Anda di halaman 1dari 7

PASAR MODAL SYARIAH

A. PENGERTIAN PASAR MODAL SYARIAH


Pasar modal syariah merupakan wadah atau pasar yang berfungsi untuk
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) .berbagai waktu baik jangka
panjang maupun meengah dan pendek, yang bisa digunakan dalam bentuk utang
maupun modal sendiri.

Semua ini dapat diterbitkan oleh perusahaan swasta. Pasar modal syariah menjadikan
transaksi pasar modal haruslah berbasis syariah atau berbasis prinsip Islam.

Selain itu, di pasar modal tersebut para pemilik modal atau biasa disebut supplier of fund
dengan para pengguna dana atau disebut user of fund. Jika dilihat memang syariah dan
konvensional untuk pasar modal tidaklah jauh berbeda. Hanya saja yang membedakan
tentunya pedoman aturan yang digunakan haruslah berbasis syariah.

Setelah prinsip yang membedakan pasar modal syariah dan pasar modal konvensional
yaitu akad yang digunakan dalam transaksi maupun surat berharga yang diterbitkannya.
Jika sebuah perusahaan ingin mendapatkan pembiayaan dengan penerbitan surat
berharga pada syariah, maka perusuhaan tersebut haruslah memenuhi kriteria
penerbitan efek syariah yang sudah ditetapkan oleh Indonesia.

Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari kata “stock market.”, Menurut
Rosenberg (1983): Pasar modal merupakan tempat pembelian dan penjualan surat
berharga (efek) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak
dari sekuritas yang diperdagangkan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan


bahwa yang dimaksud pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.

Menurut ketentuan fiqh, istilah modal dapat diartikan sebagai “Segala sesuatu
(kepemilikan harta) yang memungkinkan dapat menghasilkan harta lain” (Syafei,
2004:41).

Menurut Sofyan S. Harahap, kegiatan pasar modal berhubungan dengan perdagangan


surat berharga yang telah ditawarkan kepada umum, yang akan/telah diterbitkan oleh
emiten sehubungan dengan penanaman modal atau pinjaman uang dalam jangka
panjang menengah/panjang, termasuk instrumen derivatifnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan pasar modal syariah adalah pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

 Larangan terhadap setiap transaksi yang mengandung unsurketidakjelasan.


 Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus memenuhi criteria halal.
Definisi pasar modal konvensional masih bersifat umum, karena belum menyentuh pada
aspek apakah bentuk transaksi yang dijalankan atau efek yang diperdagangkan halal
atau haram. Untuk mengetahui hakekat halal-haram, tidak ada cara lain kecuali
dikembalikan pada determinasi syariah.
Kegiatan dipasar modal syariah berkaitan dengan perdagangan surat berharga (efek
syariah) yang telah ditawarkan kepada masyarakat dalam bentuk penyertaan kepemilikan
saham atau penerbitan obligasi syariah. Menurut fatwa Nomor 40/DSN-MUI/X/2003,
pengertian efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.

Terdapat perbedaan yang fundamental antara pasar modal konvensional dengan pasar
modal syariah. Pasar modal syariah tidak mengenal kegiatan perdagangan samacam
short selling, beli atau jual dalam waktu yang sangat singkat untuk mendapatkan
keuntungan antara selisih jual dan beli. Pemegang saham syariah merupakan pemegang
saham untuk jangka waktu relatif panjang.

Pola pemilikan saham yang demikian membawa dampak positif. Perusahaan tentunya
akan mendapatkan pemegang saham yang jelas lebih menaruh perhatian dan
mempunyai rasa memiliki, ini akan menjadi kontrol yang efektif. Perusahaan dan
pemegang saham merupakan mitra yang saling menghargai dan mengingatkan,
sehingga komunikasi kedua pihak akan bertemu pada upaya mencapai kebaikan bagi
kedua belah pihak. Karakteristik pemilikan saham syariah yang hanya mengutamakan
pencapaian keuntungan yang akan dibagi atau kerugian yang akan ditanggung bersama
(profit-loss sharing), tidak akan menciptakan fluktuatif kegiatan perdagangan yang tajam
dan bersifat spekulasi.

