Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu sektor yang harus di tingkatkan untuk melancarkan
pembangunan ekonomi adalah sektor keuangan. Sektor keuangan diharapkan
dapat lebih ditingkatkan dan diarahkan untuk dapat memperbesar sumber dana
dalam negeri melalui berbagai lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank.
Pasar modal merupakan salah satu sumber potensi pengembangan dunia
usaha, yang membuka kemungkinan semakin berkembangnya dunia usaha
nasional. Perusahaan efek dalam hal ini mengenalkan suatu perdagangan dengan
sistem pinjaman dari perusahaan efek yang disebut perdagangan marjin atau
margin trading. Secara umum Margin trading adalah transaksi bursa yang
dilakukan oleh anggota bursa efek untuk kepentingan nasabahnya yang
penyelesaian transaksinya dibiayai oleh anggota bursa efek tersebut.
Pembicaraan

penggunaan

margin

dalam

trading

saham

sempat

menghangat beberapa waktu yang lalu. Hal ini terkait dengan banyaknya kasus
nasabah yang terkena margin call atau pun posisi portfolio di account milik
nasabah tersebut harus di cut karena telah melebihi modal yang ada. Terdapat pula
beberapa kasus dimana si nasabah tidak hanya kehabisan dana, namun juga harus
berhutang dan bahkan menjual aset kekayaannya. Beberapa nasabah bahkan
kehabisan aset miliknya dan lebih parah lagi, aset habis dijual untuk menutup
kerugian tapi masih tetap berhutang.
Yang dimaksud bermain saham dengan margin disini adalah nasabah
memiliki dana (modal) sejumlah 100, dia dapat membeli saham sampai senilai
200. Di beberapa Perusahaan efek (Broker) nasabah bahkan bisa bertansaksi
lebih, misalnya memiliki modal 100, namun dapat membeli saham sampai 300
atau 400. Jika nasabah mengalami keuntungan, bisa mendapatkan penambahan

dana yang cukup besar dengan modal yang relatif sedikit, sebaliknya jika
mengalami kerugian bisa sangat besar bahkan kerugiannya bisa melebihi besarnya
modal yang dimiliki. Resiko seperti inilah yang sering kali tidak disadari oleh
para pemain saham.
Otoritas pengatur pelaksanaan transaksi dalam perdagangan pasar saham
(BAPEPAM-LK, saat ini adalah OJK) memberikan izin bagi para perusahaan efek
untuk memberikan fasilitas transaksi marjin ini, namun dengan ketentuan khusus
sehingga tidak memberikan peluang besar bagi perusahaan efek untuk
menyalahgunakan izin ini. Selain itu BAPEPAM-LK juga memperjelas
mekanisme transaksi dengan marjin ini karena pemerintah tidak menghendaki lagi
transaksi dengan marjin ini mengguncang pasar.

B. RUMUSAN MASALAH
Berkenaan dengan uraian dalam latar belakang di atas, maka dalam
makalah ini akan dibahas lebih dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Margin Trading dan dasar hukum dari
Margin Trading?
2. Bagaimana Persyaratan Margin Trading di Indonesia?
3. Bagaimana hubungan hukum antara Perusahaan Efek dan Nasabah
dalam Margin Trading?

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM MARGIN TRADING


1. PENGERTIAN MARGIN TRADING
Dalam dunia pasar saham, margin merupakan fasilitas yang diberikan
perusahaan efek kepada nasabah. Disebut fasilitas, karena memang perusahaan
efek memberikan semacam pinjaman kepada nasabah. Namun, pinjaman ini tidak
harus dikembalikan secara terjadwal, sebagaimana pinjaman dari bank. Nasabah
baru mengembalikan bila berhasil menjual saham yang dibelinya dengan harga
yang lebih tinggi dari harga belinya. Atau sebaliknya, berhasil melikuidasi posisi
jualnya (short selling), dengan membeli dengan harga lebih rendah dari harga jual.
Sebagai imbalan atas fasilitas yang disediakan perusahaan efek itu, nasabah harus
membayar bunga pinjaman dan fee.
Perdagangan saham dengan sistem margin sudah umum dilakukan di
Bursa Efek Indonesia sejak dikeluarkannya Keputusan Ketua BAPEPAM No
09/PM/1997 peraturan V.D 6 pada tanggal I Agustus 1997 yang mengatur
mengenai penyelenggaraan margin trading tersebut. Margin trading atau yang
biasa dikenal dengan istilah pernbiayaan penyelesaian transaksi efek oleh
perusahaan efek bagi nasabah merupakan salah satu bentuk kegiatan transaksi
efek yang dilakukan oleh perusahaan efek dimana perusahaan efek pada dasarnya
melakukan pembiayaan atau memberikan pinjaman atas sebagian dana yang
dibutuhkan oleh investor atau permodal dalam melakukan kegiatan transaksi
efeknya seperti untuk membeli saham.
Margin trading merupakan suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan efek
kepada nasabahnya berupa fasilitas pinjaman dana, sehingga nasabah hanya perlu
membayar sejumlah persentase tertentu dari harga efek yang dibeli. Nasabah

