Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP DAN MACAM-MACAM INSTRUMEN KEUANGAN


SYARIAH SERTA PENGEMBANGANNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Manajemen keuangan Syariah

Dosen Pengampu: Bpk, Ibnu Muttaqin, M.E..

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Putri Nur Diana (2250410052)


2. Panuwun Windu Cahyo (22504100 )
Kelas : B4PSR

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan nikmat, taufik, serta
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsep dan macam-
macam instrumen keuangan syariah serta pengembangannya”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
serta sahabat dan pengikutnya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya diakhirat nanti. Dan tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan
Syariah Bpk, Ibnu Muttaqin Riyan, M.E yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak agar bisa menjadi bekal dalam pembuatan makalah dikemudian hari dengan lebih baik
lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Kudus, Maret 2024

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah baik di level nasional maupun
internasional telah memberikan gambaran bahwa system ekonomi Islam mampu
beradaptasidengan perekonomian konvensional yang telah berabad-abad menguasai
kehidupanmasyarakat dunia dan terjadi di Indonesia. Sistem ekonomi atau sistem keuangan
Islam dilakukan untuk memenuhi maqashidus syariah bagian memelihara harta.Dalam
menjalankan sistem keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah adanyaakad atau
kontrak atau transaksi yang sesuai dengan syariat Islam. Agar akad tersebut sesuai syariah,
maka akad tersebut harus memenuhi prinsip keuangan syariah,yang berarti tidak
mengandung hal-hal yang dilarang oleh syariah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan keuangan Islam yang pesat diantara Industry
keuangan global saat ini merupakan topik debat yang menarik untuk dibahas dua decane
belakangan ini. Sistem keuangan islam merupakan hal relative masih baru yang muncul
dipertengangan tahun 1980an. Hampir semua referensi yang membicarakan aktivitas
keuangan islam, mengacu pada prinsip Islam yang ada di Al Qur'an yang tidak
memperbolehkan riba atau Pinterest-free". Atas dasar larangan riba di Al Qur'an tersebut,
maka berbagai konsep dan teknis praktis dikembangkan menjadi suatu sistem dan keilmuan
baru yang dinamakan Keuangan islam (Islamic finance).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep dasar Instrumen Keuangan Syariah ?
2. Apa saja macam-macam Instrumen Keuangan Syariah ?
3. Apa saja Instrumen Keuangan Syariah Derivatif?
4. Bagaimana pengembangan Instrumen Keuangan Syariah?
1.3 Tujuan Penulisan
1 Bagaimana Konsep dasar Instrumen Keuangan Syariah ?
2 Apa saja macam-macam Instrumen Keuangan Syariah ?
3. Apa saja Instrumen Keuangan Syariah Derivatif?
3 Bagaimana pengembangan Instrumen Keuangan Syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Intrumen Keuangan Syariah
Instrumen keuangan syariah adalah aset-aset yang dapat diperdagangkan dalam
bentuk apapun dalam transaksi keuangan syariah. Aset-aset itu bisa berupa kas, bukti
kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual untuk menerima atau
memberikan,uang tunai atau instrumen keuangan lainnya.Instrumen keuangan syariah
juga bisa didefinisikan sebagai setiap kontrak atau akad yang menimbulkan aset
keuangan dari satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumenekuitas entitas lain
dalam kegiatan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip keuangan syariah.Prinsip keuangan
syariah adalah prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh lembaga keuangan syariah
dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Prinsip-prinsipkeuangan syariah ini
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah. Berikut ini beberapa prinsip lembaga keuangan
syariah sebagaimana diatur melalui Al-Quran dan As-sunah. Aset keuangan (Financial
asset) adalah berupa : kas, intrumen ekuitas entitas lain, hak kontraktual.
