Modal Syariah
pasar modal agar bisa memperoleh sumber dana yang bisa dikembangkan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Selain itu, instrumen pasar modal juga
masyarakat. Pasar modal dapat memperbaiki ekonomi masyarakat yang pada akhirnya
akan diperhitungkan sehingga bisa membuat perekonomian negara pun menjadi baik.
Sementara itu kelebihan instrumen pasar modal syariah yaitu lebih pasti.
Maksudnya, karena mengikuti syariat, investasi di pasar modal syariah tidak gharar.
Artinya, terhindar dari ketidakpastian dan dampak selanjutnya, terasa lebih aman.
Selain itu, instrumen pasar modal syariah juga bebas dari riba dan diperkuat payung
hukum yang terdiri atas antara lain 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) terkait
pasar modal syariah, Undang Undang Sukuk Negara (SBSN), dan Undang Undang 21
Modal Syariah
Instrumen pasar modal baru dikenal oleh masyarakat menengah ke atas. Bagi
masyarakat menengah ke bawah, masih belum cukup mengenal pasar modal sehingga
84
85
banyak dari mereka yang belum bisa berinvestasi untuk memperoleh keuntungan. Hal
ini dapat menyebabkan adanya kualitas hidup yang belum seluruhnya baik di balik
perekonomian negara yang sudah terlihat baik karena masyarakat menengah ke atas
yang memajukan perekonomian. Selain itu, segala bentuk investasi pasti memiliki
risiko, begitu pula dengan berinvestasi di instrumen pasar modal. Di dalam investasi
tidak hanya mendapat keuntungan, tetapi bisa juga mendapatkan kerugian. Maka dari
itu, jika akan melakukan investasi harus siap juga untuk menerima segala risiko yang
ada di dalamnya.
perusahaan sekuritas yang ada pun belum sebanyak perusahaan sekuritas yang
karena hanya perusahaan tertentu saja yang dapat masuk dalam pasar modal syariah.
Selain itu risiko yang dihadai adalah kehilangan modal yang dipengaruhi oleh
ketidakpastian di masa depan membuat pendapatan investasi bisa untung juga bisa rugi.
Jika menguntungkan, maka harta yang diinvestasikan otomatis akan bertambah, namun
jika sebaliknya yang terjadi, maka nilai harta yang diinvestasikan akan menurun.
Begitu pun dalam investasi syariah, bisa saja investor mengalami kerugian jika nilai
keuntungan dari berbagai sarana investasi yang ada. Resiko ini masih menyangkut pada
risiko kehilangan modal, namun lebih terfokus pada keuntungan yang akan diperoleh
pasar finansial (pasar pendanaan), dan menjalankan fungsi yang sama yaitu
menjembatani pihak yang surplus dan defisit yang memiliki banyak peluang investasi.
menetapkan batasan apapun. Arah perputaran uang juga dibuka secara bebas. Sehingga
konsep bunga pada pasar modal konvensional adalah hal yang pasti ada. Transaksi
yang tidak jelas, spekulatif, manipulatif, dan judi juga diizinkan dalam pasar modal
konvensional. Serta saham yang dimiliki dapat bergerak di bidang apapun secara bebas
Sedangkan pada pasar modal syariah, hal-hal tersebut diatur secara ketat. Dana
yang Anda tanam tidak akan digunakan untuk menggerakkan bidang yang tidak sesuai
dengan prinsip syariat. Misalnya seperti rokok, alkohol, makanan yang diharamkan dan
lain sebagainya.Selain itu, pasar modal syariah juga bebas dari transaksi ribawi, gharar
membedakan adalah saham syariah harus sesuai dengan prinsip syariah Saham syariah
mengacu pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang semuanya terdaftar di
87
Daftar Efek Syariah (DES). Dalam tabel 4.1 akan diuraikan perbandingan saham
Syariah Konvensional
dll).
spekulatif).
sewa.
investasi pada perusahaan yang berkegiatan usaha yang sesuai dengan prinsip syariah
88
yaitu prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa. Sedangkan saham konvensional merupakan
investasi pada perushaan untuk semua kegiatan dengan perangkat suku bunga. Selain
tertentu.
b. Saham syariah seringkali dianggap tidak liquid karena batasan periode kontrak
yang mengikat. Sedangkan saham konvensional lebih liquid dan atraktif karena
prinsip syariah secara berkala setiap 6 bulan sekali. Adapun tahapan dari screening
mudharat.
99
Choirunnisak, Saham Syariah Teori dan Implementasi, Islamic Banking Vol. 4 No. 2 Februari
2019, h. 73.
89
a) Total utang berbasis bunga disbanding total aset tidak lebih dari 45%.
syariah menjadi acuan dasar yang harus diikuti. Semenjak ada konvergensi pendapat
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang sukuk
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa
bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo.