diwajibkan membayar bunga kepada perusahaan efek atas dana pinjaman


tersebut.1
Menurut Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. Kep-258/BL/2008, margin
trading diartikan sebagai berikut : 2
1) transaksi pembelian efek untuk kepentingan nasabah yang dibiayai oleh
perusahaan. Transaksi marjin merupakan fasilitas yang diberikan
perusahaan efek kepada investor dengan memberikan pinjaman berupa
uang. Namun, pinjaman uang ini tidak harus dikembalikan secara
terjadwal, sebagaimana pinjaman dari bank.
2) Investor baru mengembalikan bila berhasil menjual saham yang dibelinya
dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli sehingga investor
memperoleh keuntungan dari selisih jual beli tersebut
3) Sebagai imbalan fasilitas yang disediakan perusahaan efek, investor harus
membayar bunga pinjaman dan fee. Bunga pinjaman dan fee tersebut telah
disepakati oleh investor dan sekuritas melalui perjanjian pembiayaan dan
penyelesaian transaksi efek.
Di beberapa pasar modal investor yang ingin membeli saham dapat
meminjam dana dari perusahaan efek tempat dimana ia melakukan pemesanan
untuk membeli saham. Untuk maksud pembelian saham tersebut investor yang
merupakan nasabah dari perusahaan tersebut wajib membayar uang muka dalam
jumlah yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Besarnya uang muka ini di
tiap bursa berkisar antara 40% - 80% (empat puluh persen sampai dengan delapan
puluh persen).3

Astrid Amalia, Penyalagunaan Short Selling dalam Transaksi Perdagangan Efek,

AnalisisKasus: Paul Berliner dengan The Blackstone Group dan ADS Corp.(Universitas Indonesia
: Jakarta, 2009), hal. 30
2

Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009) hal 196.

Astrid Amalia Op.Cit., hal 32.

Semakin longgarnya perusahaan efek dalam memberikan fasilitas margin


trading kepada nasabah merupakan salah satu pemicu semakin bergairahnya
transaksi saham di bursa. Kinerja bursa semakin meningkat antara lain diukur dari
semakin meningkatnya IHSG, semakin meningkatnya frekuensi, volume dan nilai
transaksi harian akibat membaiknya likuiditas saham.
Walaupun menguntungkan margin trading ini juga dapat menimbulkan
masalah seperti yang biasanya terjadi adalah dalam hal kemungkinan investor atau
pemodal mempermasalahkan perusahaan efek karena melikuidasi sahamnya untuk
melunasi dana atau biaya yang dipinjamnya dan perusahaan efek tersebut dan
karena sifatnya yang mengandung resiko inilah margin trading mendapat
perhatian dan pengaturan khusus dari BAPEPAM LK selaku otoritas pasar
modal.
Margin trading ini memberikan beberapa keuntungan baik bagi pihak
investor maupun bagi perusahaan efek sebagai pemberi pinjaman.
Keuntungan yang diperoleh pihak investor adalah sebagai berikut :

Peningkatan power of purchase (kemampuan membeli);

Memperbesar keuntungan yang akan diperoleh investor.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan efek adalah sebagai berikut:

Pendapatan berupa bunga pinjaman;

Peningkatan pendapatan komisi;

Keuntungan kompetitif;
Selain keuntungan yang akan didapat dari margin trading ada pula resiko

yang harus dihadapi baik oleh pihak investor maupun oleh perusahaan efek.
Risiko yang dapat ditimbulkan dari transaksi saham dengan fasilitas
margin trading antara lain:
1. Bagi perusahaan efek
a.

Risiko kredit akibat nasabah tidak bisa mengembalikan uang pinjaman


berikut bunga pinjamannya. JIka terjadi hal seperti ini maka

perusahaan efek biasanya akan melakukan penjualan atas saham yang


dimiliki oleh investor tersebut.
b. Risiko akibat turunnya nilai saham dan nasabah tidak dapat menambah
marginnya.
2. Bagi investor, risiko yang mungkin ditanggung adalah:
a. Bunga yang harus dibayar kepeda perusahaan efek;
b. Menambah marjin, jika terjadi penurunan nilai saham;
c. Melikuidasi saham yang dikuasakan kepada perusahaan efek jika
tidak mampu lagi melakukan penambahan marjin.
Oleh karena itu dalam melakukan margin trading ini ada baiknya
dilakukan bagi investor atau pemodal yang memiliki dana yang cukup besar,
sehingga

