Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ANALISIS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Mata Kuliah : Lab. Analisis Pembiayaan

Dosen Pengampu :

Kurniawati Meylianingrum, M.E

Oleh : Kelompok 2

1. Khairunnisa (16540004)
2. Maulida Nur Ainindita (16540035)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Analisis
Pembiayaan Musyarakah ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami
juga berterimakasih kepada Ibu Kurniawati Meylianingrum, M.E selaku Dosen mata kuliah
Lab. Analisis Pembiayaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Analisis Pembiayaan Musyarakah terutama. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
Makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga Makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari
anda demi perbaikan Makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, 27 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... i

Daftar Isi ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

2.1 Pengertian Musyarakah ................................................................... 3


2.2 Landasan Akad Musyarakah .......................................................... 3
2.3 Jenis – Jenis Musyarakah ................................................................ 5
2.4 Aplikasi Akad Musyarakah dalam Perbankan Syariah .................... 9
2.5 Studi Kasu Akad Musyarakah ....................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 20

Daftar Pustaka ...................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam diturunkan ke dunia adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam


adalah agama yang mengatur tatanan hidup dengan sempurna, kehidupan individu
dan masyarakat, baik aspek rasio, materi, maupun spiritual, yang didampingi oleh
ekonomi, sosial dan politik Sedangkan tugas manusia sebagai khalifah Allah
adalah menjaga dan terus mengusahakan agar rahmatan lil ‘alamin dapat secara
berkesinambungan dinikmati oleh seluruh manusia dan bahkan itu harus
dikembangkan untuk kesejahteraan seluruh alam. Syariat Islam merupakan
tatanan hidup bagi kehidupan perorangan maupun kelompok, bahkan tatanan bagi
seluruh alam semesta, ia mempunyai konsepsi dasar hukum yang sempurna dan
meliputi semua permasalahan kehidupan manusia.
Salah satu bagian terpenting dari muamalat atau ekonomi dalam perspektif
Islam adalah syirkah (perseroan). Transaksi perseroan tersebut mengharuskan
adanya Ijab dan Qabul. Sah tidaknya transaksi perseroan tergantung kepada suatu
yang ditransaksikan yaitu harus sesuatu yang bisa dikelola tersebut sama-sama
mengangkat mereka. Secara sederhana akad ini bisa digambarkan sebagai satu
proses transaksi dimana dua orang (institusi) atau lebih menyatukan modal untuk
satu usaha, dengan prosentasi bagi hasil yang telah disepakati.
Dalam konteks perbankan, musyarakah berarti penyatuan modal dari bank
dan nasabah untuk kepentingan usaha. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek, dimana nasabah dan pihak bank sama-sama menyediakan
dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah disepakati
dalam kontrak untuk pihak bank. Musyarakah juga bisa diterapkan dalam skema
modal ventura, pihak bank diperbolehkan untuk melakukan investasi dalam
kepemilikan sebuah perusahaan. Penanaman modal dilakukan oleh pihak bank
untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi, baik secara
singkat maupun bertahap.

1
Musyarakah ini sekilas merupakan akad yang didasarkan atas prinsip-
prinsip syariah. Tetapi tentu belum bisa dikatakan bahwa akad ini telah memenuhi
kualifikasi sebagai bagian dari akad-akad syariah. Karena, saat ini banyak sekali
bermunculan bank dengan label syariah tetapi sesungguhnya tidak menerapkan
sistem tersebut. Musyarakah dimaksudkan sebagai pembiayaan khusus untuk
modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah
dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian Musyarakah?

1.2.2 Apa landasan akad Musyarakah?

1.2.3 Apa saja jenis – jenis Musyarakah?

1.2.4 Bagaimana Aplikasi Akad Musyarakah dalam Perbankan Syariah?

1.2.5 Bagaimana Studi Kasus Pembiayaan Musyarakah?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari akad Musyarakah.

1.3.2 Untuk mengetahui landasan adri akad Musyarakah.

1.3.3 Untuk mengetahui jenis – jenis musyarakah.

1.3.4 Untuk memahami aplikasi akad Musyarakah dalam perbankan

syariah.

1.3.5 Untuk mengetahui studi kasus pembiayaan musyarakah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Musyarakah

Dalam buku Bank Syariah yang ditulis oleh Muhammad Syafi’i Antonio
dijelaskan bahwa musyarakah merupakan akad kerja sama antara kedua belah
pihak atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana yang mana keuntungan serta risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.

