Anda di halaman 1dari 12

MALAKAH

FIQH AKAD SYIRKAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Fiqih
Dosen Pengampu :
Rohmatullah Salis,M.Pd

Disusun Oleh :
1. Ari Ardana S. 210502110104
2. Anis Oktavia 210502110081
3. Ekhlasul Amal 210502110142

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
dalam penyusunan makalah yang berjudul “Fiqh Akad Syirkah”. Tak lupa sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Fiqih yang dibimbing oleh Bapak
Rohmatulloh Salis,M.pd. Atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini ,
maka tak lupa untuk kami ucapkan terima kasih.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Fiqih di Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini, dan
juga menjadi faktor koreksi bagi penulis guna menyusun makalah-makalah yang akan
datang. Akhir kata penulis ucapkan syukur dan terima kasih, semoga bermanfaat.
Aaminn.

Malang, 01 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akad Syirkah...................................................................................4
2.2 Landasan Hukum Syirkah.................................................................................5
2.3 Peraturan Bagi Keuntungan dan Kerugian.......................................................6
2.4 Berakhirnya Syirkah.........................................................................................7
2.5 Menimbang Perserikatan Modern....................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA…..................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya melakukan kerjasama yang
terorganisasi dengan baik. Dalam upaya memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari,
manusia tidak akan terlepas dari hubungan terhadap sesama manusia. Tanpa hubungan
dengna orang lain, tidak mungkin berbagai kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Terkait
dengan hal ini maka perlu diciptakan suasana yang baik terhadap sesama manusia. Hal ini
dapat dilakukan dengancara mengadakan akad syirkah dengan pihak lain.
Dalam konteks itu maka prinsip syirkah yang didalamnya terdapat aktivitas
masyarakat menjadi prinsip dasarnya. Dalam fiqh muamalah pun terdapat akad kerjasama
dengan karakter yang berbeda-beda. Akad syirkah atau musyrakah adalah akad kerja sama
dengan kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana ( keterampilan usaha ) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Konsep syirkah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hingga kini,
syirkah masih dipakai dan bahkan seiring dengan pesatnya perekonomian dewasa ini,
syirkah menjadi salah satu dari berbagai alternatif halal yang ditawarkan lembaga
keuangan syariah kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa akad syirkah itu?
B. Apakah landasan hukum dari akad syirkah?
C. Bagaimana peraturan bagi keuntungan dan kerugian dalam akad syirkah?
D. Bagaimana berakhirnya syirkah?
E. Apa itu menimbang perserikatan modern dalam syirkah?
1.3 Tujuan
A. Memaparkan mengenai makna daripada akad syirkah dan landasan hukum yang
mengaturnya.
B. Menjelaskan mengenai peraturan pembagian dan kerugian daripada akad syirkah itu
sendiri.
C. Mengetahui apa saja yang akan membuat akad syirkah tersebut berakhir.
D. Memaparkan tentang perserikatan modern dalam syirkah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akad Syirkah

"Percampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat
dibedakan antara keduanya."
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan,
bahwa keuangan dan risiko ditanggung bersarna.
Secara istilah, yang dimaksud dengan syirkah menurut para fukaha adalah sebagai berikut.
1. Menurut Malikiyah, syirkah ialah :

"Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharrufi harta yang dimiliki dua orang
secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah
satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak
untuk ber-tasharruf”
2. Menurut Sayyid Sabiq, syirkah ialah:

“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan."
3. Menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib, syirkah ialah:

"Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang alau lebih dengan cara yang masyhur
(diketahui)."
4. Menurut Syihab al-Din al-Qalyubi wa Umaira, syirkah ialah:

"Penetapan hak pada sesuatu bagi dua orang atau lebih."


5. Menurut Imam Taqiyyudin Abi Bakar Ibn Muhammad al-Husaini, syirkah ialah:

4
"lbarat penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang atau lebih dengan cara
yang telah diketahui."
6. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, syirkah ialah:

“Akad yang berlaku antara dua orang atau untuk ta'awun dalam bekerja pada suatu usaha
dan membagi keuntunganya".
7. Idris Ahmad menyebutkan :
Syirkah sama dengan syarikat dagang, yakni dua orang atau lebih sama-sama
berjanji akan bekerja sama dalam dagang, dengan menyerahkan modal masing-masing,
keuntungan dan kerugiannya diperhitungkan menurut besar kecilnya modal inasing-
masing".
2.2 Landasan Hukum Syirkah
Landasan formal syariat tentang syirkah, baik Al-Qur’an maupun hadis, tidak secara
langsung merujuk pada syirkah dalam pemahaman teknis sebagai yang lazim dalam jurisprudensi.
Al-Qur’an mensyariatkan adanya pengkongsian atau bagi hasil antara lain dalam surah Sad [38]
ayat 24 sebagai berikut:

