Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Manajemen Keuangan


Syariah yang diampu :
Bapak M. Adib Mawardi. SE, MM

Disusun Oleh :

Risang Sapta Wiguna 20106620206

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Instrumen Keuangan Syariah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir Bapak M. Adib Mawardi, SE. MM pada mata kuliah Manajemen Keuangan
Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Keuangan Syariah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 14 April 2023

Risang Sapta Wiguna

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... I

KATA PENGANTAR................................................................................. II

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2

A. Konsep Dasar Keuangan Syariah..................................................... 2


B. Instrumen Keuangan Syariah........................................................... 10
C. Manfaat Kegiatan Ekonomi Dan Keuangan Syariah....................... 12

BAB III PENUTUP..................................................................................... 14

A. Kesimpulan...................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemahaman masyarakat Muslim Indonesia mengenai konsep syariah
masih terbatas hanya pada kegiatan ibadah saja, padahal konsep syariah
meliputi semua aspek kehidupan. Ekonomi syariah juga tidak hanya sebatas
perbankan syariah, namun mencakup berbagai bidang ruang lingkup
perekonomian yang berdasarkan pada pengetahuan dan juga nilai – nilai
syariah islam.
Sistem ekonomi atau sistem keuangan Islam dilakukan untuk
memenuhi maqashidus syariah bagian memelihara harta. Dalam menjalankan
sistem keuangan Islam, faktor yang paling utama adalah adanya akad atau
kontrak atau transaksi yang sesuai dengan syariat Islam. Agar akad tersebut
sesuai syariah, maka akad tersebut harus memenuhi prinsip keuangan syariah,
yang berarti tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh syariah. Dari
prinsip ini, berkembanglah berbagai instrumen keuangan syariah. Untuk
mengetahui apa saja prinsip keuangan Islam dan instrumennya secara ringkas
akan dibahas pada bab berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar keuangan syariah?
2. Apa saja instrumen keuangan syariah?
3. Jelaskan manfaat kegiatan ekonomi dan keuangan syariah berdasarkan
prinsip – prinsip keuangan syariah?

C. Tujuan Penulisan

1
1. Untuk mengetahui konsep dasar keuangan syariah.
2. Untuk mengetahui instrument keuangan syariah.
3. Untuk mengetahui manfaat kegiatan ekonomi dan keuangan syariah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keuangan Syariah

Instrumen keuangan merupakan aset yang dapat diperdagangkan


dalam bentuk kas; bukti kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual
untuk menerima atau memberikan, uang tunai atau instrumen keuangan
lainnya. Instrumen keuangan didefinisikan sebagai “setiap kontrak yang
menimbulkan aset keuangan dari satu entitas dan kewajiban keuangan atau
instrumen ekuitas entitas lain.”1 Aset keuangan (financial asset) adalah aset
berupa: (1) kas; (2) instrumen ekuitas entitas lain; (3) hak kontraktual.

1. Jenis Instrumen Keuangan


a. Instrumen Keuangan dari Segi Bentuknya
Dari segi bentuknya, instrumen keuangan dapat dibedakan menjadi
dua.
1) Instrumen kas adalah instrumen keuangan yang nilainya
ditentukan langsung oleh pasar. Instrumen ini dibagi menjadi
sekuritas, yang mudah dipindahtangankan, dan instrumen kas
lainnya, seperti pinjaman dan deposito, yang kedua peminjam dan
pemberi pinjaman harus menyepakati transfer.

2
2) Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan yang
memperoleh nilai dari nilai dan karakteristik satu atau lebih entitas
yang mendasarinya, seperti aset, indeks, atau tingkat suku bunga.
Instrumen ini dapat dibagi menjadi instrumen yang
diperdagangkan di bursa derivatif dan derivatif over-the-counter
(OTC). Instrumen keuangan dapat dikategorikan berdasarkan
“kelas aset” bergantung pada apakah mereka berbasis ekuitas
(yang mencerminkan kepemilikan pada badan yang menerbitkan)
atau berbasis utang (yang mencerminkan pinjaman investor yang
diberikan terhadap entitas yang menerbitkan). Jika utang, dapat
lebih dikategorikan ke dalam jangka pendek (kurang dari satu
tahun) atau jangka panjang.

b. Investasi
Menurut Nurul Huda (2010), dalam kaitannya dengan investasi
atau pasar modal, instrumen keuangan bisa juga disebut efek.
Instrumen keuangan dapat berupa saham, obligasi, indeks
saham, indeks obligasi, right issue, option, dan warrant.

c. Pasar Modal
Dalam kaitannya dengan pasar modal, jenis instrumen
keuangan, yaitu sebagai berikut.

