Anda di halaman 1dari 23

KERANGKA DASAR PEMYUSUNAN DAN PENYAJIAN

LAPORAN KEUANGAN SYARIAH


Dosen : Eliana,S.E., M.Si.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

NORMAN (190603146)

RIZKI ANANDA (190603130)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa
penulis bersyukur atas tersusunnya makalah ini. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima
kasih kepada Eliana, S.E., M.Si selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami
kesempatan untuk membahas Makalah yang berjudul KERANGKA DASAR PEMYUSUNAN
DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH, Tujuan kami menyusun makalah ini
adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perbankan Syaraiah. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Banda Aceh, 2 Maret 2022

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
A. Latar belakang.................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH...............................................................................................................................................6
1. Tujuan Kerangka Dasar...............................................................................................................6
2. Pemakai dan Kebutuhan Informasi..............................................................................................6
3. Paradigma Transaksi Syariah.......................................................................................................7
4. Asas Transaksi Syariah................................................................................................................7
5. Karakteristik keuangan Syariah...................................................................................................9
6. Tujuan Laporan Keuangan...........................................................................................................9
7. Bentuk Laporan Keuangan........................................................................................................10
8. Asumsi Dasar.............................................................................................................................11
9. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan...............................................................................11
10. Kendala Informasi Yang Relavan..........................................................................................12
11. Unsur Unsur Laporan Keuangan............................................................................................13
12. Pengukuran Unsur laporan Keuangan....................................................................................14
13. Laporan Keuangan Entitas Syariah (PŠAK 101 (Revisi 2016)..............................................15
14. Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101 (Revisi 2016).................................................16
B. KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM.....................16
1. Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan.................................................................16
2. Pemakai dan Kebutuhan Informasi............................................................................................17
3. Paradigma. Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah..............................................................17
4. Bentuk laporan Keuangan..........................................................................................................17
5. Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI.............................................................18

3
6. Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi................................................18
7. Beberapa Pemikiran ke Depan...................................................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN...................................................................................................................................23
B. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................23

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah
suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada
standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan
laporan keuangan.

Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang
perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS. pemakai laporan keuangan syariah,
tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan
serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini adalah sebagai
dasar dalam memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam membuat
standar akuntansi standar.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan


Keuangan Syari'ah di Indonesia menurut PSAK?
2. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari'ah di Indonesia menurut AAOIFI?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari'ah di Indonesia menurut PSAK.
2. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari'ah di Indonesia menurut AAOIFI.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN SYARIAH
Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem yang melekat pada
tujuan-tujuan dan sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten, serta terdiri atas sifat,
fungsi, serta batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Kerangka konseptual diperlukan agar dihasilkan standar dan aturan yang koheren, yang
disusun atas dasar yang sama sehingga menambah pengertian dan kepercayaan para pengguna
laporan keuangan, serta dapat dibandingkan di antara perusahaan yang berbeda atau periode
yang berbeda. Kerangka konseptual juga dapat digunakan untuk mencari solusi atas berbagai
masalah praktis yang muncul sesuai dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan lingkungan.

1. Tujuan Kerangka Dasar


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis
transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun catitas konvensional baik
sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan
sebagai acuan bagi:
a. Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang herlaku umum atau tidak.
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan
syariah.

2. Pemakai dan Kebutuhan Informasi


a. Investor sekarang dan investor potensial, karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, menahan, atau menjual investasi atau penerimaan dividen.
b. Pemilik dana qardh, untuk mengetahui apakah dana qurdh dapat dibayar pada
saat jatuh tempo atau tidak.
c. Pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman.
d. Pemilik dana titipan, untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap
saat.

6
e. Pembayar dan penerima zakat. infak, sedekah, dan wakaf, untuk informasi
tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
f. Pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip syariah.
g. Karyawan, untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas
entitas syariah.
h. Pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
i. Pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas
syariah.
j. Pemerintah serta lembaga-lembaganya. untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas entitas syariah. perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
k. Masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan negara.

