Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas karunia,
rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Jual Beli Saham & Implementasinya di Lembaga Keuangan Syari‟ah”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh
Muamalah Kontemporer . Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dalam isi maupun sistematika pembuatan
makalah. Oleh sebab itu, kami sebagai penulis dari makalah ini berharap kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususunya kepada dosen kami yang telah memberikan petunjuk dan
arahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar
dan tepat waktu. Semoga makalah ini juga dapat menjadi referensi dan bermanfaat
bagi para pembaca. Apabila terdapat banyak kesalahan penggunaan kata dan ejaan
tanda baca mohon dimaklumi kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
A. Latar Belakang.......................................................................................1
Indonesia....................................................................................................7
A. Simpulan......................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. H. Nasrun Haroen, MA., Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2007. hlm. 111.
2
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
72.
3
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Hukum Ekonomi Syariah Dalam
Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta; Kencana, 2012, hlm. 284.
2
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal
kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak
untuk mendapatkan bagi hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan
modal dengan bagi hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan
musyarakah atau syirkah. Maka secara konsep saham adalah salah satu efek yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham
yang diterbitkan oleh Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah.
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasar bahwa kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Adapun kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan syariah yang dimaksud
adalah perusahaan publik yang melakukan kegiatan usahanya tidak melakukan
kegiatan usaha :
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
haram
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
e. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (riyswah).4
4
Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang; Empat Dua, 2016), hlm. 204.
3
bertujuan memindahkan kepemilikan harta. Akad Al-Bai' Musawamah ini
digunakan pada saat melakukan transaksi saha syari'ah di mesin perdagangan
Bursa Efek Indonesia.
Dalam akad Al-Bai' Musawamah para pihak dapat melakukan transaksi
tawar menawar dengan harga yang paling murah. Sementara pihak penjual tidak
perlu menjelaskan harga dasar dan keuntungan dari produk yang diperjualbelikan
kepada pihak pembeli.
2. Mudharabah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana satu pihak sebagai
penyedia modal (shahibul mal) sementara pihak yang lain sebagai penyedia
tenaga dan keahlian (mudharib). Pihak pertama selaku penyedia modal,
menyediakan seluruh modal yang dibutuhkan oleh pihak kedua selaku pengelola
modal. Keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disetujui bersama, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung
sepenuhnya oleh penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian
penyedia tenaga dan keahlian.
3. Musyarakah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dengan tujuan memperoleh
keuntungan atas suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan
kontribusi modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya. Sedangkan
keuntungan dan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan
jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
4. Ishtisna
Akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana
spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak. Akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pembeli (pemesan, mustashni) dan penjual (pembuat,
shani).
4
5. Ijarah
Akad pemindahan hak guna (manfaat)atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh) tanpa diikuti pemindahan kepemilikan
barang. Pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa)
berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa atau pengguna jasa untuk
menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau
memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa atau upah (ujroh), tanpa diikuti dengan
beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi objek ijarah.
6. Wakalah
Akad dimana pihak yang memiliki kuasa (muwakil) memberikan kuasa
kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau
perbuatan tertentu. Pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal yang boleh diwakilkan
7. Kafalah
Akad dimana pihak penjamin (kafil atau guarantor) berjanji memberikan
jaminan kepada pihak yang dijamin (muwakil) untuk memenuhi kewajiban pihak
yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu atau kreditur).5
5
Ibid., hlm. 202.
6
Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm, 172.
5
kegiatan produktif dengan dasar Loss and profit sharing.7 Untuk mengalihkan
kepemilikan saham kepada pihak lain, maka akad yang digunakan ialah jual beli
saham (bai‟al-mal). Disamping itu untuk melindungi hak kepemilikan dan
mempermudah pelaksanaan transaksi, pada sertifikat saham perlu mencantumkan
atas nama pemiliknya (nominal shares). Pencantuman atas nama pemilik saham
ini harus sesuai dengan ketentuan fiqh yang mensyaratkan saham harus dibeli dari
pihak yang bersangkutan (bai‟ al-dayn li al-madin).8
Sedangkan jenis saham atas tunjuk (beares shares) tidak berlaku dalam
pasar modal syariah. Menurut para ahli fiqh kontemporer hukumnya batal, karena
tidak diketahui pemiliknya.9 Jual beli saham (bai‟al-mal) adalah jual beli barang
dengan cara pemesanan dan pembayaran dilakukan di muka, dengan syarat-syarat
tertentu.
Dalil yang menjadi landasan hukum Fatwa MUI No. 05/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham adalah:10
1. Al Qur‟an Surah Al-Baqarah (2) ayat (282): “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”;
2. Al Qur‟an Surah Al-Maidah (5) ayat 1: “hai orang-orang yang beriman,
penuhilah aqad-aqad itu…..”;
3. Hadist Riwayat Bukhari: “Barangsiapa melakukan salaf (salam),
hendaklah dia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari, Shahih al-
Bukhari, Beirut: al-Fikr, 1995, Jilid 2, h.36);
4. Ijma. Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat atas kebolehan jual beli
dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh
masyarakat (Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al Islami wa Adillatahu, 1989,
cet, v, hlm, 598);
7
Indah Yuliana, INVESTASI “Produk Keuangan Syariah” Penerbit: UIN-MALIKI PRESS,
Malang:, 2010, hlm. 78.