Jika ditinjau dari segi bahasa syirkah berarti al-ikhtilah; penggabungan


atau pencampuran. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah syirkah merupakan
penggabungan harta dan atau keterampilan yang mana keduanya dijadikan sebagai
modal usaha serta keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama oleh pihak-
pihak yang bersangkutan.

2.2 Landasan Syariah

1. Al-Quran
Artinya: “Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (An-Nisa’ : 12)
Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali
orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh.” (Shaad : 24)
2. Hadits
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.’” (HR. Abu
Dawud no. 2936)
3. Ijma
Menurut ijma, Ibnu Qudamah mengatkan dalam kitabnya yaitu Al-Mugni
bahwa kaum muslimin telah berkonsesus terhadap legitimasi musyarakah
secara global walaupun terdapat perbedaaan pendapat dalam beberapa
elemen darinya.

3
2.3 Fatwa DSN-MUI tentang Musyarakah

1. Fatwa nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.


Bahwa pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana sebagai modal dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi secara proporsional atau sesuai
dengan nisbah yang disepakati dan risiko ditanggung bersama secara
profesional.
2. Fatwa nomor 50/DSN-MUI/III/2006 tentang Mudharabah Musyarakah.
Bahwa dalam ketentuan umum ditegaskan yang dimaksud dengan
mudharabah musyarakah adalah bentuk akad mudharabah yang dalam
kegiatan usahanya mudharib atau pengelola dana menyertakan dana yang
dimilikinya untuk diinvestasikan secara bersama-sama dan dalam
ketentuan hukumnya ditetapkan bahwa akad mudharabah musyarakah
boleh dilakukan oleh Lembaga Keungan Syariah, karena merupakan
pengembangan dari hukum mudharabah.
3. Fatwa nomor 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Mudharabah Musytarakah
pada asuransi syariah. Dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa yang
dimaksud dalam fatwa ini adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian, dan
reasuransi syariah, serta pesertanya merupakan peserta asuransi atau
perusahaan asuransi dalam reasuransi.
4. Fatwa nomor 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Syirkah Mutanaqisah. Dalam
ketentuan umum fatwa ini dibagi menjadi empat bagian. Pertama,
musyarakah mutanaqisah atau syirkah yang kepemilikan aset atau barang
atau modal salah satu syarik berkurang disebabkan pembelian secara
bertahap oleh syarik lainnya. Kedua, syarik merupakan mitra yaitu pihak
yang melakukan akad musyarakah. Ketiga, hishah merupakan porsi modal
atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah yang bersifat musya’.
Keempat, musya’ adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan
musyarakah dari segi nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya
secara fisik.

4
2.4 Jenis-jenis Musyarakah

Menurut Syafi’i Antonio musyarakah dibagi menjadi dua jenis yaitu


musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan
merupakan syirkah yang terjadi karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan aset oleh dua orang atau lebih. Di mana kepemilikan ini
dibagi dalam sebuah aset nyata dan keuntungan yang dihasilkan atas aset tersebut
juga dibagikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Sedangkan musyarakah
akad merupakan syirkah yang terjadi karena adanya kesepakatan antara dua belah
pihak atau lebih yang mana setiap pihak menyetujui untuk memberikan modal
dengan berbagi keuntungan serta kerugian.

Dalam hal ini, musyarakah sendiri terbagi kembali menjadi lima jenis
yaitu sebagai berikut:

1. Syirkah Al-Inan
Merupakan kontrak antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana
yang telah disepakati oleh mereka. Namun, porsi masing-masing pihak,
baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan
identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
2. Syirkah Mufawwadah
Merupakan kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih di mana setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalma kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Jadi, pada musyarakah jenis ini syarat utamanya adalah dana yang
diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utaang dibagi sama besar oleh
masing-masing pihak.
3. Syirkah A’maal
Merupakan kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersamaan dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
4. Syrikah Wujuh

5
Merupakan kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Di mana pihak-pihak
yang bekerja sama membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang
disediakan oleh tiap mitra.
5. Syirkah Mudharabah
Pada jenis ini, ulama memiliki perbedaan pendapat. Di mana beberapa dari
ulama mengatakan bahwa mudharabah bukan termasuk dari musyarakah
sedangkan beberapa ulama lain mengatakan bahwa mudharabah termasuk
ke dalam musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad
musyarakah. Syirkah mudharabah sendiri merupakan kerja sama antara
dua syarik atau lebih dalam melakukan sebuah usaha atau bisnis di mana
modal usaha disediakan oleh syarik tertentu dan syarik yang lain
menjalankan usaha atas modal tersebut.

