Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRINSIP BAGI HASIL (PROFIT SHARING) MUSYARAKAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok V

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Dosen Pengampu : Syarifah ‘Aini, S.E., M.E

Oleh:

Fauzi Gusrian (12020214374)

Gina Sonia (12020224902)

KELAS 5/B

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 3 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul Makalah.............................................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

BAB I : Pendahuluan...............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................................2

BAB II : Pembahasan..............................................................................................................3

A. Pengertian musyarakah...................................................................................................3
B. Landasan syari’ah pembiayaan musyarakah..................................................................4
C. Jenis-jenis musyarakah...................................................................................................6
D. Aplikasi musyarakah perbankan syari’ah.......................................................................9

BAB III :Penutup..................................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................................15

Daftar Pustaka........................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai umat Islam, tentu kita wajib memiliki pedoman yang kuat dalam

menjalani kehidupan yang sesuai dengan perintah yang telah diajarkan oleh Baginda

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sebagai pribadi yang patut diteladani

seutuhnya. Sebagai suri tauladan dan rahmat bagi semesta alam, pada akhir hayatnya

Rasulullah mewariskan Al-quran dan Sunnah untuk umatnya sebagai jaminan bahwa

siapapun yang mengikutinya takkan pernah sesat. Maka dari itu seluruh sendi

kehidupan umat islam itu sendiri harus berlandaskan kepada tuntunan Rasulullah

shalallahu alaihi wassalam, dari bangun pagi hingga tertidur kembali.

Hukum islam atau syariat yang bersumber dari ajaran dan teladan Nabi

Muhammad shalallahu alaihi wassalam, mengatur semua aspek kehidupan, etika dan

social, dan meliputi perkara-perkara pidana maupun perdata. Syariat bersifat

komprehensif, mencakup seluruh aktivitas manusia, menentuka hubungan manusia

dengan Allah dan sesama manusia.

Dalam hubungan sesama manusia dalam aspek muamalah, kita sebagai umat

islam juga harus memperhatikan aspek-aspek penting bagaimana hukum islam

mengatur interaksi dan kegiatan tersebut. Salah satu nya adalah kegiatan perbankan.

Semakin maju perkembangan zaman, kita juga semakin tak bisa lepas dari aspek jual

beli dan transaksi sehingga sangat membutuhkan sistem perbankan dalam menunjang

kehidupan.

Namun sangat disayangkan, belum banyak bank-bank yang menjamin bahwa

pelaksanaan sistem berdasarkan hukum Al-Qur‟an , hadist maupun sunnah Rasulullah

shalallahu alaihi wassalam. Saat ini kita banyak menemui betapa menjamurnya

1
perkembangan bank-bank konvensional untuk mempermudah mobilitas kehidupan

manusia tetapi justru tak sesuai dengan apa yang harus diyakini umat Islam sendiri.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menuliskan makalah Hukum

Perbankan Syari‟ah ini, selain untuk memenuhi tugas kelompok, pembuatan makalah

ini juga bertujuan agar kita sama-sama dapat mengkaji dan memahami secara rinci

tentang pengertian, sumber, dasar hukum beserta aplikasi pembiayaan musyarakah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian musyarakah?

2. Apa landasan syari‟ah pembiayaan musyarakah

3. Apa jenis-jenis musyarakah?

4. Bagaimana aplikasi pembiayaan musyarakah dalam perbankan syari‟ah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa pengertian musyarakah

2. Untuk mengetahui apa landasan syari‟ah pembiayaan musyarakah

3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis musyarakah

4. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi pembiayaan musyarakah dalam

perbankan syari‟ah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyarakah
Syirkah atau Musyarakah berasal dari akar kata dalam bahasa arab, syirkatan
(mashdar/kata dasar) dan syarika (fi'il madhi/kata kerja) yang berarti
mitra/sekutu/kongsi/serikat. Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau
Syirkah. Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau
percampuran. Maksud dari percampuran yakni seseorang mencampurkan hartanya
dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan lainnya sulit untuk
dibedakan1 .
Secara etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran atau
serikat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa inggris disebut
patnership2.
Adapun secara terminologi ada beberapa pendapat ulama fiqh yang
memberikan definisi Syirkah antara lain:Menurut mazhab Maliki, Syirkah suatu izin
bertasharruf bagi masing-masing pihak berserikat.
a. Menurut mazhab Hambali, Syirkah adalah persekutuan dalam hal hak
dan tasharruf.
b. Menurut Mazhab syafi‟i, Syirkah merupakan berlakunya hak atas
sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan3 .
c. Menurut Sayyid Sabiq, bahwa Syirkah adalah akad antara dua orang
berserikat pada pokok modal harta (modal) dan keuntungan.
d. Menurut T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Syirkah merupakan akad yang
berlaku anatar dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam suatu
usaha dan membagi keuntungannya4.