tidak

sampai

terjadi

kasus

investor

tidak

menerima

dan

mempermasalahkan perusahaan efek karena melikuidasi sahamnya karena tidak


bisa memenuhi kewajibannya.
Untuk Perusahaan Efek sebelum membuat perjanjian margin dengan
investor agar memberikan keterbukaan informasi mengenai mekanisme dan
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh investor atau pemodal dalam melakukan
margin trading dan menjelaskan resiko yang mungkin terjadi pada sistem margin
trading, sehingga baik investor maupun perusahaan efek dapat dengan nyaman
melakukan margin trading.

2. DASAR HUKUM MARGIN TRADING


Di Indonesia transaksi margin trading tidak diatur didalam UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal). Dalam UU Pasar Modal
hanya mengatur transaksi umum sedangkan transaksi khusus diatur diluar undangundang tersebut.
Berikut adalah peraturan-peraturan yang mengatur mengenai transaksi
marjin (margin trading):

1. Peraturan Bapepam-LK (sekarang OJK) Nomor V.D.6 tentang


Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi
Nasabah

Dan Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek

(Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan


Lembaga Keuangan Nomor Kep-258/BL/2008 tanggal 30 Juni 2008);
2. Peraturan Bursa Efek Jakarta Nomor 19 Tahun 1997 tentang Transaksi
Marjin.
3. Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-556/BL/2008 tanggal 31
Desember 2008 tentang Perubahan Pasal 2 Huruf a, Pasal 4 Ayat (1),
dan Pasal 5 Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor Kep258/BL/2008 tanggal 30 Juni 2008 tentang Pembiayaan Transaksi Efek
Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah Dan Transaksi Short Selling Oleh
Perusahaan Efek;
4. Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor S-711/BL/2009 tanggal 30 Januari 2009 perihal
Persetujuan Rancangan Peraturan Nomor II-H tentang Persyaratan dan
Perdagangan Efek Dalam Transaksi Marjin dan Transaksi Short
Selling dan Rancangan Peraturan Nomor III-I tentang Keanggotaan
Marjin dan Short Selling.
5. Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep00009/BEI/01-2009 dikeluarkan tanggal 30 Januari 2009 mengenai
Peraturan Nomor II-H tentang Persyaratan Dan Perdagangan Efek
Dalam Transaksi Marjin dan Transaksi Short Selling.

B. PERSYARATAN MARGIN TRADING DI INDONESIA


Perdagangan secara margin, atau yang juga dikenal dengan istilah
pembiayaan penyelesaian transaksi efek oleh perusahaan efek bagi investor,
merupakan salah satu bentuk kegiatan transaksi efek yang menyerupai usaha
perusahaan sekuritas yang dilakukan oleh perusahaan efek. Sebagaimana dapat
disimpulkan dari namanya, maka dengan melakukan atau memberikan fasilitas

perdagangan secara margin (kepada investornya), perusahaan efek pada dasarnya


melakukan pembiayaan atas sebagian dana yang dibutuhkan oleh investor dalam
melakukan kegiatan transaksi efeknya.
Dengan perdagangan secara margin, kemampuan investor untuk
bertransaksi akan meningkat dengan disediakannya fasilitas pinjaman oleh
perusahaan efek, di mana investor tersebut telah mernbuka rekening efek
marginnya. Contoh fasilitas perdagangan secara margin ini adalah apabila
investor dengan nilai dana sebesar satu juta Rupiah dapat melakukan transaksi
sampai sejumlah dua juta Rupiah. Kelebihan satu juta Rupiah tersebut dibiayai
oleh perusahaan efek. di mana investor membuka rekening efeknya. Dengan
demikian kalau investor tidak melakukan transaksi dengan fasilitas margin, maka
investor tersebut melakukan transaksi tunai.
Adapun beberapa persyaratan terkait dengan transaksi marjin sebagaimana
diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan
Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah Dan Transaksi
Short Selling Oleh Perusahaan Efek Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin
dan/ atau Transaksi Short Selling, adalah sebagai berikut:

Angka 2 : Persyaratan Perusahaan Efek Yang Dapat Memberikan


Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek:
a.

Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin dan atau Transaksi


Short Selling, hanya dapat dilakukan apabila Perusahaan Efek telah
memenuhi seluruh ketentuan sebagai berikut:
1)

memiliki izin usaha dari Bapepam dan LK untuk melakukan


kegiatan

sebagai

Perantara

Pedagang

Efek

yang

mengadministrasikan rekening Efek nasabah;


2)

memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan sesuai dengan


yang dipersyaratkan dalam Peraturan Nomor V.D.5 tentang
Pemeliharaan

dan

Pelaporan

Modal

Kerja

Bersih

Disesuaikan;

3)

memperoleh persetujuan dari Bursa Efek untuk melakukan


Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling;

4)

dalam hal Perusahaan Efek memberikan pembiayaan dana


melalui

Transaksi

Marjin,

Perusahaan

Efek

wajib

mempunyai cukup sumber pembiayaan untuk membiayai


penyelesaian transaksi pembelian Efek; dan
5)

dalam hal Perusahaan Efek memberikan pembiayaan Efek


melalui Transaksi Short Selling, Perusahaan Efek wajib
memiliki

perikatan

dengan

Lembaga

Kliring

dan

Penjaminan, Perusahaan Efek lain, Bank Kustodian, dan


atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK untuk
meminjam Efek yang diperlukan bagi penyelesaian
transaksi penjualan Efek.
b.

Sebelum memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada


angka 2 huruf a butir 3), Bursa Efek wajib memeriksa sistem
operasional Perusahaan Efek terutama yang terkait dengan sistem
manajemen risiko atas pembiayaan penyelesaian transaksi Efek
bagi nasabah

c. Bursa Efek yang telah memberikan persetujuan tersebut wajib


melakukan

pemeriksaan

atas

sistem

operasional

sebagaimana

dimaksud pada angka 2 huruf b secara berkala sekurang-kurangnya


sekali dalam setahun.

Angka 3 : Persyaratan nasabah yang dapat menerima pembiayaan


penyelesaian transaksi efek:
Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin atau Transaksi Short Selling
hanya dapat diberikan oleh Perusahaan Efek apabila nasabah memenuhi
seluruh kriteria sebagai berikut:
a.

telah memiliki rekening Efek reguler, untuk mengetahui riwayat


transaksi nasabah;

b.

telah membuka Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin untuk


nasabah yang akan melakukan Transaksi Marjin atau Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling untuk nasabah yang akan
melakukan Transaksi Short Selling pada Perusahaan Efek
berdasarkan Perjanjian Pembiayaan dan masih memiliki rekening
Efek reguler sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk
menampung transaksi Efek yang tidak dibiayai oleh Perusahaan
Efek; dan

c.

telah menyetorkan Jaminan Awal dengan nilai paling kurang


sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk masingmasing Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin dan Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling.

Angka 5 : Persyaratan efek yang dapat ditransaksikan dalam pembiayaan


transaksi efek nasabah, yaitu:
a.

Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling hanya dapat


dilaksanakan apabila Efek tersebut tercatat di Bursa Efek kecuali
ditentukan lain oleh Bapepam dan LK.

b.

Persyaratan Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan


penyelesaian transaksi Efek dan yang dapat digunakan sebagai
Jaminan Pembiayaan ditetapkan oleh Bursa Efek dalam peraturan
Bursa Efek.

c.

Dalam menetapkan persyaratan Efek yang dimaksud dalam angka 5


huruf b, Bursa Efek wajib mempertimbangkan sekurang-kurangnya
hal-hal sebagai berikut:
1) nilai minimal rata-rata transaksi harian dalam periode
tertentu;
2) jumlah minimal Pihak yang memiliki Efek dalam periode
tertentu;
3) faktor fundamental Efek; dan

10

4) kriteria khusus untuk Efek yang dapat dilakukan


Transaksi Short Selling, termasuk batasan persentase
jumlah maksimal Efek dari total Efek yang beredar yang
dapat ditransaksikan.
d.

Efek yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam angka 5


huruf c wajib:
1) diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada
Bapepam dan LK oleh Bursa Efek pada hari kerja terakhir
setiap bulan;
2) di-review
informasi

pemenuhan
material,

persyaratannya
dan

hasil

apabila

review

ada

dimaksud

diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada


Bapepam dan LK oleh Bursa Efek pada hari yang sama.
e.

Dalam hal Efek tidak lagi memenuhi syarat yang ditetapkan Bursa
Efek sebagai Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan
penyelesaian transaksi Efek dan yang dapat digunakan sebagai
Jaminan Pembiayaan, maka pembiayaan atas transaksi Efek
Nasabah yang sudah berjalan wajib diselesaikan paling lambat 5
(lima) hari bursa sejak Efek tidak lagi memenuhi syarat yang
ditetapkan Bursa Efek.

Angka 6 butir b. : Mekanisme pembiayaan Transaksi Margin, yaitu:


1)

Sebelum menyetujui untuk membiayai penyelesaian Transaksi


Marjin, petugas kredit di bagian pesanan dan perdagangan
Perusahaan Efek harus memastikan telah tersedia sejumlah dana
dan atau Efek di Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin
sebagai Jaminan Awal.