1) Saham

Saham merupakan instrumen pasar modal yang berupa surat bukti kepemilikian atas
sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal
ataupun persentase tertentu. Menurut Subagyo (1997), saham merupakan tanda
penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (PT). Hal yang sama juga

3
diungkapkan oleh Alma (1997) yang mendefinisikan saham sebagai surat keterangan
tanda turut serta dalam perseroan.

Keuntungan memiliki saham bagi para pemegang saham (stock holder), yaitu:
(a) memperoleh deviden: menikmati keuntungan perusahaan sebanding dengan modal
yang disetorkannya;

(b) memperoleh capital gain: memperoleh nilai keuntungan yang merupakan selisih
positif harga beli dan harga jual saham;

(c) para pemegang saham juga mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.

Pada umumnya saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang
melakukan penawaran umum (Initial Public Offering) terdiri atas dua macam, yaitu
saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Karakteristik
saham biasa, meliputi sebagai berikut.

a) Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris.


b) Hak didahulukan, apabila organisasi penerbit menerbitkan saham baru.
c) Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan.

Adapun karakteristik saham preferen, yaitu sebagai berikut.

a) Hak utama atas deviden, artinya saham istimewa mempunyai hak terlebih
dahulu dalam hal menerima deviden.
b) Hak utama atas aktiva perusahaan, artinya dalam hak likuidasi berhak
menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham istimewa
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
c) Penghasilan tetap, artinya pemegang saham istimewa memperoleh
penghasilan dalam jumlah yang tetap.
d) Jangka waktu yang tidak terbatas, saham istimewa yang diterbitkan
mempunyai jangka waktu yang tidak terbatas.

4
e) Tidak memiliki hak suara, artinya pemegang saham preferen tidak
mempunyai suara dalam RUPS.
f) Saham preferen kumulatif, artinya deviden yang tidak dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham tetap menjadi hak pemegang saham
istimewa.

Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dibagi menjadi berikut ini.

a) Blue chip stocks (saham unggulan), saham biasa yang memiliki reputasi
tinggi, sebagai pemimpin dalam industrinya, memiliki pendapatan yang stabil
dan konsisten dalam membayar dividen.
b) Income stocks (saham pendapatan), saham suatu emiten dengan kemampuan
membayarkan dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya.
c) Growth stocks (saham pertumbuhan), terdiri atas wellknown dan lesser-
known.
d) Speculative stocks (saham spekulatif), yaitu saham secara konsisten
memberikan penghasilan dari tahun ke tahun sehingga mempunyai
kemungkinan memberikan penghasilan yang tinggi pada masa mendatang,
namun belum pasti.
e) Counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro ataupun situasi bisnis secara umum.

Ditinjau dari segi bentuknya, saham dibagi menjadi dua, yaitu:

a) saham atas nama (nominal stocks), yaitu saham yang menyebut nama
pemiliknya;
b) saham atas unjuk (bearer stocks), yaitu saham yang tidak menyebut nama
pemiliknya.

Beberapa risiko saham bagi perusahaan, yaitu:

5
a) tidak mendapatkan dividen apabila operasional perusahaan yang menerbitkan
saham mengalami kerugian;
b) capital loss, karena melakukan penjualan saham dengan harga yang akhirnya
lebih rendah dari harga beli sahamnya;
c) kebangkrutan atau dilikuidasi, yang mengakibatkan perusahaan dihapuskan
dari papan perdagangan di bursa efek;
d) perdagangan saham dihentikan secara sementara, disuspensi yang
menyebabkan pihak investor tidak melakukan aksi jual untuk sementara dan
beli saham.