Secara fiqih, dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-
Syaukani menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar‟iyah) terwujud (terealisasi) atas
dasar sama-sama ridha di antara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari
mereka mengeluarkan modal dalam ukuran yang tertentu. Kemudian modal bersama

1
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm 183.
2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta:Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), hlm 142.
3
Mas’adi Ghufron A, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) hlm 191
4
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), hlm 125.

3
itu dikelola untuk mendapatkan keuntungan, dengan syarat masing-masing di antara
mereka mendapat keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan kepada
syirkah tersebut. Namun manakala mereka semua sepakat dan ridha, keuntungannya
dibagi rata antara mereka, meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal itu boleh
dan sah, walaupun saham sebagian mereka lebih sedikit sedang yang lain lebih besar
jumlahnya. Dalam kacamata syariat, hal seperti ini tidak mengapa, karena usaha
bisnis itu yang terpenting didasarkan atas ridha sama ridha, toleransi dan lapang
dada5.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), Syirkah


merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal permodalan,
keterampilan, kepercayaan dalam suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah. Menurut Fatwa DSN-MUI, Musyarakah adalah pembiayaan
berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masingmasing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur dalam Undang-


undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dalam pasal 1 angka 13 disebutkan
bahwa musyarakah merupakan salah satu produk pembiayaan pada perbankan
syariah. Musyarakah adalah suatu transaksi dua orang atau lebih, transaksi ini
meliputi pengumpulan dana dan penggunaan modal. Keuntungan dan kerugian di
tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Namun demikian modal tidak selalu
berbentuk uang tetapi dapat berbentuk lain.

B. Landasan Syari’ah
Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Alqur'an,
sunnah, dan ijma ulama.
Terdapat beberapa landasan hukum dalam Al-Qur‟an :

Q.S An Nisa ayat 12

ُ ‫فَإٌِ َكاَُ ٓى ۟ا أ َ ْكث َ َر ِيٍ َٰذَنِكَ فَ ُه ْى‬


ِ ُ‫ش َر َكا ٓ ُء فِى ٱنثُّه‬
ۚ‫ث‬

5
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, cet ke-1, 2014), h.96

4
“...Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu...”

Q.S Shaad ayat 24

‫ت َوَقَ ِهيْم َّيا ُه ْى‬ ّٰ ‫ع ًِهُىا ان‬


ِ َٰ‫ص ِهح‬ ٍ ‫ع َٰهى َب ْع‬
َ ‫ض ا ََِّّل انَّ ِريٍَْ َٰا َيُُ ْىا َو‬ ُ ‫ط ۤا ِء نَيَ ْب ِغ ْي َب ْع‬
َ ‫ض ُه ْى‬ َ َ‫َوا ٌَِّ َكثِي ًْرا ِ ّيٍَ ْان ُخه‬

“...Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya
sedikitlah mereka yang begitu...”

Dalam Surah An-Nisa (4) ayat 12, pengertian syarukâ‟ adalah bersekutu dalam
memiliki harta yang diperoleh dari warisan. Sedangkan dalam Surah Shâd (38) ayat
24, lafal al-khulathâ‟ diartikan syarukâ‟, yakni orang-orang yang mencampurkan harta
mereka untuk dikelola bersama.