2)

Nilai pembiayaan dana atas Transaksi Marjin adalah sebesar jumlah


piutang atas Transaksi Marjin yang diberikan Perusahaan Efek
kepada nasabahnya dan dicatat sebagai Saldo Debit dalam
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin.

11

3)

Nilai Jaminan Awal paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari
nilai pembelian Efek pada saat transaksi atau Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) mana yang lebih tinggi.

4)

Nilai pembiayaan dana atas Transaksi Marjin yang dapat diberikan


oleh Perusahaan Efek kepada nasabah paling banyak 65% (enam
puluh lima perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.

5)

Jika nilai Jaminan Pembiayaan mengalami penurunan sehingga


nilai pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf b
butir 2) melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari nilai
Jaminan Pembiayaan, maka Perusahaan Efek wajib melakukan
Permintaan Pemenuhan Jaminan kepada nasabahnya dan nasabah
wajib memenuhi Permintaan Pemenuhan Jaminan, sehingga nilai
pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari
nilai Jaminan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 6
huruf b butir 4).

6)

Jika nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan Jaminan


sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf b butir 5) paling
lambat 3 (tiga) hari bursa, maka Perusahaan Efek pada hari bursa
ke-4 (ke empat) wajib segera menjual Efek dalam Jaminan
Pembiayaan yang dibuktikan dengan melakukan penawaran jual
sehingga nilai pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima
perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan.

7)

Jika nilai pembiayaan telah mencapai 80% (delapan puluh


perseratus) dari nilai Jaminan Pembiayaan, maka Perusahaan Efek
baik dengan ataupun tanpa pemberitahuan kepada nasabahnya,
wajib segera menjual Efek dalam Jaminan Pembiayaan yang
dibuktikan dengan melakukan penawaran jual sehingga nilai
pembiayaan tidak melebihi 65% (enam puluh lima perseratus) dari
nilai Jaminan Pembiayaan.

8)

Perusahaan Efek wajib menyampaikan konfirmasi secara tertulis


kepada nasabahnya atas transaksi penjualan sebagaimana dimaksud

12

dalam angka 6 huruf b butir 6) dan butir 7), yang dibedakan dengan
konfirmasi tertulis atas transaksi berdasarkan pesanan nasabah pada
hari yang sama dengan penjualan Efek nasabah oleh Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud angka 6 huruf b butir 6) dan butir 7).

C. HUBUNGAN HUKUM ANTARA PERUSAHAAN EFEK DAN


NASABAH DALAM MARGIN TRADING
Pengaturan mengenai transaksi margin trading berkaitan dengan
pengaturan dalam Buku III KUHPerdata khususnya pengaturan mengenai masalah
perjanjian yang terjadi dalam transaksi margin trading. Perjanjian dalam transaksi
margin trading terjadi antara kedua belah pihak yang mana salah satu pihak
berjanji kepada pihak yang lain untuk melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan
Pasal 1313 KUHPerdata, yang mana disebutkan : Suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu
orang atau lebih.
Perjanjian

yang

terjadi

dalam

transaksi

margin

trading

dapat

menggunakan pasal 1313 KUHPerdata sebagai pengaturannya, sehingga apa yang


menjadi syarat sahnya suatu perjanjian yang termuat dalam KUHPerdata harus
diperhatikan agar pengenaan atas aturan perjanjian di Indonesia yang secara
umum menggunakan KUHPerdata dapat diterapkan serta perjanjian dalam
transaksi margin trading dapat diakui keabsahannya, dimana syarat sahnya suatu
perjanjian yang tercantum dalam pasal 1320 KUHperdata yaitu :
a.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.


Terhadap syarat yang pertama ini, maka segala perjanjian margin trading
haruslah merupakan suatu hasil kesepakatan antara nasabah dan perusahaan
efek, tidak boleh ada paksaan, kekhilapan, dan penipuan (dwang, dwaling,
berdrog).

b.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.


Syarat atau tolak ukur untuk menentukan cakap tidaknya suatu orang untuk
mengadakan perjanjian tercantum dalam pasal 1330 KUHPerdata yaitu:
13

Orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh dibawah


pengampuan, dan orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa
undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
c.

Suatu hal tertentu


Suatu hal tertentu berhubungan dengan objek perjanjian, maksudnya bahwa
objek perjanjian itu harus jelas, dapat ditentukan dan diperhitungkan jenis
dan jumlahnya, diperkenankan oleh undang-undang serta kemungkinan
untuk dilakukan para pihak. Dalam margin trading dimana yang menjadi
objek perjanjian adalah saham. Maka sesuai dengan ketentuan Bursa Efek
saham tersebut harus memenuhi persyaratan efek yang telah ditentukan.

d.

