Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“OBLIGASI SYARIAH”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Bisnis
Islam

Dosen Pengampuh :
Dr.Yuliana, S.E, M.Si.

Disusun oleh :
Dini Ultari (20210313042)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMAD AZIM JAMBI (IAIMA)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karna berkat rahmat dan hidayanh_nya
lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ Obligasi Syariah”
dari mata kuliah Manajemen Bisnis Islam.,sholawat beriringan salam tidak luput
pula kita panjatkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tuhan mata kuliah Manajemen Bisnis
Islam dan bertujuan untuk menambah wawasan kita semua,kami mengucapkan
terima kasih kepada ibu D.r Yuliana, S.E.Mi. selaku dosen mata kuliah ekonomi
terapan.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini memiliki banyak kekurangan itu
dikarenakan ilmu dan pengalaman kami yang terbatas,untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan ilmunya untuk
kami,dan kami mgengharapkan kepada semua untuk memberikan kritik atau saran
agar membangun kesempurnaan makalah ini.
Jambi, 06 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..3
A. Apa pengertian obligasi syariah (sukuk)………………………………...3
B. Apakah prinsip prinsip obligasi syariah (sukuk)………………………...3
C. Apakah jenis jenis obligasi syariah (sukuk)……………………………..4
D. Apa landasan obligasi syariah (sukuk)…………………………………..6
E. Keuntungan obligasi syariah (sukuk)……………………………………7
F. Perkembangan obligasi syariah di Indonesia……………………………8
BAB III PENUTUP………………………………………………………....9
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..10
B. Saran ……………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengembangan pasar modal syariah di pasar Indonesia,instrument
dan instansi menjadi suatu komponen yang saling mendukung dalam system
keuangan.ketika perbankkan syariah dikembangkan ,munculah kebutuhan
untuk membuat pasar uang syariah.pada saat reksadana syariah
dimunculkan,diperlihatkan instrument yang halal untuk penyaluran
penempatan portofolio. Prinsip syariah tidak mengenal adanya hutang, tetapi
mengenal adanya kewajiban yang hanya timbul akibat adanya transaksi atas
aset/produk (maal) maupun jasa (amal) yang tidak tunai, sehingga terjadi transaksi
pembiayaan. Bunga dalam Islam sama dengan riba yang diharamkan baik dalam
AlQur’an, Hadits Nabi, Ijma ulama. Tentang hal ini al-jashash berpendapat: “Sudah
maklum bahwasanya riba jahiliyah adalah apabila pembayaran hutang ditangguhkan,
maka diakhir penagihan tangguhan tersebut disertai dengan tambahan, dengan syarat
tambahan tersebut merupakan ganti rugi dari waktu tangguh tersebut, maka Allah SWT
membatalkannya.”
Obligasi syariah atau juga yang biasa dipahami dengan sukuk berasal dari
Bahasa Arab. Dalam Bahasa arab sukuk merupakan bentuk dari kata Sakk yang
mempunyai arti lembaran kontrak ataupun dokumen yang sama dengan catatan
dan sertifikat. Secara istilah sukuk adalah surat berharga yang berisi kontrak
atau akad pembiayaan yang berlandaskan prinsip syariah. Menurut fatwa DSN
NO 32/DSNMUI/IX/2002, sukuk merupakan surat berharga jangka Panjang
berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee serta
membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo.
Menurut sumber penerbitannya, sukuk dibagi menjadi 2 klasifikasi
yakni,,pertama sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, sukuk ini
dikenal sebagai SBSN atau sukuk negara yang berdasarkan Undang-undang
No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Kedua sukuk
korporasi adalah sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan swasta ataupun Badan
Umum Milik Negara (BUMN) berdasarkan peraturan OJK No.