Dalam hadist, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa Allah SWT bersama


orang-orang yang ber syirkah dalam kebaikan, termasuk dalam bisnis, selama pihak
yang bersyirkah itu tidak saling berkhianat. Hadis riwayat Abu Daud dari Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

ٍ‫احبَهُ خ ََرجتُ ِي‬


ِ ‫ص‬َ ‫ فَإِذَاخَاٌَ أ َ َحدُ ُه ًَا‬،ُ‫احبَه‬
ِ ‫ص‬َ ‫يٍ َيانَى يَ ُخٍ أ َ َحدُ ُه ًَا‬
ِ ‫ أَََا ثَا ِنث انش َِري َك‬: ‫إِ ٌَّ هللاَ تَعَانَى يَقُى ُل‬
‫َبي ُِ ِه ًَا‬
"Nabi SAW bersabda. Allah swt. berfirman: „Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika
salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka. ”(HR. Abu Daud, yang
dishahihkan oleh alHakim, dari Abu Hurairah).

Maksud yang terkandung dari hadis di atas adalah Allah SWT akan menjaga,
memelihara dan menolong pihak-pihak yang melakukan kerja sama serta menurunkan
berkah atas kerja sama yang dijalankannya. Apa saja yang mereka lakukan harus
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati agar tidak terjadi persengketaan di
antara masing-masing pihak.

Di Hadist yang lain Nabi riwayat Tirmidzi dari „Amr bin „Auf :

5
‫طا َح َّر َو َح ََل ًَّل أَ ْوأَ َح َّم‬
ً ‫وط ِهى ِإ ََّّلش َْر‬ ُ ‫ص ْه ًحا َح َّر َو َح ََللَََ ا أ َ ْو أ َ َح َّم َح َرا ًيا َوان ًُ ْس ِه ًُىٌَ َعهَى‬
ِ ‫ش ُر‬ ُ ‫ص ْه ُح َجا ئِز َبيٍَ ان ًُ ْس ِه ًِيٍَْ ِإ ََّّل‬
ُّ ‫ان‬
‫َح َرا ًيا‬

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang


mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.”

Ijma Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “kaum


muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara global walau
terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya6.

Berdasarkan landasan Yuridis, Landasan hukum berdasarkan Fatwa DSNMUI


No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah7.

C. Jenis-jenis Musyarakah
Secara garis besar, musyarakah dikategorikan menjadi dua jenis, yakni
musyarakah kepemilikan (syirkah al amlak), dan musyarkah akad (syirkah al aqad).
Musyarakah kepemilikan tercipta karena adanya warisan, wasiat atau kondisi lainnya
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.
Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam
sebuah aset nyata, dan berbagi pula dalam keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
Musyarakah akad tercipta karena cara kesepakatan, diamana dua pihak atau lebih
setujuh bahwa tiap orang dari mereka memberikan kontribusi modal musyarakah,
serta sepakat berbagi keuntungan dan kerugian8.
Menurut Muhammad (2008), terdapat dua jenis syirkah atau musyarakah,
yaitu sebagai berikut:
1. Syirkah Al-Milk
Syirkah al-Milk atau Al-Amlak adalah kepemilikan bersama antara pihak yang
berserikat dan keberadaannya muncul pada saat dua orang atau lebih secara
kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas sesuatu kekayaan tanpa adanya
perjanjian kemitraan secara resmi. Syirkah al-Milk biasanya berasal dari warisan.
Pendapatan atas barang warisan ini akan dibagi hingga porsi hak atas warisan itu

6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari teori ke praktek, (Jakarta: Gema Insani, cet ke-1, 2010) hlm 91
7
https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/pembiayaan-musyarakah, diakses pada tanggal 7 October 2022.
8
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh uamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 211.

6
sampai dengan barang warisan itu dijual. Misalnya tanah warisan, sebelum tanah
ini dijual maka bila tanah ini menghasilkan, maka hasil bumi tersebut dibagi
kepada ahli waris sesuai dengan porsi masing-masing. Syirkah al-Milk muncul
bukan karena adanya kontrak, tetapi karena suka rela dan terpaksa.
Syirkah Al-Milk dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Syirkah ikhtiyar (sukarela), yaitu syirkah yang lahir atas kehendak dua
pihak yang bersekutu. Contohnya dua orang yang mngadakan kongsi
untuk membeli suatu barang, atau dua orang mendaaapat hibah atau
wasiat, dan keduannya menerima, sehingga keduannya menjadi sekutu
dalam hak milik.
b. Syirkah jabar (paksaan), yaitu persekutuan yang terjadi diantara dua
orang atau lebih tanpa sekehendak mereka barang yang diwariskan
tersebut menjadi hak milik yang bersangkutan.

