Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INVESTASI BERBASIS AKAD KERJA SAMA


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Investasi Syariah
Dosen pengampu : Syuhada’. MEI

Disususn Oleh :
1. Nabella Eka Arianty ( 19053010)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kita sehingga penyusun bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Mudharabah dan Implementasi nya
pada Lembaga Keuangan Syariah” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusun dalam penyusunan laporan ini secara umumnya dan
kepada Dosen Mata Kuliah “Manajemen Investasi Syariah” dengan judul
“Investasi Berbasis Akad Kerja Sama”.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penyusun
tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penyusun harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penyusun berikutnya. Untuk
itu penyusun ucapkan terima kasih.

Lamongan, 19 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii

BAB I..........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1

C. Tujuan Masalah.......................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3

A. Pengertian Mudharabah dan Musyarakah...............................................................................3

B. Investasi Berbasis Akad Kerja Sama.........................................................................................5

C. Mekanisme Invetasi Akad Kerja Sama .......................................................................................6

D. Implementasi Investasi Syariah..................................................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................................10

A. KESIMPULAN......................................................................................................................10

B. SARAN...................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi merupakan jenis usaha yang saat ini banyak diminati
terutama bagi mereka yang memiliki modal uang yang cukup banyak.
Dengan melakukan investasi maka secara tidak langsung seseorang sedang
mengusahakan uangnya untuk dipergunakan sebagai modal menghasilkan
keuntungan lainnya baik dalam jenis uang atau pun hal lain yang
bermanfaat. Ada banyak cara investasi di dunia keuangan yang bisa
dilakukan, beberapa diantaranya bisa dilakukan dengan duduk diam saja,
namun ada juga yang harus melakukan beberapa aktifitas yang akan
menguntungkan. Investasi bisa dilakukan di mana pun dan dengan
menggunakan cara serta bentuk apapun. Salah satunya adalah dengan
melakukan kegiatan investasi dengan menggunakan akad kerja sama.

Berinvestasi di dalam Islam sangat dianjurkan dan merupakan


salah satu kegiatan muamalah dimana harta yang diinvestasikan
diharapkan dapat menjadi produktif dan dapat memberikan kemaslahatan
bagi umat dan orang banyak. Al-Quran dengan tegas melarang
penimbunan (iktinaz) harta yang dimiliki sebagaimana disebutkan dalam
alqur’an Surat At-taubah ayat 34 yang artinya sebagai berikut: “Hai orang-
orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang
alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari akad mudharabah dan musyarakah ?
2. Bagaimana Investasi Berbasis Akad Kerja Sama?
3. Bagaimana mekanisme Investasi berbasis akad kerja sama?

1
4. Bagaimana Implementasi Investasi Syariah ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari akad mudharabah dan musyarakah.
2. Dapat mengetahui Investasi Berbasis Akad Kerja Sama.
3. Dapat mengetahui mekanisme akad kerja sama.
4. Dapat mengetahui Implementasi Investasi Syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah Dan Musyarakah


1. Pengertian Mudharabah
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang
berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan
diatas yang maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usahanya.1 Sedangkan pengertian mudharabah yang
secara teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua
belah pihak dimana pihak yang pertama ( shahibul maal ) menyediakan
seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya.2
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk
perniagaan di mana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan modalnya
kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan (mudharib), untuk
diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan
ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika
disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus
menanggung kerugian tersebut.
Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan
berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing
principle), dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana yang
pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang
ke dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana
atau menejemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib.3
2. Pengertian Musyarakah

1
Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. Yogyakarta: akademi manajemen
perusahaan YKPN. 2005. Hal 102.
2
Muhammad syfi’i antonio. Bank syari’ah: dari teori ke praktik. Jakarta: gema insani press. 2001.
Hal. 95.
3
Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta: UII
press yogyakarta. 2002. Hal. 32.