8
Adiwarman A, Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Rajawali Press, Jakarta, 2004,
hlm, 58
9
23Anwar Ibrahim, Materi Pengenalan terhadap Prinsip-prinsip Syariah yang Dianut di
Indonesia dalam Hubungan pasar Modal Syariah, Paper Seminar Pasar Modal Syariah, 2003.
10
Briefcase Book, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, Renaisan, ITC Cempaka Mas,
Jakarta, 2005
6
5. Kaidah Fiqih: “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Hal yang menjadi pertimbangan Dewan Syariah Nasional menetapkan jual beli
saham sebagai salah satu system perekonomian syariah adalah:
a) Jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih
dahulu dengan syarat-syarat tertentu disebut salam, kini telah melibatkan
pihak perbankan
b) Agar cara tersebut dilakukan sesuai denga ajaran Islam, DSN memandang
perlu menetapkan fatwa tentang salam untuk dijadikan pedoman oleh
lembaga keuangan syariah.
7
Aktivitas transaksi di pasar bursa dilakukan oleh investor melalui
pedagang perantara yang bertugas sebagai penghubung antara investor jual
dengan investor beli. Bahwa pasar modal (bursa efek) sarat dengan unsur
spekulatif namun transaksi saham tidak sama dengan gambling (judi). Spekulasi
yang terjadi di bursa efek di dasarkan pada data dan fakta atau semua keterangan
tentang perubahaan, dan juga bergantung pada base fundamental dan teknikal.
Praktek forwar contract, short selling, option, insider trading,
„penggorengan‟saham merupakan transaksi yang dilarang secara syariah dalam
dunia pasar modal. Selain hal-hal tersebut, konsep preferred stock atau saham
istimewa juga cenderung tidak diperbolehkan secara syariah karena dua alasan
yang dapat diterima secara konsep syariah, dua alasan tersebut adalah, pertama,
adanya keuntungan tetap (predeterminat revenue), yang dikategorikan oleh
kalangan ulama sebagai riba. Kedua, pemilik saham preferen mendapatkan hak
istimewa terutama pada saat perusahaan dilikuidasi. Hal tersebut dianggap
mengandung unsur ketidakadilan.11
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks terakhir yang dikembangkan
oleh BEJ bekerjasama dengan Danareksa Invesment Management. Indeks syariah
merupakan index berdasarkan syariah Islam.
Menurut Heri Sudarsono dalam Abdul Manan, adapun tahapan atau seleksi
untuk saham yang masuk dalam indeks syariah antara lain:
1. Memilih kumpulan sahan dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga)
bulan (kecuali dalam 10 besar dalam hal kapitalisasi);
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan atau tenaga tahun terakhir
yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%;
3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir;
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan regular salam satu tahun.12
11
Abdul Manan, Op.Cit, hlm, 109-110.
12
Muhammad Firdaus, dkk, Sistem Keuangan Syariah dan Investasi Syariah, Renaisan, Jakarta,
2005, hlm, 33-35
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sudut pandang hukum Islam, mekanisme jual beli saham syari'ah
adalah jual beli yang berkesinambungan dan dilakukan dalam satu majelis (Al-
Bai' musawamah). Dengan mekanisme tersebut, hak dari masing-masing pihak
yang terlibat didalamnya dapat dijaga pemenuhannya. Sementara dalam
praktiknya, PT Phintraco Securities menerapkan akad wakalah dengan bertindak
sebagai perusahaan pialang saham yang mewakili (wakil) kepentingan nasabah
baik untuk menjual atau membeli saham dari para pemegang saham (muwakil).
Jual beli saham Syari'ah ini dilakukan dengan memperhatikan hak-hak dari
masing-masing pihak yang melakukan transaksi. Maka, dapat disimpulkan bahwa
jual beli semacam ini sesuai dan memenuhi persyaratan sesuai dengan Hukum
Islam.
Berdasarkan uraian pambahasan tersebut maka dapat dikemukakan suatu
simpulan bahwa jual beli saham emiten pada pasar modal syariah hukumnya
diperbolehkan berdasar pada Fatwa DSN No. 5/DSN-MUI/IV/2000 jo. DSN-MUI
No. 40/DSN-MUI/X/2003. Fatwa DSN MUI memandang jual beli saham syariah
merupakan bagian dari salah satu sistem perekonomian syariah. Langkah yang
ditempuh oleh semua pihak termasuk Majelis Ulama‟ Indonesia yang telah
menerbitkan segala aturan mengenai prinsip-prinsip syariah dalam jual beli saham
dan Bapepam sendiri yang telah mengakomodir ketentuan MUI tersebut
merupakan sebuah langkah gemilang yang tetap harus didukung dan diberikan
kritik yang membangun, setidaknya jual beli saham syariah yang sebelumnya
tidak ada menjadi ada.
9
DAFTAR PUSTAKA
10