2.5 Syirkah Kontemporer

Berkembangnya zaman membuat para ulama juga mengembangkan akad-


akad dalam Islam, salah satunya yaitu akad musyarakah, di mana hal ini dilakukan
agar semakin kreatif dan inovatif. Modifikasi kada musyarakah disesuaikan
dengan peradaban manusia serta peran bank syariah pada sektor usaha yaitu
berupa pembayaran dan atau pembelian yang dilakukan oleh nasabah. Berikut
merupakan jenis-jenis musyarakah kontemporer:

1. Syirkah Tadamun
Menurut ulama syirkah tadamun adalah sebuah kongsi atau kerja sama
antara dua pihak atau lebih dengan maksud melakukan kegiatan bisnis
guna memperoleh keuntungan yang mana para syarik bertanggung jawab
dan saling menjamin terhadap semua kewajiban badan usaha yang tidak
hanya terbatas pada jumlah modal yang disertakan, tetapi juga
bertanggung jawab terhadap keseluruhan harta badan usaha yang
didasarkan pada akad syirkah.
2. Syirkah Taushiyah Basithah

6
Merupakan syrikah antara muthadamin dan mushi. Di mana muthadamin
merupakan pihak yang menyertakan modal usaha serta bertanggung jawab
atas pengelolaan badan usaha, di mana pihak ini lah yang merencanakan,
mengorganisasi, menggerakkan, dan mengontrol badan usaha, sehingga
bertindak atas nama dan untuk badan usaha serta bertanggung jawab untuk
menunaikan kewajiban-kewajiban badan usaha. Sedangkan mushi adalah
pihak yang menyertakan harta untuk dijadikan modal badan usaha yang
tidak bertanggung jawab atas manajemen badan usaha dan juga tidak
dibebani kewajiban-kewajiban badan usaha.
3. Syirkah Muhashah
Merupakan akad musyarakah yang di dalamnya tidak ada tuntutan
penyertaan modal berupa harta atau keterampilan untuk mendapatkan
profit. Dalam syirkah ini juga tidak terdapat kontrak serta tidak ada
penyertaan harta untuk dijadikan modal bersama. Syirkah ini tidak banyak
dikenal oleh masyarakat karena tidak adanya wujud secara fisik dan tidak
memiliki badan usaha sebagai subjek hukum pada umumnya. Syirkah ini
merupakan syirkah temporal seperti lelang atau jual beli menggunakanjasa
pihak ketiga guna memperoleh laba bersih secara cepat setelah penjualan
atau lelang berlangsung.
4. Syirkah Musamah
Menurut Rafiq Yunus al-Mishri syirkah ini merupakan pengembangan
konsep dari syirkah amwal. Syirkah musamah merupakan penyertaan
modal usaha yang dihitung dengan jumlah lembar saham yang
diperdagangkan di pasar modal sehingga pemiliknya dapat berganti-ganti
dengan mudah dan cepat.
5. Syirkah Taushiyah bi Al-Asham
Merupakan syirkah yang terdiri dari muthadamin yaitu pihak yang
menyertakan modal usaha yang dikonversi dalam bentuk saham serta
bertanggung jawab atas pengelolaan badan usaha, kemudian mutadhamain
yang merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol
badan usaha yang bertindak atas nama dan untuk badan usaha sehingga
bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban badan usaha,

