Anda di halaman 1dari 14

Obligasi dan Sukuk

Makalah:

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas:

Mata Kuliah: Fiqih Muamalah II (Kontemporer)

Dosen Pengampu: Miftohul Ulum

Disusun Oleh:

Maihatun Hasanah

Meyliana Nur Maulida

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI'AH

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan, Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-


Nya atas segala kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT dalam
merampungkan makalah "Obligasi dan Sukuk" ini diharapkan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Fiqih Muamalah II (Kontemporer). Disamping itu, diharapkan
juga dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan, khususnya pada ilmu itu
sendiri terhadap penulis baik pembaca maupun segala pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, oleh


karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan
kritik dan saran tersebut bisa menambah kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memohon hidayah dan


ma'unah-Nya, karena dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.

Sumenep, 28 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ............................. . ................................... 2

DAFTAR ISI....................... . .................................... ...................... 3

BAB I PENDAHULUAN....................... . ....................................... 4

1. Latar Belakang........ . ........................................ .................

2. Rumusan Masalah........ . ........................................ ...........

3. Tujuan........ . ........................................ .............................

BAB II PEMBAHASAN....................... . ...................................... ..5

1. Obligasi dan Sukuk........ . ........................................ .........

2. Pengertian Obligasi dan Sukuk........ . ................................. 6

3. Obligasi dan Sukuk dalam Perspektif Fiqih........ . .............. 9

BAB III PENUTUP....................... . .................................... . .. . .... 13

1. Kesimpulan........ . ........................................ ......................

DAFTAR PUSTAKA....................... . .................................... . ..... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi didalam islam sangat dianjurkan. Dalam kegiatan mu’amalat


diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk berinvestasi agar harta yang dimiliki
menjadi produktif, berkembang dan pastinya mendatangkan manfaat untuk orang
lain. Dengan berinvestasi itu berarti kita dapat menanamkan ataupun
menempatkan aset kita untuk memberikan manfaat dan hasil dimasa mendatang.
Konsep investasi dalam ajaran islam tidak hanya diwujudkan dalam bentuk
finansial tetapi juga non finansial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi
yang kuat.

Saat ini banyak pilihan untuk menanamkan modal dalam bentuk


investasi. Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan dana pada suatu surat
berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya dimasa mendatang melalui
pasar modal.

B. Rumusan Masalah

1. Obligasi dan Sukuk

2. Pengertian Obligasi dan Sukuk

3. Obligasi dan Sukuk dalam Perspektif Fiqih

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Obligasi dan Sukuk

2. Untuk Mengetahui Pengertian Obligasi dan Sukuk

3. Untuk Mengetahui Obligasi dan Sukuk dalam Perspektif Fiqih

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Obligasi dan Sukuk

Kata obligasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu obligate atau


obligaat, yang berarti kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan atau surat
hutang suatu pinjaman Negara atau daerah atau perseroan dengan bunga tetap.
Karena obligasi menggunakan sistem bunga, ditemukanlah solusi yaitu
obligasi syariah atau obligasi Islam. Pada awalnya, penggunaan istilah
“obligasi Islam” dianggap kontradiktif, karena obligasi sudah menjadi kata
yang tidak lepas dari bunga. Namun, merujuk kepada fatwa Dewan Syariah
Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002, Obligasi Islam adalah suatu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip Islam yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee,
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.1

Sukuk adalah bahasa Arab bentuk jamak yang artinya


sertifikat. Sukuk dalam pasar modal Islam (Islamic Capital Market) serupa
dengan obligasi yang terdapat di pasar modal konvensional, yaitu surat atau
sertifikat dari pihak yang membutuhkan dana. Perbedaannya adalah
obligasi merupakan surat hutang, sedangkan sukuk lebih merupakan
sertifikat kepemilikan kepentingan dalam suatu aset.
Menurut sumber penerbitannya, sukuk dibagi menjadi 2 klasifikasi
yakni,,pertama sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, sukuk
ini dikenal sebagai SBSN atau sukuk negara yang berdasarkan Undang-
undang No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Kedua
sukuk korporasi adalah sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan swasta
ataupun Badan Umum Milik Negara (BUMN) berdasarkan peraturan OJK
No. 18/POJK.04/2005 tentang penerbitan dan persyaratan sukuk
1
JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, No.1, Januari-Juni 2016

