Anda di halaman 1dari 7

Nama : Panji Yudha Sanjaya

NIM : 20180420158
Kelas : LKSEI – B

Resume Materi
Pasar Modal Syariah

Pengertian
Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal
merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk
menjual efek-efek di pasar modal. Sedanglan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin
membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan.
Sedangkan pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-
hal yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain. Pasar modal syariah secara
prinsip berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah sudah digulirkan
di pasar modal Indonesia seperti dalam bentuk saham dan obligasi dengan kriteria tertentu yang
sesuai dengan prinsip syariah.
Pasar modal syariah adalah kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara pasar modal yang seluruh mekanisme penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip
syariah. Adapun yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan
oleh syariah ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN MUI melalui fatwa.

Fungsi dan Manfaat


Pasar modal berperan menjalankan dua fungsi secara simultan berupa fungsi ekonomi
dengan mewujudkan pertemuan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang memerlukan dana, dan fungsi keuangan dengan memberikan kemungkinan
dan kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik dana melalui investasi. Pada fungsi
keuangan, pasar modal berperan sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh
dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal
kerja, dan lain-lain. Sedangkan pada fungsi yang kedua pasar modal menjadi sarana bagi
masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan
lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument
Pasar modal juga mampu menjadi tolak ukur kemajuan perekono- mian suatu negara.
Pasar modal memungkinkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kesempatan
bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan dana langsung dari masyarakat tanpa harus
menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Ada beberapa manfaat pasar modal, yaitu:
1) Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
3) Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi suatu negara.
4) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5) Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha
6) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
8) Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
9) Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.

Instrumen Pasar Modal Syariah Di Indonesia


Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang
umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi atau
setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh BAPEPAM LK sebagai
efek. Sifat efek yang didagangkan di pasar modal (bursa efek) biasanya berjangka waktu
panjang. Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek antara lain saham,
obligasi, rights, obligasi konversi.
Sedangkan pasar modal syariah secara khusus memperjualbelikan efek syariah. Efek
syariah adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi
prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh
DSN MUI dalam bentuk fatwa. Secara umum ketentuan penerbitan efek syariah haruslah sesuai
dengan prinsip syariah di Prinsip-prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip hukum
Islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI), baik fatwa DSN MUI yang ditetapkan dalam peraturan OJK
maupun fatwa DSN MUI yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya peraturan OJK.

Transaksi yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal mencakup antara lain:
1) Perdagangan atau transaksi dengan penawaran dan/atau permintaan palsu.
2) Perdagangan atau transaksi yang tidak disertai dengan penyerahan barang dan/atau jasa.
3) Perdagangan atas barang yang belum dimiliki.
4) Pembelian atau penjualan atas efek yang menggunakan atau memanfaaatkan informasi
orang dalam dari emiten atau perusahaan publik.
5) Transaksi marjin atas efek syariah yang mengandung unsur bunga (riba).
6) Perdagangan atau transaksi dengan tujuan penimbunan (ihtikar).
7) Melakukan perdagangan atau transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
8) Transaksi lain yang mengandung unsur spekulasi (gharar). penipuan (tadlis) termasuk
menyembunyikan kecacatan (ghisysy), dan upaya untuk memengaruhi pihak lain yang
mengandung kebohongan (taghrir).

Akad syariah yang umumnya digunakan di pasar modal antara lain:


1) ljarah yaitu perjanjian (akad) di mana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi
sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan
hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan/atau memberikan jasa yang
dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
dan/atau upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang
menjadi objek ijarah.
2) Kafalah yaitu perjanjian (akad) di mana pihak penjamin (kafiil/gaarantor) berjanji
memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (makfuul 'anhu/ashil/debitur) untuk
memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu/kreditur).
3) Mudharabah (giradh) adalah perjanjian (akad) di mana pihak yang menyediakan dana
(shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal
dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut.
4) Wakalah yaitu perjanjian (akad) di mana pihak yang memberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan tertentu.

