Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SYIRKAH DAN MASALAHNYA”


Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
“FIQIH MUAMALAH”
Dosen Pengampu : Drs. H.M. Luthfi M. Ag., MM.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Tubagus Ma’ruf Anshori (211210051)
Nurpatimah (211210062)
Sirojul Fahmi (211210060)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTASTARBIYYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
1442 H / 2021 M

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
Penyusun (Kelompok 7) dapat menyelesaikan makalah tentang “Syirkah dan
Masalahnya”. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan
Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW., yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah “Fiqih Muamalah” pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
(UIN SMH Banten)
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan
tanpa ada bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, penyusun pada kesempatan
ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah Fiqih
Muamalah yaitu yang terhormat Bapak Drs. H.M. Luthfi, M.Ag. MM.Pd yang
telah membimbing dan banyak memberikan pengetahuan dan pencerahan
terutama dalam pembelajaran “Fiqih Muamalah”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dinantikan demi perbaikan
di masa mendatang. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT., kita memohon petunjuk
dan pertolongan. Semoga kita selalu diberi jalan terang terutama dalam hal
mengembangkan dan memanfaatkan ilmu, Aamiin.

Serang, 6 April 2022

Kelompok 7

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………...1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………1
C. TUJUAN MASALAH.........................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………2
A. DEFINISI SYIRKAH………………………………………………..2
B. LANDASAN HUKUM SYIRKAH…………………………………3
C. RUKUN SYIRKAH…………………………………………………6
D. SYARAT-SYARAT SYIRKAH…………………………………….7
E. MACAM-MACAM SYIRKAH……………………………………..8
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………...12
A. KESIMPULAN ……..……………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………14

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Syirkah merupakan suatu akad dalam bentuk kerja sama, baik dalam bidang
modal atau jasa antara sesama pemilik modal dan jasa tersebut. Salah satu kerja
sama antara pemilik modal dan seseorang adalah bagi hasil, yang dilandasi
oleh rasa tolong menolong. Sebab ada orang yang mempunyai modal, tetapi
tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan roda perusahaan.
Sistem ini telah ada sejak zaman sebelum Islam, dan sistem ini kemudian
dibenarkan oleh Islam karena mengandung nilai-nilai positif dan telah
dikerjakan oleh Nabi saw (sebelum diangkat menjadi Rasul) dengan
mengambil modal dari Khadijah, sewaktu berniaga ke Syam (Syiria).
Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian
Syirkah, Landasan hukum syirkah, Rukun syirkah, Syarat-syarat syirkah, dan
macam-macam syirkah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Definisi Syirkah
2. Bagaimana Landasan Hukum Syirkah
3. Bagaimana Rukun Syirkah
4. Bagaimana Syarat-Syarat Syirkah
5. Bagaimana Macam-Macam Syirkah
C. TUJUAN MASALAH
1. Menganalisis Definisi Syirkah
2. Menganalisis Landasan Hukum Syirkah
3. Menganalisis Rukun Syirkah
4. Menganalisis Syarat-Syarat Syirkah
5. Menganalisis Macam-Macam Syirkah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SYIRKAH
Secara bahasa syirkah berarti al-Ikhtilat (percampuran) atau persekutuan
dua hal atau lebih, sehingga antara masingmasing sulit dibedakan. Seperti
persekutuan hak milik atau perserikatan usaha.1 Yang dimaksud percampuran
disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain
sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.
Secara terminologis, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah,
Syirkah (Musyarokah) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
satu permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.2
Ulama Mazhab beragam pendapat dalam mendifinisikanya, antara lain:3
1. Ulama‟ Hanafiah
Menurut ulama‟ Hanafiah, syirkah adalah ungkapan tentang adanya
transaksi akad antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan
keuntungan.
2. Ulama‟ Malikiyah
Menurut ulama‟ Malikiyah perkongsian adalah izin untuk mendaya
gunakan (tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh
keduanya, yakni kerduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun keduanya masing-masing
mempunyai hak untuk bertasharuf.