Instrumen keuangan didefinisikan sebagai setiap kontrak yang menimbulkan aset
keuangan dari satu entitas dan liabilitas keuangan atau ekuitas dari entitas lain. Definisi
ini menjelaskan fakta bahwa instrument keuangan yang diterbitkan memiliki dua bentuk
efek dalam akuntansi Untuk penerbit instrumen keuangan, itu adalah kewajiban karena
kewajiban untuk membuat arus kas keluar masa depan. Seorang investor pada instrumen
keuangan menganggap instrumen yang diperoleh sebagai aset karena menciptakan
manfaat ekonomi masa depan dalam bentuk arus kas masuk. Selain kebutuhan instrumen
keuangan untuk menghasilkan dana investasi, ekspansi dan operasional sehari-hari,
instrumen keuangan juga digunakan untuk lindung nilai terhadap risiko dan
ketidakpastian yang berlaku di lingkungan bisnis. Beberapa penggunaan instrument
keuangan telah didokumentasikan dalam literatur keuangan. Instrumen keuangan dapat
dikelompokkan menjadi instrumen berbasis bank dan instrumen berbasis pasar modal.
Untuk menghindari risiko ketidaksesuaian modal, bisnis sering melihat kebutuhan
pendanaan mereka dan memilih instrumen keuangan yang sesuai dan memenuhi tujuan
keuangan mereka berdasarkan waktu pendanaan, return yang diharapkan, dan periode
penyimpanan dana. Oleh karena itu, cukup dipertahankan bahwa instrumen keuangan
jangka pendek diterbitkan oleh bank, sedangkan instrumen jangka menengah dan panjang
adalah instrumen berbasis pasar modal/saham.
2.2 Macam-macam Instrumen Keuangan Syariah
Dalam kegiatan ekonomi syariah ada berbagai jenis instrumen keuangan.
Instrumenkeuangan syariah ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentukuncertaintycontract.Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana pemilik
modal ( shahibulmaal ) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib)untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan
yangdiperoleh menurut kesepakatan di muka, sedangkan apabila terjadi kerugian
hanyaditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau
kelalaianolehmudharib. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam kontribusi 100%
modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
b. Musyarokah, yang merupakan akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai
kesepakatan,sedangkan kerugian ditanggung secara porposional sesuai dengan
kontribusi modal.Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana,
barangdagangan(trading asset),kewirausahaan (entrepreneurship),
keahlian(skill ),kepemilikan ( property), peralatan (equipment ) atau hak paten
(intangible asset ),kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness), dan lainnya.
c. Sukuk,atau biasa disebut dengan obligasi syariah, merupakan surat utang yang
berprinsip syariah.
d. Saham syariah,dimana produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya adalah
perusahaan tersebut memiliki piutang dagang relatif lebih kecil dibandingkan
totalasetnya (dow jones Islamic: kurang dari 45%), perusahaan tersebut memiliki
utangyang kecil dibandingkan nilai kapitalisasi pasar (dow jones Islamic: kurang dari
33%), perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil (dow jones Islamic: kurang dari
5%).
2. Akad jual beli atau sewa menyewa yang merupakan jenis akad ijarah dengan bentuk
certainty contract .Instrumen keuangan syariah yang termasuk kelompok akad ini
adalah sebagai berikut:
a. Murabahah, adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya
perolehandan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
Harga disepakati antara pembeli dan penjual pada saat transaksi dan tidak boleh
berubah.
b. Salam, yaitu transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
ada.Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara
tunai.Sekilas transaksi ini miripijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas,
harga,dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
c. Istishna’, sistem istishna’ ini mirip dengan salam, namun dalam
istishna’pembayarandapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali (termin)
atau ditangguhkanselama jangka waktu tertentu. Biasanya istishna’ diaplikasikan
pada pembiayaanmanufaktur dan konstruksi dengan kontrak pembelian barang
melalui pesanan (order khusus). Pembeli menugasi produsen (al sani’ ) untuk
menyediakanal-mashnu (barang pesanan), sesuai spesifikasi yang disyaratkan
pembeli (al-mustasni’ )dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
d. Ijarah, adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
3. Akad lainnyaAkad-akad lainnya dalam ekonomi syariah meliputi:
a. Sharf, adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual
beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama mata
uangyang sejenis maupun yang tidak sejenis.
b. Wadiah, adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang kepada
pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil pihak
penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang atau barang titipan tersebut.