Hukum kedua jenis syirkah ini adalah masing-masing sekutu bagaikan pihak
asing atas sekutunya yang lain, sehingga salah satu pihak tidak berhak melakukan
tindakan apapun terhadap harta tersebut tanpa izin dari yang lain, karena masing-
masing sekutu tidak memiliki kekuasaan atas bagian saudaranya9 .

2. Syirkah Al-Uqud
Syirkah Al-Uqud adalah akad kerja sama antar dua orang atau lebih dalam
mengelola harta dan resiko, baik keuntungan maupun kerugian ditanggung
bersama. Syirkah al-Uqud merupakan contractual partnership yang dapat
dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya karena pada pihak yang
bersangkutan secara sukarela yang berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian
investasi bersama dan berbagai untung dan risiko.
Syirkah Al-Uqud dibagi menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Syirkah Mufawwadah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih.
Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Dengan demikian, syarat utama dari jenis al-Musyarakah ini adalah kesamaan
dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi masing-
masing pihak.

9
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Vol 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm 443.

7
b. Syirkah Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dar keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang
disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik
dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai
dengan kesepakatan mereka.
c. Syirkah Wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang
secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai.
Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada
penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.
d. Syirkah A‟mal adalah adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan
itu. Misalnya kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek
atau kerja sama, dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam
sebuah kantor. Musyarakah ini kadang disebut dengan syirkah abdan atau
sanaa'i.
e. Syirkah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara pemilik modal dan
seseorang yang punya keahlian dagang dan keuntungan perdagangan dari
modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Syirkah Mudharabah
merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana satu pihak
sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk keperluan usaha,
dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas
usaha yang dijalankan, disebut mudharib.
Ulama Hanafiah menetapkan syarat-syarat untuk syirkah uqud. Untuk keabsahan
syirkah uqud yang harus dipenuhi antara lain:
1) Tasarruf yang menjadi objek akad syirkah harus bisa diwakilkan. Dalam
syirkah uqud keuntungan yang di peroleh merupakan kepemilikan bersama
yang dibagi sesuai dengan kesepakatan. Atas dasar tersebut, maka setiap
anggota musyarakah memiliki kewenangan kepada anggota serikat lainnya
untuk melakukan tasarruf. Dengan demikian masing-masing pihakmenjadi
wakil pihak lainnya.
2) Pembagian keuntungan harus jelas. Bagian keuntungan untuk masing-masing
anggota musyarakah nisbahnya harus ditentukan dengan jelas, misalnya 30%,

8
20%, atau 10%. Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, maka syirkah
menjadi fasid, karena keuntungan merupakan mauqud alaih rukun dari
musyarakah.
3) Keuntungan harus merupakan bagian yang dimiliki bersama secara
keseluruhan, bukan dengan penentuan misalnya untuk A 200, B 500. Jika
keuntungan telah ditentukan, maka akad syirkah menjadi fasid. Karena syirkah
mengharuskan adanya penyertaan dalam keuntungan, apabila penentuan
kepada orang tertentu maka akan mengholangkan hakikat perkongsian10.

D. Aplikasi dalam perbankan


Diantara pengembangan transaksi syariah yang berbasis syirkah adalah
musyarakah mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah terjadi karena dua akad yang
dijalankan secara pararel. Pertama, antara nasabah dan bank yang melakukan akad
musyarakah melalui penyertaan modal dalam pengelolaan suatu usaha yang akan
mendatangkan keuntungan. Hal ini teridentifikasi jelas sebagai syirkah amwal. Kedua,
nasabah melakukan usaha dengan modal bersama yang hasil usahanya dibagi sesuai
kesepakatan antara bank dengan nasabah.Di samping itu, nasabah membeli barang
modal milik bank secara berangsur sehingga modal yang dimiliki bank dalam syirkah
tersebut secara berangsur-angsur berkurang (berkurangnya modal bank disebut
mutanaqishah).
Musyarakah Mutanaqishah memiliki karakteristik khusus yang
membedakannya dari model pembiayaan lainnya pada perbankan syariah. Karakter
utama produk Musyarakah Mutanaqishah adalah sebagai berikut:
1. Hishshah yaitu modal usaha para pihak harus dinyatakan dalam bentuk hishshah
yang terbagi menjadi sejumlah unit hishshah.
2. Konstan yaitu jumlah total nominal modal usaha yang dinyatakan dalam hishshah
tersebut tidak boleh berkurang selama akad berlaku secara efektif.
3. Wa'd yaitu bank syariah berjanji untuk mengalihkan secara komersial dan
bertahap seluruh hishshahnya kepada nasabah.
4. Intiqal al milkiyyah yaitu setiap penyetoran uang oleh nasabah kepada bank
syariah, maka nilai yang jumlahnya sama dengan nilai unit hishshah, secara
syariah dinyatakan sebagai pengalihan unit hishshah bank syariah secara