2) Obligasi

Obligasi merupakan surat berharga dengan pendapatan tetap yang diterbitkan


berkaitan dengan adanya perjanjian utang. Obligasi memberikan suatu penghasilan
yang bersifat rutin.

Menurut Mohamad Heykal (2012), obligasi memiliki beberapa ciri khas mendasar,
yaitu:

a) memiliki kekuatan hukum;


b) memiliki jangka waktu atau masa jatuh tempo;
c) memberikan pendapatan yang bersifat tetap secara periodik;
d) memiliki nilai nominal.

Secara ringkas, obligasi merupakan utang dalam bentuk sekuriti. “Penerbit”


obligasi adalah peminjam atau debitur, sedangkan “pemegang” obligasi adalah
pemberi pinjaman atau kreditor. Adapun “kupon” obligasi adalah bunga pinjaman
yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditor.

Dengan penerbitan obligasi ini, penerbit obligasi dapat memperoleh


pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.

6
Obligasi dan saham merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti. Jika
pemilik saham merupakan bagian dari pemilik perusahan penerbit saham, pemegang
obligasi hanya merupakan pemberi pinjaman atau kreditor kepada penerbit obligasi.

Obligasi juga biasanya memiliki jangka waktu yang ditetapkan, obligasi dapat
diuangkan, sedangkan saham dapat dimiliki selamanya. Hampir setiap badan hukum
dapat menerbitkan obligasi, tetapi peraturan yang mengatur tata cara penerbitan
obligasi ini sangat ketat. Penerbit obligasi terdiri atas sebagai berikut.

a) Lembaga supranasional misalnya Bank Investasi Eropa (European


Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development
Bank).
b) Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata
uang negaranya ataupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta
asing yang disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond).
c) Sub-sovereign, propinsi, negara, atau otoritas daerah. Obligasi ini dikenal
sebagai Surat Utang Negara (SUN).
d) Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bonds atau
agencies.
e) Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
f) Special purpose vehicles adalah perusahaan yang didirikan dengan tujuan
khusus untuk menguasai aset tertentu yang ditujukan untuk penerbitan
suatu obligasi yang disebut efek beragun aset.

3) Reksadana

Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan


investor untuk berinvestasi dalam instrumeninstrumen investasi yang tersedia di pasar
dengan cara membeli unit penyertaan reksadana.

7
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1, ayat
(27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh
Manajer Investasi.”

Dari kedua definisi di atas, terdapat empat unsur penting dalam pengertian reksadana,
yaitu:

a) kumpulan dana dan pemilik (investor);


b) efek yang dikenal dengan instrumen investasi;
c) dikelola oleh manajer investasi;
d) merupakan instrumen jangka menengah dan panjang.

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 18 ayat


(1), bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk
Perseroan Terbatas (PT Reksa Dana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif (KIK).

Reksa Dana berbentuk Perseroan (PT Reksa Dana); perusahaan (perseroan


terbatas) yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lain.
Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio
investasi.

Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi
dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor.
Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio
efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan
administrasi investasi.

Berdasarkan karakteristiknya, reksadana dapat digolongkan sebagai berikut.

8
a) Reksadana terbuka; reksadana yang dapat dijual kembali kepada perusahaan
manajemen investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme
perdagangan di bursa efek. Harga jualnya sama dengan nilai aktiva bersihnya.
Sebagian besar reksadana yang ada saat ini merupakan reksadana terbuka.
b) Reksadana tertutup; reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada
perusahaan manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan
reksadana tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lain melalui
mekanisme perdagangan di bursa efek. Harga jualnya bisa di atas atau di
bawah nilai aktiva bersihnya. Reksadana terdiri atas beberapa jenis berikut.
c) Reksadana saham; reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya
80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham).
Reksadana saham memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang
paling besar, demikian juga dengan risikonya.
d) Reksadana campuran; reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas
dan efek utang yang perbandingannya tidak termasuk dalam kategori
reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham. Potensi hasil dan risiko
reksadana campuran dapat lebih besar dari reksadana pendapatan tetap, tetapi
lebih kecil dari reksadana saham.
e) Reksadana pendapatan tetap; reksadana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang.
Risiko investasi yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang membuat nilai
return bagi reksadana jenis ini juga lebih tinggi, tetapi tetap lebih rendah
daripada reksadana campuran atau saham
f) Reksadana pasar uang; reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek
pasar uang, yaitu efek utang yang berjangka kurang dari satu tahun.
Reksadana pasar uang merupakan reksadana yang memiliki risiko terendah,
namun juga memberikan return yang terbatas.

