Abstract
Pendahuluan
Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena
dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat
bagi orang lain. Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap
harta yang dimiliki (9:33).
Pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya adalah suatu tempat untuk
mempertemukan penjual dan pembeli. Yang membedakannya dengan pasar lainnya adalah
1
pada objek yang diperjualbelikan Pasar modal/Capital Market/ Stock Exchange/Stock Market
dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat
berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya.
Sementara out, Pasar modal menurut Kamus Hukum Ekonomi diartikan sebagai pasar atau
tempat bertemunya penjual dan pembeli yang memperdagangkan surat-surat berharga
jangka panjang, misalnya saham dan obligasi.
Obligasi adalah instrumen dalam Pasar Modal. Obligasi sendiri artinya surat
pengakuan utang suatu perusahaan yang dibayarkan pada waktu jatuh tempo sebesar nilai
nominalnya. Dalam konsep Islam, Obligasi merupakan Instrumen Investasi transaksi/akadnya
harus sesuai dengan pembiyaan dan pendanaan dalam perbankan syariah. Pasar Modal
Syariah merupakan pasar modal yang dijalankan berbasis syariah. Dengan setiap
perdagangan mentaati ketentuan transaksi.
Dalam literatur keuangan Islam, istilah Obligasi Syariah lebih dikenal dengan istilah
Sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memiliki arti
mirip dengan sertifikat (note). Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (klaim)
kepemilikam. Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik penuh maupun proporsional dalam
sebuah atau sekumpulan aset. Istilah sukuk sesungguhnya telah dikenal sejak abad
pertengahan, di mana umat Islam menggunakan term sukuk dalam konteks perdagangan
internasional. Sukuk dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang
menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas
komersial lainnya. Namun demikian, sejumlah penulis Barat yang memiliki concern terhadap
sejarah Islam dan bangsa Arab, menyatakan bahwa sak inilah yang menjadi akar kata
“cheque” dalam bahasa latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan
dalam transaksi dunia perbankan kontemporer.
Obligasi syariah (sukuk), reksadana syariah, saham syariah merupakan macam dari
bentuk investasi pada pasar modal syariah. Dewan Pengawas Syariah (DSN) mengakui bentuk
sekuritas syariah merupakan Obligasi Syariah (Sukuk). Sekuritas merupakan pialang/broker
yang membantu berinvestasi dan bertransaksi di pasar modal. Di Indonesia terdapat 35
perusahaan sekuritas dan 12 sekuritas yang berbasis syariah.
Banyak Negara yang menerbitkan sukuk, Negara di bagian Barat dan Asia yang
penduduknya minoritas muslim. Sebanyak sepuluh Negara yang mengeluarkan sukuk, yaitu
Jerman, Inggris, Kanada,Dubai, Uni Emirat Arab, Kuwait, Pakistan, Qatar, Malaysia, dan
Singapura. Akan ada lima negara lagi yang akan menyusul, yaitu: Jepang, Korea, Cina, India,
dan Indonesia.
Ada pula kota-kota yang telah mengembangkan instrumen keuangan yang berbasis
ekonomi syariah ini, di antaranya adalah Hongkong dengan diterbitkan Hangseng Islamic
China Index Fund oleh Badan Pengawas Pasar Modal Hongkong. Sedangkan di Indonesia,
penerbitan obligasi syari’ah dipelopori oleh Indosat dengan menerbitkan obligasi syari’ah
mudharabah senilai Rp.100 milyar pada bulan Oktober 2002 yang lalu. Obligasi syari’ah ini
mengalami oversubrider dua kali lipat, sehingga Indosat menambah obligasi syari’ah yang
2
ditawarkan menjadi Rp. 175 milyar. Dilanjutkan PT. Berlian Laju Tenker yang menerbitkan
obligasi syari’ah dengan emisi senilai Rp.175 milyar pada 28 Mei 2003. PT. Bank Bukopin
menerbitkan obligasi syari’ah mudharabah pada 10 Juli 2003 dengan nilai emisi Rp. 45 milyar.
PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 15 Juli 2003 dengan emisi Rp. 200 milyar.
PT.Cilandra Perkasa pada 26 September 2003 dengan nilai emisi Rp.60 Milyar, PT. Bank
Syari’ah Mandiri (BSM) pada 31 Oktober 2003 dengan nilai emisi Rp.200 milyar, dan lain-lain.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
1. Obligasi Konvensional
Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “Obligatie” yang dalam bahasa Indonesia
disebut “obligasi” atau kontrak. Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 775/KMK.001/1982
disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang
dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun
dengan menjanjikan imbalan bunga, yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan
terlebih dahulu oleh emiten atau Badan Pelaksana Pasar Modal (Abdul Manan: 2010). Jika
diperhatikan pengertian obligasi diatas, maka dapat dipastikan bahwa obligasi yang dimaksud
adalah obligasi konvensional, karena menjanjikan imbalan bunga yang tidak diperkenankan
dalam obligasi syari’ah.
Definisi
Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata “sakk” yang berarti sertifikat
atau bukti (claim) kepemilikan. Dalam shari’a standard No. 17 tentang Investment sukuk,
AAOIFII (Accounting and Auditing Organization for Islamic Institution) mendefinisikan
Sukuk sebagai berikut:
3
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Sukuk adalah
sertifikat yang merupakan bukti kepemilikan atas aset berwujud, manfaat atau jasa atau
kepemilikan aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu, yang terjadi setelah
penerimaan dana sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang diterima dimanfaatkan
sesuai tujuan penerbitan sukuk. Sedangkan menurut Dewan Standar Syariah Majelis
Ulama Indonesia fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002.
Obligasi syariah (Sukuk) didefinisikan sebagai suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil, margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.