Perbedaan mendasar lainnya antara pasar modal konvensional dan pasar modal syariah
dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai
indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria
saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah.

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang di dalamnya ditransaksikan instrumen
keuangan atau modal yang sesuai dengan syariat Islam dan dengan cara-cara yang
berlandaskan syariah pula atau pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah
antara lain melarang setiap transaksi yang mengandung unsur ketidak jelasan dan
instrumen yang diperjualbelikan harus memenuhi kriteria halal.

Pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Momentum berkembangnya pasar modal berbasis syariah di Indonesia dimulai pada
tahun 1997, yakni dengan diluncurkannya Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT.
Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama
dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII)
pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanmkan
dananya secara syariah dan Indeks Saham Syariah Indonesia pada tanggal 12 Mei 2011.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya
telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan yang dimaksud dengan efek
syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan peundang-undangan di
bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan maupun cara penerbitannya
memenuhi prinsip-prinsip syariah.
B. PRINSIP-PRINSIP PASAR MODAL SYARIAH.
Adapun prinsip yang dimiliki oleh pasar modal syariah diantaranya :

1. Pembiayaan atau investasi hanya bisa dilakukan jika aset atau kegiatan usaha yang
dilakukan termasuk usaha halal, spesifik serta bermanfaat. Dengan sesuai syarat
maka investasi bisa dilakukan.
2. Dalam pasar modal syariah, uang merupakan pertukaran nilai yang bisa digunakan.
Selama pemilik dana atau pemilik modal memberikan investasinya, maka ia akan
memperoleh keuntungan dari bagi hasil usaha tersebut. Hal ini juga mengharuskan
pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama dengan pembukuan
kegiatan.  (Baca: Sistem Keuangan Syariah)
3. Sesuai prinsip yang pertama, pasar modal syariah mengharuskan adanya akad atau
perjanjian yang sangat jelas antara pemilik serta harta dengan emiten yang jelas.
4. Baik pemilik harta ataupun emiten tidak bisa mengambil resiko yang melebihi
kemampuan, karena hal ini bisa menimbulkan kerugian yang tinggi baik di satu pihak
maupun di kedua belah pihak.
5. Adanya penekanan pada mekanisme yang sangat wajar dan prinsip kehati-hatian
terutama pada investor ataupun kepada eminten. Hal ini menghindari adanya salah
paham dan hal buruk ketika melakukan transaksi.

Pasar modal secara umum merupakan tempat bertemu para penjual modal atau
dana dan pemberi modal. Secara resmi pasar modal syariah sudah menjadi program
yang legal dilakukan di Indonesia pada tahun 2003, namun untuk instrumen pasar
modal syariah sendiri sudah ada sejak 1997.

C. INSTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH.


Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal konvensional adalah surat utang dan
surat berharga komersil seperti saham, right, warrant, option, dan sebagainya.
Demikian juga yang berlaku di pasar modal syariah, tatapi instrument tersebut sudah
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah, terutama prinsip bagi hasil.

Instrumen pasar modal syariah dikelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sekuritas aset/proyek aset (asset securitization) yang merupakan bukti penyertaan,


baik dalam bentuk penyertaan musyarakah (management share). Penyertaan
musyarakat adalah yang mewakili modal tetap (fixed capital) dengan hak pengelola,
mengawasi manajemen dan hak suara dalam mengambil keputusan. Sedangkan
penyertaan mudharabah (participation share) adalah mewakili modal kerja dengan hak
atas modal dan keuangan tersebut, tetapi tanpa hak suara, hak pengawasan atau hak
pengelolaan.
2. Sekuritas Utang (debt securisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas
transaksi jual beli atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan.
3. Sekuritas modal, sekuritas ini merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan
emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham.
Sekuritas modal ini juga dapat dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki
secara terbatas (nongo public) dengan mengeluarkan saham atau membeli saham.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka efek-efek yang diperdagangkan dalam pasar
modal syariah hanya yang memenuhi kriteria syariah seperti saham syariah, obligasi
syariah, dan reksa dana syariah. Selain itu, terdapat pula instrumen pasar modal
syariah dengan prinsip muqaradah/mudharab funds dan muraqadhah/mudarabah
bonds (obligasi muraqadah/mudharabah).

