Anda di halaman 1dari 9

 PERBANDINGAN SISTEM HUKUM AGRARIA INDONESIA DAN AMERIKA

Di Indonesia ,kewenangan Negara dalam pengambilalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum
diderivasikan dari Hak Menguasai Negara. Sedangkan  di Amerika Serikat yang bersumber pada
eminent domain, dimana Negara (pemegang kedaulatan) diyakini memiliki kewenangan tersebut
secara inheren.  Dan meskipun kedua prinsip ini dipercaya telah menderivasikan (dan memberikan—
di Amerika Serikat) kewenangan tersebut, tetapi secara filosofis-historis kedua prinsip ini berbeda.
Hak Menguasai Negara adalah prinsip yang justru lahir untuk menghapus prinsip domein Negara yang
menjadi landasan filosofis dari eminent domain.
            HMN memberikan kewenangan pengaturan dan penyelenggaraan bagi Negara. Dan dalam
perkecualian untuk kepentingan umum, baru dapat mengambi lalih hak atas tanah rakyat. Sedangkan
eminent domain dianggap sebagai kekuasaan yang inheren dalam sebuah kekuasaan Negara
(kedaulatan), dan menempatkan Negara sebagai “individu” yang dapat melakukan hubungan hukum
sebagaimana individu (orang). Sehingga logika berpikir dalam eminent domain ini adalah bahwa
karena Negara tidak memiliki semua tanah maka Negara harus membayar kompensasi jika Negara
memerlukan tanah milik rakyat untuk penyelenggaraan kepentingan umum tersebut
Berbeda dengan Hak Menguasai Negara yang dalam UUPA menempatkan Negara sebagai
personifikasi seluruh rakyat untuk mengatur, menyelenggarakan peruntukkan, mengatur dan
menentukan hubungan rakyat dan tanah, tetapi hanya bersifat hukum publik.
Menurut asas ini, Negara tidak dapat memiliki tanah sebagaimana perseorangan, meskipun Negara
dapat menguasai tanah Negara. Prinsip ini harus ditafsirkan sebagai peran Negara, yaitu sebagai wasit
yang adil yang menentukan aturan main yang ditaati oleh semua pihak dan bahwa Negara juga tunduk
pada peraturan yang dibuatnya sendiri ketika turut berperan sebagai actor.
Penerapan eminent domain di Amerika Serikat yang menganut kapitalisme-liberalisme dimana
kebebasan dan persaingan usaha dijunjung tinggi, sejak semula telah memberi peluang sebesar-
besarnya kepada swasta atau perseorangan untuk memiliki tanah dan mengusahakannya. Sedangkan
secara historis, HMN lahir untuk menghapus asas domein negara yang telah diterapkan kolonialis
untuk memanfaatkan demi kepentingannya dan menjualnya kepada swasta dan partikelir konsep
fungsi sosial hak atas tanah yang juga menjadi legitimasi Negara dalam pengambilalihan hak atas
tanah untuk kepentingan umum ini :
 di Indonesia : bahwa fungsi sosial hak atas tanah dianggap inheren dalam hukum adat yang
berlaku.
 Di AS : konsep ini lahir sebagai kontrol sosial terhadap kemutlakan dari pemilikan individu.
2. Wewenang Perumusan “Kepentingan Umum”
a. Indonesia  
Sejak berlaku kembalinya Undang-Undang Dasar 1945, dan dengan demikian Undang-Undang Dasar
Sementara menjadi tidak berlaku, maka kewenangan Negara dalam pengambilalihan hak atas tanah
untuk kepentingan umum sekaligus perlindungan hukum bagi rakyat atas pemilikan tanahnya tidak
lagi diatur dalam Konstitusi. Hal ini karena adanya anggapan bahwa pengakuan atas hak asasi