7
yang terakhir adalah musahim merupakan pihak yang menyertakan dana
untuk dijadikan modal (dalam bentuk saham) badan usaha yang mana
tidak bertanggung jawab atas manajemen badan usaha dan juga tidak
dibebani kewajiban-kewajiban badan usaha, kecuali laba rugi yang ada
pada badan usaha pada akhir tahun buku yang menghasilkan dividen.
6. Syrikah Mas’uliah Mahdudah
Merupakan syirkah yang mirip dengan syirkah amwal. Di dalamnya tidak
ada badan usaha kerja sama, dengan peraturan perundang-undangan yang
telah ditetapkan bahwa jumlah syarik yang berkongsi berjumlah tidak
lebih dari 50 syarik, di mana setiap syarik bertanggung jawab sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki.
7. Syirkah Kendaraan
Dapat terjadi dalam kepemilikan dan pengelolaan kendaraan baik
kendaraan besar maupun kecil dan peralatan ringan maupun berat.
Contohnya adalah usaha travel yang tidak hanya menyewakan
kendaraannya sendiri namun juga menyewakan kendaraan orang lain
dengan keuntungan yang telah disepakati.
8. Syirkah Hewan
Merupakan kerja sama antara pihak-pihak untuk menjaga hewan yang
dijadikan alat transportasi atau hewan ternak seperti sapi dan domba untuk
dimanfaatkan dagingnya.
9. Syirkah Mutanaqisah
Merupakan akad musyarakah yang di dalamnya terjadi penyusutan modal
milik bank karena dibayar oleh nasabah dengan cara diangsur.

Musyarakah Mutanaqisah

Musyarakah ini merupakan kerja sama antara para syarik atau dalam
perbankan yaitu bank dengan nasabah yang bertujuan untuk membeli suatu barang.
Dalam hal ini, barang tersebut dijadikan sebagai modal usaha oleh nasabah untuk
mendapatkan keuntungan yang akan dibagi bersama di antara bank dengan
nasabah disertai dengan pembelian barang modal milik bank yang dilakukan

8
secara berangsur sehingga kepemilikan bank terhadap barang modal semakin lama
semakin berkurang.

Ada beberapa ragam skema mengenai musyarakah mutanaqisah yang


dijelaskan dalam muktamar Pengelolaan Keuangan Islam pertama yang
diselenggarakan di Dubai yaitu:

a. Bank dan nasabah sepakat untuk menyediakan harta guna dijadikan modal
usaha dengan bagi hasil baik laba maupun rugi sesuai dengan kesepakatan
yang telah ditentukan. Barang tersebut dapat dijual oleh bank kepada
nasabah , dijual oleh nasabah kepada bank, dan dijual oleh bank dan
nasabah kepada pihak lain.
b. Bank dan nasabah sepakat untuk melakukan kerja sama usaha, di mana
masing-masing pihak menyertakan harta untuk dijadikan modal usaha
dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan syarat bahwa nasabah
wajib membeli barang modal tersebut atau nasabah wajib menyewa barang
modal supaya mendatangkan keuntungan yang berupa uang sewa.
c. Bank dan nasabah melakukan musyarakah dengan masing-masing
menyertakan harta yang dijadikan sebagai modal usaha dalam bentuk
saham, setiap syarik memiliki jumlah saham sesuai dengan modal yang
disertakan. Dansyarik menjual sahamnya kepada bank dalam jumlah
tertentu atau secara keseluruhan setiap tahun dengan pembayaran yang
dilakukan secara tunai atau angsuran.

2.6 Aplikasi Akad Musyarakah dalam Perbankan Syariah

Muhammad Syafi’i Antonio setidaknya menyebutkan dua pengaplikasian


akad musyarakah dalam perbankan syariah yaitu pembiayaan proyek dan modal
ventura.

Pembiayaan Proyek

Di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk


membiayai sebuah proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana
tersebut beserta bagi hasil yang telah disepakati dengan bank.

9
Modal Ventura

Definisi modal ventura berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 61


Tahun 1988 yaitu suatu ushaa pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu
tertentu, lamanya penyertaan modal pada setiap perusahaan harus bersifat
sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 tahun. Selain itu dalam
keputusan ini juga dijelaskan bahwa:

 Perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan


pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan
pasangan usaha untuk jangka waktu terntentu.
 Perusahaan pasangan usaha adalah perusahaan yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari perusahaan modal
ventura.
 Divestasi adalah tindakan penarikan kembali penyertaan modal yang
dilakukan oleh perusahaan modal ventura dari perusahaan pasangan usaha.

Penyertaan modal yang dilakukan pada modal ventura dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu: 1) seed financing, merupakan penyertaan modal untuk
membantu pengusaha kecil yang masih merugi dan lemah manajemennya, 2) start
up financing, merupakan penyertaan modal untuk membantu pengusaha yang
sudah jalan dan sudah mulai memperoleh laba atau keuntungan meskipun kecil.

