Anda di halaman 1dari 13

AKAD MUSYARAKAH

Dosen : Eliana,S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Muhammad Iqbal rizky 190603016


Al-hafidz rafsan yani 190603093

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Rahmat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa penulis bersyukur atas tersusunnya
makalah ini. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Eliana, S.E.,
M.Si selaku dosen mata kuliah ankutansi yang telah memberikan kami kesempatan
untuk membahas Makalah yang berjudul AKAD MUSYARAKAH, Tujuan kami
menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita
semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syaraiah. Kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Banda Aceh, 20 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
3. Tujuan Masalah............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
1. Pengertian Musyarakah................................................................................................................6
2. Jenis jenis akad musyarakah........................................................................................................6
a. Syirkah Amlak...........................................................................................................................6
b. Syirkah Uqud.............................................................................................................................7
3. Dasar syariah akad musyarakah..................................................................................................8
a. Al-Qur’an.......................................................................................................................................8
b.as sunnah.........................................................................................................................................8
c. Ijma.................................................................................................................................................9
4. Penetapan nisbah pada akad musyarakah..................................................................................9
5. Perlakuan akuntansi PSAK 106.................................................................................................10
6. Ilustrasi akuntansi akad musyarakah........................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Musyarakah adalah produk pembiayaan pada Bank Syariah yang berbasis
kemitraan. Pada pembiayaan Musyarakah,kedua belah pihak bersepakat untuk
menanamkan modal dalam jangka waktu tertentu. Adapun pembagian hasil
keuntungan berdasarkan pada hasil dari usaha yang dikelola dari usaha tersebut,
dan prosentasenya sesuai dengan kesepakatan yang telah tertuang dalam akad.
Akad merupakan keterikatan antara penawaran dan penerimaan kepemilikan.
Begitu pentingnya akad, sehingga apabila terjadi permasalahan dikemudian hari
maka yang menjadi acuan penyelesaian masalah berpedoman kepada Akad yang
telah dibuat. Karena itu dalam pembuatan akad harus benar-benar dimengerti apa
yang tertulis dan tertuang dalam akad tersebut, tidak langsung menandatangani
akad tanpa memahami apa isi yang terkandung didalam akad tersebut. Karena bila
akad telah ditandatangani, itu artinya pihak yang menandatangani sudah setuju
dengan apa yang tertuang dalam akad tersebut.

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,


musyarakah adalah akad Kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung sesuai porsi dana masing-masing.

Dalam Peraturan Bank Indonesia, pembiayaan Musyarakah juga diatur dalam PBI
No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syariah.
Sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.

Dari definisi Musyarakah diatas, dapat disimpulkan bahwa Musyarakah adalah


Perkongsian modal dua belah pihak atau lebih untuk membiayai suatu usaha dan
bersepakat untuk membagi keuntungan bersih berdasarkan hasil usaha dengan
presentase bagi hasil yang tertuang dalam akad. Begitu juga dengan kerugiannya
dipikul oleh kedua belah pihak berdasarkan presentase modal.
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan. Maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut.:

1. Apa pengertian akad musyarakah ?


2. Apa saja jenis – jenis akad musyarakah ?
3. Apa saja dasar syariah akad musyarakah ?
4. Bagaimana penetapan nisbah dalam akad musyarakah ?
5. Bagaimana perlakuan akutansi (PSAK 106) ?
6. Bagaimana ilustrasi akuntansi akad musyarakah ?

3. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa pengertian akad musyarakah ?


2. Untuk mengetahui apa saja jenis – jenis akad musyarakah ?
3. Untuk mengetahui apa saja dasar syariah akad musyarakah ?
4. Untuk mengetahui penetapan nisbah dalam akad musyarakah ?
5. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi (PSAK 106 ) ?
6. Untuk mengetahui ilustrasi akuntansi akad musyarakah ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Musyarakah

Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah. Musyarakah menurut
bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau percampuran. Maksud dari
percampuran yakni seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain
sehingga antara bagian yang satu dengan lainnya sulit untuk dibedakan, Secara
etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran atau ser
kat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa inggris disebut
partnership .
. Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), Syirkah
merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal permodalan,
keterampilan, kepercayaan dalam suatu usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah,Menurut Fatwa DSN-MUI, Musyarakah adalah
pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing masing pihak memberikan konstribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.