1
18/POJK.04/2005 tentang penerbitan dan persyaratan sukuk. Salah satu
lembaga swasta yang menerbitkan sukuk korporasi adalah bank syariah. Bank
Syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak
menggunakan bunga sebagai selisih pembiayaan. Dalam pengoperasiannya
bank syariah memberikan produk dan layanan serta transaksinya yang sesuai
dengan prinsip dan syariat islam. Secara umum,.Indonesia merupakan salah
satu negara di benua Asia yang menerbitkan sukuk. Sukuk merupakan salah
satu sarana investasi syariah yang terus berkembang hingga kini. Perkembangan
sukuk korporasi di Indonesia setiap tahunnya menunjukkan adanya
perkembangan yang positif hingga saat ini. Obligasi Syariah (Sukuk) memberikan
peranan penting bagi pihak investor. Sebagaimana investasi adalah menempatkan uang
atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas
uang atau dana tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obligasi syariah (sukuk)?
2. Apa prinsip obligasi syariah (sukuk)?
3. Apa jenis jenis obligasi syariah (sukuk)?
4. Apa landasan obligasi syariah (sukuk)?
5. Apa sajakah keuntungan obligasi syariah (sukuk)?
6. Bagaimana perkembangan obligasi syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami obligasi syariah (sukuk)
2. Untuk mengetahui prinsip obligasi syariah (sukuk)
3. Dapat mengetahui jenis jenis obligasi syariah (sukuk)
4. Paham mengenai landasan obligasi syariah (sukuk)
5. Untuk mengetahui keuntungan apa saja yang didapat dari obligasi syariah
(sukuk)
6. Mengetahui perkembangan obligasi syariah di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Obligasi Syariah


Obligasi syariah pada dasarnya berasal dari bahasa arab (sukuk).Dalam
bahasa arab sukuk berasal dari kata sakk yang berarti lembaran kontrak atau
dokumen yang sama dengan sertifikat.Secara istilah sukuk adalah surat beharga
yang berarti kontrak atau akad pembiayan yang berlandaskan prinsip
syariah.Sedangkan menurut fatwa dewan syariah nasional no.32/DSN-
MUI/IX/2002,Obligasi Syariah atau (Sukuk) ialah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil (jika
menggunakan akad syirkah) atau margin (jika menggunakan akad bai ) atau fee
( jika menggunakan akad ijaroh),serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut and Auditing Organization for Islamic Financial
Instutions (AAOIFI) sukuk ialah sebagai sertifikat bernilai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset,hak
manfaat,dan jasa jasa atau pemikiran atas proyek atau keinginan investasi
tertentu.

B. Prinsip Obligasi Syariah


Setelah suatu perusahaan menerbitkan obligasi syariah ,maka perusahaan
tersebut harus menjalankan prinsip-prinsip yang mengatur obligasi
syariah,prinsip-prinsip tersebut anatara lain:
1. Pembiayaan hanya untuk suatu transaksi atau suatu kegiatan usaha yang
spesifik,dimana harus dapat diadakan pembukuan yang terpisah untuk
menentukan manfaat yang timbul.
2. Hasil investasi yang diterima pemilik dana merupakan fungsi dari manfaat
yang diterima perusahaan dari dana hasil penjualan obligasi,bukan dari
kegiatan usaha yang lain.

3
3. Tidak boleh memberikan jaminan hasil usaha yang semata-mata merupakan
fungsi waktu dari uang (time value of money).
4. Obligasi tidak dapat dipakai untuk menggantikan hutang yang sudah ada
(bay al day bi al dayn).
5. Bila pemilik dana tidak harus menanggung rugi,maka pemilik dana harus
mengikat diri (akad jaiz).
6. Pemilik dana dapat menerima pembagian dari pendapatan (revenue
sharing), dimana pemilik usaha (emiten) mengikat diri untuk membetasi
penggunaan pendapatan sebagai biaya usaha.
7. Obligasi dapat dijual kembali,baik kepada pemilik dana lainnya ataupun
kepada emiten (bila sesuai dengan ketentuan).
8. Obligasi dapat dijual dibawah nilai pari ( modal awal) jika perusahaan
mengalami kerugian .
9. Perubahan nilai pasar bukan berarti perubahan jumblah hutang.

