Anda di halaman 1dari 5

A.

Jenis-Jenis investasi Niaga Dalam Syariah

Investasi syariah adalah investasi yang didasarkan prinsip-prinsip syariah baik investasi
sektor riil maupun sektor keuangan, Islam mengajarkan investasi yang menguntungkan untuk
semua pihak dan melarang manusia mencari rezeki dengan berspekulasi/tata cara lainnya yang
merugikan satu/semua pihak. 1 Islam melarang transaksi yang terdapat spekulasi, mengandung
gharar, riba, dan maysir. Oleh karena itu dalam berinvestasi di sektor perbankan maupun di
pasar modal harus dilakukan dengan sangat selektif dan sangat hati-hati, sehingga tidak masuk
dalam investasi yang bertentangan dengan syariah. Berikut jenis-jenis investasi syariah:
1. Pasar Modal Syariah
Aziz menyatakan bahwa pasar modal syari’ah adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang menjalankan
kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah islam.2 Dalam mewujudkan pasar modal
syariah, hal paling utama yaitu diperlukan adanya acuan prinsip-prinsip dasar. Prinsip-prinsip
dasar tersebut terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits, kemudian diwujudkan dalam hukum
muamalah.
2. Obligasi Syariah/Sukuk
Dalam islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan sukuk. Sukuk merupakan salah satu
instrumen investasi jangka panjang yang memberikan peluang bagi investor Muslim dan non
Muslim untuk berinvestasi di Indonesia. 3 Obligasi syariah merupakan obligasi yang ditawarkan
dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk membayar kepada pemegang obligasi syariah
sejumlah pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana obligasi syariah pada tanggal
pembayaran kembali dana obligasi syariah. Pendapatan bagi hasil dibayarkan setiap periode
tertentu (3 bulan, 6 bulan atau setiap tahun). Berdasarkan jenisnya, obligasi syariah/sukuk
dilakukan berdasarkan akad, yaitu:
a. Obligasi syariah/sukuk Ijarah, merupakan sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad ijarah yang mana salah satu pihak sebagai sendiri/melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset ke pihak lain berdasarkan harga dan periode/waktu
yang telah disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
b. Obligasi syariah/sukuk Mudharabah. Mudharabah merupakan kerja sama dengan skema bagi
hasil pendapatan/keuntungan. Obligasi syariah mudharabah ini akan memberikan
return/pengembalian dengan penggunaan expected return karena sifatnya floating dan
tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagi hasilkan.4
c. Obligasi syariah/sukuk Musyarakah, merupakan sukuk yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih melakukan kerjasama dengan
cara menggabungkan modal untuk membangun proyek usaha yang telah ada, atau membiayai
kegiatan usaha.

1 Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, Cet. I, 2009), 23.
2 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung : Alfabeta, 2010), 63.
3 Abdul Manab dan Agus Eko Sujianto, Pengaruh Stabilitas Ekonomi Makro Terhadap Penerbitan Sukuk Negara

di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam (Tulungagung: Cahaya Abadi, 2016), 12.
4 Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),

490.
d. Obligasi syariah/sukuk Istisna’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad istisna’ dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
e. Obligasi syariah/sukuk Salam merupakan kontrak jual beli barang dengan cara pemesanan
dan pembayaran harga terlebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.5
3. Reksa Dana Syariah
Reksadana syariah merupakan lembaga intermediasi yang membantu surplus unit melakukan
penempatan dana untuk diinvestasikan. Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah
memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari
sumber dan cara yang bersih serta dapat dipertanggungjawabkan secara agama dan sejalan
dengan prinsip-prinsip syariah.