Di samping itu, sukuk dan obligasi sangat berbeda karena obligasi konvensional
tidak mengharuskan adanya aset yang menjamin sedangkan sukuk harus memiliki aset
pada tanggal tertentu, bunga dan pokok. Sementara itu sukuk adalah klaim atas
kepemilikan pada underlying asset. Konsekuensinya, pemilik sukuk berhak atas bagian
dari penghasilan yang dihasilkan oleh aset sukuk sama halnya dengan hak atas
kepemilikan pada saat proses realisasi aset sukuk. Skema bagi hasil semacam ini sangat
berbeda dengan obligasi, terutama dalam hal kepastian bagi hasil atau bunga yang
diperoleh pemilik dana. Dalam hal harga penawaran, jatuh tempo, pokok obligasi saat
jatuh tempo, dan rating antara sukuk dan obligasi tidak ada bedanya.
Dalam tabel. 4.2 diuraikan mengenai perbedaan sukuk dan obligasi serta saham.
90
Sumber: www.kajianpustaka.com
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa obligasi syariah atau sukuk
merupakan bukti kepemilikan atau bukti kerjasama yang memiliki pengertian lebih
luas dan lebih beragam daripada sekedar surat pengakuan utang (obligasi), tergantung
dari perjanjian (akad) yang digunakan pada penerbitan sukuk tersebut. Selain itu,
berbeda dengan obligasi, dalam setiap penerbitan sukuk wajib ada aset yang mendasari
(underlying asset). Selain itu, perbedaan antara sukuk dan obligasi dapat dijelaskan
sebagai beriku.
juga harus memperhatikan pula sisi halal haram, artinya setiap investasi yang
ditanamkan dalam sukuk harus pada produk-produk yang sesuai dengan prinsip
syariah. Beberapa prinsip pokok dalam transaksi keuangan sesuai syariah antara lain
91
berupa penekanan pada perjanjian yang adil, anjuran atas sistem bagi hasil atau profit
sedangkan keuntungan sukuk akan diterima dari besarnya margin/fee yang ditetapkan
ataupun dengan sistem bagi hasil yang didasarkan atas aset dan produksi.
adalah akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna’, dan ijarah. Dana
yang dihimpun tidak dapat diinvestasikan ke pasar uang dan atau spekulasi di lantai
bursa. Sedangkan untuk obligasi tidak terdapat akad di setiap transaksinya. Dari sisi
a. Kemungkinan perolehan dari bagi hasil pendapatan lebih tinggi daripada obligasi
c. Bila mengalami kerugian (di luar kontrol), investor tetap memperoleh aktiva.
syariah, di antaranya:
a. Penghapusan bunga yang tetap dan mengalihkannya ke surat investasi yang ikut
serta dalam keuntungan dan dalam kerugian serta tunduk pada kaidah al-ghurmu
ditanggungnya.
tempo, pokok harus dibayarkan kembali saat jatuh tempo, pembayaran pendapatan
dilakukan secara periodic, dijamin oleh aset dan dimungkinkan konversi menjadi
persamaan baik dalam bentuk sifat dan karakteristiknya. Yang membedakan hanya
prinsip syariah Islam. Pada tabel 4.2 akan diuraikan perbedaan reksa dana syariah dan
konvensional.
93
Investment).
kegiatan haram.
haram.
Sumber: www.situsekonomi.com
antara reksa dana syariah dan konvensional yaitu, dalam reksa dana syariah dikenal
proses screening dan cleansing. Proses screening adalah proses penempatan dana
filterisasi pertama dalam pembentukan portofolio yang memenuhi semua prinsip Islam.
94
yang diharamkan.
adalah Dewan Pengawas syariah (DPS) yang beranggotakan beberapa alim ulama
dan ahli ekonomi syariah yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah
dimaksudkan di sini adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak dengan
antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100%) modal,
kerugian tersebut. Dalam hal ini transaksi jual beli, saham-saham dalam reksadana
syariah dapat diperjualbelikan. Saham-saham dalam reksadana syariah merupakan
harta (mal) yang dibolehkan untuk diperjualbelikan dalam syariah, karena nilai
saham tersebut jelas tidak adanya unsur penipuan (gharar) dalam transaksi.
c. Kegiatan investasi reksa dana syariah. Berinvestasi dengan reksadana syariah dapat
dilakukan kapan saja sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang
yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam atau saham-saham
yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII). Bertransaksi dengan reksadana syariah
d. Adanya akad. Dalam investasi reksadana syariah terdapat akad antara pemodal
Keempat hal itulah yang secara umum membedakan reksadana syariah dengan
reksadana konvensional.
100
Aini Masrusoh, Konsep Dasar Investasi Reksadana, Salam Jurnal Filsafat dan Budaya
Hukum, 2016, h. 92