1. Saham Syariah
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perusahaan terbatas. Dengan demikian, si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan,
Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan
tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama dividen. Pembagian
dividen ditetapkan pada penutupan laporan keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa
dividen yang dibagi dan laba ditahan.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham seha- ri-hari, harga-harga
saham mengalami fluktuasi, baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga
saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain
harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut
terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja
perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya
makro seperti tingkat suku bunga (interest rate), inflasi, nilai tukar, dan faktor-faktor
nonekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
Dengan demikian keuntungan yang diperoleh dari memegang saham ini antara lain:
1) Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba yang
dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham.
2) Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh
emiten.
3) Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar
modal.

2. Sukuk (Obligasi Syariah)


Obligasi atau bonds secara konvensional adalah merupakan bukti utang dari emiten yang
di jamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta
pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo." Di sini obligasi meru-
pakan instrumen utang bagi perusahaan yang hendak memperoleh modal." Dalam hal
pendapatan yang diperoleh berupa bunga yang biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan
atau deposito. Umumnya bunga diterima sesuai dengan klausul kontrak, ada yang setiap 3 bulan,
ada yang 4 bulan, dan ada yang setiap tahun. Pemegang obligasi mendapatkan hak untuk dilunasi
terlebih dahulu apabila emiten bangkrut. Di samping itu, investasi obligasi juga bisa
mendapatkan capital gain bila saat menjual obligasi mendapatkan harga yang lebih tinggi
daripada harga pembeliannya. Capital gain juga bisa diperoleh jika pemegang obligasi mendapat
diskon pada saat pembelian.
Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, pemegang obligasi
syariah akan mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga melainkan dalam bentuk bagi
hasil/ marjin/fee.
Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah mendapatkan
endorsement dari The Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) dan diadopsi dalam UU No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN antara lain:
1) Sukuk ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah di mana
satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat
atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi
Ijarah Al Muntahiya Bittamliek (Sale and Lease Back) dan ljarah Headlease and Sublease.
2) Sukuk mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keah- lian (mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut akan
dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul
akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
3) Sukuk musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk
membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
usaha, Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah
partisipasi modal masing-masing pihak.
4) Sukuk istisna', yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istisna' di mana
para pihak menyepakati jual beli dalam Fangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun
harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.

3. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah Reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb
al-mal) dengan manajer investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib
al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.

4. Efek Beragun Aset Syariah


Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif
EBA Syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh
lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan
investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue)


Fatwa DSN MUI Nomor 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak hanya berhenti
pada instrumen efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk
turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan kriteria DSN adalah produk rights
(HMETD). Produk yang bersifat hak dan melekat dengan produk induknya itu menjadi produk
investasi yang sudah memenuhi kriteria DSN. Mekanisme HMETD ini dipandang lebih
menguntungkan dibandingkan harus meminjam ke bank karena dana yang diperoleh lebih
murah, tak ada biaya tambahan, provisi, dan masalah administrasi bank lainnya, karena dana
dipasok oleh pemegang sahamnya sendiri.

6. Warrant Syariah
Fatwa DSN MUI Nomor 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Warrant Syariah pada tanggal 6
Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada
instrumen efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk turunan
saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan kriteria DSN adalah juga warrant. Berdasarkan
fatwa pengalihan saham dengan imbalan (warrant), seorang pemegang saham dibolehkan untuk
mengalihkan kepe- milikan sahamnya kepada orang lain dengan mendapatkan imbalan.
Mekanisme warrant bersifat opsional di mana warrant merupakan hak untuk membeli sebuah
saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah ditetapkan pula. Misalkan
warant saham ABCD jatuh tempo pada November 2010, dengan exercise price Rp1.000,00-
Artinya, jika investor memiliki warant saham ABCD, maka dia berhak untuk membeli satu
saham ABCD itu pada bulan November 2010 pada harga Rp1.000,00-. Warrant sebelum jatuh
tempo bisa diperdagangkan. Dan hasil penjualannya warrant tersebut merupakan keuntungan
bagi investor yang memilikinya.

Sumber :
Soemitra, Andri. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.

Anda mungkin juga menyukai