Artinya :
“.....Memang banyak diantara orang – orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang
lain, kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah
mereka yang begitu....” (Q.S. Sad [38]: 24)
Indikasi lain ditemukan dalam surah An – Nisa’ ayat 12 :

Artinya :

5
“.....Tetapi jika saudara – saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama –
sama dalam bagian yang sepertiga itu.....” (Q.S. An – Nisa’ [4]: 12)
Ayat – ayat ini mengindikasikan pertujuan Allah SWT. terhadap adanya pengkongsian atau bagi
hasil dalam kepemilikan harta. Akan tetapi pengkongsian yang terdapat dalam surah An-Nisa’ ayat
12 terjadi secara otomatis (ijhar) karena kewarisan, sementara yang terdapat dalam surah Sad ayat
24, pengkongsian tercipta berdasarkan akad (ikhtiyar).
Hadis Nabi SAW. juga menguatkan awal diisyaratkan syirkah seperti dalam sebuah Hadis Qudsi,
Allah SWT. berfirman :

“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati
rekannya, tetapi bila sebaliknya, aku akan meninggalkan mereka”

“Pertolongan Allah terdapat pada dua orang yang berserikat selama mereka tidak saling
menghianati”
Hadis tersebut menunjukkan bahwa legalitas syirkah didukung oleh syariat, bahkan merupakan
tuntutan saat dibutuhkan karena ia merupakan wasilah untuk mencapai keberuntungan, taufik, dan
kemenangan bagi para pihak yang berkongsi karena keberpihakan Allah SWT. kepada mereka.
Hadis di atas mengisyaratkan adanya perintah untuk membangun kepercayaan antara rekan kerja.
Hal ini bisa diketahui dari firman Allah swt. yang akan memberkahi orang yang bekerja sama ketika
keduanya saling percaya, yakni tidak ada dusta atau berkhianat atas kesepakatan yang telah
disetujui oleh kedua belah pihak. Hal ini juga menunjukkan kecintaan Allah swt. kepada hamba-
hamba-Nya yang melakukan kerja sama, selama saling menjunjung tinggi amanat kerja sama dan
menjauhi penghianatan.
2.3 Peraturan Bagi Keuntungan dan Kerugian
Macam-macam syirkah, sebetulnya masih diperselisihkan oleh para ulama, seperti ulama
Svafiiyah berpendapat, bahwa syirkah yang sah dilakukan hanyalah syirkah al-inan sementara
syirkah selain itu batal untuk dilakukan.
Cara membagi keuntungan atau kerugian tergantung besar dan kecilnya modal yang mereka
tanamkan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh praktik berserikat pada tabel berikut ini
Nama Pokok masing masing jumlah untung Presentase keuntungan
6
anggota
Irfan 1.500 1/10 x 1/4 x 6000 = ¼ 600 = 150
Nanda 1.000 600 600 1/10 x 1/6 x 6000 = 1/6 600 = 100
Karson 500 1/10 x 1/12 x 6000 = 1/12 600 = 50
Lilian 3.000 1/10 x 1/2 x 6000 = 1/2600 = 300