2.7 Skema Penyaluran Dana Musyarakah

Berikut merupakan skema yang tercantum pada buku Model-Model Akad


Pembiayaan di Bank Syariah oleh DR. Muhammad, M.Ag.

10
2.8 Studi Kasus Pembiayaan Musyarakah

Studi kasus ini diambil dari Jurnal Nasional yang berjudul Analisis
Pelaksanaan dan Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah di BMT
Binamas Purworejo.

a. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1) Pelaksanaan pembiayaan musyarakah di BMT Binamas.
2) Perhitungan bagi hasil pembiayaan musyarakah di BMT Binamas.
3) Kesesuaian pembiayaan musyarakah di BMT Binamas dengan Fatwa
DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000.
4) esesuaian perhitungan bagi hasil di BMT Binamas dengan Fatwa DSN
No. 15/DSN-MUI/IX/2000.
5) Penanganan kredit macet dalam pembiayaan musyarakah di BMT
Binamas.
b. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data kuantitatif. Untuk
teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis untuk menguji keabsahan data menggunakan
teknik triangulasi, dan untuk pemeriksaan data menggunakan cross check.
c. Hasil Penelitian
1) Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah di BMT Binamas Purworejo.
Untuk memperoleh pinjaman dana dalam bentuk pembiayaan
musyarakah, mitra/anggota harus memenuhi prosedur-prosedur berikut
ini.
a) Mitra/anggota harus memenuhi syarat-syarat pembiayaan
musyarakah, antara lain:
 Terdaftar sebagai anggota di BMT Binamas.
 Mengisi formulir pengajuan pembiayaan.
 Menyerahkan fotokopi identitas diri/KTP (suami istri) dan kartu
keluarga atau buku nikah.

11
 Menyerahkan fotokopi rencana jaminan (seperti BPKB, SHM
tanah, atau agungan lainnya).
 Menyerahkan struk gaji terakhir untuk pegawai.
b) Setelah memenuhi persyaratan-persyaratan di atas, pihak BMT
melakukan Survey dan Analisa Kelayakan Usaha dengan
mendatangi mitra/anggota. Survey dilakukan oleh marketing dengan
mengisi lembar Analisa dan Survey).
c) Setelah melakukan analisis dan survey, pihak BMT melakukan
sidang komite untuk menentukan diterima atau tidaknya
mitra/anggota sebagai mitra/anggota pembiayaan musyarakah.
d) Mitra/anggota melakukan akad pembiayaan musyarakah dengan
menandatangani akad jika menyetujuinya.
2) Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah di BMT Binamas
Purworejo Langkah-langkah perhitungan bagi hasil pembiayaan
musyarakah di BMT Binamas Purworejo adalah sebagai berikut.
a) Penentuan Nisbah Bagi Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan customer service BMT
Binamas, untuk melakukan perhitungan bagi hasil harus
ditetapkan nisbah terlebih dahulu. Nisbah bagi hasil ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pihak BMT dan mitra/anggota.
Sebelum melakukan kesepakatan dengan mitra/anggota, pihak
BMT telah menetapkan nisbah bagi hasil melalui survey,
sehingga penetuan nisbah disesuaikan dengan kemampuan
mitra/anggota. Penentuan nisbah digunakan untuk menghitung
proyeksi bagi hasil. Setelah itu, pihak BMT melakukan negosiasi
dengan mitra/anggota mengenai nisbah dan proyeksi bagi hasil
yang ditetapkan oleh pihak BMT, sehingga dapat tercapai
kesepakatan antara kedua belah pihak.
b) Perhitungan Bagi Hasil dengan Sistem Manual dan Komputer
Perhitungan bagi hasil di BMT Binamas Purworejo dilakukan
secara manual dan komputerisasi. Pada saat bertemu dengan mitra,
pihak BMT melakukan perhitungan bagi hasil berdasarkan hasil

12
wawancara dengan mitra dan menghitungnya secara langsung
pada slip musyarakah. Untuk mengecek hasil perhitungan bagi
hasil secara manual, pihak BMT melakukan perhitungan bagi
hasil dengan menggunakan rumus bagi hasil yang ada pada Ms.
Excel. Hasil perhitungan bagi hasil tersebut merupakan bagi hasil
yang harus diberikan mitra kepada BMT.