1 Ghufron A Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm
191
2 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Kencana, Jakarta, 2012, hlm 220
3 Rachmad Syafe‟i, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 185

2
3. Ulama‟ Syafi‟iyah
Menurut ulama‟ Syafiiyah, syirkah adalah ketetapan hak pada sesuatu
yang dimiliki seseorang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui).
4. Ulama‟ Hanabi
Menurut ulama‟ Hanabi, Syirkah adalah Perhimpunan adalah hak
(kewenangan) atau pengolahan harta (tasharuf).

Setelah diketahui definisi-definisi syirkah menurut para ulama, kiranya


dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerjasama antara
dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan kerugian
ditanggung bersama. Pada dasarnya definisi-definisi yang dikemukakan para
ulama fiqih di atas hanya berbeda secara redaksional, sedangkan esensi yang
terkandung di dalamnya adalah sama, yaitu ikatan kerja sama yang dilakukan
dua orang atau lebih dalam perdagangan.
Dengan adanya akad syirkah yang disepakati kedua belah pihak, semua
pihak yang mengikatkan diri berhak bertindak hukum terhadap harta serikat
itu, dan berhak mendapat keuntungan sesuai persetujuan yang disepakati.4
Asy-syirkah (perkongsian) penting untuk diketahui hukum-hukumnya,
karena banyaknya praktik kerja sama dalam model ini. Kongsi dalam berniaga
dan lainnya, hingga saat ini terus dipraktikkan oleh orang-orang. Ini merupakan
salah satu bentuk dari saling menolong untuk mendapatkan laba, dengan
mengembangkan dan menginvestasikan harta, serta saling menukar keahlian.5

B. LANDASAN HUKUM SYIRKAH


Dalam pandangan Islam, hukum adanya perseroan atau syirkah adalah
mubah (boleh) karena syirkah termasuk dalam kegiatan muamalah atau urusan
duniawi. Syirkah memupuk kerjasama dan sikap saling tolong menolong

4 Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Gaya media Pratama, Jakarta, 2007, hlm 166
5 Saleh Al-Fauzan, Al-Mulakhkhasul Fiqhi, Alih Bahasa Abdul Hayyie al-Kattani, Ahmad Ikhwani
dan Budiman Mushtofa, Cetakan I, Gema Insani Pers, Jakarta, 2005, hlm. 464

3
kepada kedua belah pihak. Hal ini diperbolehkan selama tidak ada hal-hal yang
diharamkan seperti penggunaan riba, judi, penipuan, dan sebagainya.6
1. Al-Qur’an
a) (Q.S Shad [34]:24)
Hal ini didasarkan pada salah satu potongan ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan mengenai syirkah yaitu:

ٍ ْ‫ض ُه ْم َع ٰلى َبع‬


‫ض ِااَّل الَّ ِذي َْن‬ ُ ْ‫َواِنَّ َك ِثيْرً ا م َِّن ْال ُخ َل َط ۤا ِء َل َي ْب ِغيْ َبع‬
‫ت َو َقلِ ْي ٌل مَّا ُه ۗ ْم‬
+ِ ‫صل ِٰح‬ ّ ٰ ‫ٰا َم ُن ْوا َو َع ِملُوا ال‬
Artinya : “Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu
itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang
begitu.” (Q.S Shad [34] :24).
Ayat diatas menjelaskan bahwa pada zaman Nabi Dawud a.s
musyarakah telah dilakukan. Salah satunya adalah perkongsian dalam
peternakan kambing. Akan tetapi dalam musyarakah tersebut salah satu
pihak melakukan kezaliman dengan menghianati pihak lainnya. Secara
substansial ayat tersebut dapat dijadikan dalil dan dasar hukum bahwa
musyarakah itu hukumnya boleh sebagaimana pada zaman Nabi Dawud
a.s.7
b) (Q.S Al-Isra : 64)