Suatu sebab yang halal


Suatu sebab yang halal, berarti perjanjian termaksud harus dilakukan oleh
investor dan sekuritas dengan dasar itikad baik. Berdasarkan pasal 1335
KUHPerdata yang berbunyi: Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah
dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai
kekuatan sehingga suatu perjanjian tanpa sebab tidak mempunyai
kekuatan, sebab dalam hal ini adalah tujuan dibuatnya sebuah perjanjian.
Apabila investor dan sekuritas tidak memenuhi syarat diatas maka
perjanjian margin trading yang di buat tidak memiliki kekuatan hukum atau
batal demi hukum.
Kontrak dalam margin trading merupakan suatu hasil dari kesepakatan

antara investor/nasabah

dengan perusahaan efek yang terlibat di dalamnya,

meskipun dalam kenyataannya kontrak tersebut bukanlah merupakan hasil


negosiasi yang berimbang antara kedua belah pihak, namun suatu bentuk kontrak
yang dikategorikan sebagai kontrak baku dimana kontrak telah ada sebelum ada
suatu kesepakatan, yang mana salah satu pihak menyodorkan kepada pihak
lainnya yang kemudian pihak lain cukup menyetujui kontrak tersebut, sehingga
berlakunya

asas

konsesualisme

menurut

hukum

perjanjian

Indonesia

memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak, dapat disimpulkan dari


ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua
14

kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.
Kebebasan berkontrak disini memberikan kepada para pihak untuk
membuat perjanjian dengan bentuk atau format apapun (tertulis, lisan, sepihak,
standard/baku, dan lain-lain), serta dengan isi atau substansi yang diinginkan para
pihak. Dengan demikian menurut asas kebebasan berkontrak seeorang pada
umumnya mempunya pilihan bebas untuk mengadakan perjanjian.4
Kontrak dalam margin trading terjadi ketika perusahaan

efek

menyodorkan formulir yang berisi mengenai kontrak dan nasabah melakukan


persetujuan terhadap isi kontrak tersebut dengan memberikan data yang benar dan
menandatanganinya sebagai tanda persetujuan, sehingga hal tersebut menujukan
adanya persamaan kehendak antara perusahan efek dan si nasabah.
Pokok persoalan margin trading adalah kontrak diantara perusahaan efek
dan investor. Margin trading berpontesi menimbulkan perselisihan antara nasabah
dengan perusahaan efek, misalnya jika salah satu pihak melanggar kontrak yang
telah disepakati. Dalam margin trading ini seharusnya berlaku prinsip good faith
and good communication. Good faith berarti prinsip mengungkapkan informasi
secara akurat dan lengkap, sedangkan good communication adalah prinsip
komunikasi yakni memberikan informasi kepada investor secara terbuka dan
cepat. Jika salah satu prinsip tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka
praktek margin trading akan menimbulkan masalah yang biasanya disebabkan
karena kebiasaan yang saling percaya dan para pelaku enggan mengkonfirmasikan
setiap transaksi yang terjadi.
Dalam margin trading nasabah dinyatakan wanprestasi jika tidak
melakukan penambahan modal apabila rasio pinjamannya telah mencapai 65%
maka perusahaan efek berhak menjual saham yang dijaminkan secara paksa.
Selain berlakunya prinsip-prinsip dalam hukum perjanjian, terkait pula
adanya hukum jaminan, yaitu berupa saham yang dijaminkan oleh si nasabah
kepada perusahaan efek yang terjadi pada saat nasabah tersebut mengikatkan
dirinya kepada perusahaan efek dalam perjanjian margin trading.
Masalah jaminan merupakan suatu masalah yang sangat erat hubungannya
dengan perusahaan efek dalam pelaksanaan transaksi margin trading. Dana yang
diberikan oleh perusahaan efek perlu diamankan. Tanpa adanya pengamanan,
4

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Asas Proposionalitas dalam Kontrak Komersial,

(Jakarta: Kencana, 2013) hal 110.

15

perusahaan efek sulit menghindari risiko yang akan datang, sebagai akibat
wanprestasi seorang nasabah. Untuk mendapatkan kepastian dan keamanan dari
pinjaman berupa marjin/uang, perusahaan efek melakukan tindakan pengamanan
dan meminta kepada nasabah agar mengikatkan suatu barang tertentu sebagai
jaminan di dalam pemberian marjin (kredit) dan diatur dalam Pasal 1131 dan 1132
KUHPerdata.
Secara umum, jaminan dapat diartikan sebagai aset/harta pihak peminjam
yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman jika peminjam tidak dapat
mengembalikan pinjaman tersebut. Jika peminjam gagal bayar, pihak pemberi
pinjaman dapat memiliki agunan tersebut. Dengan demikian jaminan mengandung
suatu kekayaaan (materiil) ataupun suatu pernyataan kesanggupan (immateriil)
yang dapat dijadikan sebagai sumber pelunasan hutang.
Berkaitan dengan jaminan yang diberikan nasabah, selain adanya
Rekening Efek Marjin, untuk melindungi dana yang telah diberikan oleh
perusahan sekuritas berupa fasilitas atau nilai pembiayaan, maka dalam perjanjian
pembiayaan penyelesaian transaksi efek telah diatur mengenai beberapa hal antara
lain:5
a)