3. Paradigma Transaksi Syariah


Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan illahi), dan sarana kebahagiaan
hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material
dan spiritual (al-falak). Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan
cara ini, akan terbentuk integritas yang akhirnya akan membentuk karakter tata kelola
yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

4. Asas Transaksi Syariah


Transaksi syariah berasaskan pada prinsip berikut:
a. Persaudaraan (khnah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi
nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, schingga seseorang tidak boleh
mendapatkan keuntungan di atas kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas
prinsip saling mengenal (ta'aru), saling memahami (tafakum), saling menolong
(ta'awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
b. Keadilan (adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanyal pada yang
berhak dan sesuai dengan posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan
muamalah adalah melarang adanya unsur-unsur berikut ini:
o Riba bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasi'ah maupun
fadhl. Riba sendiri diterjemahkan sebagai tambahan pada pokok piutang
yang dipersyaratkan dalam transaksi pinjam meminjam serta derivasinya
dan transaksi nontunai lainnya, atau transaksi atar barang, termasuk

7
pertukaran uang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yang tidak
sejenis secara nontunai.
o Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Kezaliman diterjemahkan memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran
(kualitas dan temponya), mengambil sesuatu yang bukan haknya. dan
memperlakukan sesuatu tidak sesuai tempatnya atau posisinya.
o Judi, atau hersikap spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktivitas
(maisir)
o Unsur ketidakjelasan (gharar). manipulasi dan eksploitasi informasi serta
tidak adanya kepastian pelaksanaan akad, seperti ketidakpastian
penyerahan objek akad, tidak ada kepastian kriteria kualitas, kuantitas,
harga objek akad, atau eksploitasi karena salah satu pihak tidak mengerti
perjanjian ini (gharar). Bentuk-bentuk gharar antara lain:

 Tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan objek akad


pada waktu terjadi akad baik objek akad itu sudah ada maupun
belum ada.
 Menjual sesuatu yang belum berada di bawah kekuasaan penjual.
 Tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kualitas barang/jasa.
 Tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayaran
 Tidak danya ketegasan jenis dan objek akad.
 Kondisi objek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan
yang ditentukan dalam transaksi.
 Adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informast yang
kurang atau dimanipulasi dan ketidak tahuan atau ketidakpahaman
yang ditransaksikan.
o Haram segala unsur yang dilarang tegas dalam Alquran sunah. baik dalam
barang/jasa atau pun aktivitas operasional terkait.

c. Kemaslahatan (maslahah). yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang


berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan
kolektif, Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur yaitu: halal (patuh terhadap
ketentuan syariah) dan thayib (membawa kebaikan dan bermanfaat). Transaksi
syariah yang dianggap bermaslahat harus memenuhi keseluruhan unsur-unsur
yang menjadi tujuan ketetapan syariah (maqashid syariah) yaitu, berupa
pemeliharan terhadap agama. intelektual, keturunan, jiwa dan keselamatan serta
harta benda (mal).
d. Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek
privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil. bisnis dan sosial, serta aspek

8
pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan
kepentingan pemilik semata tetapi memperhatikan kepentingan semua pihak
sehingga dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut.
e. Universalisme (syumuliyah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh. dengan,
dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama,
ras dan golongan sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil
alumin).

5. Karakteristik keuangan Syariah


Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha.
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
(thayib).
c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai. bukan
sebagai komoditas.
d. Tidak mengandung unsur riba.
e. Tidak mengandung unsur maysir.
f. Tidak mengandung unsur gharar.
g. Tidak mengandung unsur haram.
h. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al ghunmu bil ghurmi
(no gain without accompanying risk).
i. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta'alluq) dalam satu akad.
j. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar).
k. Tidak mengandung unsur kolusi dengan siap menyuap (risywah).

6. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyajikan
konsep yang mendasari penyusunan, penyajian laporan keuangan serta perubahan posisi
keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan lainnya ini adalah sebagai berikut;
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha.