Wadiah terbagi dua yaitu Wadiah Amanahdi mana uang atau barang yang
dititipkanhanya boleh disimpan dan tidak didayagunakan, sedangkan yang kedua
adalah Wadiah Yadhamanah di mana uang atau barang yang dititipkan
bolehdidayagunakan dan hasil pendayagunaan tidak terdapat kewajiban untuk
dibagihasilkan oleh pemberi titipan.
c. Qardhul Hasan, adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan,waktu
pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.
Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk dibebankan
kepada peminjam.
d. Al-Wakalah, adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain. Untuk
jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.5)Kafalah, adalah
perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaranutang satu pihak
pada pihak lain.
e. Hiwalah, adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil ) kepada
pihak lain (al-muhal’ailah) atas dasar saling mempercayai.
f. Rahn, merupakan sebuah perjanjian dengan jaminan aset. Berupa penahanan
hartamilik si peminjam atas pinjaman yang diterimanya
2.3 Intrumen keuangan Syariah Derivatif
Derivatif merupakan suatu bentuk transaksi yang disebut dengan investasi
turunanatau hybrid investment. Dikatakan demikian karena pada dasarnya transaksi ini
pada mulanyadilakukan dalam rangka menghimpun dana untuk mengelola sebuah bisnis
investasi,walaupun pada akhirnya transaksi tersebut ternyata tidak mencerminkan
transaksi sektor riilterutama di pasar saham dan valuta asing. Derivatif merupakan salah
satu bentuk rekayasa keuangan (financial engineering)dalam mendesain strategi dan
solusi inovatif untuk manajemen risiko. Hal yang banyak digunakan adalah
forward/future danoptions. Menurut Vogel dan Hayes (1998) mengklasifikasikan
instrument-instrumn derivative sebagai questionable dalam syari’ahislam. Belum ada
consensus dikalangan ulama mengenai hal ini. Kebanyakan pendapatmelarang derivative
dengan dasar di dalamnya ada unsur gharar.
Sementara yang lain, berpendapat bahwa derivative justru dimanfaatkan untuk
menangkal gharar sebagai bentuk manajemen risiko. Forwar dadalah kontrak untuk
membeli (atau menjual) suatu asset di masa depandengan harga yang ditetapkan untuk di
sepakati. Hal sejenis juga dikenakan pada future.Kebanyakan ahli fiqih berpendapat
bahwa kontrak ini tidak sah, karena perdagangannya non-exist, sehingga dianggap
mengandung gharar. Lagi pula, prinsip penjualan terjadinya transfer kepemilikan dalam
transaksi seringkali tidak dipenuhi kontrak jenis ini, terutama kontrak future.Oleh karena
terdapat pemikiran, jika gharar dapat dihindari dan juga transfer kepemilikan dapat terjadi
dengan full settlement dan delivery, maka kemungkinan bahwakontrak ini dibolehkan.
Hal ini sesuai dengan pandangan Kamali, yang menyatakan :Karena transaksi ini tidak
dilarang secara spesifik dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan dengan melandaskan pada
pendapat Ibn Taimiyah yang membolehkan perdagangansesuatu yang non-exist, seperti
salamdanistishna’ . Catatannya adalah bahwa sesuatuyang non-exist tersebut dipahami
tergantung pada “seller’s effective control andability to deliver”.Sedangkanoption adalah
hak, dan bukan kewajiban untuk membeli atau menjualunderlying asset dengan harga dan
waktu penyerahan yang disepakati.
