Anda di halaman 1dari 3

Nama Anggota :

1. Alya Mafaza (30402000034)


2. Amelia Ismatul M (30402000037)
3. Anisa Sifau Rahmi (30402000052)

Kelas : MJ5A

Matkul : Keuangan Syariah

FATWA

DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 40/DSN-MUI/X/2003

Tentang

PASAR MODAL DAN PEDOMAN UMUM

PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL

Prinsip syariah dijelaskan dalam kamus perbankan syariah merupakan aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau kegiatan pembiayaan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Berdasarkan pengertian tersebut telah
jelas bahwa jika pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah,
setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek. Pasar Modal memiliki peran penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya
peranan tersebut mempunyai kesamaan antar satu negara dengan negara yang lain.
Firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang beriman. . Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari
Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak
berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan)” ( Al-Baqarah ayat 278-279).
“Rasulullah s.a.w melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (HR. Al Baihaqi dari Ibnu Umar)

Keputusan Muktamar ke-7 Majma’ Fiqih Islami tahun 1992 di Jeddah:

“Boleh menjual atau menjamikan saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku pada
perseroan”

Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu penawaran Efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan
Undang-undang yang berlaku. Perusahaan public yang menenrbitkan efek syariah untuk memenuhi
ketentuan akad yang sesuai dengan efek syariah yang dikeluarkan. Penawaran emiten bisa berupa efek
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Emiten memiliki
tujuan tertentu dalam melakukan emisi di mana biasanya ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang
saham (RUPS). Berikut ini beberapa tujuan tersebut di antaranya adalah:

1. Untuk memperluas usaha, dimana modal yang didapatkan dari investor digunakan untuk
perluasan bidang usaha, perluasan pasar, peningkatan kapasitas produksi.
2. Memperbaiki struktur modal, yaitu dengan menyeimbangkan antara modal sendiri dengan
modal asing.
3. Melakukan pengalihan pemegang saham dari yang lama ke pemegang saham baru.

Hadis yang berkaitan dengan dengan penawaran

“Rasulullah s.a.w. melarang (untuk) melakukan penawaran palsu” (Muttafaq ‘alaih)

Efek syariah, mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah, Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan Prinsip-
prinsip Syariah.

1. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria sebagaimana
tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang memiliki hakhak istimewa.
2. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah yang dikeluarkan
Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
3. Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan
Manajer Investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara
Manajer Investasi sebagai wakil shahib almal dengan pengguna investasi.
4. Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA Syariah
yang portofolio-nya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga
komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan,
Efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset
keuangan setara, yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
5. Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam jangka waktu
tertentu yang sesuai dengan Prinsip-prinsip syariah .

Menimbulkan informasi yang Transaksi yang dilarang


a) Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan
melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba,
maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman.
b) Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman
sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi: a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;
1. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek Syariah) yang belum dimiliki (short
selling);
2. Insider trading, yaitu memakai menyesatkan;
3. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis
bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah tersebut; dan
4. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu Efek Syariah
untuk menyebabkan perubahan harga Efek Syariah, dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain;
5. Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa prinsip-prinsip syariah sudah meliputi semua prinsip dari pasar
modal yang ideal. Namun, prinsip syariah juga memberikan penekanan (emphasis) pada:

1. Kehalalan produk/jasa dari kegiatan usaha karena menurut prinsip syariah manusia hanya boleh
memperoleh atau penambahan harta dari hal-hal yang halal dan baik.
2. Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaat yang jelas sehingga tidak ada keraguan
akan hasil usaha yang akan menjadi objek dalam perhitungan keuntungan yang diperoleh.
3. Adanya mekanisme bagi hasil yang adil dan baik dalam untung maupun rugi menurut
pernyataan masingmasing pihak.
4. Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada emiten
maupun investor.

Anda mungkin juga menyukai