9
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah.serta inormasi asset
liabilitas. pendapatan. dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila
ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana. menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkak temporer, dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas. syariah termasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Laporan Keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagai


pengguna laporan keuangan serta dapat digunakan sebagai bentuk laporan dan
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

7. Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
a. Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai laporan keuangan. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur keuangan,
likuiditas dan solvabilita serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dimasa yang akan datang.
b. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laha rugi. Laporan ini
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan.
c. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syanah, yang dapat disusun
berdasarkan devinisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja,
asset likuid atau kas Kerangka ini tidak mendefiniskan dana secara spesifik.
Akan Tetapi, dapat diketahui aktivitas investasi pendanaan, dan operasi selama
periode laporan.
d. Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah. Merupakan informasi yang tidak dapat diatur secara khusus tetapi
relevan bagi pengambilan keputusan sebagaian besar pengguna laporan
keuangan.
e. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan
yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang
mempengaruhi entitas.

10
8. Asumsi Dasar
a. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual.maksudnya bahwa pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

b. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan biasanya disuusn atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena
itu.entitas syariah doasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi
atau mengurangi secara material skala usahanya.

9. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


a. Dapat dipahami.
Kualitatif penting dari informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.Untuk maksud
ini.pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis,akutansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
b. Relevan.
Agar bermanfaat.informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan Informasi memiliki kualitas
relevan kalua dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,masa kini atau masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.Relevan
berarti juga harus berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan
(confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu sama lain.
c. Keandalan.
Andal dapat diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan maka penggunaan infromasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Agar dapat diandalkan maka infromasi haru memenuhi hal sebagai
berikut.
o Menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan. Misalnya.laporan posisi keungan harus menggambarkan

11
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk
aser.kewajiban,dana syirkah temporer,sreta ekuitas entitas syariah pada
tanggal pelaporan.
o Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang
sesuai dengan prisnip syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya.
o Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak
tertentu saja (netral).
o Didasrkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan ini
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan atas
ketidakpastian tersebut..
o Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan akan berakibat informasi menjadi tidak benar sehingga
menjadi tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna.

d. Dapat dibandingkan.
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah
antar periode untuk mengidentifikasikan kecendrungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
entitas-entitas syariah untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif.

Agar dapat dibandingkan informasi tentang kebjiakan akuntasi yang


digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebjiana serta
pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapnkan termasuk ketaatan atas
standar akuntansi yang berlaku.

10. Kendala Informasi Yang Relavan


Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut.
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi
dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang
menentukan.

b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat


Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala
yang dapat terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang

12
dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun secara
substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses pertimbangan
(judgement process). Biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang menikmati
manfaat, sehingga perlu disadari dan dijadikan pertimbangan oleh para penyusun
dan pemakai laporan keuangan.

11. Unsur Unsur Laporan Keuangan


Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah, antara lain meliputi:
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang
terdiri atas, laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta
laporan perubahan ekuitas.
 Posisi keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, liabilitas, dana syirkah temporer, dan ekuitas. Pos-
pos ini didefinisikan sebagai berikut:
 Aset, yaitu sumber daya yang dikuasai olch entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan diperolch entitas syariah.
 Liabilitas, merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu Penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah yang
mengandung manfaat ekonomi.
 Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai
investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak
lainnya. dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola
dan menginvestasikan dan tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan.
 Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah
dikurangi semia liabilitas dan dana syirkah temporer. Ekuitas
dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang
saham. saldo laba, penyisihan saldo laba, dan penyisihan
penyesuaian pemeliharaan modal.

 Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan hersih
(laba) adalah penghasilan dan behan. Unsur penghasilan dan heban
didefinisikan berikut ini.

13
 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau pemiriman kewajiban yang mengakibatkan
kemikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues)
maupun keuntungan (gain).
 Beban (expenses) adalah peruruman manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atm
berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan
aktivitas entitas syariah maupun kerugian yang timbul
 Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah
bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil
investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan
keuangan.

b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi


laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan.
c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.

12. Pengukuran Unsur laporan Keuangan


Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang
berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Biaya historis (historical cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesat
nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan.
Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban
(obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam
jumlah kos (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal. Dasar ini adalah dasar
pengukuran yang lazim digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan
keuangan,

14
b. Biaya kinl (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset
yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak
didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)


Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan nonmal (orderly disposal).
Liabilitas dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas
yang tidak didiskontokam yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuran ini walaupun
dapat digunakan tetapi tidak mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat ini
Mengingat manajemen harus menjamin informasi yang disajikan harus andal
serta dapat dibandingkan

13. Laporan Keuangan Entitas Syariah (PŠAK 101 (Revisi 2016)


Sesuai dengan PSAK 101 (Revisi 2016), laporan keuangan ini disajikan oleh entitas
yang melakukan transaksi syariah pada anggaran dasarnya. Terminologi dalam PSAK
digunakan oleh entitas yang berorientasi laba, sedangkan untuk entitas yang tidak
berorientasi laba atau memiliki untuk ekuitas yang berbeda perlu menyesuaikan
deskripsi pada beberapa pos keuangan.