10
Nur Koirin, Menyoal Kesyariahan Bank Syariah, (Semarang:IAIN Walisongo Pres, 2010), hlm 34.

9
komersial, sedangkan nilai yang jumlahnya lebih dari nilai unit hishshah tersebut,
dinyatakan sebagai bagi hasil yang menjadi hak bank syariah.

Tahapan proses pembayaran Musyarakah mengacu kepada standar berikut :


Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK)11

No Tahapan Pelaksanaan
1 Tahap I Pengajuan Pembiayaan 1. Calon Nasabah mengisi
lengkap Formulir Aplikasi
Permohonan Pembiayaan
atau mengajukan Surat
Permohonan Pembiayaan
2. Calon Nasabah
menyerahkan dokumen-
dokumen persyaratan lain
yang diminta oleh
BUS/UUS/BPRS
2 Tahap II Verfikasi Dokumen Calon Nasabah 1. Pihak BUS/UUS/BPRS
akan melakukan verifikasi
terhadap data diri Nasabah
2. Pihak BUS/UUS/BPRS
akan melakukan analisa
terhadap hal-hal sebagai
berikut: a) Profil Usaha
Nasabah b) Profabilitas
Usaha c) Analisa Arus Kas
dan Laporan Keuangan d)
Melakukan Analisa
Yuridis dan Analisa
Kontrak
3. Pihak BUS/UUS/BPRS
akan melakukan penilaian

11
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Buku-Standar-Produk-
Musyarakah-dan-Musyarakah-Mutanaqishah.aspx diakses pada 7 Oktober 2022

10
jaminan yang diberikan
Nasabah guna dijadikan
pertimbangan dalam
memberikan keputusan
4. Pihak BUS/UUS/BPRS
akan membuat Usulan
Pembiayaan berdasarkan
analisa dan verifikasi
terhadap dokumen Calon
Nasabah
3 Tahap III Persetujuan Pengajuan Pembiayaan 1. Pihak BUS/UUS/BPRS
akan memberi keputusan
perihal layak/tidaknya
calon Nasabah diberikan
pembiayaan
2. Apabila Calon Nasabah
dinyatakan layak, pihak
BUS/UUS/BPRS
memberikan Surat
Persetujuan Prinsip
Pembiayaan kepada Calon
Nasabah
3. Apabila Nasabah
dinyatakan tidak layak,
maka Pihak
BUS/UUS/BPRS akan
segera mengkonfirmasi
dan memberikan Surat
Penolakan Pembiayaan
kepada Nasabah
4 Tahap IV Pengikatan Pembiayaan dan 1. Apabila Nasabah telah
Pengikatan Jaminan dinyatakan layak dan
disetujui untuk diberikan

11
pembiayaan, Nasabah
diminta datang ke
BUS/UUS/BPRS untuk
melakukan pengikatan
2. Pihak BUS/UUS/BPRS
akan mengecek keaslian
dokumen jaminan
3. Nasabah akan
melakukan pengikatan
pembiayaan dan jaminan
yang dilakukan dan dibuat
oleh Notaris rekanan
BUS/UUS/BPRS
4. Setelah pengikatan
dilakukan,
BUS/UUS/BPRS
menyimpan asli dokumen
pengikatan pembiayaan
dan jaminan
5 Tahap V Pembayaran Biaya-biaya Sebelum 1. Sebelum setting
Pencairan Fasilitas Pembiayaan,
Nasabah dan Pihak
BUS/UUS/BPRS akan
menyepakati seluruh
biaya-biaya yang timbul 2.
Biaya yang mungkin akan
timbul antara lain:
a) Biaya
administrasi
b) Biaya Asuransi
Jiwa (bila
disyaratkan)
c) Biaya Asuransi

