Anda di halaman 1dari 13

JUAL BELI SAHAM & IMPLEMENTASI DI

LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer

Dosen Pengampu : Eva Susanti, M.E.Sy


Disusun Oleh : Kelompok 9

1. Putri Nadila Rahayu ( 210204033 )


2. Dinda Nur Islamiah ( 210204011 )
3. Krisna Ramadhan ( 210204022 )
4. Zahrotul Aini ( 210204044 )

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QURAN AL-ITTIFAQIAH

INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas karunia,
rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Jual Beli Saham & Implementasinya di Lembaga Keuangan Syari‟ah”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh
Muamalah Kontemporer . Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dalam isi maupun sistematika pembuatan
makalah. Oleh sebab itu, kami sebagai penulis dari makalah ini berharap kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususunya kepada dosen kami yang telah memberikan petunjuk dan
arahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar
dan tepat waktu. Semoga makalah ini juga dapat menjadi referensi dan bermanfaat
bagi para pembaca. Apabila terdapat banyak kesalahan penggunaan kata dan ejaan
tanda baca mohon dimaklumi kami ucapkan terimakasih.

Indralaya, 12 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................2

A. Konsep Jual Beli Saham Syari‟ah ..............................................................2

B. Praktik Jual Beli Saham Syari‟ah..............................................................3

C. Implementasi Jual Beli Saham Di Lembaga Keuangan Syari‟ah..............5

D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Saham Di

Indonesia....................................................................................................7

BAB III PENUTUP ..........................................................................................9

A. Simpulan......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam memberi aturan-aturan untuk seluruh aspek kehidupan


termasuk didalamnya aturan pada sistem berperilaku dalam ekonomi. Secara
umum, ajaran Islam telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dalam
pelaksanaanya diperlukan aturan-aturan teknis yang harus dipelihara untuk
menjamin Muamalah yang baik. Jual beli tidak akan sempurna sesuai dengan
syara, melainkan harus terpenuhi ijab dan qabul, adanya dua akid yang sama-sama
mampu bertindak atau dua orang yang diwakilkan, adanya barang yang diketahui
oleh kedua belah pihak, juga adanya barang yang memberi manfaat dan tidak
diharamkan syara, Disamping itu unsur kerelaan penjual dan pembeli merupakan
pemegang peranan yang utama.
Pada zaman sekarang kegiata ekonomi syariah semakin berkembang.
Lembaga-lembaga yang mendasarkan nilai-nilai Islami dalam operasionalnya
semakin menjamur. Hal ini menjadi indikator bahwa masyarakat mulai
membutuhkan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan syari'at islam. Diantaranya
adalah Lembaga Pasar Modal Syari'ah.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan bagi
perusahaan sekaligus sebagai sarana investasi bagi para pemodal. Implementasi
dari hal tersebut adalah perusahaan dapat memperoleh pendanaan melalui
penerbitan efek yang bersifat ekuitas atau surat utang. Pada sisi lain, pemodal juga
dapat melakukan investasi di pasar modal dengan membeli efek-efek tersebut.
Kegiatan di pasar modal dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang
termasuk dalam kegiatan muamalah, yaitu suatu kegiatan yang mengatur
hubungan perniagaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP JUAL BELI SAHAM SYARI'AH

1. Pengertian Jual Beli


Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai' berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-bai' dalam
bahasa Arab tetkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-
syira' (beli) demikian, kata al-bai' berarti jual, sekaligus, juga berarti beli1.
Sedangkan secara terminologi ulama Syafi'iah mendefinisikan jual beli sebagai
kegiatan saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan
pemilikan.
Sedangkan menurut madzhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta
dengan harta dengan menggunakan cara tertentu. Pengertian jual beli lebih
diperjelas lagi oleh pendapat Imam Nawawi, yaitu, al-ba'i (jual beli) adalah
pertukaran harta dengan harta dengan maksud untuk memiliki.2

2. Pengertian Saham Syari'ah


Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan saham patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka
panjang. Para pembeli saham membayarkan uang pada perusahaan dan mereka
menerima sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas
saham-saham dan kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham perusahaan.
Para pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilik-pemilik yang
disahkan secara hukum dan berhak untuk mendapatkan bagian dari laba yang
diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk deviden.3

1
Dr. H. Nasrun Haroen, MA., Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2007. hlm. 111.
2
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
72.
3
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Hukum Ekonomi Syariah Dalam
Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta; Kencana, 2012, hlm. 284.