Komponen laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:


a. Laporan posisi keuangan pada akhir penode
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selamu periode
d. Laporan arus kas selama periode
e. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode
f. Laporan sumber dan penggunaan dan kebajikan selama periode
g. Catatan atas laporan keuangan: berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting daa
informasi penjelasan lain
h. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya. Informasi ini bersifat naratif
dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali
tika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Informasi
komparatif minimum terdiri dari: 2 laporan posisi keuangan 2 laporan laba rugi
penghasilan komprehensif lain. 2 laporan perubahan modul. 2 laporan arus kas, 2
laporan sumber dan penggunaan zakat, 2 laporan sumber dan penggu dana
kebajikan. dan 2 catatan atas laporan keuangan

15
i. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, atau
melakukan penyajian kembali pos laporan keuangan atau ketika entitas syariah
mereklasifikasi pos dalan laporan keuangan. Dengan hal ini, maka laporan
keuangan akan terdiri dari 3. (tiga) periode yaitu: akhir periode berjalan, akhir
periode sebelumnya. dan awal perinde sebelumnya.

14. Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101 (Revisi 2016)


Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas:
a. Laporan posisi keuangan (neraca)
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain:
c. Laporan perubahan ekuitas;
d. Laporan arus kas:
e. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil:
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat kebajikan g. Laporan sumber dan
penggunaan
g. Catatan atas laporan keuangan.

Saat ini di dunia, terdapat lembaga nirlaba tingkat internasional yang berperan dalam
mengembangkan dan menerbitkan berbagai standar (dalam bidang syariah, akuntansi,
auditing, etika dan tatakelola) untuk industri keuangan syariah global. I emhaga tersebut
dikenal dengan nama Accounting and Auditing Organization for Islammc Financial
Institution. (AAOIFI).

B. KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR


ISLAM

1. Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan


Kerangka dasar akuntansi disadari begitu sangat penting, dan untuk itu AAOIFI telah
mengeluarkan pernyataan No.1 dan No. 2. tujuan akuntansi keuanganuntuk lembaga
keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut :
a. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan
standar yang konsisten.
b. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih
berbagai alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum
mengatur

16
c. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat
pertimbangan judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan
d. Tujuan jika diungkapkan dengan baik. akan meningkatkan kepercayaan
pengguna serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehi ngga
akhirnya akan meningkatkan keperecayaan atas lembaga keuangan syariah.
e. Penetapan tujuanyang mendulkung penyusiunan standar akuntansi yang
konsisten.

2. Pemakai dan Kebutuhan Informasi


Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara kain sebagai berikut:
a. Pemegang saham
b. Pemegang investasi
c. Pemilik danas
d. Pemilik dana tabungan
e. Pihak yang melakukan transaksi bisnis
f. Pengelolah zakat
g. Pihak yang mengatur

3. Paradigma. Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah


Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah tidak dapt dipisahkan dari
ekonomi Islam. karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah Islam dalam
konteksmuamalah. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi syariah seharusnya didasarkan
atas prinsip dasar ekonomi Islam dalam rangka mencapai tujuan syariah (maqashidus
Shariah). Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurutIbnu Al-A'rabi adalah sebagai
berikut.
a. Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal
b. Tidak boleh dilakukan secara tidak adil
c. Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti.
d. Harus mempertimbangkan Al- Maqasid dan Al Masalih. Di manu Al MAqasid
adalah tujuan harus selalu sesuai dengan tuntunan Islam. Sedangkan Al Masalih
adalah kesejahteraan atau perbaikan di muka bumi.