9
B. Instrumen Keuangan Syariah
Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, di
mana pemilik modal (shahibulmaal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan
nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan
dimuka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik
dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau kelalaian oleh
mudharib. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam kontribusi 100%
modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
b. Musyarokah adalah akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik
modal (mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan
melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan
nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
secara porposional sesuai dengan kontribusi modal. Bentuk kontribusi
dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang dagangan
(trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian (skill),
kepemilikan (property), peralatan (equipment) atau hak paten
(intangible asset), kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness), dan
lainnya.
c. Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang berprinsip
syariah.
d. Saham syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya adalah
perusahaan tersebut memiliki piutang dagang relatif lebih kecil
dibandingkan total asetnya (dow jones Islamic: kurang dari 45%),
perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil dibandingkan nilai

10
kapitalisasi pasar (dow jones Islamic: kurang dari 33%), perusahaan
memiliki pendapatan bunga kecil (dow jones Islamic: kurangdari 5%).
2. Akad jual beli atau sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
a. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan
biaya perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara
penjual dan pembeli. Harga disepakati antara pembeli dan penjual
pada saat transaksi dan tidak boleh berubah.
b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan
pembayarannya dilakukan secara tunai. Sekilas transaksi ini mirip
ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
c. Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam
istishna’pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa
kali (termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.
Biasanya istishna’ diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi dengan kontrak pembelian barang melalui pesanan (order
khusus). Pembeli menugasi produsen (al sani’) untuk menyediakan al-
mashnu (barang pesanan), sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli
(al-mustasni’) dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
d. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan
penyewa untuk mendapatkan manfaat atas objek sewa yang
disewakan.
3. Akad lainnya meliputi:
a. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.
Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan
baik dengan sesama mata uang yang sejenis maupun yang tidak
sejenis.

11
b. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau
barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun
titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali
uang atau barang titipan tersebut. Wadiah terbagi dua yaitu Wiadah
Amanah di mana uang atau barang yang dititipkan hanya boleh
disimpan dan tidak didayagunakan, sedangkan yang kedua adalah
Wadiah Yadhamanah di mana uang atau barang yang dititipkan boleh
didayagunakan dan hasil pendayagunaan tidak terdapat kewajiban
untuk dibagihasilkan oleh pemberi titipan.
c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya
imbalan, waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara
pemberi dan penerima pinjaman. Biaya administrasi, dalam jumlah
yang terbatas, diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam.
d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain.
Untuk jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai
imbalan.
e. Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas
pembayaran utang satu pihak pada pihak lain.
f. Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-
muhil) kepada pihak lain (al-muhal’ailah) atas dasar saling
mempercayai.
g. Rahn merupakan sebuah perjanjian dengan jaminan asset. Berupa
penahanan harta milik si peminjam atas pinjaman yang diterimanya.

C. Manfaat Dari Prinsip – Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Ekonomi Dan


Keuangan

Teori ekonomi perusahaan yang selama ini berkembang menekankan pada prinsip
memaksimalkan keuntungan perusahaan (shareholder value), namun dewasa ini

12
teori-teori ekonomi tersebut telah mulai bergeser pada sistem nilai yang lebih luas
(stakeholder value) di mana manfaat yang didapatkan tidak lagi difokuskan hanya
pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat
hadirnya suatu unit kegiatan ekonomi.