C. Jenis Jenis Obligasi syariah (Sukuk)


1. Sukuk Mudharobah
Obligasi syariah atau sukuk Mudharobah adalah sukuk dengan kerja
sama bagi hasil pendapatan atau keuntungan antara pemilik modal dengan
pengelola modal. Beberapa alasan mendasar pemilihan struktur
mudharobah ini diantaranya:
a. Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah
besar dan jangka yang relative panjang.
b. Dapat digunakan untuk pendanaan umum seperti pendanaan modal
kerja ataupun pendanaan capital expenditure.
c. Mudharobah merupakan pencampuran antara modal dan jasa (kegiatan
usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk tidak
memerlukan jaminan atas aspek yang spesifik.
2. Sukuk Ijaroh
Sukuk Ijaroh ialah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa ,tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.Pemegang sukuk ijaroh akan

4
mendapatkan keuntungan berupa fee (sewa) dari aset yang disewakan.
Ketentuan akad Ijaroh sebagai berikut:
a. Objeknya dapat berupa barang (harta fidik yang dapat bergerak,tak
bergerak,harta perdagangan) maupun berbentuk jasa.
b. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati
oleh kedua belah pihak,ruang lingkup dan jangka waktu pemakaian
harus dinyatakan secara spesifik.
c. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam
bentuk imbalan atau sewa/upah.
d. Pemakai manfaat (penyewa) harus menjaga objek agar manfaat yang
diberikan oleh objek tetap terjaga.
e. Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.
3. Sukuk Musyarokah
Sukuk Musyarokah ialah sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarokah ,yaitu dua pihak atau lebih bekerja sama
dengan menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru,mengembangkan proyek yang telah ada,ataun membiayai kegiatan
usaha.Keuntungan ataupun kerugian yang timbul ditanggung bersama
sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.Sukuk
Musyarokah ini merupakan sertifikat kepemilikan permanen,yang dimiliki
oleh sebuah perusahaan ataupun unit bisnis dengan pengawasan dari pihak
manajemen.
4. Sukuk Istisna
Sukuk Istisna yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad istisna; yaitu para pihak menyepakati jual beli dalam rangka
pembiayaan suatu proyek atau barang .Harga, waktu penyerahan, dan
spesifik barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan.
5. Sukuk Salam
Dalam bentuk ini dana dibayarkan dimuka dan komuditas menjadi
hutang. Dana juga dalam bentuk sertifikat yang mempresentasikan utang.
Sertifikat ininjuga tidak diperdagangkan.

5
D. Landasan Hukum Sukuk
1. Al-Quran
Adapun dalil yang membahas tentang kebolehan sukuk atau obligasi
syariah ialah terdapat didalam al-quran surah Al-Baqoroh yang ayat ( 2;275
),yang artinya “ Orang-orang yang makan ( mengambil ) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaiton lantaran
(tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu,adalah
disebabkan mereka berkata ( berpendapat ),sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba,padahal allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba .Orang orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya,lalu
terus berhenti (dari mengambil)riba ).Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu ( sebelum dating larangan ); dan urusannya terserah
kepada Allah SWT.Orang yang kembali ( mengambil riba ) maka orang itu
adalah penghuni-penghunu neraka,mereka kekela didalamnya, (Q.S al-
Baqoroh (2) : 257 ).
2. Al – Hadist
Hadist Nabi riwayat Imam al- Tirmidzi dari Amr bin Auf al-
Muzani,Nabi SAW bersabdah; “Perjanjian boleh dilakukan diantara kaum
muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram,dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syarat
mereka,kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau mengharamkan
yang haram.
3. Kaidah Fiqih
Artinya; “ Pada dasarnya,semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkan nya.”
4. Majma’ Fiqih
Beberapa majma’ fiqih (dewan fiqih) Internasional yang diakui
eksistensinya telah membahas dan menetapkan haramnya mengeluarkan
obligasi berbunga atau bermuamalah dalam obligasi tersebut dengan cara
apa pun.
Fatwa dewan syariah Nasiaonal No.32 / DSN-MUI/IX/2002, tentang
sukuk (obligasi syariah) adalah surat berharga berjangka panjang

6
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan etimen kepada pemegang
obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil /margin/fee,serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”.
Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya yang menggunakan istilah bond (hutang),dengan menanam
bahkan Islamic maka kontradiktif maknanya karena biasanya yang
mendasari mekanisme hutang (bond) adalah interest ( bunga),sedangkan
dalam islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan.Untuk sejak
tahun 2007 istilah bond diganti dengan istilah sukuk sebagaimana
disebutkan dalam peraturan di bepepam LK.

