayaran angsuran atau
kesepakatan bersama.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Standar Akuntansi

2. Prinsip-prinsip Standar Akuntansi

3. Jenis Standar Akuntansi

4. Perbedaan Standar Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional

5. Riset Akuntansi Islam

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui standar Akuntansi

2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Standar Akuntansi

3. Untuk mengetahui Jenis Standar Akuntansi

4. Mengetahui Perbedaan Standar Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional

5. Untuk mengetahui riset Akuntansi Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Standar Akuntansi

Standar Akuntansi adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar
terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan.

Standar akuntansi juga berfungsi untuk mempermudah auditor serta mempermudah


pembaca laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan laporan keuangan entitas
yang berbeda beda.

Standar ini digunakan untuk badan atau bisnis yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu
badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal seperti perusahaan
publik, asuransi, perbankan, BUMN, ataupun perusahaan dana pensiun).

B. Prinsip-prinsip Standar Akuntansi

Prinsip-prinsip dari Standar Akuntansi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 71 Tahun 2010 mengemukakan delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi basis akuntansi, prinsip nilai historis,
prinsip realisasi, prinsip substansi mengungguli bentuk formal, prinsip periodisitas, prinsip
konsistensi, prinsip pengungkapan lengkap, dan prinsip penyajian wajar.

1. Basis Akuntansi

Pada prinsip Standar Akuntansi, basis akuntansi digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah dalam bentuk basis laporan operasional, akrual, untuk pengakuan pendapatan, beban,
aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundang-undangan mewajibkan agar basis
akuntansi disajikan bersama laporan keuangan dengan basis kas.

Basis akrual untuk laporan operasional sebagai petunjuk bagi pendapatan yang diakui ketika
hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi meskipun kas belum diterima pada Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.

2. Nilai Historis (Historical Cost)

Nilai historis dapat berupa aset yang dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara dengan
kas yang dibayar. Aset yang dicatat juga bisa sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration)
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.

3
3. Realisasi (Realization)

Pendapatan basis kas tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
pada suatu periode akuntansi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Biasanya digunakan
untuk membayar utang dan melakukan belanja dalam periode tersebut. Mengingat Laporan
Realisasi Anggaran (LRA)adalah laporan yang wajib disusun, maka pendapatan basis kas harus
diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah maupun mengurangi kas.

4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form).

Prinsip ini sebagai Informasi yang dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka dari itu, segala bentuk harus dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya
saja. Jika substansi transaksi tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan

5. Periodisitas (Periodicity).

Agar kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan,
maka kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan harus dibagi menjadi
beberapa periode pelaporan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan, meskipun
dikehendaki pula periode bulanan, triwulan, dan semester.

6. Konsistensi (Consistency).

Konsistensi bisa berupa perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan. Keadaan tersebut bukan berarti tidak
boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain, namun
metode akuntansi yang dipakai dapat diganti dengan syarat. Adapun syarat tersebut adalah
metode yang baru diterapkan harus mampu memberikan informasi yang lebih baik daripada
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode tersebut diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure).

Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap segala informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna. Selain itu pengungkapan informasi harus dapat ditempatkan pada lembar muka
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.

4
8. Penyajian Wajar (Fair Presentation).

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat sangat diperlukan bagi
penyusun laporan keuangan dan manajemen keuangan ketika menghadapi ketidakpastian pada
peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan hakikat
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan
sehat tersebut dapat mengandung unsur kehati-hatian sehingga dalam laporan keuangan aset
tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.

C. Jenis Standar Akuntansi

Meskipun mengacu pada prinsip dan standar akuntansi global, SAK yang berlaku di
Indonesia tentunya sudah disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan yang ada. Di Indonesia
sendiri terdapat empat jenis SAK yang berlaku dan disebut juga dengan Pilar Standar Akuntansi
Keuangan. Berikut adalah jenis-jenis SAK yang diterapkan di Indonesia :

1. PSAK-IFRS

SAK yang pertama adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengacu pada
standar yang dibuat oleh IFRS. PSAK-IFRS juga merupakan nama lain dari SAK terbaru yang
dibuat dan diterapkan IAI pada tahun 2012. Pengacuan standar terhadap IFRS dilakukan karena
Indonesia merupakan anggota dari International Federation of Accountants (IFAC) dan sebagai
anggota forum G20 London yang telah sepakat untuk menggunakan standar tersebut.

2. SAK-ETAP

SAK yang kedua adalah SAK-ETAP, yaitu Standar Akuntansi Keuangan yang dibuat dan
diterapkan pada Entitas Tanpa Akuntan Publik (ETAP). Pemahaman ETAP adalah entitas
(lembaga/organisasi) yang tidak memiliki akuntabilitas atau pertanggungjawaban dalam ranah
publik. SAK-ETAP merupakan bentuk sederhana dari PSAK-IFRS dan biasanya digunakan pada
perusahaan kecil hingga menengah yang membuat laporan keuangan umum untuk pihak
eksternal.

3. PSAK-Syariah

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAK-Syariah) atau yang sering


disebut juga dengan Standar Akuntansi Syariah (SAS), merupakan standar yang dibuat untuk
lembaga yang menggunakan basis syariah.

5
4. SAP

SAK yang terakhir adalah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dibuat dan
diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan telah ditetapkan sebagai Peraturan
Pemerintah (PP). Semua lembaga pemerintahan baik yang berada di pusat maupun daerah harus
mengacu pada SAP dalam membuat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Hal ini ditujukan agar pengelolaan keuangan negara
yang dilakukan oleh lembaga pemerintah menjadi lebih transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.