5
(www.ojk.go.id).
B. Pengertian Obligasi dan Sukuk

Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang dikeluarkan oleh


perusahaan kepada pemegangnya dengan imbalan bunga sejumlah tertentu.
Dalam setiap obligasi tertera nilai nominal obligasi serta tingkat bunga
obligasi. Nilai nominal atau nilai pari adalah nilai yang menunjukkan
jumlah yang harus dibayar perusahaan pada waktu obligasi jatuh tempo.
Sedangkan tingkat bunga obligasi menunjukkan sejumlah prosentase
tertentu yang harus dibayarkan secara periodik kepada pemegang obligasi.

Obligasi yang dikeluarkan VOC, pada tahun 1623. Obligasi


adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang
merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang
obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon
bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain
dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas
pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang
dilakukan oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu
jangka waktu tetap diatas 10 tahun. Misalnya saja pada Obligasi pemerintah
Amerika yang disebut "U.S.Treasury securities" diterbitkan untuk masa
jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10
tahun disebut "surat utang" dan utang dibawah 1 tahun disebut "Surat
Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10
tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN)
dan utang dibawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat
Perbendaharan Negara (SPN).2

Obligasi Syariah didunia internasional dikenal nama Sukuk. Kata Sukuk


dapat ditelusiri dengan mudah pada literature islam komersial klasik. Sukuk
berasal dari bahasa arab “sak” (tunggal) dan “Sukuk”(jama’) yang memiliki
arti mirip dengan sertiifkat atau note. Menurut Iggi H. Ahsien dalam

2
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.1,April 2011 : 31-39

6
Muhamamd Kamal Zubair Dalam pemahaman praktisnya, Sukuk
merupakan bukti (claim) kepemilikan.3

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic


Financial Insitution) mendefinisikan Sukuk sebagai sertifikat dari suatu nilai
yang direpresentasikan setelah penutupan pendaftaran, bukti terima nilai
sertifikat dan menggunakannya sesuai dengan rencana, sama halnya dengan
bagian dan kepemilikan atas asset yang tangible, barang, atau jasa, atau
modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktifits tertentu.

Sedangkan menurut Bapepam dan Lembaga Keuangan No.


IX.A.13 tentang penerbitan efek syariah memberikan definisi Sukuk sebagai
berikut: Efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai
sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak
terbagi /syuyu’/undivided share) atas: Aset wujud tertentu, nilai manfaat,
jasa, aset proyek ataupun kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat


disimpulkan bahwa Sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga yang
merupakan bukti kepemilikan (claim) atas aset, baik itu berupa tangible,
intangible ataupun kontrak proyek dari aktifitas tertentu yang mewajibkan
emiten membayar pendapatan bagi hasil kepada pemegang Sukuk dan
membayar kembali Sukuk sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang sudah
disepakati. Dan dalam kegiatan mulai dari transaksi dikeluarkannya surat
berharga tersebut sampai kepada aktivitas penyerahan hasil harus sesuai
dengan prinsip syariah

Untuk lebih memudahkan dan memperjelas persamaan &


perbedaan Obligasi Syariah (Sukuk) dan obligasi konvensional akan
digambarkan dalam bentuk table berikut:4

3
Muhammad Kamal Zubair, Obligasi dan Sukuk dalam perspektif keuangan Islam (Jurnal: Asy-Syir’ah,
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 46 No. 1 Januari-Juni 2012)

4
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2013) hal.
174-175.