Berikut ini contoh perhitungan bagi hasil pembiayaan musyarakah di


BMT Binamas Purworejo.

13
14
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk setiap bulannya mitra
membayar angsuran sebesar Rp 115.000,- (sistem angsuran) dan bagi
hasil sebesar Rp 40.000,-.

BMT Binamas Purworejo dalam melaksanakan pembayaran


menyediakan dua alternatif, yaitu sistem pembayaran jatuh tempo dan
angsuran. Sedangkan untuk jenis angsurannya menggunakan
angsuran tetap dan menurun. Jika mitra/anggota memilih sistem
pembayaran jatuh tempo maka pengembalian pokok pinjaman
dilakukan pada saat jatuh tempo, dan tetap membayar bagi hasil
setiap bulannya. Jenis angsuran yang digunakan untuk sistem
pembayaran jatuh tempo ini adalah angsuran tetap. Jangka waktu
pembayaran untuk sistem jatuh tempo adalah minimal 1 bulan dan
maksimal 6 bulan.

15
Akan tetapi, jika mitra/anggota memilih sistem pembayaran angsuran
maka pengembalian pokok pinjaman dan bagi hasil dilakukan setiap
bulan. Jenis angsuran yang digunakan untuk sistem pembayaran
angsuran adalah angsuran menurun. Jangka waktu pembayaran untuk
sistem angsuran adalah lebih dari 6 bulan. Jenis usaha yang cocok
untuk sistem pembayaran angsuran adalah usaha yang pendapatannya
harian, seperti pedagang sayur di pasar, penjual makanan, dan
sebagainya. Sedangkan jenis usaha yang cocok untuk sistem
pembayaran jatuh tempo adalah usaha yang pendapatannya bulanan,
seperti usaha budidaya lele, perumahan, dan sebagainya.

3) Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah di BMT


Binamas Purworejo Dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis
Ulama Indonesia, Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah.
BMT Binamas Purworejo berdasarkan Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional Majelis Ulama Indonesia, Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000
telah memenuhi ketentuan yang difatwakan. Akan tetapi dalam
pembagian keuntungan masih belum sesuai dengan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Nomor: 08/DSN-
MUI/IV/2000. Pembagian keuntungan tidak dibagikan secara
proporsional atas dasar seluruh keuntungan, karena ada jumlah yang
ditentukan di awal berupa proyeksi bagi hasil. Sehingga ketika
melaporkan keuntungan per bulan, mitra cenderung menyamakan
jumlah keuntungan bulan itu dengan keuntungan awal ketika
dilakukan survey.

4) Analisis Kesesuaian Perhitungan Bagi Hasil di BMT Binamas


Purworejo Dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 15/DSN-
MUI/IX/2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam
Lembaga Keuangan Syariah.
Prinsip perhitungan bagi hasil pembiayaan musyarakah yang
digunakan oleh BMT Binamas Purworejo adalah Profit Sharing (Bagi

16
Untung), di mana pendapatan hasil usaha yang dibagi merupakan
pendapatan bersih (net profit), yaitu laba kotor dikurangi dengan
beban usaha. BMT Binamas Purworejo berdasarkan Fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000 telah memenuhi
ketentuan yang difatwakan. Dalam melakukan pembagian hasil usaha
BMT Binamas Purworejo menggunakan prinsip bagi untung.
Penetapan prinsip bagi untung dalam pembagian hasil usaha telah
disepakati dalam akad. Dalam hal ini, penentuan biaya-biaya dalam
kegiatan usaha dilakukan oleh mitra, sehingga kejujuran dari pihak
mitra sangat menentukan besar kecilnya bagi hasil yang diterima oleh
pihak BMT maupun mitra.

5) Penanganan Kredit Macet di BMT Binamas Purworejo.