3
Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti
al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga
antara masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau
perserikatan usaha.4 Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan,
percampuran atau serikat. Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau
dalam bahasa Inggris disebut partnership. 5
Secara fiqih, dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam
Asy-Syaukani menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar‟iyah) terwujud
(terealisasi) atas dasar sama-sama ridha di antara dua orang atau lebih, yang
masing-masing dari mereka mengeluarkan modal dalam ukuran yang
tertentu. Kemudian modal bersama itu dikelola untuk mendapatkan
keuntungan, dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat
keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan kepada syirkah
tersebut. Namun manakala mereka semua sepakat dan ridha, keuntungannya
dibagi rata antara mereka, meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal
itu boleh dan sah, walaupun saham sebagian mereka lebih sedikit sedang
yang lain lebih besar jumlahnya. Dalam kacamata syariat, hal seperti ini
tidak mengapa, karena usaha bisnis itu yang terpenting didasarkan atas ridha
sama ridha, toleransi dan lapang dada.6
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di antara para pemilik
modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan
usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian
hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

B. Investasi Berbasis Akad Kerja Sama

4
Ghufron A.Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet ke-1),
2002, h.191
5
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h. 142
6
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, cet ke-1, 2014),
h.96

4
Terdapat beberapa akad didalam Investasi syariah berbasis kerja sama
yaitu:7

1. Mudarabah
Mudarabah adalah pembagian bagi hasil yang sama besarnya. Pada
perjanjian mudarabah salah satu pihak menyediakan modal 100% dan
pihak lain mengelola modal tersebut.Keuntungan pada perjanjian dibagi
menurut perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian yang masih harus dibayar ditanggung oleh penyedia modal
saja. Mudarabah sering digunakan untuk dana investasi, di mana
investor memberikan uang kepada bank Islam, di mana
bankberinvestasi mengenakan biaya-biaya manajemen.
Keuntungan dari usaha secara Mudharabah akan dibagi hasilnya
menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan
apabila usaha tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut
akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan
disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika kerugian tersebut
disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka
pengelola modal yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang
telah dialaminya.
Dengan demikian, jenis investasi bank syariah yang menggunakan
akad mudharabah terbagi menjadi:
a. Mudharabah mutlaqah, merupakan kerjasama antara pemilik modal
(shahibul maal) yang menyediakan modal dengan memberikan
kewenangan kepada pengelola/manajer investasi (mudharib) untuk
menentukan jenis dan tempat investasi. Skim ini biasanya diterapkan
pada deposito dan tabungan berjangka.
b. Mudharabah muqayyadah, merupakan kerjasama antara pemilik modal
(shahibul maal) yang menyediakan modal dengan memberikan
kewenangan terbatas kepada pengelola/manajer investasi (mudharib)
untuk menentukan jenis dan tempat investasi. Skim ini biasanya
7
Grail research, Overview of Islamic finance, an integreon company, 2007,Hal1 12-1

5
digunakan untuk mewadahi kebutuhan nasabah besar seperti
perusahaan dan pemerintah.

2. Musyarakah
Musyarakah adalah perusahaan patungan dimana semua mitra
perusahaan berkontribusi dalam pengelolaan dana dan memiliki hak
untuk berpartisipasi dalam menjalankan manajemen di dalam bisnis
perusahaan tersebut. Keuntungan di dalam perusahaan dibagi didalam
perhitungan yang telahdisepakati di awal perjanjian dan kerugian yang
dialami oleh perusahaan dibagi didalam modal yang telah
diinvestasikan. Kontribusi dapat dilakukan dalam bentuk tunai atau
barang.
Musyarakah sebenarnya hampir sama dengan mudharabah.
Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara para pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan.
Dalam musyarakah mitra dan pemilik dana, misal bank, sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang
sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya, mitra dapat
mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati
secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan musyarakah
dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas,
termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten.
Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun menurun.
Dalam musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra ditentukan
sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad,nsedangkan
dalam musyarakah menurun, bagian modal pemilik dana atau bank akan
dialihkan secara bertahap kepada mitra, sehingga bagian modal pemilik
dana / bank akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan
menjadi pemilik usaha tersebut.

C. Mekanisme Investasi Berbasis Akad Kerja sama

6
Berdasarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI tentang
akad mudharabah, kegiatan usaha yang yang dapat melaksanakan kerja
sama mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Usaha yang dilakukan pengelola (‘amil/mudharib) harus usaha


yang halal dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Pengelola (‘amil/mudharib) dalam melakukan
usaha mudharabah harus atas nama entitas mudharabah, tidak
boleh atas nama dirinya sendiri
3. Biaya-biaya yang timbul karena kegiatan usaha atas
nama entitas mudharabah, boleh dibebankan ke dalam
entitas mudharabah
4. Pengelola (‘amil/mudharib) tidak boleh meminjam, meminjamkan,
menyumbangkan, atau menghadiahkan modal usaha (ra’s al-mal)
dan keuntungan kepada pihak lain, kecuali atas dasar izin dari
pemilik modal (shahibul maal)
5. Pengelola (‘amil/mudharib) tidak boleh melakukan perbuatan yang
termasuk melakukan suatu perbuatna yang seharusnya tidak
dilalakukan (at-ta’addi), tidak melakukan perbuatan yang
seharusnya dilakukan (at-taqshir), dan/atau menyalahi isi dan/atau
substansi atau syarat-syarat yang disepakati dalam akad
(mukhalafat asy-syuruth)