B. Perspektif Syariah Dalam Jual Beli


Dalam sudut pandang hukum ekonomi syariah, hukum jual beli dan berbagai permasalahannya
tidak bisa dipisahkan dari transaksi (akad), karena dengan akad tersebut, kedua belah pihak terikat
secara hukum (lazim) dalam bermuamalah. Dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
yang artinya :
Dari Hurairah RA. Rasulullah SAW mencegah dari jual beli melempar kerikil dan jual beli
Garar (H.R. Muslim) (Muslim, t.th : 156-157).
Berdasarkan hadist diatas bahwa jual beli hukumnya mubah atau boleh, namun jual beli
menurut Imam Asy Syatibi hukum jual beli bisa menjadi wajib dan bisa haram seperti ketika terjadi
ihtikar yaitu penimbunan barang sehingga persedian dan harga melonjak naik. Apabila terjadi praktek
semacam ini maka pemerintah boleh memaksa para pedagang menjual baraang sesuai dengan harga
dipasaran dan para pedagang wajib memenuhi ketentuan pemerintah didalam menentukan harga
dipasaran serta pedangan juga dapat dikenakan saksi karena tindakan tersebut dapat merusak atau
mengacaukan ekonomi rakyat. Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang
lainnya yang sesuai dengan kesepakatan antara penjual dengan pembeli atau dengan alat tukar menukar
yaitu dengan uang ataupun yang lainnya.6

C. Perspektif Syariah Dalam Investasi

Islam adalah agama yang pro-investasi, karena di dalam ajaran Islam sumber daya
(harta) yang ada tidak hanya disimpan tetapi harus diproduktifkan, sehingga bias memberikan
manfaat kepada umat (Hidayat 2011). Hal ini berdasarkan firman Allah swt.:
“supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian”.
(QS. al-Hasyr [59]: 7)
Oleh sebab itu dasar pijakan dari aktivitas ekonomi termasuk investasi adalah Al-
Qur’an dan hadis Nabi saw. Selain itu, karena investasi merupakan bagian dari aktivitas

5 Nila Dewi, Mengurai Masalah Pengembangan Sukuk Korporasi Indonesia Menggunakan Analytic Network
Process, TAZKIA, Islamic Finance & Business Review, Vol. 6 No.2 AgustusDesember 2011.
6 Shobirin, JUAL BELI DALAM PANDANGAN ISLAM, Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam, Vol. 3, No. 2, Desember

2015, hal. 244, Tersedia di: https:// https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/view/1494, diakses


pada tanggal 29 Agustus 2023, Pukul 23:37 WIB.
ekonomi (muamalah māliyah), sehingga berlaku kaidah fikih, muamalah, yaitu “pada dasarnya
semua bentuk muamalah termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi adalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”(Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000).7

7 Elif Pardiansyah, Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris, Jurnal Ekonomi
Islam, Volume 8, Nomor 2 (2017), hal. 343-344, Tersedia
di:http://dx.doi.org/10.21580/economica.2017.8.2.1920 , diakses pada 30 Agustus Pukul 00.14 WIB.
DAFTAR PUSTAKA
Mohd, R., & Abdurrahman Hakim. "PASAR MODAL SYARIAH PERSPEKTIF SHARIA COMPLIANCE DI ERA
DISRUPTIVE INNOVATION." Moderation| Journal of Islamic Studies Review 1.2 (2021): 29-44.

Abdul Aziz, A. Z. "Manajemen investasi syariah." (2010).

Manab, H. Abdul, and Agus Eko Sujianto. "Pengaruh Stabilitas Ekonomi Makro Terhadap Penerbitan Sukuk Negara di
Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam." (2016).

Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah. "Analisis Fiqh & Keuangan." Yogyakarta, UPP STIM YKPN (2014).

Shobirin, Shobirin. "Jual Beli Dalam Pandangan Islam." BISNIS: Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam 3.2 (2016): 239-
261.

Pardiansyah, Elif. "Investasi dalam perspektif ekonomi islam: pendekatan teoritis dan empiris." Economica:
Jurnal Ekonomi Islam 8.2 (2017): 337-373.

Anda mungkin juga menyukai