 Dalam akad pembiayaan musyarakah, mitra/anggota harus
membayar angsuran pokok dan bagi hasil setiap bulannya.
Akan tetapi, kenyataannya ada di antara mereka yang tidak
membayar angsuran dan bagi hasil setiap bulannya. Untuk
mengatasi keterlambatan pembayaran angsuran dan bagi hasil,
BMT Binamas Purworejo melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut. Memberikan denda keterlambatan dan biaya
penagihan Jika pada tanggal jatuh tempo mitra belum
melakukan pembayaran, maka diberi tenggang waktu selama 3
hari. Apabila setelah 3 hari mitra belum juga melakukan
pembayaran, maka akan dikenakan denda untuk dimasukkan
infaq. Selain itu, jika mitra tidak datang sendiri ke kantor BMT
untuk melakukan pembayaran setiap bulannya atau dengan
kata lain petugas datang ke rumah mitra untuk melakukan
penagihan, maka akan dikenakan biaya penagihan. Denda dan
biaya penagihan yang dikenakan berdasarkan kesepakatan
antara kedua belah pihak yang telah tertulis di akad.

17
 Melakukan akad ulang dan eksekusi jaminan.
Jika usahanya masih berjalan dan pembiayaan belum jatuh
tempo, mita/anggota diberi tenggang waktu atau bisa
melakukan akad ulang. Namun, jika mitra/anggota sudah tidak
sanggup membayar angsuran dan bagi hasil kepada BMT
setelah diberi tenggang waktu maupun setelah melakukan akad
ulang maka pihak BMT akan melakukan eksekusi jaminan.
Dalam hal ini, BMT membantu mitra/anggota menjual
jaminan tersebut. Dari hasil penjualan jaminan tersebut BMT
hanya meminta mitra/anggota menutup pokok pinjamnnya saja.
Untuk bagi hasil yang diberikan, besarnya tergantung dari
mitra/anggota.
d. Kesimpulan
1) Pelaksanaan pembiayaan Musyarakah di BMT Binamas Purworejo harus
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
2) Perhitungan bagi hasil pembiayaan Musyarakah di BMT Binamas
Purworejo, menggunakan sistem manual dan komputer. Untuk penentuan
bagi hasil nya berdasarkan dengan hasil survey oleh pihak BMT.
3) Analisis Kesesuaian Pembiayaan Musyarakah di BMT Binamas
Purworejo Dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama
Indonesia, Nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah. BMT Binamas Purworejo berdasarkan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Nomor: 08/DSN-
MUI/IV/2000 telah memenuhi ketentuan yang difatwakan. Akan tetapi
dalam pembagian keuntungan masih belum sesuai dengan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Nomor: 08/DSN-
MUI/IV/2000.
4) Analisis Kesesuaian Distribusi Bagi Hasil di BMT Binamas Purworejo
Dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000
Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan
Syariah. BMT Binamas Purworejo berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000 telah memenuhi ketentuan yang

18
difatwakan. Dalam melakukan pembagian hasil usaha BMT Binamas
Purworejo menggunakan prinsip bagi untung.
5) Penanganan Kredit Macet di BMT Binamas Purworejo.
Untuk mengatasi keterlambatan pembayaran angsuran dan bagi hasil,
BMT Binamas Purworejo melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
- Memberikan denda keterlambatan dan biaya penagihan.
- Melakukan akad ulang.
- Eksekusi Jaminan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Musyarakah merupakan akad kerja sama antara kedua belah pihak atau
lebih dalam suatu usaha tertentu dengan masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana yang mana keuntungan serta risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
b. Landasan akad Musyarakah, berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’.
c. Musyarakah dibagi menjadi dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah sendiri terbagi kembali menjadi
lima jenis yaitu: Syirkah Al-‘Inan, Syirkah Mufawadhah, Syirkah A’maal,
Syirkah Wujuh, dan Syirkah al-Mudharabah. Kemudian seiring
berkembang nya zaman terdapat Musyarakah Kontemporer dan
Musyarakah Munaqishah.
d. Aplikasi musyarakah sendiri dalam perbankan yaitu pembiayaan proyek
dan model ventura.

20
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad.2009.Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah.Yogyakarta:


UII Press

Rachmat, Budi.2005.Modal Ventura.Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Maulana dan Jaih.Perkembangan Akad Musyarakah.2012.Jakarta: Kencana

Antonio, Syafi’i.2001.Bank Syariah.Jakarta: Gema Insani Press

Ratna Flarida, 2018. Analisis Pelaksanaan dan Perhitungan Bagi Hasil


Pembiayaan Musyarakah di BMT Binamas Purworejo. Jurnal Pendidikan
Ekonomi. Vol 7. No 4.
journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/ekonomi/article/download/10968/10
506. Tanggal Akses 25/09/2019 pukul 20.22 wib.

21

Anda mungkin juga menyukai