2
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal
kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak
untuk mendapatkan bagi hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan
modal dengan bagi hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan
musyarakah atau syirkah. Maka secara konsep saham adalah salah satu efek yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak semua saham
yang diterbitkan oleh Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah.
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasar bahwa kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Adapun kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan syariah yang dimaksud
adalah perusahaan publik yang melakukan kegiatan usahanya tidak melakukan
kegiatan usaha :
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
haram
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
e. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (riyswah).4

B. Praktik Jual Beli Saham Syariah

Akad-Akad yang Digunakan dalam Praktik Jual Beli Saham Syari'ah:


1. Al-Bai' Musawamah
Akad jual beli dengan kesepakatan harga pasar yang wajar melalui mekanisme
tawar menawar yang berkesinambungan. Bai' adalah akad pertukaran harta yang

4
Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang; Empat Dua, 2016), hlm. 204.

3
bertujuan memindahkan kepemilikan harta. Akad Al-Bai' Musawamah ini
digunakan pada saat melakukan transaksi saha syari'ah di mesin perdagangan
Bursa Efek Indonesia.
Dalam akad Al-Bai' Musawamah para pihak dapat melakukan transaksi
tawar menawar dengan harga yang paling murah. Sementara pihak penjual tidak
perlu menjelaskan harga dasar dan keuntungan dari produk yang diperjualbelikan
kepada pihak pembeli.

2. Mudharabah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana satu pihak sebagai
penyedia modal (shahibul mal) sementara pihak yang lain sebagai penyedia
tenaga dan keahlian (mudharib). Pihak pertama selaku penyedia modal,
menyediakan seluruh modal yang dibutuhkan oleh pihak kedua selaku pengelola
modal. Keuntungan dari kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disetujui bersama, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung
sepenuhnya oleh penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian
penyedia tenaga dan keahlian.

3. Musyarakah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dengan tujuan memperoleh
keuntungan atas suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan
kontribusi modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya. Sedangkan
keuntungan dan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan
jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

4. Ishtisna
Akad jual beli aset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana
spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak. Akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pembeli (pemesan, mustashni) dan penjual (pembuat,
shani).

4
5. Ijarah
Akad pemindahan hak guna (manfaat)atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh) tanpa diikuti pemindahan kepemilikan
barang. Pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa)
berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa atau pengguna jasa untuk
menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau
memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa atau upah (ujroh), tanpa diikuti dengan
beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi objek ijarah.

6. Wakalah
Akad dimana pihak yang memiliki kuasa (muwakil) memberikan kuasa
kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau
perbuatan tertentu. Pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain
dalam hal yang boleh diwakilkan

7. Kafalah
Akad dimana pihak penjamin (kafil atau guarantor) berjanji memberikan
jaminan kepada pihak yang dijamin (muwakil) untuk memenuhi kewajiban pihak
yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu atau kreditur).5

C. IMPLEMENTASI JUAL BELI SAHAM DI LEMBAGA


KEUANGAN SYARI'AH

Jual-beli saham dalam Islam pada dasarnya merupakan bentuk Syirkah


mudharabah,6 di antara para pengusaha dan pemilik modal sama-sama berusaha
yang hasilnya bisa dibagi bersama. Mudharabah merupakan teknik pendanaan
dimana pemilik modal menyediakan dana untuk digunakan oleh unit deficit dalam