manusia dalam Konstitusi terlalu liberal-individualis, sehingga tidak sesuai dengan keIndonesiaan.
Barulah dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), ketentuan tentang kewenangan Negara
dalam pengambilalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum diatur kembali. Dan dikenal pula
konsep Hak Menguasai Negara yang menjadi asas pokok keagrariaan. Dalam UUPA ini,
pengambilalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum secara eksplisit hanya mengenal istilah
pencabutan, yang kemudian didelegasikan pengaturannya berdasar Undang-Undang. Sedangkan
istilah penyerahan atau pelepasan hak atas tanah yang dilakukan oleh pemiliknya (sebagai pelaku aktif
) pada dasarnya dikenal dalam hal hapusnya pemilikan tersebut sehingga beralih menjadi tanah
Negara.
b. Amerika Serikat  
Eminent domain dipahami sebagai kewenangan yang inheren dalam suatu kedaulatan pemerintahan.
Tetapi Amandemen V sebagai landasan konstitusional pengambilalihan hak atas tanah untuk
kepentingan umum tidak memberikan pembatasan yang jelas mengenai konsep public use itu.
Sehingga penafsiran terhadap konsep ini pada mulanya dianggap sebagai wewenang diskresioner dari
lembaga legislatif. Artinya, pembuat Undang-Undang mempunyai kekuasaan yang mutlak untuk
menentukan suatu kegiatan sebagai public use.
Kemudian terjadi perubahan yang mendasar ketika pengadilan menggunakan kewenangan judicial
review10nya sehingga dapat menyatakan suatu peraturan sebagai tidak konstitusional. Perkembangan
ini terutama setelah munculnya konsep regulatory takings yang mengaburkan pembatasan antara
eminent domain dan police power.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penafsiran kepentingan umum di Amerika Serikat melibatkan
ketiga lembaga Negara dengan kewenangan masing-masing. Lembaga legislatif berwenang untuk
membuat legislasi yang kemudian diterapkan oleh lembaga eksekutif atau pun kepada pihak lainnya
yang ditunjuk untuk mendapatkan delegasinya. Dan lembaga yudikatif menjadi pengontrol dari
keduanya, yang bahkan dapat menyatakan suatu produk dari keduanya adalah batal berdasar
Konstitusi.
3. Konsepsi Kepentingan Umum
 a. Indonesia
Latar belakang pemikiran yang digunakan dalam perumusan UUPA terutama konseptualisasi Hak
Menguasai Negara adalah penempatan Negara sebagai personifikasi rakyat secara keseluruhan
(integral). Pada paham Negara integralistik ini juga menempatkan manusia Indonesia sebagai
makhluk dwi tunggal dimana kepentingan sosial (kepentingan umum) lebih diutamakan dari
kepentingan individu, dengan anggapan bahwa kepentingan umum tersebut telah dengan sendirinya
mengandung kepentingan individu.
b. Amerika Serikat
Seperti telah diuraikan sebelumnya, di Amerika Serikat terdapat dua filosofi penafsiran kepentingan
umum. Pertama, penafsiran secara sempit, as a public use, meliputi penggunaan oleh
mayoritas/sebagian besar dari masyarakat umum yang tidak secara langsung berpartisipasi. Dengan
penafsiran yang demikian, bisa dikatakan pandangan tersebut sejak awal dipengaruhi oleh
utilitarianisme. Sedangkan penafsiran yang kedua lebih meluas, as a public benefit, yaitu yang akan
memberi keuntungan, bahkan bagi pribadi.
 
B. PERLINDUNGAN HUKUM
Perlindungan hukum bagi pemilik atas tanah yaitu penghormatan atas hak-haknya, baik itu hak atas
tanah, atau pun hak ekonomi-sosial lainnya menjadi penting untuk mencegah kesewenang-wenangan
penguasa yang mengatasnamakan kepentingan umum. Menurut Philipus M. Hadjon13, perlindungan
hukum bagi rakyat dapat bersifat preventif yaitu dengan memberikan kesempatan untuk mengajukan
keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan Pemerintah mendapat bentuk yang
definitif. Dan perlindungan hukum yang bersifat represif yaitu untuk menyelesaikan masalah yang
telah timbul sebagai akibat dilaksanakannya keputusan Pemerintah tersebut, baik melalui Pengadilan
Tata Usaha Negara atau Pengadilan Umum.
1. Perlindungan Hukum Preventif
a. Indonesia
Secara keseluruhan, peraturan perundang-undangan tentang pengambilalihan hak atas tanah untuk
kepentingan umum di Indonesia tidak memberikan perlindungan hukum yang bersifat preventif
dimana pemilik hak atas tanah dan pihak yang berkepentingan dapat mengajukan kesempatan
menyatakan keberatan atas substansi pengambilalihan hak atas tanah tersebut. Kemungkinan
pengajuan keberatan hanya diberikan atas besarnya ganti rugi, bukan pada substansi pengambilalihan
hak atas tanah itu sendiri yaitu “kepentingan umum”.
Hal ini juga bisa dilihat dari tidak disertakannya lembaga legislatif sebagai wakil rakyat dalam
perumusan kepentingan umum tersebut karena pengaturannya yang hanya dalam bentuk regulasi yang
dibuat oleh pemerintah. Sosialisasi dari kegiatan “untuk kepentingan umum” yang dilakukan lebih
menempatkan masyarakat sebagai pihak yang pasif dalam proses perumusan kepentingan umum.
Demikian juga adanya lembaga musyawarah yang menyertakan masyarakat hanya dalam hal
penentuan besarnya ganti rugi.
b. Amerika Serikat
Berbeda dengan di Indonesia, mekanisme yang ditentukan dalam pengambilalihan hak atas tanah
untuk kepentingan umum di Amerika Serikat—sebagaimana telah diuraikan di atas—memberikan
perlindungan hukum yang bersifat preventif kepada masyarakat yang akan terkena taking tersebut.
Perumusan kepentingan umum yang dilakukan oleh lembaga legislatif menunjukkan adanya
perlindungan hukum yang preventif bagi pemilik hak atas tanah.
Yang terpenting adalah keharusan dipenuhinya due process yang memberikan kemungkinan
masyarakat untuk mengajukan keberatan kepada Pengadilan sebelum pengambilalihan itu dilakukan,
baik itu mengenai public use maupun just compensation. Dalam proses ini selanjutnya dilakukan
“dengar pendapat” dari kedua pihak yaitu masyarakat dan pemerintah atau swasta yang mendapat
delegasi. Barulah diputuskan oleh Pengadilan, apakah pengambilalihan hak atas tanah untuk
kepentingan umum itu telah memenuhi due process sehingga bisa dilaksanakan atau belum. Proses ini
menghentikan pengambilalihan hak atas tanah. Jika kemudian Pengadilan menilai due process ini
telah dipenuhi maka Pengadilan menetapkan ganti rugi yang layak dan pengambilalihan hak atas
tanah dilanjutkan.
Demikian juga sebaliknya, pengambilalihan hak atas tanah bisa dihentikan apabila due process
tersebut tidak dipenuhi. Due process ini kemudian berkaitan dengan judicial review, karena pada
perkembangannya due process saja menjadi tidak cukup jika itu bertentangan dengan Konstitusi
sebagai hukum tertinggi. Sehingga lembaga yudikatif dalam hal ini Mahkamah Agung mempunyai
otoritas untuk mengontrol dan membatasi suatu tindakan lembaga legislatif dan lembaga eksekutif
dengan mengujinya terhadap Konstitusi dan bisa menyatakannya sebagai inkonstitusional.
2. Perlindungan Hukum Represif
a. Indonesia
Dari segi perlindungan hukum represifnya yaitu setelah atau ketika pelaksanaan pengambilalihan hak
atas tanah tersebut, maka parameter yang digunakan adalah diberikannya jaminan mendapatkan ganti
rugi yang layak, tersedianya lembaga musyawarah dan tersedianya upaya hukum yang diberikan.
Menurut Maria SW. Sumardjono14, dalam penentuan ganti rugi seharusnya diperhitungkan pula
faktor-faktor berikut:
1) hilangnya hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya;
2) hilangnya sumber penghidupan dan pendapatan;
3) bantuan untuk pindah ke lokasi lain dengan memberikan alternatif lokasi baru yang dilengkapi
dengan fasilitas pelayanan yang layak;
4) bantuan pemulihan pendapatan agar tercapai keadaan yang setara dengan sebelumnya.
Pemberian ganti rugi juga tidak hanya diberikan kepada pemegang hak atas tanah (yang
sah/besertifikat), tetapi juga terhadap:
1) yang menguasai tanah tanpa sertifikat dan bukti pemilikan lain;
2) penyewa bangunan;
3) penyewa/petani penggarap yang akan kehilangan hak sewa atau tanaman hasil usaha di tanah
tersebut;
4) buruh tani/tunawisma yang akan kehilangan pekerjaan;
5) pemakai tanah tanpa hak yang akan kehilangan lapangan kerja atau penghasilan;
6) masyarakat hukum adat yang akan kehilangan tanah dan sumber penghidupan.
b. Amerika Serikat
Dari uraian mengenai perlindungan hukum di AS di atas, dapat disimpulkan bahwa perlindungan
hukum represif yang diberikan tidak hanya meliputi pengajuan keberatan atas besarnya just
compensation, tetapi sebagaimana telah diuraikan, keharusan dipenuhinya konsep public use juga bisa
diajukan hingga Mahkamah Agung Federal (US. Supreme Court) sebagai lembaga pengadilan
tertinggi.
Pada awalnya Pengadilan hanya berwenang menilai due process dengan menempatkan kewenangan
perumusan kepentingan umum dalam pengambilalihan hak atas tanah sebagai wewenang diskresioner
lembaga legislatif. Dengan demikian, jika legislatif telah membuat peraturan maka Pengadilan hanya
menilai dari segi hukumnya. Tetapi pada perkembangannya Pengadilan berwenang untuk menilai
produk legislatif dan eksekutif berdasar Konstitusi. Bahkan Mahkamah Agung berwenang untuk
menyatakan inkonstitusional tindakan legislatif dan eksekutif tersebut melalui judicial review.
 
1. Lembaga Pengurusan tanah
Di amerika serikat , pengurusan tanah diserahkan pada lembaga yang disbut land bank, landbank atau
bank tanah adalah suatu lembaga yang dibentuk untuk mempromosikan revitalisasi (menghidupkan
kembali) lingkungan dari property, khususnya untuk penataan kembali pemilikan dan pengguanaan
kembali perumahan dan pemukiman di perkotaan, selain itu beberapa pembangunan yang mengarah
ke sebuah industri/komersial sebagai penerapan dari kewenangan bank tanah.  land bank tersebut
berwenang untuk mengendalikan harga tanah (controlling land price) sebab Bank Tanah merupakan
salah satu strategi perbankan di mana pemerintah memperoleh tanah dengan harga murah kemudian
menyimpannya untuk mempersiapkan pembangunan perumahan dimasa datang tanpa mengejar
keuntungan (non profil) sehingga dengan ada land bank maka di Amerika Serikat berbeda dengan
fungsi lembaga pengadaan tanah di Indonesia. Karena   di Indonesia pengurusan soal tanah untuk
kepentingan umum dijalankan oleh PANITIA Pengadaan Tanah atau P2T.  P2T adalah panitia yang
dibentuk untuk membantu pengadaan tanah bagi pelaksana pembangunan ututk kepentingan umum
yang mana lembaga ini dibentuk oleh bupati / walikota, gubernur, Mendagri. Kewenangan P2T agak
berbeda dengan lenad bank karena kewenangan P2T meliputi  : mengadakan penelitian dan
inventarisasi atas tanah ,bangunan, tanaman , dan benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang
hak nya akan dilepaskan / diserahkan,  Mengadakan penelitian mengenai status hokum tanah yang hak
nya akan dilepaskan dan dokumen yang mendukungnya, menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah,
memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yg terkena rencana pembangunan dan
pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konlik
sultasi public, mengadakan musyawarah dengan para pemegang Hak atas Tanah dan isntansi
pemerintah, menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi , membuat berita acara pelepasan dan
mengadministrasikan semua berkas pengadaan tanah danmenyerahkan kepada pihak yang
berkompeten.
Dengan mengkomparasikan lembaga pengurus tanah yg ada di AS dan Indonesia maka kita dpt
mngetahui sebegitu berbedanya fungsi dan peranan lembaga pengadaan tanah.  dari perbedaan itu
maka kami sepakat bahwa  land bank cukp efektif peranannya di sebuah Negara sehingga tak ada
salah nya system tanah di Indonesia di handel oleh lembaga layaknya LAND bank yg ada di AS.

 PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA DAN AMERIKA

Sistem perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan kewajiban perpajakan suatu
wajib pajak dilaksanakan. Pada uraian di bawah ini disajikan berbagai sistem perpajakan.
Official Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan sepenuhnya oleh institusi
pemungut pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat pasif dan menunggu penyampaian utang pajak
yang ditetapkan oleh institusi pemungut pajak.
Self Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh wajib pajak. Dalam hal
ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang
dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi pemungut pajak hanyalah mengawasi melalui serangkaian
tindakan pengawasan maupun penegakan hukum (pemeriksaan dan penyidikan pajak).
Sistem Perpajakan Indonesia
Sejak perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983 (reformasi
perpajakan Indonesia) menggantikan peraturan perpajakan yang dibuat oleh kolonial Belanda
(ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd 1944), Indonesia telah mengganti sistem pemungutan
pajaknya pula dari sistem Official Assessment menjadi sistem Self Assessment. Kepercayaan
diberikan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Sistem Perpajakan di Amerika Serikat
Amerika Serikat memiliki pemerintah federal, negara bagian, dan lokal yang terpisah dengan pajak
yang dikenakan pada masing-masing tingkat ini. Pajak dipungut atas pendapatan, penggajian,
properti, penjualan, keuntungan modal, dividen, impor, perkebunan dan hadiah, serta berbagai biaya.
Pada tahun 2010, pajak yang dipungut oleh pemerintah federal, negara bagian, dan kota berjumlah
24,8% dari PDB. Di OECD, hanya Chili dan Meksiko yang dikenakan pajak lebih sedikit sebagai
bagian dari PDB mereka.[1]

Namun, pajak jauh lebih besar pada pendapatan tenaga kerja daripada pada pendapatan modal. Pajak
dan subsidi yang berbeda untuk berbagai bentuk pendapatan dan pengeluaran juga dapat merupakan
bentuk perpajakan tidak langsung atas beberapa kegiatan di atas yang lain. Misalnya, pengeluaran
individu untuk pendidikan tinggi dapat dikatakan "dikenakan pajak" pada tingkat yang tinggi,
dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain dari pengeluaran pribadi yang secara resmi diakui sebagai
investasi.

Pajak dikenakan atas pendapatan bersih individu dan perusahaan oleh pemerintah federal, sebagian
besar negara bagian, dan beberapa pemerintah daerah. Warga dan penduduk dikenakan pajak atas
penghasilan di seluruh dunia dan diizinkan kredit untuk pajak asing. Penghasilan yang dikenakan
pajak ditentukan berdasarkan peraturan akuntansi pajak, bukan prinsip akuntansi keuangan, dan
mencakup hampir semua pendapatan dari sumber apa pun. Sebagian besar pengeluaran bisnis
mengurangi penghasilan kena pajak, meskipun batas berlaku untuk beberapa pengeluaran. Individu
diizinkan untuk mengurangi penghasilan kena pajak dengan tunjangan pribadi dan pengeluaran non-
bisnis tertentu, termasuk bunga hipotek rumah, pajak negara bagian dan lokal, kontribusi amal, dan
biaya medis dan biaya tertentu lainnya yang terjadi di atas persentase pendapatan tertentu. Aturan
negara untuk menentukan penghasilan kena pajak sering berbeda dari aturan federal. Tarif pajak
marjinal federal bervariasi dari 10% hingga 39,6% dari penghasilan kena pajak. Tarif pajak negara
bagian dan lokal sangat bervariasi berdasarkan yurisdiksi, dari 0% hingga 13,30% dari pendapatan,
dan banyak yang lolos dari perpajakan. Pajak negara pada umumnya diperlakukan sebagai biaya yang
dapat dikurangkan untuk perhitungan pajak federal, meskipun undang - undang pajak 2017
memberlakukan batasan $10.000 untuk pengurangan pajak negara bagian dan lokal ("PNBL"), yang
menaikkan tarif pajak efektif bagi mereka yang berpenghasilan menengah dan tinggi dalam tarif pajak
tinggi. Sebelum batas pengurangan PNBL, pengurangan rata-rata melebihi $10.000 di sebagian besar
wilayah Midwest, dan melebihi $11.000 di sebagian besar Amerika Serikat bagian Timur Laut, serta
California dan Oregon.Negara-negara yang paling banyak terkena dampak adalah wilayah tiga negara
bagian (NY, NJ, dan CT) dan California; rata-rata pengurangan PBNL di negara-negara tersebut lebih
besar dari $17.000 pada tahun 2014.

 PERBANDINGAN HUKUM DAGANG DI INDONESIA DAN DI AMERIKA

Perkembangan hukum dagang di dunia telah berlangsung pada tahun 1000 hingga 1500 pada abad
pertengahan di Eropa. Kala itu telah lahir kota-kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, seperti
Genoa, Venesia, Marseille, Florence hingga Barcelona. Meski telah diberlakukan Hukum Romawi
(Corpus Iulis Civilis), namun berbagai masalah terkait perdagangan belum bisa diselesaikan. Maka
dari itu dibentuklah Hukum Pedagang (Koopmansrecht). Saat itu hukum dagang masih bersifat
kedaerahan.

Kodifikasi hukum dagang pertama dibentuk di Prancis dengan nama Ordonance de Commerce pada
masa pemerintahan Raja Louis XIV pada 1673. Dalam hukum itu terdapat segala hal berkaitan
dengan dunia perdagangan, mulai dari pedagang, bank, badan usaha, surat berharga hingga
pernyataan pailit.
Pada 1681 lahirlah kodifikasi hukum dagang kedua dengan nama Ordonance de la Marine. Dalam
kodifikasi ini termuat segala hal berkaitan dengan dagang dan kelautan, misalnya tentang
perdagangan di laut.

Kedua hukum itu kemudian menjadi acuan dari lahirnya Code de Commerce, hukum dagang baru
yang mulai berlaku pada 1807 di Prancis. Code de Commerce membahas tentang berbagai peraturan
hukum yang timbul dalam bidang perdagangan sejak abad pertengahan.

Code de Commerce kemudian menjadi cikal bakal hukum dagang di Belanda dan Indonesia. Sebagai
negara bekas jajahan Prancis, Belanda memberlakukan Wetboek van Koophandel yang diadaptasi dari
Code de Commerce. Meski telah dipublikasikan sejak 1847, penerapan Wetboek van Koophandel
baru berlangsung sejak 1 Mei 1848. Lalu Belanda menjajah Indonesia dan turut mempengaruhi
perkembangan hukum dagang di Indonesia. Akhirnya lahirlah Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD) yang diadaptasi dari Wetboek van Kopphandel yang kemudian menjadi salah satu sumber
dari hukum dagang Indonesia.
Di Amerika Serikat, undang - undang antimonopoli adalah kumpulan undang-undang pemerintah
federal dan negara bagian yang mengatur perilaku dan organisasi perusahaan bisnis, umumnya untuk
mempromosikan persaingan demi kepentingan konsumen . Undang-undang utama adalah Sherman
Act of 1890 , Clayton Act of 1914 dan Federal Trade Commission Act of 1914 . Kisah Para Rasul ini
melayani tiga fungsi utama. Pertama, Bagian 1 dari Sherman Act melarang pengaturan harga dan
pengoperasian kartel , dan melarang praktik kolusi lainnya yang secara tidak wajar menahan
perdagangan. Kedua, Bagian 7 dari Clayton Act membatasi merger dan akuisisi organisasi yang
kemungkinan besar akan mengurangi persaingan. Ketiga, Bagian 2 dari Undang-Undang Sherman
melarang penyalahgunaan kekuasaan monopoli. [2]

Undang-undang antimonopoli Federal mengatur penegakan hukum antimonopoli sipil dan pidana.
Komisi Perdagangan Federal , Divisi Antitrust dari Departemen Kehakiman AS , dan pihak-pihak
swasta yang cukup terkena dampak semuanya dapat melakukan tindakan sipil di pengadilan untuk
menegakkan hukum antimonopoli. Namun, penegakan hukum antimonopoli hanya dilakukan oleh
Departemen Kehakiman. Negara bagian AS juga memiliki undang-undang antimonopoli yang
mengatur perdagangan yang terjadi hanya di dalam batas negara mereka.

 PERBANDINGAN HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA DAN AMERIKA


SERIKAT
Hukum ketenagakerjaan di Indonesia diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya
hukum ketenagakerjaan adalah untuk :
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan
pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu hubungan kerja berdasarkan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan
secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Mengenai
hubungan kerja tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan pekerja/buruh
haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait.

Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai kewajiban untuk


memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya yaitu hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk
mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya,
hak untuk mendapatkan upah atau penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, hak untuk mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan
kerja.

Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di dalam UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak terpenuhi dan diabaikan oleh
pengusaha maka hal tersebut akan dapat menyebabkan perselisihan-perselisihan tertentu
antara pengusaha dan pekerja. Jika perselisihan itu terjadi, maka peraturan hukum di
Indonesia telah mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai
hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut
memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu melalui perundingan
bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

Hukum ketenagakerjaan AS
teknis tagihan diadopsi oleh Kongres AS dan ditandatangani menjadi undang-undang oleh
presiden AS. Karena undang-undang yang federal, mereka berlaku di setiap negara bagian di
Amerika Serikat. Hal ini berbeda dari undang-undang negara, yang berlaku hanya di negara
tertentu di mana hukum disahkan. Bingkai Waktu o Sebagai aturan umum, undang-undang
ketenagakerjaan AS berlaku segera setelah Anda mengajukan permohonan untuk pekerjaan.
Ini berarti, misalnya, bahwa seorang karyawan cacat yang mengajukan lamaran kerja segera
dilindungi oleh Amerika dengan Disabilities Act, yang melarang majikan dari diskriminasi
atas dasar kecacatan pemohon, bahkan jika pemohon tidak pernah benar-benar dipekerjakan.
Dan jika pemohon dipekerjakan, maka undang-undang ketenagakerjaan berlaku sampai
hubungan kerja berakhir, yang berarti karyawan tersebut dipecat atau berhenti. Fitur o
Sebagian besar karyawan tidak pernah menandatangani kontrak kerja, yang sangat
disayangkan karena sebuah kontrak kerja dapat memberikan perlindungan dan jaminan
penting bagi karyawan, seperti panjang kerja minimum, membayar minimum dan banyak
lagi. Untungnya, hukum ketenagakerjaan AS mengisi banyak kesenjangan yang mungkin
telah tercakup dalam kontrak kerja. Dengan kata lain, undang-undang ketenagakerjaan AS
memberikan perlindungan bagi karyawan di Amerika. Fungsi o Kerja hukum dan peraturan
melindungi pekerja dan bisnis. Hukum dapat menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan
atau menyewa adil dan kebijakan terminasi. Peraturan ketenagakerjaan memberikan panduan
hukum untuk menjaga bisnis berjalan lancar. Jenis o Jenis hukum ketenagakerjaan umum dan
peraturan termasuk undang-undang upah, standar keamanan dan hukum kompensasi pekerja.
Beberapa undang-undang hanya mencakup pekerja tertentu, undang-undang tersebut
termasuk pekerja imigran hukum, peraturan bagi pekerja migran, dan hukum bagi para
pekerja di industri pertambangan dan konstruksi. Satu set hukum mengatur perusahaan yang
memegang kontrak federal. o Karyawan di Amerika harus dibayar dengan upah minimum,
harus dibayar setara terlepas dari gender dan harus dibayar lembur (sama dengan gaji pokok
1,5 kali) selama berjam-jam bekerja di luar 40 dalam satu minggu. Pengusaha dilarang
diskriminasi terhadap karyawan atas dasar ras, agama, usia, cacat, status jenis kelamin, dan
asal keluarga nasional. Demikian pula, pengusaha dilarang melecehkan karyawan. Undang-
undang Federal mengharuskan majikan untuk menjaga tempat kerja yang aman dengan
mengikuti pedoman minimum tertentu, seperti bagaimana peralatan konstruksi jauh harus
tetap jauh dari garis tenaga listrik. Identifikasi o Setiap hukum ketenagakerjaan di Amerika
Serikat diberlakukan oleh agen federal yang sesuai, seperti Komisi Equal Employment
Opportunity, Departemen Kehakiman AS, Keselamatan dan Kesehatan Administrasi, dan
Divisi Upah dan Jam dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jika suatu saat Anda yakin bahwa
atasan Anda mungkin telah melanggar hak-hak Anda di bawah hukum federal Amerika,
hubungi salah satu lembaga untuk mendiskusikan kasus Anda. Anda juga dapat memulai
dengan menghubungi Departemen Kehakiman AS, yang dapat mengarahkan Anda ke arah
yang benar.

Anda mungkin juga menyukai