D. Perbedaan Standar Akuntansi Islam dan Akuntansi Konvensional

Ada beberapa hal yang membuat akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi konvensional.
Perbedaan yang paling mendasar di antara keduanya adalah dasar hukum yang digunakan dalam
prakteknya. Berikut Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvensional.

Standar Akuntansi Syariah

1. Berintegrasi dengan masyarakat muslim

Sudah jelas, segmentasi masyarakat akuntansi syariah adalah masyarakat muslim. Mereka
tentu saja memiliki sesuatu yang sesuai dengan hukum syariat islam. Alasannya sederhana,
karena hukum syariat islam pasti mengutamakan kejujuran kerja.

2. Adil, dapat dipertanggungjawabkan dan benar

Seperti yang sudah disinggung di paragraf di atas, tentang prinsip ekonomi syariah ada tiga
prinsip dasar yaitu mengutamakan akan nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban.
Ketiga prinsip inilah yang dijadikan sebagai kekuatan yang mampu mempengaruhi pikiran dan
keputusan orang lain.

3. Alat bagi umat islam mengevaluas

Akuntansi syariah ternyata tidak hanya bertujuan untuk mempengaruhi stakeholder dalam
mencapai tujuan sosio-ekonomi terhadap manusia saja, tetapi juga dapat untuk mengevaluasi
tanggung jawab kepada allah. Dengan kata lain, tidak hanya fokus pada dunia, tetapi pada
pertanggungjawaban di akhirat nanti.

6
Standar Akuntansi Konvensional

1. Mengandalkan logika

Perbedaan akuntansi konvensional mengutamakan asas logika manusia. Padahal kita tahu,
logika kita tidak selamanya benar. Bisa jadi apa yang kita anggap benar dimata allah tidak benar.
Berbicara tentang logika manusia, kita pun tahu bahwa logika seseorang bersifat dinamis, selalu
berubah tergantung kondisi masyarakat, sistem yang diterapkan dan tergantung pada kebutuhan.

2. Pinsip akuntansi konvensional bergantung pada nilai tertentu

Berbalik dari prinsip akuntansi syariah, pada ekonomi konvensional konsep keadilan,
kebenaran dan pertanggungjawaban tidak bergantung pada aturan hukum islam. Melainkan
bergantung pada nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat.

3. Fokus pada Kepentingan Dunia

Sementara pada ekonomi konvensional tidak peduli pertanggungjawaban secara akhirat.


Fokus pertanggungjawaban mereka hanya pada kepentingan dunia, terutama pada sekelompok
manusia dan entitas ekonomi.

Akuntansi syariah biasanya hanya bisa mengolah data-data keuangan berupa transaksi yang
sesuai syariah, seperti mudharabah, murabahah, dan lain sebagainya. Sedangkan, akuntansi
konvensional berjalan menggunakan dasar hukum yang berasal dari undang-undang yang
berlaku di suatu negara.

E. Riset Akuntansi Islam

(1982). “Research Accounting” yaitu re artinya kembali dan to research artinya mencari
kembali di bidang akuntansi. Penelitian akuntansi merupakan suatu metode studi melalui
penyelidikan yang harti-hati dan sempurna terhadap suatu masalah akuntansi, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.

riset dapat dilakukan untuk mengumpulkan pengetahuan dan temuan substantif untuk
dibagikan dengan cara yang tepat. Riset juga dapat digunakan untuk membantu menghasilkan
pertanyaan yang lebih mendalam. Riset tidak hanya penting bagi seorang peneliti, tetapi juga
penulis.

Dalam disiplin ilmu akuntansi, riset akuntansi memiliki peran yang sangat penting. Pertama,
riset akuntansi berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, sehingga
praktik akuntansi tidak sekedar asal jalan akan tetapi didasarkan atas riset yang kemudian
dielaborasikan dalam teori.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi syariah di Indonesia semakin berkembang dari masa ke masa. Demikian halnya
dengan peningkatan semua teknologi dan pengetahuan yang juga berkembang dengan pesat di
era modern seperti ini. Jual beli juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan dengan
sistem transaksi yang berbeda-beda. Jual beli yang sedang banyak digemari oleh masyarakat
adalah jual beli secara online. Jual beli online adalah jual beli yang dilakukan dengan
memanfaatkan jaringan internet dan sosial media sebagai perantara atau media tawar menawar
antara penjual dan pembeli dalam menawarkan barang. Dalam islam jual beli online hukumnya
boleh jika sudah memenuhi rukun jual beli yaitu adanya penjual dan pembeli, penjual dan
pembeli sama-sama ridha, barang yang diperjual belikan halal, dan adanya ijab dan qabul; dan
tidak merugikan semua pihak yang bersangkutan.

B. Saran

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sangat menerima kritikan untuk memperbaiki makalah ini demi kesempurnaan makalah
kami berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://m.kumparan.com/amp/berita-bisnis/standar-akuntansi-pemerintahan-pengertian-dan-
prinsipnya-1wP0hr674V4

https://www.simulasikredit.com/amp/inilah-jenis-jenis-standar-akuntansi-keuangan-yang-
digunakan-di-indonesia/

https://deepublishstore.com/blog/materi/perbedaan-akuntansi-syariah-dan-konvensional/

Anda mungkin juga menyukai