2. Jenis jenis akad musyarakah

Secara garis besar, musyarakah dikategorikan menjadi dua jenis, yakni


musyarakah kepemilikan (syirkah al amlak), dan musyarakah akad (syirkah uqud).
Musyarakah akad tercipta karena cara kesepakatan, dimana dua pihak atau lebih
setujuh bahwa tiap orang dari mereka memberikan kontribusi modal musyarakah,
serta sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

a. Syirkah Amlak

Syirkah amlak adalah syirkah yang terjadi bukan karena akad, tetapi karena
usaha tertentu atau terjadi secara alami (ijbari). Oleh sebab itu syirkah amlak
dibedakan menjadi dua:
1) Syirkah ikhtiyar (sukarela),
yaitu syirkah yang lahir atas kehendak dua pihak yang bersekutu. Contohnya
dua orang yang mngadakan kongsi untuk membeli suatu barang, atau dua
orang mendapat hibah atau wasiat, dan keduannya menerima, sehingga
keduanya menjadi sekutu dalam hak milik.

2) Syirkah jabar (paksaan),

yaitu persekutuan yang terjadi diantara dua orang atau lebih tanpa sekehendak
mereka barang yang diwariskan tersebut menjadi hak milik yang bersangkutan.

Hukum kedua jenis syirkah ini adalah masing-masing sekutu bagaikan pihak
asing atas sekutunya yang lain, sehingga salah satu pihak tidak berhak
melakukan tindakan apapun terhadap harta tersebut tanpa izin dari yang lain,
karena masing-masing sekutu tidak memiliki kekuasaan atas bagian saudaranya

b. Syirkah Uqud

Syirah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk bekerjasam
(berserikat) dalam modal dan keuntungan. Artinya, kerja sama ini didahului
oleh transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian
keuntungannya.

Ulama Hanafiah menetapkan syarat-syarat untuk syirkah uqud. Untuk


keabsahan syirkah uqud yang harus dipenuhi antara lain:
1) Tasarruf yang menjadi objek akad syirkah harus bisa diwakilkan. Dalam
syirkah uqud keuntungan yang di peroleh merupakan kepemilikan bersama
yang dibagi sesuai dengan kesepakatan. Atas dasar tersebut, maka setiap
anggota musyarakah memiliki kewenangan kepada anggota serikat lainnya
untuk melakukan tasarruf. Dengan demikian masing-masing pihak menjadi
wakil pihak lainnya.

2) Pembagian keuntungan harus jelas. Bagian keuntungan untuk masing-


masing anggota musyarakah nisbahnya harus ditentukan dengan jelas,
misalnya 30%, 20%, atau 10%. Apabila pembagian keuntungan tidak jelas,
maka syirkah menjadi fasid, karena keuntungan merupakan mauqud alaih
rukun dari musyarakah.
3) Keuntungan harus merupakan bagian yang dimiliki bersama secara
keseluruhan, bukan dengan penentuan misalnya untuk A 200, B 500.jika
keuntungan telah ditentukan, maka akad syirkah menjadi fasid. Karena
syirkah mengharuskan adanya penyertaan dalam keuntungan, apabila
penentuan kepada orang tertentu maka akan menghilangkan hakikat
perkongsian.

3. Dasar syariah akad musyarakah

Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Al-Qur’an,


Sunnah dan Ijma’.

a. Al-Qur’an
Adapun beberapa yang menjadi dasar hukum
musyarakah antara lain:

Artinya: Dia (Dawud) berkata,“Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu


dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya.
Memang banyak di antara orang orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan
hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami
mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur
sujud dan bertobat.