Options dipandang sebagai produk derivative yang mempunyai prospek untuk
disahkan dan memperolehconsensus fuqaha.Optiondi-qiyas-kan atau dianalogikan
dengan transaksibay al ‘arbun dankhiyar as syart yang memang disepakati untuk
dibolehkan. Sebagaimana dikatakan oleh Obaidullah (1998) maupun Vogel dan
Hayes(1998), bahwa : “arbun dapat dirujuk untuk calloption. Jika pembeli tidak
melakukan exercise kontrak, maka uang mukanya dipegang oleh penjual”.Ditemukannya
atau tidak consensus mengenai instrument-instrumen keuanganderivative ini, semuanya
adalah dirujukan pada kebutuhan manajemen risiko. Artinya, adalah semua itu dilakukan
untuk hedging, yaitu menutup risiko dari fluktuasi harga, dan bukanuntuk spekulasi
ataupun arbitrase.
2.4 Pengembangan Intruemen Keuangan Syariah
Di samping adanya instrumen-instrumen keuangan utama, perkembangan ke depan perlu
pemikiran lebih jauh adanya instrumen-instrumen keuangan lain sebagai bahan
kajiandalam hukum Islam, yaitu:
1.Option
2.future contrac
3.forward purchased
4.interest rate cap
5.forward rate agreement
6.repo rate (repurchase agreement).
Berikut ini adalah beberapa sekuritas yang diperbolehkan atau dengan catatan-
catatansebagai berikut.
1. Saham (Ekuitas atau Shares)
Investasi pada saham dapat menjadi preferensi bagi para investor Muslim untuk
menggantikan investasi pada interest yielding bonds atau sertifikat deposito,walaupun
jika kemudian dinyatakan oleh fiqh klasik bahwa ekuiti tidak bisadipersamakan dengan
instrumen keuangan Islami, seperti kontrak mudharabah ataumusyarakah. Ekuiti dapat
dijual kapan saja pada pasar sekunder tanpa memerlukan persetujuan dari perusahaan
yang mengeluarkan saham. Sementara mudharabah danmusyarakah ditetapkan
berdasarkan persetujuan shahibul mal (investor) dan perusahaan sebagai mudharib.
2. Pasar Sekunder Islami
Diperbolehkannya jual beli saham sesuai dengan harga pasar, memungkinkan terjadinya
jual beli saham di bursa efek sebagai pasar sekunder. Pasar modal adalahsarana untuk
proses alokasi modal yang berfungsi sebagai penilai kontinu terhadapnilai sebuah
perusahaan. Dalam literatur keuangan, pasar modal yang efisien harus menyediakan
likuiditas dengan biaya transaksi minimum sebagai syarat terbentuknyaefisiensi harga.
Harga yang seharusnya mencerminkan nilai intrinsik suatu perusahaan. Pasar modal
yang rasional adalah terjadinya perilaku rasional dalamharga saham sesuai dengan
tingkat deviden dan ekspektasi yang wajar.
3. Margin Trading
Margin trading adalah aktivitas penjualan kredit. Penjualan saham secara margin, para
investor diperlukan untuk mempunyai deposit pada broker yang nilainyamerupakan
persentase tertentu dari saham yang akan dibeli. Selanjutnya, broker meminjamkan
dahulu dananya untuk membeli saham yang diminta. Bentuk kontrak dalam Islam yang
dapat disejajarkan dengan margin trading adalah bai-muajjal atau bai murabahah, yang
dibenarkan dalam Islam. Walaupun demikian, ada catatannya bahwa meskipun kontrak
ini diperbolehkan, yaitu penggunaannya secara luas tidak dianjurkan karena
dikhawatirkan akan membuka kembali pintu bagi spekulasi atau judi pada jual-beli
saham. Para spekulan mempunyai peluang untuk mengembangkanoperasinya dengan
sekadar margin requirement yang rendah.
4. Islamic Bonds Islamic
Bonds (muqaradah bond) diajukan sebagai alternatif pengganti interest- bearing bonds.