4. Bentuk laporan Keuangan


a. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas Atau Laporan perubahan Laba
d. Laporan Arus Kas
e. Laporan Perubahan Investasi Yang Dibatasi Dan Ekuivalennya

17
f. Laporan Sumber Danpenggunaan Dana Zakat Serta Dana Sumbangan 7. Laporan
Sumber Dan Penggunaandana Qard Hasan

5. Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI


a. Relevan, syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai
alasan utama disusunnya Iporan keuangan.
b. Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan keandaln informasi yang
dihasilkan
c. Dapat dibandingkan. Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembag
keuangan syariah lainnya dan dintara dua periode akuntansi yang erbeda bagi
lembaga keuangan yang sama.
d. Konsisten. Metode yang akn digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan
akuntansi yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
e. Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi
rata-rata pengguna laporan keuangan.

6. Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi


Pembahasan Kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada konsep masing –
masing sehingga tidak dikelompokkan kembali sebagai asumsi, karakteristik kualitatif,
dan sebagainya,
a. Konsep unit akuntansi.
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang
terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain
(Belkout, 2000). Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya adalah
sebagai berikut.
o Proprietary Theory (Teori Pemilikan), dimana kepemilikan terhadap
perusahaan tercermin pada akun ekuitas sehingga persamaannya Aset-
Kewajiban-Ekuitas atau Aktiva- Kewajiban=Modal.
o Entity Theory (Teoti Kekayaan), dimana pemilik adalah hanya memiliki
hak atas sebagian dari kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah
hanya salah satu yang berhak atas perusahaan, sehingga persamaanya
adalah Aset-Kewajiban+Ekuitas atau Aktiva-Ekuitas(modal).

Para ulama likih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik
akuntansi islam, masih berbeda pandapat mengenai teori im. Mereka yang
mendukung diantarannya adalah Adnan dan Gaffikin (1997). Abdul Rahman
(Napier. 2007). Attiah (1989) Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam ada
juga konsep akuntansi yang harus terpisah daru unit akuntansi seperti Wakaf,

18
Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh ulama fikih
yang setuju dengan konsep ini adalah firma Allah dalam OS 4:29"..... Kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu".....
dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW: orang mukmin itu (dalam urusan
mereka) menurut syarat yang telah mereka sepakati, kecuali satu syarat, yaitu,
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya:


Gambling dan Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan
adalah suatu bentuk entitas hukum yang tidk dapat dipisahkan dengan pemiliknya
terutama yang berkaitan dengan utang. AAOIFI menerima konsep ini dengan
dasar saling mempercayai dan masjid telah menjadi contoh adanya konsep entitas
unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat islam.

b. Kegiatan usaha yang berkelanjutan.


Konsep berkelanjutan ini dijelaskan "mengasumsikan bahwa perusahaan
akan terus berkelanjut di masa yang akan dating.
Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung
orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn. Sebagaiman
di sampaikan dalam QS. 57:7 dan Al Hadis: "Allah menyayangui orang-orang
yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara sederhana serta
menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari
fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para
pemikir islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an hhwa semua
makhluk hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus hidup selamanya.
c. Satuan mata Uang.
konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan
memperhitungkan segalla sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan mata
uang serta mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan dalam satuan mata
uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak
selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan menimbulkan dua
masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan masalah pengukuran.

Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini, antara
lain adalah Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang
sebagai alat perhitungan dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan
penyebabnya adalah islam memerintahkan untuk berbuat adil seperti tercantum
dalam QS 6:152, QS 7:85, serta QS 4:29. Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya

19
dari pinjaman dengan Qard Hasan karena pemberi pinjaman akan menerima nilai
yang lebih kecil.