Sistem ekonomi syariah menekankan konsep manfaat pada kegiatan


ekonomi yang lebih luas lagi, bukan hanya pada manfaat di setiap akhir
kegiatan, tetapi juga pada setiap proses transaksi. Setiap kegiatan termasuk
proses transaksi harus mengacu pada konsep maslahat dan menjunjung tinggi
asas keadilan. Prinsip ini juga menekankan para pelaku ekonomi untuk selalu
menjunjung tinggi etika dan norma hukum dalam kegiatan ekonomi.
Sebagai realisasi dari konsep syariah, pada dasarnya sistem
ekonomi/perbankan syariah memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip
keadilan, menghindari kegiatan yang dilarang dan memperhatikan aspek
kemanfaatan. Oleh karena itu, keseimbangan antara memaksimalkan
keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah menjadi hal yang mendasar bagi
kegiatan operasional bank syariah.
Dalam hal pelaksanaannya, prinsip ekonomi syariah akan tercermin
dalam nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif yaitu
mikro dan makro. Nilai-nilai syariah dalam perspektif mikro menekankan
aspek kompetensi atau profesionalisme dan sikap amanah. Dalam perspektif
makro nilai-nilai syariah menekankan aspek distribusi, pelarangan riba dan
kegiatan ekonomi yang tidak memberikan manfaat secara nyata kepada sistem
perekonomian. Dengan demikian, dapat dilihat secara jelas potensi manfaat
keberadaan sistem perekonomian/ perbankan syariah yang ditujukan bukan
hanya untuk umat muslim, akan tetapi bagi seluruh umat manusia (rahmatan
lil ‘alamin – rahmat bagi alam semesta)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana diatur melalui Al-Quran dan As-sunah mengenai
prinsip- prinsip sistem keuangan adalah pelarangan riba, pembagian risiko,
tidak menganggap uang sebagai modal potensial, larangan melakukan
kegiatan spekulatif, kesucian kontrak, aktivitas usaha harus sesuai syariah.
Prinsip keuangan syariah mengacu kepada prinsip rela sama rela
(antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la
tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi
al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
Instrument keuangan syariah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu akad
investasi yang terdiri dari mudharabah, musyarakah, sukuk, dan saham

14
syariah. Kelompok kedua yaitu akad jual beli atau sewa menyewa yang terdiri
dari murabahah, saham, istishna’, dan ijarah. Dan akad lainnya terdiri atas
sharf, wadiah, qardhul hasan, al-Wakalah, kafalah, hiwalah, dan rahn.
Manfaat dari keberadaan sistem perekonomian atau perbankan syariah
yang ditujukan bukan hanya untuk umat muslim, akan tetapi bagi seluruh
umat manusia (rahmatanlil ‘alamin – rahmatbagialamsemesta).

B. Saran
Berdasarkan hasil dari penulisan makalah ini sangat penting untuk
mengerti manfaat dari instrumen keuangan syariah yang dapat digunakan
untuk melindungi nilai suatu komoditas yang dapat menimbulkan keuntungan
atau kerugian bagi pihak tertentu.
Prinsip dan instrumen keuangan syariah memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan keuangan di dunia. Seperti yang kita ketahui
bahwa diluar negeri banyak lembaga-lembaga keuangan syariah seperti
perbankan syariah tumbuh pesat, dan dianggap mampu mengganti sistem bank
konvensional karena mereka melihat bahwa prinsip syariah lebih baik dari
pada ekonomi konvensional yang dapat menimbulkan krisis ekonomi global.

15
Daftar Pustaka

 H. Dadang Husen Sobana, M.Ag. 2017. Manajemen Keuangan Syariah.


 Arbi, Syafii. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank.
Jakarta:Djambatan
 Muhammad, 2007. Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
 Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
 Saladin, Djaslim dan Abdus Salam DZ. 2000. Konsep Dasar Ekonomi Dan
Lembaga Keuangan. Bandung: Linda Karya
 Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII.
 M. Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Ali, dan A. Bahrul Muhtasib. 2008.
Materi Dakwah Ekonomi Syariah.

16

Anda mungkin juga menyukai