12
Kebakaran
d)Biaya Asuransi
Pembiayaan (bila
disyaratkan)
e) Biaya Notaris
f) Biaya Penilaian
Jaminan, dan
g) Biaya Materai
6 Tahap VI Setting Fasilitas Pembiayaan 1. Setelah seluruh biaya
Musyarakah yang timbul didebet oleh
Pihak BUS/UUS/BPRS
maka Bank akan
melakukan setting pada
rekening giro sehingga
Nasabah dapat
menggunakan dana dari
rekening Nasabah.
2. Nasabah wajib
menggunakan dana
tersebut untuk pemenuhan
kebutuhan pembiayaan
sesuai yang diajukan
7 Tahap VII Pembayaran Bagi Hasil 1. Nasabah membayar
sesuai dengan tanggal
pembayaran bagi hasil
yang telah disepakati
2. Pembayaran
pengembalian modal
BUS/UUS/BPRS
dilakukan otomatis ketika
terdapat dana di rekening
giro Nasabah.
8 Tahap VIII Pelunasan Pembiayaan 1. Fasilitas pembiayaan

13
dinyatakan lunas apabila:
i) Lunas sesuai
jangka waktu
pembiayaan,
ii) Nasabah
melakukan
pelunasan sebelum
jatuh tempo
fasilitas
pembiayaan
2. Nasabah melakukan
pelunasan melalui
penyetoran dana sesuai
dengan sisa dana bagi hasil
3. Setelah seluruh
kewajiban Nasabah lunas
maka pihak
BUS/UUS/BPRS akan
melakukan pelepasan
jaminan dan penghentian
permintaan bagi hasil

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syirkah atau Musyarakah berasal dari akar kata dalam bahasa arab, syirkatan
(mashdar/kata dasar) dan syarika (fi'il madhi/kata kerja) yang berarti
mitra/sekutu/kongsi/serikat. Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau
Syirkah. Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau
percampuran. Maksud dari percampuran yakni seseorang mencampurkan hartanya
dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan lainnya sulit untuk
dibedakan.
Akad musyarakah yang diturunkan menjadi musyarakah mutanaqisah dengan
kategori syirkah al-„inan, memiliki tujuan awal sebagai investasi dan bisnis dengan
mengambil nisbah keuntungan dari hasil sewa kemudian diimplementasikan sebagai
usaha bersama dengan membeli rumah atau konsumtif dan menyewakan manfaat
rumah tersebut kepada pihak nasabah. Akan tetapi dalam prakteknya nasabah
memiliki dua peran sekaligus, yaitu sebagai investor maupun konsumen. Di mana
akad ini akan mengurangi porsi kepemilikan pihak bank dan menambah kepemilikan
pihak nasabah sesuai porsinya dan di akhir masa sewa maupun akad, rumah
seutuhnya (100%) akan menjadi milik nasabah.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan juga kepada pembaca sekalian. Kami menerima kritik dan saran
pengembangan dari pembaca sehingga kami dapat menjadi lebih baik lagi kedepan
nya.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari khilaf, salah, alfa dan lupa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dimyauddin Djuwaini. 2010. Pengantar Fiqh uamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hendi suhendi. 2017. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mardani. 2014. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta:Prenadamedia Group

Mas‟adi Ghufron A. 2012. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muhammad Syafi‟i Antonio. 2010. Bank Syariah: Dari teori ke praktek. Jakarta: Gema Insani

Naf‟an. 2014. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nur Koirin. 2010. Menyoal Kesyariahan Bank Syariah. Semarang: IAIN Walisongo Pres

Rahmat Syafei. 2011. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia

Wahbah Az-Zuhaili. 2011. Fiqh Islam Vol 5. Jakarta: Gema Insani

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Buku-Standar-
Produk-Musyarakah-dan-Musyarakah-Mutanaqishah.aspx

https://tafsirq.com/fatwa/dsn-mui/pembiayaan-musyarakah

16

Anda mungkin juga menyukai