‫ك‬ َ ِ‫ك َواَجْ لِبْ َعلَ ْي ِه ْم بِ َخ ْيل‬َ ِ‫ص ْوت‬ َ ‫َوا ْستَ ْف ِز ْز َم ِن ا ْستَطَع‬
َ ِ‫ْت ِم ْنهُ ْم ب‬
‫ال َوااْل َ ْواَل ِد َو ِع ْدهُ ۗ ْم َو َما يَ ِع ُدهُ ُم‬
ِ ‫ار ْكهُ ْم فِى ااْل َ ْم َو‬
ِ ‫ك َو َش‬َ ِ‫َو َر ِجل‬
‫ال َّشي ْٰط ُن اِاَّل ُغر ُْورًا‬.
Artinya: Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau
(Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah
pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki,

6 Ropi Marlina, Yola Yunisa Pratami, “Koperasi Syariah Sebagai Solusi Penerapan Akad Syirkah
Yang Sah”, Amwaluna, 2 (Juli 2017), 266
7 Asro, Fiqh.,92

4
dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri
janjilah kepada mereka.” Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan
belaka kepada mereka. (Q.S Al-Isra :64)
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwasanya dalam persekutuan atau
perserikatan dibangun dengan prinsip perwalian (perwakilan) dan
kepercayaanya atau amanah, maka dalam pelaksanaanya hendaklah kedua
belah pihak menjunjung tinggi kebersamaan dan menjauhi penghianatan.
2. Hadis
Para sahabat terlatih dan mematuhinya dalam menjalankan metode ini.
Rasulullah tidak melarang bahkan menyatakan persetujuannya dan ikut
menjalankan metode ini.
Dalam hadist, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Allah SWT bersama
orang-orang yang ber syirkah dalam kebaikan, termasuk dalam bisnis,
selama pihak yang bersyirkah itu tidak saling berkhianat. Hadis riwayat Abu
Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata:8

‫ين َما َلم َي ُخن َأ َح ُد ُه َما‬ ٌ ‫ َأ َنا َثال‬: ‫هللا َت َعا َلى َيقُو ُل‬
ِ ‫ِث ال َش ِري َك‬ َ َّ‫ِإن‬
‫جت مِن َبين ِِه َما‬ َ ‫ان َأ َح ُد ُه َما‬
ُ ‫صا ِح َب ُه َخ َر‬ َ ‫ َفِإ َذ‬،ُ‫صا ِح َبه‬
َ ‫اخ‬ َ
“Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain.
Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu
Daud, yang dishahihkan oleh alHakim, dari Abu Hurairah).
Adapun dalil dalam sunnah yaitu hadits dari Abu Hurairah yang
berbunyi: Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: “Allah berfirman (dalam hadis Qudsi), ‘Aku menjadi yang ketiga
(memberkahi) dari dua orang yang melakukan kerja sama, selama salah satu
darii mereka tidak berkhianat kepada mitranya itu. Jika ada yang berkhianat,
Aku keluar dari kerja sama itu.” (HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh
Hakim).9

8 https://www.syariahpedia.com/2019/12/ayat-dan-hadist-tentang-musyarakah.html
9 Lutfi Arif dkk., Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalany Bulugul Maram Five in One, Terj.

5
C. RUKUN SYIRKAH
Rukun syirkah di perselisihkan oleh para ulama. Menurut ulama Hanafiyah,
rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab dan kabul (akad) yang
menentukan adanya syirkah.
Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta
berada diluar pembahasan akad seperti terdahulu dalam akad jual beli.10
Adapun yang menjadi rukun syirkah menurut ketentuan syariah Islam
adalah:11
1. Sighat (lafadz akad)
2. Orang (pihak-pihak yang mengadakan serikat) Yaitu pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan dalam mengadakan perserikatan.
3. Pokok pekerjaan (bidang usaha yang dijalankan). Yaitu dalam berserikat
atau kerja sama mereka (orang-orang yang berserikat) itu menjalankan
usaha dalam bidang apa yang menjadi titik sentral usaha apa yang
dijalankan. Orang orang yang berserikat harus bekerja dengan ikhlas dan
jujur, artinya semua pekerjaan harus berasas pada kemaslahatan dan
keuntungan terhadap syirkah.
Perjanjian pembentukan serikat atau perseroan ini sighat atau lafadznya,
dalam praktiknya di Indonesia sering diadakan dalam bentuk tertulis, yaitu
dicantumkan dalam akte pendirian serikat itu. Yang pada hakikatnya sighat
tersebut berisikan perjanjian untuk mengadakan serikat.
Kalimat akad hendaklah mengandung arti izin buat menjalankan barang
perserikatan. Umpamanya salah seorang diantara keduanya berkata, Kita
berserikat pada barang ini, dan saya izinkan engkau menjalankanya dengan
jalan jual beli dan lain-lainya Jawab Yang lain, Saya terima seperti apa yang
engkau katakan itu.