7
C. Obligasi dan Sukuk dalam Perspektif Fiqih

Obligasi syariah atau juga yang biasa dipahami dengan sukuk berasal
dari Bahasa Arab. Dalam Bahasa arab sukuk merupakan bentuk dari kata Sakk
yang mempunyai arti lembaran kontrak ataupun dokumen yang sama dengan
catatan dan sertifikat (Ibrahim, 2013).5

Didalam fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2012, DSN


masih menggunakan istilah Obligasi Syariah, belum menggunakan istilah
Sukuk. Jika mengaju kepada fatwa tersebut Obligasi Syariah adalah suatu surat

5
JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, No.1, Januari-Juni 2016

8
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Menurut Sapto Rahardjo bahwa dasar hukum obligasi syari'ah di


Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pendapat ulama tentang keharaman bunga (interest)

2. Pendapat uIama tentmg keharaman Obligasi yang penghasilannya


berbentuk bunga(kupon)

3. Pendapat ulama tenang obligasi syari'ah yang menggunakan prinsip


mudarabah, murabahah, masyarakah, istishna, dan salam.

4. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No. 20 DSN/IV/2001 Mengenai pedoman


pelaksanaan investasi reksadana syari'ah.

5. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang


Obligasi syari'ah.

Adapun isi Fatwah Dewan Syari'ah Nomor.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang


obligasi syari'ah adalah (MUI:2010),

Pertama, ketentuan umum:

1. Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syari'ah yaitu obligasi yang


bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga;

2. Obligasi yang dibenarkan menurut syari'ah yaitu obligasi yang


berdasarkan prinsip-prinsip syari'ah;

3. Obligasi syari'ah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan


prinsip syari'ah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syari'ah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syari'ah berupa bagi hasil margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada Saat jatub tempo.

9
Kedua, ketentuan khusus:

1. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah


antara lain:

a. Mudharabah (Mugaradah)/Qirad.

b. Musyarakah

c. Murabahah.

d. Salam.

e. Istishna'.

f. ljarah

2. Jenis
usaha yang dilakukan Emiten (mudarib)tidak boleh bertentangan
dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI
Nomor 20/DSN- MUIIV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksa Dana Syariah;

3. Pendapatan
(hasil) investasi yang dibagikan Emiten (mudarib) kepada pemegang
Obligasi Syariah Mudharabah (shahibul mal)harus bersih dari unsur non halal;

4. Pendapatan
(hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang
digunakan;
5. Pemindahan
kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan.

Adapun
landasan hukum yang menjadi pegangan DSN-MUI dalam
menetapkan bolehnya penggunaan obligasi adalah:6

1. Q. S.al-Maidah [5]:1

6
Muhammad Firdaus,dkk.(cd.),Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah;Konsep Dasar Obligasi
Syariah,Jakarta:Renaisan,2005,hal 77-79

10
2.Q.S.al-Isra’[17]:34,

3.Q.S.al-Baqarah [2]:275,

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya”.

4. HR.at-Tirmidzi,“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum


Muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
mengharamkan yang haram; dan kaum Muslimin terikat dengan syarat-
syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram. ”

5 H.R. Ibnu Majah, “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan diri
orang lain. ”
6. Kaidah Fiqh:
a.“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang

mengharamkannya”;
b.“Kesulitan dapat menarik kemudahan”;
c.“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara(selama tidak bertentangan dengan syariah).”

11
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Obligasi dan sukuk adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh


pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana. Obligasi merupakan surat
utang yang memberikan hak pemegangnya atas pembayaran bunga dan pokok
pinjaman. Sukuk, di sisi lain, merupakan instrumen keuangan Islam yang
memberikan bagi hasil kepada pemegangnya sebagai bentuk kepemilikan dalam
proyek atau aset.

Kesimpulannya, obligasi adalah instrumen konvensional yang menawarkan


bunga, sementara sukuk adalah instrumen keuangan Islam yang menghindari
bunga dan berbasis pada prinsip bagi hasil. Keduanya merupakan cara bagi
penerbit untuk mengumpulkan dana dengan memberikan imbalan kepada
pemegang instrumen tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, No.1, Januari-Juni 2016

Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.1,April 2011

Muhammad Kamal Zubair, Obligasi dan Sukuk dalam perspektif keuangan Islam
(Jurnal: Asy-Syir’ah, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 46 No. 1 Januari-Juni
2012

Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah (Bandung:
Pustaka Setia, 2013)

Muhammad Firdaus,dkk.(cd.),Briefcase Book Edukasi Profesional


Syariah;Konsep Dasar Obligasi Syariah,Jakarta:Renaisan,2

14

Anda mungkin juga menyukai