5
Ibid., hlm. 202.
6
Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm, 172.

5
kegiatan produktif dengan dasar Loss and profit sharing.7 Untuk mengalihkan
kepemilikan saham kepada pihak lain, maka akad yang digunakan ialah jual beli
saham (bai‟al-mal). Disamping itu untuk melindungi hak kepemilikan dan
mempermudah pelaksanaan transaksi, pada sertifikat saham perlu mencantumkan
atas nama pemiliknya (nominal shares). Pencantuman atas nama pemilik saham
ini harus sesuai dengan ketentuan fiqh yang mensyaratkan saham harus dibeli dari
pihak yang bersangkutan (bai‟ al-dayn li al-madin).8
Sedangkan jenis saham atas tunjuk (beares shares) tidak berlaku dalam
pasar modal syariah. Menurut para ahli fiqh kontemporer hukumnya batal, karena
tidak diketahui pemiliknya.9 Jual beli saham (bai‟al-mal) adalah jual beli barang
dengan cara pemesanan dan pembayaran dilakukan di muka, dengan syarat-syarat
tertentu.
Dalil yang menjadi landasan hukum Fatwa MUI No. 05/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham adalah:10
1. Al Qur‟an Surah Al-Baqarah (2) ayat (282): “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”;
2. Al Qur‟an Surah Al-Maidah (5) ayat 1: “hai orang-orang yang beriman,
penuhilah aqad-aqad itu…..”;
3. Hadist Riwayat Bukhari: “Barangsiapa melakukan salaf (salam),
hendaklah dia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari, Shahih al-
Bukhari, Beirut: al-Fikr, 1995, Jilid 2, h.36);
4. Ijma. Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat atas kebolehan jual beli
dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh
masyarakat (Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al Islami wa Adillatahu, 1989,
cet, v, hlm, 598);

7
Indah Yuliana, INVESTASI “Produk Keuangan Syariah” Penerbit: UIN-MALIKI PRESS,
Malang:, 2010, hlm. 78.
8
Adiwarman A, Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Rajawali Press, Jakarta, 2004,
hlm, 58
9
23Anwar Ibrahim, Materi Pengenalan terhadap Prinsip-prinsip Syariah yang Dianut di
Indonesia dalam Hubungan pasar Modal Syariah, Paper Seminar Pasar Modal Syariah, 2003.
10
Briefcase Book, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, Renaisan, ITC Cempaka Mas,
Jakarta, 2005

6
5. Kaidah Fiqih: “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Hal yang menjadi pertimbangan Dewan Syariah Nasional menetapkan jual beli
saham sebagai salah satu system perekonomian syariah adalah:
a) Jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih
dahulu dengan syarat-syarat tertentu disebut salam, kini telah melibatkan
pihak perbankan
b) Agar cara tersebut dilakukan sesuai denga ajaran Islam, DSN memandang
perlu menetapkan fatwa tentang salam untuk dijadikan pedoman oleh
lembaga keuangan syariah.

D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Saham di


Indonesia
Adapun untuk mengetahui hukum jual beli saham di pasar modal menurut Islam
akan diuraikan sebagai berikut:
1. Transaksi Perdagangan Saham di Pasar Perdana
Pada transaksi ini yang menjadi para pihak adalah emiten dan investor.
Harga saham yang ditetapkan oleh emiten dan penjamin emisi berdasarkan kepada
seberapa besar kekuatan pasar menyerap saham yang ditawarkan. Bagaimanapun
harga saham yang ditawarkan melebihi dari harga nominal yang tertera dalam
lembaran saham. Selisih antara harga nominal dengan harga jual inilah yang
kemudian disebut dengan agio. Agio yang diperoleh dari selisih harga jual dan
harga beli di pasar perdana bukanlah termasuk riba, karena keuntungan yang
diperoleh merupakan harga yang telah disepakati. Olehkarena itu jika saham
ditawarkan di pasar perdana maka saham dianggap sebagai barang (sil‟ah).
Dengan begitu, maka transaksi saham di pasar perdana boleh menurut Islam,
sebab penentuan harganya dilakukan berdasarkan prinsip suka sama suka
(antaradhin).