10 Sohari Sahrani, Ru‟fah Abddullah, Fikih Muamalah, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, hlm. 179
11 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Cetakan ke 26, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 1996,

6
D. SYARAT-SYARAT SYIRKAH
Syarat-syarat syirkah adalah sebagai berikut:12
1. Syirkah dilaksanakan dengan modal uang tunai
2. Dua orang atau lebih berserikat, menyerahkan modal, menyampurkan
antara harta benda anggota serikat dan mereka bersepakat dalam jenis
dan macam persusahaanya.
3. Dua orang atau lebih mencampurkan kedua hartanya, sehinnga tidak
dapat dibedakan satu dari yang lainya.
4. Keuntungan dan kerugian diatur dengan perbandingan modal harta
serikat yang diberikan.
Adapun syarat-syarat orang (pihak-pihak) yang mengadakan perjanjian
serikat atau kongsi itu haruslah:
1. Orang yang berakal
2. Baligh, dan
3. Dengan kehendak sendiri (tidak ada unsur paksaan).
Sedangkan mengenai barang modal yang disertakan dalam serikat,
hendaklah berupa:
1. Barang modal yang dapat dihargai (lazimnya sering disebutkan dalam
bentuk uang).
2. Modal yang disertakan oleh masing-masing persero dijadikan satu, yaitu
menjadi harta perseroan, dan tidak dipersoalkan lagi dari mana asal-usul
modal itu.
Adapun syarat-syarat dalam syirkah perspektif Mażhab Maliki terkait
dalam:13
1. Syarat yang berlaku bagi dua orang yang berakad/bekerjasama.

12 Mohammad Rifa‟i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang, PT Karya toha Putra, 1999, hlm 422
13 Syihab al-Diyn Ahmad bin Idris al-Qorofy, Al-Dzakhirah (Beirut: Dar al-Ghorby, 1994)

7
a) Merdeka, maka tidak sah perserikatan/kerjasama antara orang
yang merdeka dengan hamba sahaya atau hamba sahaya saling
berserikat dibolehkan apabila majikannya mengizinkan.
b) Kompeten, (mengerti dalam urusan syirkah) maka kerja sama
antara mereka yang mengerti dan tidak mengerti urusan syirkah
tidak sah. Orang yang sudah baligh dengan balita.
c) Wakil, orang yang mewakili dalam kerjasama harus merdeka
bukan hamba sahaya.
2. Shighot yakni ungkapan, tulisan atau hal lain yang mampu menunjukkan
terjadinya kesepakatan akad/kontrak antara orang yang
berserikat/bekerjasama. Contoh shighot secara sederhana seperti
ungkapan bekerjasama denganmu dalam hal pekerjaan, pihak kedua
mengiyakan dengan diam atau mengucapkan saya setuju maka sah
shighot tersebut.
3. Modal yang dijadikan perserikat/kerjasama boleh berupa emas atau
perak dengan syarat:
a) Mereka yang berserikat/bekerjasama harus menentukan
modalnya sendiri apakah emas atau perak karena keuntungan
yang didapatkan sesuai dengan nilai modal yang disertakan.
b) Tidak dibenarkan modal yang telah bercampur kemudian pihak
satu dengan yang lain berbeda dalam pembelanjaan modal
padahal keduanya memiliki modal yang sama.