E. Keuntungan Obligasi Syariah


Penerbitan obligasi syariah berfungsi sebagai instrument
pembiayaan (financing) dan sekaligus investasi (invesment) yang dapat
ditawarkan ke dalam berbagai bentuk atau struktur sesuai akad syariah.
Berdasarkan akad yang digunakan, bentuk keuntungan penerbitan obligasi
syariah dapat dibedakan menjadi dua macam
1. Pembagian hasil berdasarkan akad persekutuan (asysyirkah) yaitu
berupa mudharabah/musyarakah. Obligasi syariah yang menggunakan
akad persekutuan ini akan memberikan keuntungan berupa bagi hasil
(profit dan loss sharing) antara investor sebagai shahib al-mal dengan
perusahaan yang menjalankan usaha sebagai mudharibi. Obligasi jenis
ini akan memberikan keuntungan dengan menggunakan term indicative
atau expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada
kinerja perusahaan yang dibagi hasilkan.
2. Pembagian margin atau fee berdasarkan akad pertukaran (al-bai’) yaitu
murabahah, salam, istishna dan ijarah. Dalam fiqh muamalah akad ini
bersifat natural certaintly contract, sehingga obligasi syariah yang
menggunakannya akan memberikan hasil yang pasti dan dapat
diperkirakan sebelumnya (fixed and predetermined). Dengan kata lain,
akad tersebut merupakan bentuk pertukaran dengan skema cost plus

7
basis, sehingga akan memberikan keuntungan yang cenderung bersifat
tetap (fixed retun).

F. Pengembangan Obligasi Syari’ah di Indonesia


Beberapa inisiatif strategis yang perlu segera dijalankan dalam
upaya mengoptimalkan peluang pengembangan instrumen sukuk ini
antara lain: Pertama, melakukan sosialisasi dalam rangka memberikan
pemahaman kepada masyarakat luas tentang keberadaan sukuk dengan
melibatkan banyak pihak seperti praktisi, pengamat, akademisi, dan
ulama di bidang ekonomi Islam. Kedua, melakukan upaya strategis
dalam rangka menarik minat investor, terutama yang masih bersikap
pragmatis, yaitu mereka yang mempunyai orientasi keuntungan semata.
Selama ini sukuk hanya dianggap sebagai “the second best choise”,
dengan mempertimbangkan lebih dahulu pilihan-pilihan yang lain.
Ketiga, meningkatkan kinerja sukuk agar tidak kalah dengan obligasi
konvensional. Keempat, mengantisipasi berbagai risiko yang dapat
ditimbulkan akibat dari skim sukuk sebagai sebuah investment tools yang
relatif baru.
Dengan menerapkan prinsip manajemen risiko terutama dalam
kerangka utang serta memberikan strategi swap suku bunga, maupun
nilai tukar dapat digunakan sebagai solusi untuk dapat diterapkan dalam
manajemen risiko sukuk. Kelima, pemerintah perlu segera mendorong
terbentuknya lembaga SPV milik negara sebagai lembaga pengelola aset
yang dapat digunakan sebagai media penerbitan sukuk. Keenam,
Pemerintah dapat pula memberikan peluang kepada BUMN untuk dapat
menawarkan investasi secara langsung baik melalui penerbitan sukuk
maupun project financing secara syariah atas proyek proyek infrastruktur
yang direncanakan. Berikutnya setelah kelengkapan terpenuhi, dalam
rangka pembangunan infrastruktur, pemerintah perlu merealisasikan
penerbitan obligasi syariah pemerintah (lokal dan internasional), selain
itu korporasi BUMN terutama BUMN infrastruktur perlu segera
merespon peluang tersebut. Pemerintah, korporasi BUMN dan juga

