IJMA’
IJMA’
Kebulatan tekad
terhadap suatu
persoalan
Secara bahasa
Kesepakatan
tentang suatu
Ijma’ masalah
01
Mazhab Maliki: Kesepakatan sudah dianggap ijma’ meskipun hanya
merupakan kesepakatan masyarakat Madinah
02
Muhammad Abu Zahrah: menurut jumhur ulama ijma’ dianggap sah
dengan adanya kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid
Pelaku kesepakatan itu hendaklah seluruh mujtahid yang ada dalam dunia Islam
Kesepakatan tersebut harus berdasarkan dalil syara’ baik berupa nash maupun
qiyas
Syarat Ijma’ Menurut Ulama Ushuliyun:
01
Al-Ghazali: proses penentuan suatu hukum asal bagi kasus yang
serupa berdasarkan kesamaan sebab hukum (illat) antara keduanya
Rukun Qiyash
Sesuatu yang dihubungkan atau
Maqish dipersamakan dengan ashal,
dinamakan furu
Qiyash Awla: illat yang terdapat pada faru’ Qiyas Jali: yang tetap ‘illahnya dengan nash
lebih utama daripada illat yang terdapat atau ijma’ atau dipastikan dengan menafikan
pada ashal. Qiyash hukum memukul kedua perbedaan antara ashl dan cabangnya. Wlpun
orang tua dengan mengatakan “ah” ada sedikit perbedaan tidak begitu signifikan
Qiyash Tawarru’ dengan Bai’ Inah: Ulama yang tidak membolehkan umumnya
menyamakan konsep tawarruq ini sama dengan bai’u al-‘inah. Bai’u al-‘inah adalah
menjual suatu barang secara kredit (muajjalan) dengan harga tertentu, kemudian
membelinya kembali secara kontan (hâlan) dengan harga yang tentunya lebih murah
dari harga kredit, yang mana waktu antara menjual dan membeli tadi dilakukan dalam
waktu yang bersamaan atau tempo. Kesamaan konsep tawarruq dan bai’u al-‘inah ini
terletak pada “motif utama pelaku” adalah agar ia mendapatkan hutangan uang
Qiyash Bunga Bank terhadap Praktik Riba