Rekening efek reguler nasabah, yaitu rekening efek atas nama nasabah
yang wajib dibuka pada perusahaan sekuritas yang memuat catatan
mengenai posisi efek dan/atau dana milik nasabah.

b)

Marjin deposit, yaitu jumlah nilai jaminan dalam bentuk uang dan/atau
efek (yang akan dinilai dengan uang) dan harus mempunyi nilai yang
cukup dan dapat diterima menurut pertimbangan perusahaan sekuritas
yang ada di rekening efek marjin;
Selain itu, untuk menjamin pembayaran kembali hutang nasabah kepada

perusahaan efek dan menjamin pemenuhan semua kewajiban nasabah terhadap


perusahaan efek yang timbul dari perjanjian pembiayaan penyelesaian tranaksi
efek dan/atau perjanjian lain yang sekarang telah ada/atau dibuat kemudian hari
antara nasabah dengan perusahaan efek, maka nasabah akan memberikan jaminan

Verdi J. Pangaribuan, Analisis Perlindungan InvestorTerhadap Transaksi Marjin Dan Short


Selling Pada Perusahaan Efek, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2012) hal 69-70

16

tambahan termasuk membuat surat pengakuan hutang secara notaril atas fasilitas
atau nilai pembiayaan ditambah dengan bunga dan biaya lainnya yang terutang.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya penegasan hubungan antara
perusahaan dengan nasabah dalam arti hubungan tersebut tidak hanya tertuang
dalam suatu formulir saja tetapi harus dituangkan dalam akta otentik yang dibuat
oleh pejabat yang berwenang, yaitu notaris. Termasuk juga didalamnya pemberian
jaminan oleh nasabag, sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat sebagai
alat bukti yang kuat bagi para pihak maupun kepada pihak ketiga, mengenai
adanya hubungan hukum antara perusahaan efek dengan nasabah.
Perjanjian

transaksi

marjin

merupakan

perjanjian

khusus

antara

perusahaan efek dengan nasabah. Perjanjian khusus adalah perajanjian yang telah
memiliki nama nama sendiri yang diberikan oleh pembuat undang-undang
berdasarkan tipe-tipe atau bentuk-bentuk yang banyak terjadi sehari-hari. Pola
semacam ini jelas dapat mengamankan dana pinjaman yang telah disalurkan oleh
pihak perusahan efek, karena dapat diharapkan kembali utuh beserta bunganya,
dan sejalan pula dengan prinsip kehati-hatian yang diacu dunia pasar modal
sebagai landasan operasionalnya.
Hak tagih perusahaan efek yang telah memperoleh dukungan jaminan
dalam perjanjian transaksi margin seperti itu, mengakibatkan perusahaan efek
tersebut memiliki posisi seperti kreditor preferen. Kreditor preferen adalah
kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak prioritas. Hak istimewa
mengandung arti hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang
berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya
yang diatur dalam pasal 1139 dan pasal 1149 KUHPerdata. Tentunya perusahaan
efek sebagai pelaku ekonomi bertindak hati-hati dan menghindari kedudukan
selaku kreditor konkuren. Kreditor konkuren adalah kreditor pada umumnya
(tanpa hak jaminan kebendaan atau hak istimewa). Kreditor konkuren memiliki
kedudukan yang setara dan memiliki hak yang seimbang (proporsional) atas
piutang-piutang mereka. Ketentuan tersebut juga dinamakan prinsip paritas
creditorium. Sehingga perusahaan efek perlu mendayagunakan ketentuan