Contoh mudharabah antar dua pihak saja yaitu shahibul maal yang


bermitra dengan mudharib untuk usaha percetakan selama 9
bulan. Shahibul Maal memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 20
juta. Kedua belah pihak sepakat dengan nisbah bagi hasil 40:70 (40%
keuntungan untuk shahibul maal).

Setelah mudharib menjalankan usaha selama 9 bulan, modal usaha


telah berkembang menjadi Rp. 35 juta, sehingga diperoleh keuntungan
sebesar Rp. 15 Juta (Rp. 35 juta – Rp. 20 Juta). Maka, shahibul

7
maal berhak mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3 Juta (40% x Rp. 6
juta) dan sisanya sebesar Rp. 9 juta menjadi hak mudharib.8

Contoh Investasi Akad Musyarakah As-Salam , adalah sebuah


bisnis kemitraan yang bergerak pada bidang peternakan. Cakupan
wilayahnya berpusat pada pamanfaatan keuangan mahasiswa untuk
menghasilkan uang tambahan yang kemudian dikembangkan pada
jangkauan yang lebih luas lagi. Dalam hal ini sebagian mahasiswa
berpartisipasi sebagai investor. Kemudian uang itu dipergunakan untuk
membeli anakan ternak (bakalan), yang kemudian digemukan sehingga
memiliki nilai lebih dalam beberapa bulan. Penggunaan AKAD
MUSYARAKAH pada usaha ini, adalah sebagai salah satu jaminan
keamanan dan keadilan bagi para investor yang menginvestasikan
uangnya. Akad ini merupakan akad yang telah dijalankan pada
perekonomian islam yang mengutamakan visi pada keadilan semua
anggota dan keuntungan bersama (prinsip bagi hasil), dalam artian tidak
ada satu pihak dirugikan sedangkan lainnya mendapat keuntungan. Akad
ini menjamin bahwa usaha yang dijalankan sesuai dengan harapan dan
kesepakatan bersama (pengusaha dan investor). Keuntungan yang
diperoleh berdasarkan kesepakan dan rugi diakui secara proporsional
sesuai dengan kontribusi modal. Ternak yang akan dijalankan pada usaha
ini adalah penggemukan domba dan kambing. Hal ini dikarenakan harga
anakan domba dan kambing tidak terlalu mahal. Harga anakan domba dan
kambing hanya berkisar (Rp.700.000-1000.000). Mahasiswa dapat
memanfaatkan uang simpanannya untuk untuk berinvestasi pada Invetasi
Ternak As-Salam ini sehingga mendapatkan keuntungan, dibandingkan
dengan hanya menyimpan uang di kontrakan atau di bank.9

D. Implementasi Investasi Syariah


8
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/94

9
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73507

8
Dalam konsep Islam, investasi bukan semata-mata terkonsentrasi
pada seberapa besar keuntungan materi yang bisa dihasilkan melalui
aktifitas ekonomi saja, namun lebih dari itu kegiatan investasi dalam
konsep Islam juga didorong oleh adanya faktor-faktor tertentu yang
mendominasi.

Faktor-faktor dominan sebagai pendorong seseorang melakukan


aktivitas investasi adalah:

a. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap jumlah dan nilai


assetnya yang akan selalui dikenakan zakat. Faktor ini akan
mendorong pemilik (investor) untuk mengelolanya melalui
investasi, dan faktor ini lebih dekat kepada perilaku individu.
b. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian masyarakat
yang tidak memiliki modal. Faktor ini dijalankan dengan pola
bersyarikat (musyarakah) maupun dengan berbagi hasil
(mudharabah).

Seseorang melakukan aktivitas investasi tentu memiliki tujuan yang


ingin dicapai. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu efektifitas dan
efisiensi dalam menentukan keputusan guna mempertegas keputusan yang
diharapkan. Tujuan investasi secara umum antara lain adalah:

1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi.


2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(actual profit).
3. Terciptanya kemakmuran pemegang bagi saham.
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.