D. Transaksi Yang Dilarang di Pasar Modal Syariah.


Penerapan prinsip syariah secara utuh dan lengkap dalam kegiatan di pasar modal
syariah, harus berdasarkan pada landasan-landasan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Landasan-landasan tersebut berasal dari Al-Quran {QS Al-Baqarah (2): 275-279; QS An-
Nisa (4): 29; QS Al Jumu’ah (62): 10; QS. Al-Maidah (5):1}, serta hadis Nabi saw.
Ataupun dari hasil Ijtihad para ahli hukum Islam.

Sesuai dengan kaidah ushul fikih (kaidah dasar-dasar hukum fikih), dalam masalah
ibadah, hukum asal sesuatu adalah terlarang, kecuali ada perintah yang
membolehkannya. Sedangkan dalam masalah muamalat, hukum asal sesuatu adalah
diperbolehkan, kecuali ada larangannya.

Dengan demikian, berdasarkan syariah Islam, pada prinsipnya segala perikatan adalah
diperbolehkan kecuali ada nash yang melarangnya. Perikatan-perikatan yang berkaitan
dengan kerja sama usaha, penanaman modal, utang-piutang, pinjam-meminjam, jual beli,
dan sebagainya, pada dasarnya boleh dilakukan seorang muslim dengan anggota
masyarakat lainnya, sepanjang dalam perikatan tersebut tidak terdapat hal-hal yang
dilarang.

Berdasarkan pertimbangan dari badan pelaksana harian, DSN MUI mengeluarkan fatwa
Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
transaksi/perdagangan efek yang dilarang ialah:

a.) Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung
unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman.

b.) Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan
kezhaliman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

1. Bai’najsy, yaitu melakukan penawaran palsu. Dalam pasar modal biasanya


diwujudkan dalam bentuk aksi goreng-menggoreng saham.
2. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang
belum dimiliki (short selling).
3. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang.
4. Menimbulkan informasi yang menyesatkan. Dalam pasar modal terkait dengan
fakta material (Lihat Bab XI UUPM).
5. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah
tersebut.
6. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau pengumpulan suatu efek
syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain;
Menurut ketentuan umum Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP-181/BL/2009 tentang Penerbitan Efek Syariah , jenis
transaksi yang diharamkan dalam pasar modal adalah:

1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

2) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli risiko
yang mengandung gharar dan atau masysir.

3) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan atau menyediakan:

 barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi);
 barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan atau
 barang da atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
4) Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah)
hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya,
kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.

E. MANFAAT PASAR MODAL SYARIAH


Pasar modal memungkinkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan dana langsung dari
masyarakat tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Ada beberapa manfaat pasar modal antara lain:
 Menyediakan sumber pembiayaan(jangka panjang)bagi dunia  usaha.
 Memberikansarana invertasi bagi investor.
 Penyebarankepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
 Penyebaran kepemilikan,keterbukaan,dan profesionalisme,menciptakan iklim
berusaha yang sehat.
 Menciptakanlapangan kerja atau profesi yang menarik.
 Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
 Alternatifinvestasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa di
perhitungkan melalui keterbukaan,likuiditas,dan diversifikasi investasi.
 Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha,memberikan akses kontrol sosial

Pasar modal yang efisien diharapkan melaksanakan berbagai fungsi antara lain:
a. Menyajikan mekanisme mobilisasi sumber daya yang mengarah kepada alokasi
sumber daya keuangan yang efisien dalam ekonomi,
b. Menyediakan likuiditas dalam pasar dengan harga paling murah, yaitu berbiaya
transaksi paling rendah atau penawaran rendah menyebar pada sekuritas yang
diperdagangkan di pasar, untuk memastikan transparansi dalam penentuan harga
sekuritas dengan menentukan harga premi risiko, yang merefleksikan tingkat risiko
sekuritas tersebut, menyediakan peluang menyusun portofolio yang terdiversifikasi
dengan baik dan untuk mengurangi level risiko melalui diversifikasi lintas batas
geografis dan waktu.
F. Dasar Hukum Pasar Modal Syariah
Dasar hukum pasar modal syariah sudah tentu semua hal yang dijadikan pedoman oleh
agama Islam, dimana pasar modal syariah sudah dijelaskan dalam Al-Quran dan Al
Hadist. Selain itu, landasan fatwa juga dikeluarkan oleh MUI mengenai pasar modal dan
transaksi syariah di Indonesia. MUI telah mengeluarkan 14 fatwa yang berkaitan dengan
pasar modal syariah, diantaranya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.S Al-Baqarah :278) 

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berhubungan dengan
pasar modal syariah Indonesia sejak tahun 2001, yang meliputi antara lain :

1. Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk


Reksadana Syariah.
2. Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
3. Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
4. Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
5. Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
6. Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.
7. Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) Syariah.
8. Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah.
9. Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
10. Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN.
11. Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back.
12. Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back.
13. Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased.
14. Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

Juga terdapat 3 (tiga) Peraturan Bapepam & LK yang mengatur tentang efek syariah
sejak tahun 2006, yaitu:

1. Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.


2. Peraturan Bapepam & LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

Selain UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang menjadi landasan hukum
pasar modal syariah, juga terdapat  Undang-Undang yang mengatur tentang SBSN
(Surat Berharga Syariah Negara), yaitu UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara.
G. Pelaku Pasar Modal Syariah

1. Emiten

Emiten merupakan perusahaan yang bertugas untuk melakukan penjualan berbagai


surat menyurat terutama surat berharga atau melakukan emisi di Bursa. Tujuan emiten
sendiri diantaranya adalah :

 Untuk memperluas usaha yang didapat


 Untuk memperbaiki struktur modal yang ada
 Sarana atau ajang promosi
 Meningkatkanya profesionalisme dan mendorong adanya keterbukaan
 Adanya kesempatan besar untuk masyarakat menjadi investor, sehingga tidak ada
kesenjangan sosial dalam perusahaan ini.

2. Investor

Investor merupakan pemodal yang berhak membeli atau menanamkan modal di


sebuah perusahaan yang melakukan emisi. Tujuan investor sendiri adalah :

 Memperoleh dividen, yakni keuntungan yang bisa diperoleh investor yang telah
dibayarkan oleh emiten
 Ketika harga sedang tinggi, para investor bertugas sebagai pedagang dimana
mereka menjual harga saham yang tinggi agar memperoleh keuntungan
 Kepemilikan perusahaan bisa dialihkan kedalam investasi atau saham, dimana
semakin banyak menanam saham maka semakin besar keuntungan yang bisa
didapatkan.

3. Perusahaan Investasi

Perusahaan investasi merupakan perusahaan pengelola dana yang beroperasi di


pasar modal dengan mengelola modal yang berasal dari para investor. Perusahaan ini
berperan penting, dimana investor memberikan dan mempercayakan dana dengan
bijak agar bisa digunakan dan dimanfaatkan. Sehingga tanggung jawab perusahaan
investasi sangatlah tinggi.

4. Reksa Dana

Reksa dana yakni wadah yang biasa digunakan untuk membantu menghimpun dana
masyarakat yang ingin menjadi pemodal untuk bisa menanamkan investasi dalam
portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana disediakan juga oleh para lembaga
keuangan syariah seperti bank syariah.

Anda mungkin juga menyukai