Untuk meminimalisir dampak inflasi, dapat dilakukan dengan penyesuaian


atas indeks atau koreksi harga. Masalahnya adalah indeks tersebut tidak diterima
oleh (empat) Imam Mazhab fikih. Sementara itu, penerapan nilai
pengganti/replacement cost atau nilai wajar /fair value juga tidak sederhana,
sehingga masih dianggap bukanlah solusi yang memadai, walaupun saat ini IFRS
telah merekomendasikan penyajian aset tetap dengan menggunakan nilai wajar
(current/fair value). Berdasarkan hal tersebut, Attiah (1989) mengusulkan
penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena kedua komoditas tersebut
memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat juga menggunakan
komoditas tersebut. AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan
The Islamic Academy di Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan
bahwa utang seharusnya dinilai pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai
uangnya.
 Pemikir akuntansi yang menerima
konsep ini, bersikap Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah
suatu unit akuntansi yng terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya
atau dengan perusahaan lain. Terdapat bebrapa teori tentang kepemilikan
diantarnya dlh
 Propriety Theory, dimana kepemilikan terhadap
perusahaan tercermin pada akun ekuitas sehingga
persamaannya Aset-kewajiban - Ekitas
 Entity theory, pemilik hanya memiliki hak atas
sebagian dari kepemilikan perusahaan, sehingga
persamaannya, Aset - Kewajiban + Ekuitas.

Para ulama fikih, masih berbeda pendapt mengenai teori ini. Mereka yang
mendukung ialah Adnan dan Galifiki (1997). Konsep tersebut beralasan bahwa
dalm islam ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah seperti: wakaf bitul
mal, zakt dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh para ulama yang setuju
adalh firman Allah dalam QS. 4:29.... kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Sedangakan mereka yang tidak
setuju dengan konsep ini diantarnya: Gambling dan Karim (1991) beralasan
bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas hokum yang tidak dapat
dipisahkan dengan pemiliknya terutama terutama yang berkaitan dengan utang.

 Kegiatan usaha yang berkelanjutan


Konsep berkelanjutan ini dijelaskan "mengasumsikan bahwa
perusahaan akan terus berkelanjut di masa yang akan dating. Pendapat ini

20
didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung orang yang
bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn. Sebagaiman di
sampaikan dalam QS. 37,7 dan Al Hadis, "Allah menyayangui orang-
orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara
sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari in
membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk
para pemikir islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an
bhwa semua makhluk hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus
hidup selamanya.

 Periodisasi
Menurut konsep ini, adanya perubahn atas kekayaan perusahaan
pada laporan keuangan harus dijelaskan secar periodic (belkoui 2000).
Konsep ini berhubungan dengan konsep ini berhubungan dengan usaha
yang berkelanjutan.
 Satuan mata uang
 Koservatif
 Harga perolehan
 Penandingan antar pendapatan dan behan
 Dasar akrual
 Pengungkapan penuh
 Substansi mengungguli bentuk

7. Beberapa Pemikiran ke Depan


Berdasarkan dinamika pemikiran konsep konsep di atas, ada sebagian pemikir akuntansi
Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang agak berbeda.
a. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), untuk
mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola
perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai
sekarang. Alasan lain, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan karena
nilai yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost. IFRS
(International Financial Reporting Standard) juga telah merekomendasikan nilai
saat ini (current value) untuk aset yang disajikan dalam laporan keuangan, dan
negara-negara didunia sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS sebagai
standar pelaporan dinegara masing masing.
b. Laporan Nilai Tambah (value added statement) sebagai pengganti laporan laba
atau sebagai laporan tambbah atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa unsur terpenting didalam akuntansi syariah

21
bukanlah kinerja operasional (laba bersih). tetapi kinerja dari sisi pandang para
stakeholders dan nilai sosial yang dapat didistribusikan secara adil kepada
sekelompok yang terlibat dengan dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai
tambah.
c. Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial dan
lingkungan (Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan
akuntansi keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan tambahan.
d. Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk laporan nilai
tambah syariah setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah filosofis-teoritis
akuntansi syariah.

22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PSAK Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLK
Syariah) yang di 6tTfikih atas trand saksi yang sesuai dengan syariah.
Selain itu, PSAK Syariah ini mencakup perusahaan di seluruh industry yang melakukan
transaksi Syariah dan tidak terbatas hanya untuk lembaga keuangan Ssariah seperti standar
AAOIFI

B. DAFTAR PUSTAKA
Alifudin. (2016), SAK Svari'ah dalam Tafsir Hau Sosial Profetik. Malang: Emapat Dua

Nurhayati, Sri.. Wasilah. (2019). Akuntansi Syariah di Indonesia (5 ed.). Jakarta: Salemba
Empat.

23

Anda mungkin juga menyukai