E. MACAM-MACAM SYIRKAH
Secara garis besar, dibagi menjadi dua jenis, yakni syirkah kepemilikan
(syirkah al-amlak) dan syirkah (al-aqd). Syirkah kepemilikkan tercipta karena
warisan, wasiat atau kondisi lain yang mengakibatkan pemilikkan satu aset
oleh dua orang atau lebih. Dalam syirkah ini kepemilikkan dua orang atau lebih
terbagi dalam dua aset nyata dan berbagi dari keuntungan yang dihasilkan dari
asret tersebut.14

14 Az-Zuhaili, Fiqih., 976.

8
Syirkah akad tercipta karena kesepakatan dua orang atau lebih yang
menyetujui bahwa tiap-tiap orang dari mereka memberikan kontribusi dari
modal syirkah, mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah
akad terbagi menjadi syirkah al-‘inan, al-mufawadhah, al-‘amal, syirkah wujuh
dan syirkah mudharabah. Para ulama berbeda pendapat tentang almudharabah,
ada yang menilai masuk dalam kategori almusyarokah dan ada yang menilai
berdiri sendiri.15
1. Syirkah Amlak
Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara bersama-
sama sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas sesuatu barang
tersebut bukan disebabkan adanya perjanjian di antara para pihak (tanpa
ada akad atau perjanjian terlebih dahulu), misalnya pemilikan harta
secara bersama-sama yang disebabkan/ diperoleh karena pewarisan.16
Perkongsian ini dibagi menjadi dua macam:17
a) Perkongsian Sukarela (ikhtiar) Perkongsian ikhtiar adalah
perkongsian yang muncul karna adannya kontrak dari dua orang
yang bersrekutu. Contohnya dua orang membeli atau memberi atau
berwasiat tentang sesuatu dan keduanya menerima, maka jadilah
pembeli, yang diberi, dan diberi wasiat bersekutu diantara
keduanya, yakni perkongsian milik.
b) Perkongsian Paksaan (ijbar) Perkongsian ijbar adalah perkongsian
yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan
didasarkan pada perbuatan keduanya, seperti dua orang yang
mewariskan sesuatu, maka yang diberi waris nenjadi sekutu
mereka.
2. Syirkah Uqud
Syirkah uqud adalah persekutuan antara dua orang atau lebih untuk
menjalin persekutuan dalam harta dan keuntungan. Dalam syirkah ini
15 Fathurahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, Sinar Grafika, cetakan kedua, Jakarta, 2013, hlm 101
16 Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia, Yogyakarta, 2003, hlm 52.
17 https://katadata.co.id/intan/berita/620a0ad047594/pengertian-syirkah-beserta-rukun-syarat-
dan-jenisnya

9
keuntungan dibagi secara proporsional diantara para pihak. Kerugian
juga ditanggung secara proporsional sesuai dengan modal masing-masing
yang diinvestasikan18
Macam-macam syirkah ‘uqud meliputi:19
a) Syirkah Al-amwal, yaitu persekutuan antara dua pihak
pemodal atau lebih dalam usaha tertentu dengan
mengumpulkan modal bersama dan membagi keuntungan dan
resiko kerugian berdasarkan kesepakatan.
b) Syirkah A-a’mal atau syirkah abdan, yaitu persekutuan dua
pihak pekerja atau lebih untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
Hasil atau upah dari pekerjaan tersebut dibagi sesuai dengan
kesepakatan mereka.
c) Syirkah Al-Wujuh, yaitu persekutuan antara dua pihak
pengusaha untuk melakukan kerjasama dimana masing-masing
pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka
menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
d) Syirkah Al-Inan, yaitu sebuah persekutuan dimana posisi dan
komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak
sama baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam hal
keuntungan dan resiko kerugian.
e) Syirkah Al-Mufawadhah, yaitu sebuah persekutuan dimana
posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya
adalah sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam
hal keuntungan dan resiko kerugian.
f) Syirkah Al-Mudharabah, yaitu persekutuan antara pihak
pemilik modal dengan pihak yang ahli dalam berdagang atau
pengusaha, dimana pihak pemodal menyediakan seluruh modal
kerja. Dengan kata lain perserikatan antara modal pada satu
pihak, dan pekerjaan pada pihak lain