2.4 Berakhirnya Syirkah


Keaadaan yang mengakibatkan berakhirnya suatu kontak syirkah secara umum adalah :
1. Salah satu pihak mencabut atau membatalkan akad secara sepihak.
Sebab syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela sama rela dari kedua belah pihak
yang tidak ada kemestian untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak
menginginkannya lagi. Hal ini menunjukkan pencabutan kerelaan syirkah oleh salah
satu pihak.
2. Salah satu pihak meninggal.
Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari dua orang,
yang batal hanyalah yang meninggal saja. Syirkah berjalan terus pada anggota -
anggota yang masih hidup. Apabila ahli waris anggota yang meninggal menghendaki
turut serta dalam syirkah tersebut, maka dilakukan perjanjian baru bagi ahli waris.
3. Salah satu pihak murtad (keluar dari agama Islam) dan melarikan diri ke negeri yang
berperang dengan negeri muslim karena orang seperti ini dianggap sebagai sudah
wafat.
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampunan, baik karena boros yang terjadi pada
waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang lainnya.
5. Hilangnya kompetensi untuk bertindak secara hukum atau kecakapan dalam ber-
tasharruf ( keahlian mengolah harta) karena sakit mental.
6. Modal syirkah rugi atau pailit.
Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atau nama syirkah. Bila
modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta hingga tidak dapat dipisah -
pisahkan lagi, maka yang menanggung resiko adalah para pemiliknya sendiri. Apabila
harta lenyap setelah terjadi percampuran yang tidak bisa dipisahkan lagi, maka yang
menanggung resiko adalah para pemiliknya sendiri dan menjadi risiko bersama.
Kerusakan yang terjadi setelah dibelanjakan, menjadi risiko bersama, apabila masih ad
sisa harta, syirkah masih dapat berlangsung dengan kekayaan yang masih ada
7. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas harta yang
menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh mahzab Maliki, Syafi'i dan
7
Hambali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan bangkrut ini tidak membatalkan
perjanjian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
2.5 Menimbang Perserikatan Modern
Berikut ini penjelasan beberapa jenis perserikatan yang berkembang pada era modern:
A. Syirkah at-ta'min (asuransi)
Masalah asuransi dalam berbagai bentuknya muncul dalam kehidupan modern, baik
dalam bidang bisnis maupun dalam keagamaan, seperti perjalanan haji, pegawai, dan lain -
lain, di asuransikan.
Asuransi (insurance) sering diserahkan dengan "pertanggungan" (verzekering).
Dalam Undang - Undang No. 2 tahun 1992 (tentang usaha perasuransian) dijelaskan
"Asuransi atau tanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana
pihak tanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerugian atau
kehilangan yang diharapkan atas tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diterima tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang di dapat atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan"
B. Syirkah Al - Musahamah (joint stock company)
Syirkah ini merupakan satu jenis penyertaan modal terpenting, yaitu modal tersebut
didistribusikan dalam unit - unit kecil dalam bentuk saham. Saham, termasuk efek (surat
berharga yang dapat diperdagangkan seperti sertifikat dan obligasi) adalah surat berharga
sebagai tanda bahwa pemegangnya turut memiliki perusahaan yang mengeluarkan saham
tersebut.
Untuk melibatkan masyarakat luas dalam kegiatan perekonomian dilakukanlah
usaha - usaha yang dikenal dengan go public, yaitu penawaran kepada masyarakat untuk
turut serta dalam struktur permodalan sehingga perusahaan tersebut menjadi perusahaan
publik. Kurs saham juga dapat sewaktu - waktu mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi
pasar dan prospek dari suatu perusahaan. Semakin bagus prospek sebuah perusahaan
sehingga labanya diperkirakan akan kian menggelembung, agio sahamnya akan semakin
besar.
Wahbab Az-Zuhaili berpendapat bahwa syirkah ini boleh dalam hukum Islam
karena menurutnya termasuk syirkah 'Inan yang didasarkan pada prinsip sukarela
(anvaradhin) dan pengelolaan administrasi tasaruf perkongsian ini adalah sebagai wakil
dari para investor.

8
Pada prinsipnya menerbitkan saham itu boleh hukumnya. Akan tetapi, apabila
saham dijadikan sebagai instrumen investasi (qiradh), kemudian diperdagangkan di bursa
hukumnya haram.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha atau modal
yang masing-masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi satu tanpa ada
perbedaan satu dengan yang lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di tanggung bersama
sesuai kesepakatan yang telah di laksanakan. Mengenai landasan hukum tentang syirkah ini
terdapat dalam al-qur’an, sunnah dan ijma.
Adapun rukun syirkah ada dua yaitu, ucapan (sighah) penawaran dan penerimaan (ijab
dan qabul) dan pihak yang berkontrak. Dan mengenai syaratnya ada tiga yaitu, pertama,
ucapan: berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah
dicatat dan disaksikan. Kedua, pihak yang berkontrak: disyaratkan mitra harus kompeten dalam
memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Ketiga, objek kontrak (dana dan kerja):
modal yang diberikan harus tunai, emas, perak atau yang bernilai sama. Para ulama
menyepakati hal ini.
Kemudian macam-macam syirkah ada dua macam yakni syirkah milk dan syirkah ‘uqûd.
Adapun yang membatalkan syirkah ada yang secara umum dan ada pula yang secara khusus,
seperti yang telah dijelaskan diatas

10
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. F. (2018). Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori dan Praktik). Malang: UIN-Maliki
Malang Press.
Jazil, S. (2014). Fiqih Mu'amalah. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
Khosyi'ah, S. (2014). Fiqh Muamalah Perbandingan. Bandung: Pustaka Setia.
Shomad, A. (2012). HUKUM ISLAM : Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP.
Sohari Sahrani dan Ru'fah Abddullah. (2011). Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suhendi, H. (2014). Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

11

Anda mungkin juga menyukai