Anda di halaman 1dari 15

SUMBER HUKUM ISLAM

IJMA’
IJMA’

Kebulatan tekad
terhadap suatu
persoalan
Secara bahasa
Kesepakatan
tentang suatu
Ijma’ masalah

Abdul Karim Zaidan: kesepakatan para mujtahid


Istilah dari kalangan umat Islam tentang hukum syara’
pada suatu masa setelah Rasulullah wafat
Keabsahan Ijma’ sebagai sumber hukum

01
Mazhab Maliki: Kesepakatan sudah dianggap ijma’ meskipun hanya
merupakan kesepakatan masyarakat Madinah

02
Muhammad Abu Zahrah: menurut jumhur ulama ijma’ dianggap sah
dengan adanya kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid

03 Abdul Karim Zaidan: ijma’ baru dianggap apabila merupakan seluruh


kesepakatan ulama mujtahid

Your Text Here


04 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.

Your Text Here


05 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.
Jenis- Jenis IJMA’
Ijma’ Sharih = mujtahid
menyatakan pendapatnya
dengan jelas dan tegas baik
berupa ucapan atau tulisan

Kesepakatan para mujtahid dari


Ijma’ secara Bahasa
kalangan umat Islam tentang
kesepakatan tentang suatu Ijma’ Sukuti= para mujtahid
hukum syara’ pada suatu masa
masalah seluruh atau sebagian mereka
setelah Rasulullah wafat
tidak menyatakan pendapat
dengan jelas dan tegas, tetapi
mereka berdiam diri atau tidak
memberika reaksi terhadap
suatu ketentuan hukum yang
telah dikemukakan mujtahid
lain yang hidup di masanya
Harus ada beberapa mujtahid dikala terjadinya peristiwa, dan mujtahid itulah
Rukun Ijma’ yang melakukan kesepakatan hukum peristiwa itu

Pelaku kesepakatan itu hendaklah seluruh mujtahid yang ada dalam dunia Islam

Kesepakatan itu harus dinyatakan tegas oleh setiap mujtahid bahwa ia


sependapat dengan mujtahid-mujtahid yang lain tentang hukum dari suatu
peristiwa yang terjadi pada masa itu. Tidak tersirat unsur paksaan

Kesepakatan tersebut hendaklah kesepakatan yang bulat dari seluruh mujtahid

Kesepakatan tersebut harus berdasarkan dalil syara’ baik berupa nash maupun
qiyas
Syarat Ijma’ Menurut Ulama Ushuliyun:

Yang melakukan ijma’ Kesepakatan itu muncul dari


tersebut adalah orang-orang para mujtahid yang bersifat
yang memenuhi persyaratan adil (berpendirian kuat
ijtihad terhadap agamanya)

Para mujtahid yang terlibat


adalah yang berusaha
menghindari diri dari ucapan
atau perbuatan bid’ah
Aplikasi Ijma’ dalam masalah ekonomi
dan keuangan
 Ijma’ tentang keharaman bunga bank Menurut Yusuf Qardawi sebanyak 300
ulama dan pakar ekonomi dunia telah menghasilkan suatu ijma’ tentang
keharaman bunga bank (Mereka terdiri dari ahli fikih ahli ekonomi dan
keuangan dunia) di mana melalui suatu pertemuan telah lahir ijma’ ulama
dari berbagai lembaga, pusat penelitian, muktamar, seminar-seminar ahli
fikih dan ahli ekonomi Islam yang mengharamkan bunga bank dalam segala
bentuknya dan bunga bank itu adalah riba tanpa diragukan sedikitpun.
Sedangkan riba adalah haram.
 Ijma’ tentang asuransi bisnis konvensional
SUMBER HUKUM ISLAM
QIYASH
Qiyas secara Bahasa:

•Mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain


untuk diketahui persamaan antara keduanya.
QIYASH secara istilah
•Upaya menghubungkan (menyamakan) hukum
dari suatu peristiwa yang belum ditentukan
hukumnya dengan hukum dari suatu peristiwa
yang hukumnya disebutkan oleh nash
Qiyas menurut Para ulama

01
Al-Ghazali: proses penentuan suatu hukum asal bagi kasus yang
serupa berdasarkan kesamaan sebab hukum (illat) antara keduanya

Abdul Wahab Khallaf: menyamakan suatu kasus yang tidak terdapat


02 hukumnya dalam nash dengan kasus yang hukumnya terdapat dalam
nash karena adanya kesamaan illat antara kedua kasus tersebut

Wahbah Zuhaily: Menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu

03 yang tidahk ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada


ketentuan hukumnya karena adanya persamaan illat antara
keduanya
Lanjutan Qiyash..

Sesuatu yang telah dinashkan


Maqis Alaih hukumnya/ ashal

Hukum yang terdapat pada nash


Hukum Ashal atau ashal yang diisyaratkan

Rukun Qiyash
Sesuatu yang dihubungkan atau
Maqish dipersamakan dengan ashal,
dinamakan furu

yaitu keadaan yang dijadikan dasar


illat dari ketentuan hukum ashal
Syarat Illat sebagai landasan
Qiyash:

Sesuatu yang bisa dipastikan


bentuk, jarak, atau kadar
Harus berupa sesuatu yang ada timbangannya jika berupa
kesesuaian dengan tujuan Harus bersifat jelas barang yang ditimbang sehingga
pembentukan suatu hukum tidak jauh beda pelaksanaannya
antara seorang pelaku dengan
pelaku lain
Cara menentukan illat:

 Melalui dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits


 Melalui Ijma’
 Mengetahu illat dengan jalan ijtihad
PEMBAGIAN QIYASH

Dari segi perbandingan Dari segi jelas atau


illat ashal dan furu’ tidak jelasnya:

Qiyash Awla: illat yang terdapat pada faru’ Qiyas Jali: yang tetap ‘illahnya dengan nash
lebih utama daripada illat yang terdapat atau ijma’ atau dipastikan dengan menafikan
pada ashal. Qiyash hukum memukul kedua perbedaan antara ashl dan cabangnya. Wlpun
orang tua dengan mengatakan “ah” ada sedikit perbedaan tidak begitu signifikan

Qiyash Musawi: Illat yang terdapat pada cabang


sama bobotnya dengan ashal: ex: hukum Qiyash Khafi: ada perbedaan siginifikan antara sifat
membakar anak yatim dengan memakan harta dalam asal dan faru’
anak yatim

Qiyas Al-Adna: qiyas dimana illat yang terdapatpada


faru’ lebih rendah disbanding dengan asli : ex: bir
dan khamar
Contoh Qiyash

 Qiyash Tawarru’ dengan Bai’ Inah: Ulama yang tidak membolehkan umumnya
menyamakan konsep tawarruq ini sama dengan bai’u al-‘inah. Bai’u al-‘inah adalah
menjual suatu barang secara kredit (muajjalan) dengan harga tertentu, kemudian
membelinya kembali secara kontan (hâlan) dengan harga yang tentunya lebih murah
dari harga kredit, yang mana waktu antara menjual dan membeli tadi dilakukan dalam
waktu yang bersamaan atau tempo. Kesamaan konsep tawarruq dan bai’u al-‘inah ini
terletak pada “motif utama pelaku” adalah agar ia mendapatkan hutangan uang
 Qiyash Bunga Bank terhadap Praktik Riba

Anda mungkin juga menyukai