2. Transaksi Saham di Pasar Skunder

7
Aktivitas transaksi di pasar bursa dilakukan oleh investor melalui
pedagang perantara yang bertugas sebagai penghubung antara investor jual
dengan investor beli. Bahwa pasar modal (bursa efek) sarat dengan unsur
spekulatif namun transaksi saham tidak sama dengan gambling (judi). Spekulasi
yang terjadi di bursa efek di dasarkan pada data dan fakta atau semua keterangan
tentang perubahaan, dan juga bergantung pada base fundamental dan teknikal.
Praktek forwar contract, short selling, option, insider trading,
„penggorengan‟saham merupakan transaksi yang dilarang secara syariah dalam
dunia pasar modal. Selain hal-hal tersebut, konsep preferred stock atau saham
istimewa juga cenderung tidak diperbolehkan secara syariah karena dua alasan
yang dapat diterima secara konsep syariah, dua alasan tersebut adalah, pertama,
adanya keuntungan tetap (predeterminat revenue), yang dikategorikan oleh
kalangan ulama sebagai riba. Kedua, pemilik saham preferen mendapatkan hak
istimewa terutama pada saat perusahaan dilikuidasi. Hal tersebut dianggap
mengandung unsur ketidakadilan.11
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks terakhir yang dikembangkan
oleh BEJ bekerjasama dengan Danareksa Invesment Management. Indeks syariah
merupakan index berdasarkan syariah Islam.
Menurut Heri Sudarsono dalam Abdul Manan, adapun tahapan atau seleksi
untuk saham yang masuk dalam indeks syariah antara lain:
1. Memilih kumpulan sahan dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga)
bulan (kecuali dalam 10 besar dalam hal kapitalisasi);
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan atau tenaga tahun terakhir
yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%;
3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir;
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan regular salam satu tahun.12

11
Abdul Manan, Op.Cit, hlm, 109-110.
12
Muhammad Firdaus, dkk, Sistem Keuangan Syariah dan Investasi Syariah, Renaisan, Jakarta,
2005, hlm, 33-35

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sudut pandang hukum Islam, mekanisme jual beli saham syari'ah
adalah jual beli yang berkesinambungan dan dilakukan dalam satu majelis (Al-
Bai' musawamah). Dengan mekanisme tersebut, hak dari masing-masing pihak
yang terlibat didalamnya dapat dijaga pemenuhannya. Sementara dalam
praktiknya, PT Phintraco Securities menerapkan akad wakalah dengan bertindak
sebagai perusahaan pialang saham yang mewakili (wakil) kepentingan nasabah
baik untuk menjual atau membeli saham dari para pemegang saham (muwakil).
Jual beli saham Syari'ah ini dilakukan dengan memperhatikan hak-hak dari
masing-masing pihak yang melakukan transaksi. Maka, dapat disimpulkan bahwa
jual beli semacam ini sesuai dan memenuhi persyaratan sesuai dengan Hukum
Islam.
Berdasarkan uraian pambahasan tersebut maka dapat dikemukakan suatu
simpulan bahwa jual beli saham emiten pada pasar modal syariah hukumnya
diperbolehkan berdasar pada Fatwa DSN No. 5/DSN-MUI/IV/2000 jo. DSN-MUI
No. 40/DSN-MUI/X/2003. Fatwa DSN MUI memandang jual beli saham syariah
merupakan bagian dari salah satu sistem perekonomian syariah. Langkah yang
ditempuh oleh semua pihak termasuk Majelis Ulama‟ Indonesia yang telah
menerbitkan segala aturan mengenai prinsip-prinsip syariah dalam jual beli saham
dan Bapepam sendiri yang telah mengakomodir ketentuan MUI tersebut
merupakan sebuah langkah gemilang yang tetap harus didukung dan diberikan
kritik yang membangun, setidaknya jual beli saham syariah yang sebelumnya
tidak ada menjadi ada.

9
DAFTAR PUSTAKA

DSN MUI, Fatwa, No. 40/DSN-MUI/X/2002 Tentang Pasar Modal dan


Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal
Halim, Abdul, 2005. Politik Hukum Islam Di Indonesia, Ciputat:Ciputat Press
Manan, Abdul, 2011. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2011
Soemitra, Andri, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana.
Susyanti, Jeni, 2016. Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, Malang: Empat
Dua.
Briefcase Book, 2005. Edukasi professional Syariah, Sistem Kerja Pasar Modal
Syariah, Pen. Renaisan, Jakarta.
Karim, Adiwarman A, 2004. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Rajawali
Press, Jakarta.
Manan, Abdul, 2012. Hukum Syariah Dalam Pespektif Kewenangan Peradilan
Agama, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
Yuliana, Indah, 2010. INVESTASI “Produk Keuangan Syariah” Penerbit: UIN-
MALIKI PRESS, Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai