Anda di halaman 1dari 13

HAK PENGELOLAAN I.

Latar Belakang Hak Pengelolaan

Hak penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang, kewajiban, dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu dengan tanah yang dihaki. Dalam Hukum Tanah Nasional ada bermacam-macam hak penguasaan atas tanah, yang tersusun secara hierarki sebagai berikut: 1. Hak Bangsa Indonesia 2. Hak Menguasai dari Negara 3. Hak Ulayat masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada 4. Hak-hak Individual (Perorangan): a. Primer: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, yang diberikan oleh negara, dan Hak Pakai yang diberikan oleh negara. b. Sekunder: Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, yang diberikan oleh pemilik tanah, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa dan lain-lainnya. c. Wakaf d. Hak jaminan atas tanah: Hak Tanggungan Berbicara mengenai Hak Pengelolaan, terlebih dahulu kita harus memahami konsep Hak Menguasai dari Negara yaitu sebutan yang diberikan oleh UUPA kepada lembaga hukum dan hubungan hukum konkret antara Negara dan tanah Indonesia, yang dirinci isi dan tujuannya dalam Pasal 2 Ayat 3 UUPA, yaitu: (3) Wewenang yang bersumber dari hak menguasai negara tersebut berasal dari ayat 2 Pasak ini, digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Kewenangan negara yang disebut dalam Pasal 2 ini meliputi baik bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Untuk itu tugas kewenangan di bidang agraria/ pertanahan tidak boleh di otonoom-kan kepada Daerah dan tetap harus ada pada Pemerintah Pusat. Hak menguasai negara meliputi semua tanah dalam wilayah Republik Indonesia, baik tanahtanah yang tidak atau belum maupun yang sudah dihaki dengan hak-hak perorangan oleh UUPA disebut tanah-tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Dalam perkembangan Hukum Tanah Nasional lingkup pengertian tanah-tanah yang di dalam UUPA disebut tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh negara, mengalami perkembangan, dimana semula pengertiannya mencakup semua tanah yang dikuasai oleh negara, diluar apa yang disebut tanah-tanah hak. Sekarang ini ditinjau dari segi kewenangan penguasaanya ada kecendrungan untuk lebih memperinci status tanah-tanah yang semula tercakup dalam

pengertian tanah negara menjadi salah satunya yaitu tanah-tanah Hak Pengelolaan. Tanahtanah Hak Pengelolaan adalah tanah-tanah yang dikuasai dengan Hak Pengelolaan, yang merupakan pelimpahan pelaksanaan sebagian kewenangan Hak Menguasai dari Negara kepada pemegang haknya. Hak Pengelolaan pada hakikatnya merupakan bagian dari hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Selain itu, berdasarkan Pasal 1 Ayat 3 dalam Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, disebutkan bahwa: Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Hak Pengelolaan hanya dapat diberikan kepada instansi Pemerintah Departemen, Pemerintah Daerah, dan BUMN. Hak Pengelolaan akan berlangsung selama tanahnya diperlukan oleh subjek-subjek tersebut dengan jangka waktu yang tidak terbatas. Selain kepada Pemerintah Daerah, pelimpahan pelaksanaan sebagian kewenangan Negara juga dilakukan oleh Badan-badan Otorita, perrusahaan-perusahaan Negara, dan perusahaan-perusahaan Daerah juga mendapatkan penguasaan tanah-tanah dengan Hak Pengelolaan. Pengaturan mengenai Hak Pengelolaan antara lain: 1. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan atas Tanah Negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya, yang diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan mengenai Penyediaan dan Pemberian Hak untuk keperluan perusahaan; 2. Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak Pengelolaan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-tanah Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 (Pasal 1) ; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak atas bagian-bagian Tanah Hak Pengelolaan serta Pendaftarannya, 6. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Adapun penjelasan mengenai adanya Hak Pengelolaan dalam Hukum Tanah Nasional tidak disebut dalam UUPA, namun demikian penjelasan tersebut diberikan secara tersirat dalam pernyataan dan Penjelasan Umum, bahwa: Dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas, Negara dapat memberikan tanah yang demikian (yang dimaksudkan adalah tanah yang tidak dipunyai oleh sesuatu hak oleh seseorang atau pihak lain) kepada seseorang atau badan-badan dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatu Badan Penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing (Pasal 2 Ayat 4). Pada dasarnya, hak pengelolaan dalam sistematika hak-hak penguasaan atas tanah tidak termasuk dalam golongan hak-hak atas tanah. Pemegang hak pengelolaan memang memiliki kewenangan untuk menggunakan tanah yang dihaki bagi keperluan usahanya. Tetapi hal tersebut bukanlah tujuan dari pemberian hak tersebut kepadanya. Tujuan utamanya adalah, bahwa tanah yang bersangkutan disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain yang memerlukan. Dalam penyediaan dan pemberian mtanah tersebut, pemegang haknya diberikan kewenangan untuk melakukan kegiatan yang merupakan sebagian dari kewenangan negara. Sehubungan dengan mhal tersebut, maka Hak Pengelolan pada hakikatnya bukanlah hak atas tanah melainkan merupakan gempilan Hak Menguasai dari Negara. Hal tersebut dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Bagian-bagian tanah hak pengelolaan dapat diberikan kepada pihak lain dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai. Pemberiannya dilakukan oleh Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang berwenang, atas usul hak pengelolaan yang bersangkutan. Seperti halnya dengan tanah Negara, selama dibebani hak-hak atas tanah tersebut Hak Pengelolaan yang bersangkutan tetap berlangsung. Setelah jangka waktu HGB dan HP yang dibebankan tersebut berakhir, maka menurut Pasal 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977, maka tanah yang bersangkutan kembali sepenuhnya ke dalam penguasaan dari pemegang Hak Pengelolaan. Hak Pengelolaan didaftar dan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti haknya. Tetapi sebagai gempilan dari Hak Menguasai dari Negara tidak dapat dipindahtangankan. Dengan demikian Hak Pengelolaan tidak memenuhi syarat untuk dapat dijadikan jaminan utang. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 mengenai Hak Tanggungan, tidak menunjuk Hak Pengelolaan sebagai objek Hak Tanggungan.

Subyek Hak Pengelolaan Yang dapat menjadi pemegang Hak Pengelolaan menurut Pasal 67 ayat (1) Permenag/KBPN No 9/1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan adalah : 1. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah; 2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN); 3. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); 4. PT. Persero; 5. Badan Otorita; 6. Badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah. Dalam Ayat (2) disebutkan bahwa : Badan- badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan Hak pengelolaan sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah

Pendaftaran Hak Pengelolaan Tata Cara pemberian Hak pengelolaan diatur dalam Pasal 67 dan Pasal 71 Permenag/KBPN No 9/1999. Secara garis besar proses pemberian Hak pengelolaan diawali dengan permohonan tertulis yang berisi tentang keterangan mengenai pemohon, keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data fisik dan data yuridis dan keterangan lain yang dianggap perlu. Permohonan diajukan kepada Menteri (dalam hal ini Kepala BPN) melalui kepala Kantor Pertanahan setempat yang akan memeriksa kelengkapan data yuridis dan data fisik untuk dapat diproses lebih lanjut. Bila tanah yang dimohon belum ada surat ukurnya, dilakukan pengukuran dan selanjutnya kelengkapan berkas pemohonan disampaikan oleh Kepala Kantor pertanahan kepada Kepala Kantor Wilayah. Setelah permohonan memenuhi syarat, Kepala Kantor Wilayah

menyampaikan berkas permohonan kepada Menteri (Kepala BPN). Dalam SK pemberian Hak pengelolaan dicantumkan pemberian Hak pengelolaan diantumkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain tentang kewajiban untuk mendaftarkan tanah. Sertipikat Hak pengelolaan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan.

(http://eprints.undip.ac.id/18712/1/satrio_nurwicaksanono.pdf)

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN METERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMBATALAN HAK ATAS TANAH NEGARA DAN HAK PENGELOLAAN

Pasal 1 angka 3 : Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

BAB III TATA CARA PEMBERIAN HAK PENGELOLAAN Bagian Kesatu Syarat-syarat Permohonan Hak Pengelolaan Pasal 67 (1) Hak Pengelolan dapat diberikan kepada : a. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah; b. Badan Usaha Milik Negara;

c. Badan Usaha Milik Daerah; d. PT. Persero; e. Badan Otorita; f. Badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk pemerintah. (2) Badan-badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan Hak Pengelolaan sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan pengelolan tanah. Pasal 68 (2) Permohonan Hak Pengelolaan diajukan secara tertulis. (3) Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: 1. Keterangan mengenai pemohon: Nama badan hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendiriannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yurisis dan data fisik: a. Bukti pemilikan dan bukti perolehan tanah berupa sertpikat, penunjukan atau penyerahan dari pemerintah, pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat atau bukti perolehan tanah lainnya; b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Surat Ukur atau Gambar Situasi sebutkan tanggal dan nomornya); c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian); d. Rencana penggunaan tanah; e. Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara); 3. Lain-lain: a. Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah- tanah yang dimiliki oleh pemohon, ternasuk bidang tanah yang dimohon; b. Keterangan lain yang dianggap perlu.

Pasal 69 Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dilampiri dengan: a. Foto copy identitas permohonan atau surat keputusan pembentukannya atau akta pendirian perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang; c. Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin pencadangan tanah sesuai dengan Rencana tata ruang Wilayah; d. Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa sertifikat, penunjukan atau penyerahan dari pemerintah pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat atau surat-surat bukti perolehan tanah lainnya; e. Surat persetujuan atau rekomendasi dari instansi terkait apabila diperlukan; f. Surat ukur apabila ada. g. Surat pernyataan atau bukti bahwa seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah. Bagian Kedua Tata Cara Pemberian Hak Pengelolaan Pasal 70 Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) diajukan kepada Menteri melalui Kepala Kantor wilayah Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan. Pasal 71 Setelah berkas permohonan diterima, Kepala Kantor Pertanahan : 1. memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik. 2. mencatat pada formulir isian sesuai contoh Lampiran 4. 3. memberikan tanda terima berkas permohonan sesuai formulir isian sesuai contoh lLampiran 5. 4. memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya-biaya yang diperlukan untuk

menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai contoh Lampiran 6. Pasal 72 (1) Kepala Kantor Pertanahan meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dan memeriksa kelayakan permohonan tersebut untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam hal tanah yang dimohon belum ada surat ukurnya. Kepala Kantor Pertanahan memrintahkan kepada kepala Seksi Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah untuk mempersiapkan surat ukur atau melakukan pengukuran. (3) Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan kepada: a. Kepala Seksi Hak Atas Tanah atau petugas yang ditunjuk untuk memeriksa permohonan hak terhadap tanah yang sudah terdaftar, sepanjang data yuridis dan data fisiknya telah cukup untuk mengambil keputusan yang dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah (konstatering Rapport), sesuai contoh Lampiran 7; atau b. Tim Penelitian Tanah untuk memeriksa permohonan hak terhadap tanah yang belum terdaftar yang dituangkan dalam berita acara, sesuai contoh Lampiran 8; atau c. Panitia Pemeriksa Tanah A untuk memeriksa permohonan hak terhadap tanah selain yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, yang dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah sesuai contoh Lampiran 9. (4) Dalam hal data yuridis dan data fisik belum lengkap Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapinya. (5) Setelah permohonan telah memenuhi syarat. Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah disertai pendapat dan pertimbangannya, sesuai contoh Lampiran 10. Pasal 73 (1) Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pendapat dan pertimbangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (5), Kepala Kantor Wilayah memerintahkan kepada Kepala Bidang Hak-hak Atas Tanah untuk: 1. Mencatat dalam formulir isian sesuai contoh Lampiran 11. 2. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik, dan apabila belum lengkap segera meminta Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan untuk melengkapinya. (2) Kepala Kantor Wilayah meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang dimohon beserta pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (5) dan memeriksa kelayakan permohonan Hak Pengelolaan tersebut untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Setelah permohonan telah memenuhi syarat. Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Menteri disertai pendapat dan pertimbangannya. Sesuai contoh Lampiran 12. Pasal 74 (1) Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pendapat dan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1), Menteri memerintahkan kepada Pejabat yang ditunjuk untuk: 1. Mencatat dalam formulir isian sesuai contoh Lampiran 13. 2. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik, dan apabila belum lengkap segera meminta Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan untuk melengkapinya. (2) Menteri meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang dimohon dengan memperhatikan pendapat dan Pertimbangan Kepala Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) dan selanjutnya memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat atau tidaknya dikabulkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Setelah mempertimbangkan pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3), Menteri menerbitkan keputusan pemberian Hak Pengelolaan atas tanah yang dimohon atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan penolakannya. Pasal 75 Keputusan pemberian atau penolakan pemberian Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (3) disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang menjamin sesampainya keputusan tersebut kepada yang berhak.

(http://www.ndaru.net/wp-content/uploads/peraturan-mna-kbpn-nomor-9-tahun-1999-ttg-tatacara-pemberian-dan-pembatalan-hak-atas-tanah-negara-dan-hak-pengelolaan.pdf)

Sifat Hak Pengelolaan Hak Pengelolaan dalam sistematika hak-hak penguasaan atas tanah tidak dimasukkan dalam golongan hak-hak atas tanah. Hukum Pengelolaan adalah hak administratif dimana pemegang hak pengelolaan diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus tanah yang didelegasikan negara. Pemegang Hak Pengelolaan dapat mengatur peruntukannya, apakah itu digunakan untuk sendiri atau orang lain. Pemegang Hak Pengelolaan memang mempunyai kewenangan untuk menggunakan tanah yang dihaki bagi keperluan usahanya, tetapi itu bukan tujuan pemberian hak tersebut kepadanya. Tujuan utamanya bahwa tanah yang bersangkutan disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain yang memerlukan. Dalam penyediaaan dan pemberian tanah itu pemegang haknya diberi kewenangan untuk melakukan kegiatan yang merupakan sebagian dari kewenangan negara, sepertii yang diatur dalam Pasal 2 UUPA. Sehubungan dengan itu Hak Pengelolaan pada hakikatnya bukan hak atas tanah, melainkan gempilan hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. Bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan dapat diberikan kepada pihak lain dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai. Pemberiannya dilakukan oleh pejabat Badan Pertanahan Nasional yang berwenang atas usul pemegang Hak Pengelolaan yang bersangkutan. Sebagaimana halnya dengan tanah negara, selama dibebani hak-hak atas tanah tersebut Hak Pengelolaan yang bersangkutan tetap berlangsung. Setelah jangka waktu Hak Guna Bangunan atau Hak Pakaiyang dibebankan itu berakhir, maka tanah yang bersangkutan kembali ke dalam penguasaan sepenuhnya dari pemegang Hak Pengelolaan. Berdasarkan hal tersebut dapat diikatakan bahwa Hak Pengelolaan bersifat tetap. Hak pengelolaan merupakan aset negara. Hak pengelolaan didaftarkan dan diterbitkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya tetapi sebagai gempilan Hak Menguasai dari Negara, oleh karena itu Hak Pengelolaan tidak dapat dipindahtangankan. Dengan tidak dapat dipindahtangankan itu maka Hak Pengelolaantidak memenuhi syarat untuk dapat dijadikan jaminan utang, sehingga hak pengelolaan bukan merupakan objek hak tanggungan. Jadi kiranya jelas bahwa sifat dari Hak Pengelolaan adalah hak publik, yang merupakan bagian dari hak menguasai negara. Hak menguasai dari negarayang diatur dalam Pasal 2 UUPA sebagai kewenangan dalam bidang hukum publik bukan merupakan kewenangan yang ada pada pemegang hak atas tanah yang berada dalam bidang hukum perdata. Hapusnya Hak Pengelolaan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Hak Pengelolaan adalah gempilan dari Hak Menguasai dari Negara. Hak Menguasai dari Negara sebagai pelimpahan Hak Bangsa tidak akan hapus, selama Negara Repubik Indonesia masih ada sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Hak Pengelolaan juga bersifat tetap, memiliki jangka waktu yang tidak terbatas dan tidak akan hapus.

Anda mungkin juga menyukai