17

lembaga jaminan, guna mengantisipasi risiko manakala nasabah tidak memenuhi


prestasinya.6

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Ibid, hal. 71-72

18

1. Mekanisme Transaksi Margin Trading adalah suatu rangakaian syarat dan


prosedur sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Bapepam dan yang
ditetapkan oleh perusahaan efek pemberi fasilitas margin trading dengan
diawali perjanjian antara perusahaan efek dengan nasabahnya. Perjanjian
tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian baku berupa formulir yang
wajib diisi oleh nasabah, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.6 tentang Pembiayaan Penyelesaian
Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah Dan Transaksi Short
Selling Oleh Perusahaan Efek Pembiayaan penyelesaian Transaksi Marjin
dan/ atau Transaksi Short Selling.
2. Transaksi margin trading pada dasarnya sama dengan perdagangan pada
umumnya, dimana suatu perdagangan terjadi ketika ada kesepakatan
mengenai barang atau jasa yang diperdagangkan serta harga atas barang
atau jasa tersebut. Hal yang membedakan hanya pada media yang
digunakan, jika pada perdagangan konvensional para pihak harus bertemu
langsung di suatu tempat guna menyepakati mengenai apa yang akan
diperdagangkan serta berapa harga atas barang atau jasa tersebut.
Sedangkan dalam margin trading, proses transaksi yang terjadi
memerlukan suatu media bursa efek sebagai media utamanya, sehingga
proses transaksi perdagangan terjadi tanpa perlu adanya pertemuan
langsung antar para pihak.
3. Hubungan hukum dan perlindungan terhadap perusahaan efek dalam
transaksi margin trading berkaitan dengan pemberian jaminan oleh
nasabah adalah perlu adanya penegasan hubungan antara perusahaan efek
dengan nasabah dalam arti hubungan tersebut tidak hanya tertuang dalam
suatu formulir saja tetapi harus dituangkan dalam akta otentik yang dibuat
oleh pejabat yang berwenang, yaitu Notaris, termasuk pemberian jaminan
oleh nasabah, sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat sebagai
alat bukti yang kuat bagi para pihak maupun kepada pihak ketiga
mengenai adanya hubungan hukum antara perusahaan efek dan nasabah.
Kondisi saat ini secara materiil sudah cukup terlindungi, namun secara

19

formalitas belum. Hal ini karena kedudukan hukum Perjanjian


Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek yang hanya berbentuk formulir
termasuk perjanjian yang di buat di bawah tangan merupakan perjanjian
yang tidak memenuhi syarat formalitas, walaupun menurut ketentuan
Pasal 1338 KUHPerdata semua perikatan yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya. Namun
demikian, meskipun tidak dipenuhinya syarat formalitas, tidak berarti
Perjanjian Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek (termasuk pemberian
jaminan) batal, tetapi sebagai perjanjian biasa yang tidak memberikan
kedudukan hak preferen dan kekuatan eksekutorial bagi kreditor
(perusahaan efek).
B. SARAN
1. Sebelum melakukan investasi dalam bentuk saham sebaiknya pemodal
harus memahami cara bekerjanya (mekanisme) Pasar Modal atau minta
informasi/nasehat pada perusahaan efek yang telah berpengalaman. Para
nasabah sebagai pemodal seharusnya menyadari bahwa tidak selamanya
transaksi marjin (margin trading) akan memberikan keuntungan. Untuk
menghindari ketidakpahaman atas risiko tersebut, sebaiknya sebelum
mengikatkan diri terhadap perjanjian margin trading, nasabah diharapkan
memahami betul-betul akan isi perjanjian tersebut.
2. Perlindungan hukum yang dilakukan perusahaan efek dalam transaksi
marjin ini adalah berkaitan dengan pemberian jaminan oleh nasabah. Perlu
adanya penegasan hubungan antara perusahaan efek dengan nasabah,
dalam arti hubungan tersebut tidak hanya dituangkan dalam bentuk
formulir saja, yang meskipun mempunyai kekuatan hukum karena diatur
oleh undang-undang, namun akan lebih baik dituangkan dalam bentuk
akta otentik, sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sebagai
alat bukti yang kuat bagi para pihak maupun pihak ketiga.
DAFTAR PUSTAKA

20

Amalia, Astrid.2009.Penyalagunaan Short Selling dalam Transaksi Perdagangan


Efek, AnalisisKasus: Paul Berliner dengan The Blackstone Group dan
ADS Corp. Jakarta: Universitas Indonesia
Hernoko, Agus Yudha.2013. Hukum Perjanjian, Asas Proposionalitas dalam
Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana
Pangaribuan, Verdi J.2012. Analisis Perlindungan InvestorTerhadap Transaksi
Marjin Dan Short Selling Pada Perusahaan Efek. Jakarta: Universitas
Indonesia
Tumanggor, M.S. 2014. Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan: Pasar Uang, Pasar
Modal, Dan Penanaman Modal. Jakarta: F Media
Widoatmodjo, Sawidji.2009.Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Peraturan BAPEPAM-LK Nomor V.D.6 Surat Keputusan Ketua Bapepam dan
LK Nomor : Kep-258/BL/2008 Tanggal : 30 Juni 2008

MARGARET GOZALI
AGUSTUS 2015

21

Anda mungkin juga menyukai