Namun, dalam konsep syari’ah tujuan investasi tentunya memiliki


karakteristik tersendiri. Hak ini tidak terlepas dari adanya tujuan syariat bagi
manusia yang dalam konsep Islam disebut dengan maqashid as-syari’ah
yang tidak lain adalah untuk bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh manusia. Adapun tujuan syariat (maqashid as-syari’ah) tersebut
mencakup lima aspek kehidupan, yaitu :

9
1. Menjaga agama (hifdzu al-diin).
2. Menjaga nyawa (hifdzu al-nafs).
3. Menjaga pikiran/akal (hifdzu al-‘aql).
4. Menjaga keturunan/generasi (hifdzu al-nasl).
5. Menjaga harta benda (hifdzu al-mal).

Dari kelima faktor tersebut, salah satunya adalah upaya untuk


menjaga harta benda adalah dengan melakukan aktivitas investasi. Namun,
dalam konsep syariah tidaklah semua bidang usaha diperbolehkan untuk
dijalankan karena terdapat batasan-batasan aktvitas halal dan haram yang
menentukannya, dan tidak lain adalah untuk mengendalikan dari kegiatan
yang dapat memberikan mudharat bagi yang lainnya.

Kegiatan investasi sebagai salah satu bentuk dari hubungan antar


sesama manusia (muamalah) tidaklah bisa dilepaskan dari aspek akidah,
akhlaq dan ibadah. Karenanya, perilaku ekonomi harus diwarnai oleh nilai-
nilai ketiga aspek tersebut yang berujung pada tujuan utama diciptakannya
manusia di muka bumi ini, sebagaimana disebutkan dalam surat al-
Dzariyaat, ayat 56 yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.

Tujuan investasi syari’ah dalam konteks ini tidaklah terlepas dari


adanya niat untuk mendapatkan ridha Allah Swt., dengan mendapatkan
keuntungan (al-falah), sehingga dalam melakukan investasi harus
dibutuhkan niat yang lurus (menghindarkan diri dari penggunaan cara-cara
investasi yang mengandung unsur

maisir, gharar, riba dan dhalim), selain yang terpenting juga tetap meniatkan
dari sebagian keuntungan akan dikeluarkan zakat dan infaknya sebagai
bagian dari investasi di akhirat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari investasi


dalam Islam adalah “menanam modal dengan tujuan menambah keuntungan
dan mencari kelebihan nikmat Allah, karena investasi ini akan

10
merealisasikan tujuan permodalan yang seharusnya berkembang, sekaligus
merealisasikan tujuan sosialnya”

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal-hal pokok yang terdapat dalam mudharabah, yaitu ada pemilik
dana (Bank), ada orang yang memiliki kemampuan untuk menjalankan
usaha/bisnis yang membutuhkan dana. Dengan kerja sama atau kesepakatan
untuk mencari keuntungan, keuntungan yang diperoleh kemudian dibagi para
pihak sesuai perjanjian, pemilik dana (bank) menanggung kerugian yang
tidak disebabkan oleh pengelola, asalkan dana pokok tidak berkurang.
Mudharabah tidak dilarang dalam Syariah, hal tersebut sesuai dengan hadits
Nabi SAW.

Berinvestasi diperlukan baik itu untuk kehidupan dunia apalagi


kehidupan akhirat. Hal ini sesuai dengan isyarat Allah dalam al-Qur’an surat
al-Hasyr ayat 18. Investasi sangat diperlukan untuk mempersiapkan bekal
kehidupan di masa yang akan datang. Namun, perlu diingat bahwa dalam
mempersiapkan bekal seorang hamba tetap harus waspada dan berhati-hati
dalam bertindak, karena jika ada kesalahan sedikit saja akan mengakibatkan
sesuatu yang fatal dan tidak diinginkan.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, Apabila masih terdapat
beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai
penulis mohon maaf apabila pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang
kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat
menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ghufron A.Mas‟adi, 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, cet ke-1).
Grail research, 2007. Overview of Islamic finance, an integreon
company.
Makhalul ilmi SM. 2002. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan
syari’ah. Yogyakarta: UII press yogyakarta.
Mardani, 2014. Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group)
Muhammad syfi’i antonio. 2001. Bank syari’ah: dari teori ke praktik.
Jakarta: gema insani press.
Muhammad. 2005. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. Yogyakarta:
akademi manajemen perusahaan YKPN.
Naf‟an, 2014. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, (Yogyakarta:
Graha Ilmu)
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/94
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73507

12

Anda mungkin juga menyukai