8
Swasta perlu menyadari potensi industri keuangan syariah (terutama
global) yang sedang tumbuh sangat cepat dan sedang kelebihan likuiditas
sekarang ini. Ketujuh, dalam hal aspek perpajakan dibutuhkan kebijakan
yang jelas dan mendukung, juga insentif yang memadai. Securities
Commision Malaysia misalnya, memberikan insentif pajak yang menarik
untuk penerbitan obligasi syariah. Di mana biaya yang dikeluarkan
terkait emisi obligasi syariah menjadi pengurang pajak. Begitu juga
dengan pendapatan dari obligasi syariah bebas pajak. Belum lagi
pembayaran zakat untuk obligasi syariah juga dihitung sebagai
pengurang pajak. Hal ini menjadikan sukuk Malaysia sangat diminati
investor internasional.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obligasi syariah ( sukuk ) adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemenang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil /margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Obligasi syariah terbagi menjadi beberapa jenis,yaitu;
1. Sukuk Mudharobah
2. Sukuk Ijaroh
3. Sukuk Musyarokah
4. Sukuk Istisnan
5. Sukuk Salam
Prinsip prinsip obligasi syariah juga sesuai dengan syariat islam
dimana konsepnya memberikan penghasilan kepada investor yang berasal dari
bagi hasil usaha berbeda dengan obligasi konvensional yang memberikan
keuntungan bunga kepada investor atau pemilik dana saat sampai pada jatuh
tempo. Sukuk merupakan salah satu instrumen investasi yang memberikan
peluang bagi investor muslim dan non-Muslim untuk berinvestasi di Indonesia.
Sehingga, sukuk dapat dimanfaatkan untuk membangun perekonomian bangsa
dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Fakta selama ini menunjukkan
bahwa pasar akan sangat responsif terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua
sukuk yang diterbitkan, diserap habis oleh pasar, bahkan pada beberapa kasus
menimbulkan kelebihan permintaan. Akan tetapi peluang di atas bukan berarti
tanpa tantangan dan hambatan, salah satunya dalam konteks sosial, UU SBSN
sangat inklusif terhadap segmen pasar. Investor yang membeli Sukuk Negara
perdana lebih didominasi oleh lembaga konvensional. Tercatat dari total sukuk
yang dijual pemerintah Rp 4,7 triliun, 90 persen investornya berasal dari
lembaga keuangan konvensional. Hal ini di antaranya disebabkan oleh
kurangnya partisipasi dan kontribusi lembaga-lembaga keuangan syariah
disektor moneter. Salah satu inisiatif strategis yang perlu segera dijalankan

10
dalam upaya mengoptimalkan peluang pengembangan instrumen sukuk ini
adalah melakukan sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada
masyarakat luas tentang keberadaan sukuk 35 Sigit Pramono, dkk, Obligasi
Syariah (Sukuk) untuk Pembiayaan Infrastruktur: Tantangan dan Inisiatif
Strategis.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini ,kami menyadari terdapat banyak
kekurangan ,oleh sebab itu kami meminta kritik atau saran yang dapat
membangun dari para pembaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fatah, Dede Afdul. "Perkembangan obligasi syariah (sukuk) di indonesia: analisis


peluang dan tantangan." Al-'Adalah 10.1 (2017): 35-46.
Ramadhani, Ikromi. "Pengaruh penerbitan obligasi syariah terhadap
profitabilitas." Etikonomi 12.2 (2013).
Fitriani, Pradini Rifki, et al. "Pengaruh Rasio Keuangan dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi Syariah." AKTSAR: Jurnal
Akuntansi Syariah 3.1 (2020): 103-118.

Pertanyaan,…
1.sebutkan komponen dalam manajemen bisnis?
2.sebutkan tiga tingkatan dalam manajemen!
3.mengapa pemasaran sangat penting dalam suatu bisnis?
4.bagaimana cara menerapkan manajemen bisnis yang baik dan benar?
5.sistem ekonomi liberal di sebut juga sistem ekonomi?
6.apa alasan utama adanya hubungan geagenan pada perusahaan yang
berbentuk PT?
7.jelasakan unsur unsur manajemen!
8.jelaskan pengertian pengendalian dalam manajemen bisnis!
9.kata ekonomi berasal dari kata?dan apa artinya?
10.contoh ekonomi positif adalah?

12

Anda mungkin juga menyukai