Dalam surat An-Nisa (4) ayat 12, pengertiaan syirkah adalah bersekutu dalam
memiliki harta yang diperoleh dari warisan. Sedangkan dalam surat shad (38)
ayat 24, lafal al khutha diartikan syirkah, yakni orang-orang yang
mencampurkan harta mereka untuk dikelolah Bersama.

b.as sunnah

Artinya: “Aku (Allah) adalah orang ketiga diantara dua orang yang saling
bersyirkah (musyarakah) selama salah satu keduanya tidak menghianati
kawannya dan ketika sudah ada yang menghianati maka aku (Allah) akan
keluar dari antara mereka.

Dari beberapa hadis tersebut jelas bahwa musyarakah merupakan akad yang
dibolehkan oleh syara, bahkan dalam hadis yang ketiga dijelaskan bahwa
musyarakakah merupakan akad yang sudah dilaksanakan sebelum Islam datang.
Setelah Islam datang, kemudian akad tersebut diterpkan sebagai akad yang
berlaku dan dibolehkan dalam Islam.

c. Ijma
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara global walau terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya

4. Penetapan nisbah pada akad musyarakah

Pembiayaan musyarakah ini tidak jauh berbeda dengan pembiayaan mudharabah,


perbedaan yang mendasar hanya pada akad dimana pada pembiayaan mudharabah
tidak dibahas mengenai kontribusi modal sebab pada akad ini modal pembiayaan
seluruhnya dibiayai oleh Bank Syariah Mandiri, sedangkan pada akad musyarakah
modal pembiayaan ditanggung bersama antara bank dan nasabah, sehingga
disepakati terlebih dahulu kontribusi modal masing- masing pihak.

Pembiayaan yang diberikan dan besarnya modal dari usaha yang akan dibiayai
harus jelas jumlah nominalnya, sehingga dapat diketahui secara jelas pula
konribusi dana atau modal dari masing-masing pihak. Kontribusi modal dan
pembagian keuntungan biasanya dinyatakan dalam prosentase. Kesepakatan rasio
persentase ini melalui negosiasi sehingga menghasilkan akad yang kemudian
dituangkan dalam sebuah kontak tertulis

Kebijakan kontribusi modal pembiayaan musyarakah di Bank Syariah Mandiri


berkebalikan dengan kontribusi pemberian nisbah bagi hasil, yakni minimum 20%
(bank) : 80% (nasabah) dan maksimum 40% : 60%, hal ini sesuai dengan perkiraan
resiko yang akan ditanggung bank yang ikut menyertakan modalnya. Tetapi jika
bank menganggap resiko yang ditanggung kecil dan nasabah sudah memiliki
image yang baik terkadang bank juga memberikan kontribusi 40% (nasabah) : 60%
(bank) dengan nisbah bagi hasil hingga 60% (nasabah) : 40% (bank). Keuntungan
dan kerugian dari pembiayaan musyarakah akan diakui dalam periode terjadinya
hak bagi hasil sesuai nisbah.

Kerugian akan ditanggung bersama antara bank dan nasabah sesuai kontibusi
modal masing-masing. Pembagian hasil usaha berdasarkan pada laporan hasil
usaha nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
Setelah diketahui disepakati kontribusi modal dan nisbah bagi hasil masing-masing
pihak,
maka perhitungan bagi hasil antara bank dan nasabah pada akad musyarakah ini
sama dengan perhitungan bagi hasil mudharabah.

Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad musyarakah,pengambilan dana, dan


pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan anatara bank dan
nasabah. Pengembalian pembiayaan atas dasar akad musyarakah dapat dilakukan
dalam dua cara, yaitu secara angsuran atau sekaligus pada akhir periode
pembiayaan, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan akad musyarakah.

5. Perlakuan akuntansi PSAK 106

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 106: Akuntansi Musyarakah (PSAK


106) pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK ini menggantikan
ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 59:
Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No.


0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang
sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada
Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 106 belum ada perubahan atau
revisi apapun.

PSAK 106 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan


transaksi musyarakah, tetapi tidak me tidak mencakup pengaturan perlakuan
akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.

Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar


penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha
musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha
musyarakah tersebut.

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi
kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.

PSAK 106 juga memberikan ketentuan pengakuan akuntansi untuk mitra aktif
dan mitra pasif, pada saat akad, selama akad, dan saat akhir akad.

Pernyataan ini juga memberikan ketentuan minimum penyajian bagi mitra aktif
dan mitra pasif. Untuk mendukung transparansi pelaporan transaksi Mitra
mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, seperti isi
kesepakatan utama usaha musyarakah, pengelola usaha, dan pengungkapan
sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan.

6. Ilustrasi akuntansi akad musyarakah

Berikut kasus untuk menggambarkan pencatatan atas transaksi


Musyarakah :

1.Pembiayaan Musyarakah
Kas (permanen)Pembiayaan musyarakah
dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aktiva nonkas, termasuk aktiva
tidak berujud. Pembiayaan dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan.
Transaksi 1 (pembayaran pembiayaan musyarakah )
Disepakati pembiayaan Musyarakah antara Bank Muslim Syariah dengan
PTPrayoga, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muslim Syariah
sebesar Rp.100.000.000,00 untuk pembangunan proyek rumah tipe 120. Dana yang
dimiliki oleh PTPrayoga sebesar Rp. 150.000.000,00. Proyek dilaksanakan selama
3 bulan, sama dengan jangka waktu akad musyarakah
.
Nisbah
bagi hasil yang disepakati adalah 40:60 masing-masing untuk Bank Muslim
Syariah dan PT Prayoga dengan kesepakatan
profile sharing
.
Transaksi 2 (Pembayaran biaya akad)
Atas kesepakatan musyarakah tersebut Bank Muslim Syariah meminta jasa notaris
untuk menyaksikan akad musyarakah sehingga menguatkan akad tersebut, biaya
akad dan notaris sebesar Rp. 200.000,00. Belum disepakati apakah biaya notaris ini
akan menambah pembiayaan atau tidak.
Transaksi 3 (Keuntungan pembiayaan musyarakah)
PT Prayoga melaporkan bahwa rumah tipe 120 dapat terjual dengan
keuntunganRp. 40.000.000,00, maka dilakukan pembayaran porsi keuntungan
untuk Bank MuslimSyariah.

Analisis:
Porsi keuntungan yang disepakati untuk Bank Muslim Syariah 40%, kesepakatan
pembagiankeuntungannya adalah profit sharing, sehingga perhitungan bagi
hasilnya tidak memperhitungkan biaya-biaya produksi. Dengan demikian
keuntungan yang menjadi bagianBank Muslim Syariah adalah sebesar Rp.
16.000.000,00 atau 40% x Rp. 40.000.000,00.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik


modal(mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan
usaha secara bersama dalam suatukemitraan, dengan nisbah pembagian hasil
sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal

2. Berdasarkan eksistensinya, Musyarakah dapat dibagi menjadi akad Syarikah


Amlak (Amlak Jabr dan Amlak Ikhtiar) dan Syarikah Uqud (Inan,
Mufawadhah, Wujuh, danA’mal). Sedangkan berdasarkan kontribusi dana
investasi, jenis akad musyarakah Ada dua yaitu Musyarokah permanen dan
musyarokah menurun.

3. .Dasar syariah tentang akad musyarokah dijelaskan di dalam QS. An-Nisa:


12, QS.Ash-Shad: 24, HR. Abu Daud dari Abu Hurairah serta Ijma’ Ulama’.

4. Penetapan nisbah dalam akad musyarokah dapat ditentukan melalui dua cara
yaitu:Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal dan Pembagian
keuntungan tidak proporsional dengan modal.

5. Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyaraka akan dilihat dari dua sisi
pelakuyaitu mitra aktif dan mitra pasif.6.Ilustrasi akuntansi dalam
akamusyarokah dapat digambarkan melalui beberapakasus yaitu pembiayaa
musyarokah kas (permanen), kerugian musyarokah, dan pembiayaan
musyarokah aktiva non kas.

Anda mungkin juga menyukai