18 Az-Zuhaili, Fiqih., 442.


19 https://katadata.co.id/intan/berita/620a0ad047594/pengertian-syirkah-beserta-rukun-syarat-
dan-jenisnya

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

11
Jadi berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian syirkah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Macam-macam
syirkah  Muzara’ah, Musaqah, Mudharabah, Syirkat ‘inan, Syirkah
mufawadhah, Serikat usaha atau syirkah abdan, Serikat wibawa atau syirkah
wujuh.
Syirkah merupakan suatu akad dalam bentuk kerja sama, baik dalam
bidang modal atau jasa antara sesama pemilik modal dan jasa tersebut. Salah
satu kerja sama antara pemilik modal dan seseorang adalah bagi hasil, yang
dilandasi oleh rasa tolong menolong. Sebab ada orang yang mempunyai modal,
tetapi tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan roda perusahaan.
Ulama‟ Hanafiah
Menurut ulama‟ Hanafiah, syirkah adalah ungkapan tentang adanya
transaksi akad antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan
keuntungan.
Ulama‟ Malikiyah
Menurut ulama‟ Malikiyah perkongsian adalah izin untuk mendaya
gunakan (tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh
keduanya, yakni kerduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun keduanya masing-masing
mempunyai hak untuk bertasharuf.
Ulama‟ Syafi‟iyah
Menurut ulama‟ Syafiiyah, syirkah adalah ketetapan hak pada sesuatu yang
dimiliki seseorang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui).

Ulama‟ Hanabi
Menurut ulama‟ Hanabi, Syirkah adalah Perhimpunan adalah hak
(kewenangan) atau pengolahan harta (tasharuf).

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghufron A Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002, hlm 191
2. Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Kencana, Jakarta, 2012, hlm 220

13
3. Rachmad Syafe‟i, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm
185
4. Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Gaya media Pratama, Jakarta, 2007, hlm
166
5. Saleh Al-Fauzan, Al-Mulakhkhasul Fiqhi, Alih Bahasa Abdul Hayyie al-
Kattani, Ahmad Ikhwani dan Budiman Mushtofa, Cetakan I, Gema Insani
Pers, Jakarta, 2005, hlm. 464
6. Ropi Marlina, Yola Yunisa Pratami, “Koperasi Syariah Sebagai Solusi
Penerapan Akad Syirkah Yang Sah”, Amwaluna, 2 (Juli 2017), 266
7. Asro, Fiqh.,92
8. https://www.syariahpedia.com/2019/12/ayat-dan-hadist-tentang-
musyarakah.html
9. Lutfi Arif dkk., Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalany Bulugul Maram Five in
One, Terj.
10. Sohari Sahrani, Ru‟fah Abddullah, Fikih Muamalah, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2011, hlm. 179
11. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Cetakan ke 26, Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 1996,
12. Mohammad Rifa‟i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang, PT Karya toha
Putra, 1999, hlm 422
13. Syihab al-Diyn Ahmad bin Idris al-Qorofy, Al-Dzakhirah (Beirut: Dar al-
Ghorby, 1994)
14. Az-Zuhaili, Fiqih., 976.
15. Fathurahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, Sinar Grafika, cetakan kedua, Jakarta, 2013,
hlm 101
16. Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia,
Yogyakarta, 2003, hlm 52.
17. https://katadata.co.id/intan/berita/620a0ad047594/pengertian-syirkah-
beserta-rukun-syarat-dan-jenisnya
18. Az-Zuhaili, Fiqih., 442.
19. https://katadata.co.id/intan/berita/620a0ad047594/pengertian-syirkah-
beserta-rukun-syarat-dan-jenisnya

14

Anda mungkin juga menyukai