Instrumen keuangan ini sudah mendapatkan pengesahan dari IOCAcademy di Yordan.
Islamic bonds dikeluarkan perusahaan dengan tujuan pendanaan proyek tertentu yang
dijalankan perusahaan. Proyek ini sifatnya terpisah denganaktivitas umum perusahaan.
Keuntungannya didistribusikan secara periodik berdasarkan persentase tertentu yang
telah disepakati. Persentase ini merupakan rasio pembagian keuntungan sehingga
menggunakan basis profit-loss sharing. Kontrak ini juga menyediakan pembayaran bond
pada saat jatuh temponya.
5. Pasar Sekunder untuk Bonds
Perdagangan obligasi di pasar sekunder mengemuka untuk tujuan likuiditas (as-
suyulah). Hampir semua Islamic bonds dibeli untuk investasi jangka panjang sampai
jatuh tempo. Trading tetap terjadi, tetapi hanya pada jatuh tempo dengan harga pada par,
sama dengan nominal yang tertera pada shahdah al-dayn (sertifikat obligasi).Islamic
bonds tidak diperbolehkan dalam Islam karena di dalamnya terdapat jual-beli utang. Hal
demikian adalah riba. Utang adalah tetap utang, meskipun di dalamnyaditunjang dengan
underlying asset-nya.
6. Derivative dalam Perspektif Syari'ah.
Derivatives merupakan salah satu bentuk rekayasa keuangan dalam mendesain strategi
dan solusi inovatif untuk menjamin risiko. Derivative yang banyak digunakan adalah
forward/future dan options. Forward adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu
aset masa depan dengan harga yang ditetapkan untuk disepakati. Adapun option adalah
hak, bukan kewajiban untuk membeli atau menjual underlying asset dengan harga dan
waktu penyerahan yang disepakati. Vogel dan Hayes mengklasifikasikan instrumen
derivatif sebagai questionable dalam syari'ah Islam. Belum ada konsensus di kalangan
ulama mengenai hal ini. Kebanyakan ulama berpendapat melarang derivatif dengan
dasar di dalamnya ada unsur gharar. Sementara yang lain berpendapat bahwa derivatif
justru dimanfaatkan untuk menangkal gharar sebagai bentuk manajemen risiko. Ada-
tidaknya konsensus mengenai instrumen keuangan derivatif ini dirujukkan pada
kebutuhan manajemen risiko, yaitu semua itu dilakukan untuk hedging, yaitu menutup
risiko dari fluktuasi harga, bukan untuk spekulasi ataupun arbritase.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip-prinsip sistem keuangan Islam sebagaimana diatur melalui Al-Quran dan
As-sunah adalah pelarangan riba, pembagian risiko, tidak menganggap uang sebagai
modal potensial, larangan melakukan kegiatanspekulatif, kesucian kontrak, aktivitas
usaha harussesuai syariah.Prinsip keuangan syariah mengacu kepada prinsip rela sama
rela (antaraddimminkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (latazhlimuna wa
la tuzhlamun), hasilusaha muncul bersama biaya (al kharaj bial dhaman), dan untung
muncul bersama risiko (alghunmu bi al ghurmi).
Sedangkan instrument keuangan syariah dikelompokkan menjadi tiga,yaitu
akadinvestasi yang terdiri dari mudharabah, musyarakah, sukuk, dansaham syariah.
Kelompok kedua yaitu akad jual beli atau sewa menyewa yangterdiri dari murabahah,
saham, istishna’,dan ijarah. Dan akad lainnya terdiriatas sharf, wadiah, qardhul hasan, al-
Wakalah, kafalah,hiwalah, dan rahn.Potensi manfaat keberadaan sistem perekonomian
atau perbankansyariahyang ditujukan bukan hanya untuk umat muslim, akan tetapi
bagiseluruh umat manusia(rahmatanlil ‘alamin – rahmat bagi alam semesta.
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai