Anda di halaman 1dari 10

Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

IMPLEMENTASI ADVOKASI, KOMUNIKASI, MOBILISASI SOSIAL


DALAM PROGRAM PEMBANGUAN BIDANG KESEHATAN
[SEBUAH TINJAUAN TEORITIS]
Muh. Zainal S

Mahasiswa Program Doktor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor
richoenal@gmail.com

Abstrak

Masalah kesehatan menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat, bukan hanya pemerintah. Dukungan dan
keterlibatan dari semua pemangku kepentingan sangat penting untuk mengatasi banyak masalah kesehatan dalam
konteks pembangunan dan perubahan sosial. Artikel ini bertujuan menghasilkan deskriptif teoritis advokasi,
komunikasi, mobilisasi sosial dan temuan penelitian yang relevan dengan Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi
Sosial (AKMS). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur (desk study) yaitu dengan cara
mengumpulkan dokument dan literatur-literatur yang relevan dengan topik artikel. Berdasarkan studi literatur, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial merupakan hal yang saling berkaitan.
Advokasi merupakan sebuah pendekatan mengamankan kebutuhan sumber daya ekonomi dan perubahan kebijakan,
dengan mempengaruhi stakeholders, swasta, elemen masyarakat termasuk media. Semantara itu, komunikasi
berupaya meningkatkan kesadaran, mempengaruhi norma-norma sosial, menciptakan perubahan perilaku individu
atau suatu komunitas masyarakat melalui saluran komunikasi baik interpersonal (konseling), media massa maupun
internet termasuk media sosial. Adapun mobilisasi sosial berkenaan dengan upaya menghimpun dukungan sosial
untuk mengubah norma-norma, meningkatkan layanan, memperluas dukungan masyarakat dan memecahkan
masalah sosial.

Kata Kunci: Advokasi, Komunikasi, Mobilisasi Sosial

ADVOCACY IMPLEMENTATION, COMMUNICATION, SOCIAL


MOBILIZATION IN THE HEALTH DEVELOPMENT PROGRAM
[A THEORETICAL REVIEW]
Abstract

Health problems become responsibility of all elements of society, not only government. Support and involvement
from all stakeholders are crtitical to overcome many of health problems in the context of development and social
change. This article aims to produce descriptive theoretical advocacy, communication, social mobilization and
research findings that are relevant to Advocacy, Communication and Social Mobilization (AKMS). This study used
a literature study approach (desk study) by collecting documents and literature relevant to the topic of the article.
Based on literature studies, it can be concluded that advocacy, communication and social mobilization activities are
interrelated. Advocacy is an approach to securing economic resource needs and policy changes, by influencing
stakeholders, the private sector, community elements, including the media. Meanwhile, communication seeks to
increase awareness, influence social norms, create changes in the behavior of individuals or a community through
communication channels both interpersonal (counseling), mass media and the internet including social media.
Furthermore, social mobilization is concerned with efforts to gather social support to change norms, improve
services, expand community support and solve social problems.

Keywords: Advocacy, Communication, Social Mobilization


Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

PENDAHULUAN

Keberlanjutan manusia dan lingkungan telah utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2)
menjadi tema sentral dalam pembangunan dan penguatan pelayanan kesehatan, dan (3)
perubahan sosial (Sarvaes 2016). Pendapat pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan
berkelanjutan yang menempatkan kesehatan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
menjadi perhatian dan salah satu fokus utama pembangunan, penguatan upaya promotif dan
ditingkat global, sebagaimana tertuang dalam preventif, serta pemberdayaan masyarakat
salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (Kemenkes 2016).
adalah memastikan kehidupan sehat dan Upaya penanganan masalah masalah
mendukung kesejahteraan bagi semua untuk kesehatan bukan hanya tanggung jawab
segala usia yang target pointnya adalah pada pemerintah, namun perlu dukungan dan
tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, keterlibatan semua elemen masyarakat.
tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis Misalnya terkait dengan penyakit menular,
lainnya serta memerangi hepatitis, penyakit yang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
ditularkan melalui air dan penyakit menular kesehatan pasal 152 ayat 1 dan 3 tentang
lainnya (SDGs dalam United Nations, 2015). penyakit menular menyebutkan bahwa
Pada tingkatan nasional, kesehatan pemerintah serta masyarakat bertanggung jawab
menjadi fokus pemerintah saat ini sebagaimana melakukan upaya pencegahan, pengendalian,
tertuang dalam agenda Nawa Cita di bidang dan pemberantasan penyakit menular serta
kesehatan melalui Program Indonesia Sehat akibat yang ditimbulkannya dilakukan melalui
yaitu meningkatkan Kualitas Hidup Manusia kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
Indonesia. Program Indonesia Sehat menjadi rehabilitatif bagi individu atau masyarakat.
program utama pembangunan kesehatan yang Ullah et al (2006) menemukan bahwa kerjasama
pencapaiannya direncanakan melalui Rencana pemerintah dengan Organisasi Non Pemerintah
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan dalam pemberian layanan TB telah
Tahun 2015-2019. Sasaran program Indonesia meningkatkan penemuan kasus, keberhasilan
Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan pengobatan, pengawasan dan partisipasi
dan status gizi masyarakat melalui upaya masyarakat. Kolaborasi tersebut adalah kunci
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang sukses dalam program pengendalian TB di
didukung dengan perlindungan finansial dan Bangladesh.
pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini Komunikasi menjadi relevan sebagai
sesuai dengan sasaran pokok Rencana salah satu strategi untuk mendukung tujuan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional pengendalian TB, ditunjukkan dengan masuknya
(RPJMN) 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) (AKMS) dalam strategi TB global Organisasi
meningkatnya pengendalian penyakit, (3) Kesehatan Dunia (WHO), pembentukan
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kelompok kerja AKMS pada gerakan STOP TB
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah Partnership, meningkatnya jumlah program
terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) untuk mempromosikan mobilisasi masyarakat
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan TB yang terkena dampak, dan sejumlah besar
universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan program TB nasional yang menerima dana dari
kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Global Fund untuk melakukan kegiatan AKSM
Nasional (SJSN) Kesehatan, (5) terpenuhinya (Waisbord 2007). WHO (2008) telah
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, menguraikan penggunaan AKMS dalam
serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kegiatan pengendalian TB. Advokasi fokus pada
kesehatan. Program Indonesia Sehat para pengambil keputusan atau pemimpin
dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar masyarakat, komunikasi umumnya menargetkan
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

individu atau kelompok di masyarakat, dan (empowerment). Strategi global ini dimaksudkan
mobilisasi sosial bertujuan untuk untuk dalam pelaksanaan program kesehatan di
mendapatkan dukungan dari masyarakat luas masyarakat, adapun langkah yang digunakan
dan komunitas tertentu. Advokasi bertujuan meliputi: (a) melakukan pendekatan atau lobying
untuk meningkatkan sumber daya atau dengan para pembuat keputusan setempat, agar
mendapatkan penerimaan komitmen politik, mereka menerima dan commited dan akhirnya
dukungan kebijakan dan kepemimpinan sosial, bersedia mengeluarkan kebijakan untuk
untuk pengembangan program (Mc Kee et al membuat atau mendukung program tersebut.
200b dalam Mc Kee et al 2004, Notoatmodjo Kegiatan inilah disebut advokasi. (b) melakukan
2007). Schiavo (2014) menggunakan istilah pendekatan dan pelatihan kepada tokoh
advokasi publik (public advocacy) sebagai masyarakat setempat baik tokoh masyarakat
penggunaan strategi komunikasi untuk formal maupun informal. Tujuan kegiatan ini
mempengaruhi perubahan opini publik dan sikap adalah agar para tokoh tersebut mempunyai
sehingga mempengaruhi pembuat kebijakan atau kemampuan seperti yang diharapkan program,
pengambil keputusan dan mempromosikan dan selanjutnya dapat membantu menyebarkan
perubahan perilaku, norma-norma sosial, informasi program atau melakukan penyuluhan
kebijakan, dan alokasi sumber daya untuk kepada masyarakat. Satu hal yang lebih penting
manfaat kelompok masyarakat atau organisasi. adalah agar para tokoh masyarakat berperilaku
Tujuan artikel ini menghasilkan deskriptif positif yang dapat dicontoh oleh masyarakat.
teoritis advokasi, komunikasi, mobilisasi sosial Kegiatan inilah yang disebut dukungan sosial
dan uraian penelitian yang relevan dengan (social support). (c) selanjutnya petugas
advokasi, kmunikasi dan mobilisasi sosial kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat
(AKMS). melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,
konseling dan sebagianya melalui berbagai
METODOLOGI PENELITIAN kesempatan dan media. Tujuan kegiatan ini
antara lain meningkatkan pengetahuan, sikap,
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat atau
literature (desk study) yaitu dengan cara dengan istilah lain, memampukan atau
mengumpulkan document dan literatur-literatur memberdayakan masyarakat dalam kesehatan.
yang relevan dengan topic artikel. Kegiatan ini juga disebut pemberdayaan atau
empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan (approaches) terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
Konsep Advokasi, Komunikasi dan keberhasilan suatu program. Berangkat dari
Mobilisasi Sosial pengertian tersebut, maka yang menjadi sasaran
Notoatmodjo (2012) menguraikan advokasi atau target advokasi adalah para pemimpin suatu
dimulai dari aspek historis, definisi, prinsip- organisasi atau institusi kerja baik dilingkungan
prinsip advokasi, kegiatan-kegiatan dan pemerintah maupun swasta serta organisasi
indikator keberhasilan advokasi dalam program kemasyarakatan. Aspek komunikasi, advokasi
kesehatan. Istilah advokasi (advocay) digunakan adalah salah satu komunikasi personal,
dalam program kesehatan masyarakat pertama interpersonal, maupun massa yang ditujukan
kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah bagi para penentu kebijakan (policy makers)
satu strategi global promosi kesehatan. WHO pada semua tingkat dan tatanan sosial. Secara
merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi operasional, Notoatmodjo (2012) mengutip
misi promosi kesehatan secara efektif definisi advokasi yang di gunakan WHO:
menggunakan 3 (tiga) strategi pokok yakni; “advocacy is a combination of
advokasi (advocacy), dukungan sosial (social individual and social action
support) dan pemberdayaan masyarakat designed to gain political
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

commitment, policy support, social masalah kesehatan masyarakat. Demikin


acceptance and system support for pula seberapa jauh mereka
particular health goal or mengalokasikan anggaran pembangunan
program”. Such action by may be baik nasional mupun lokal bagi
taken by and or on be half of pembangunan dibidang kesehatan dan
individual and groups to create hal ini tergantung juga pada cara
living condition which are pandang dan kepedulian (concern)
conducive to healt and the terhadap kesehatan dalam konteks
achievement of healthy life style. pambangunan. Oleh karena itu untuk
Pada negara-negara berkembang meningkatkan komitmen politik
khususnya, strategi advokasi sangat diperlukan terhadap masalah kesehatan tersebut
karena isu kesehatan belum memperoleh diperlukan advokasi. Komitmen politik
perhatian secara proporsional dari sektor-sektor baik eksekutif maupun legislatif dapat
lain diluar kesehatan baik pemerintah maupun diwujudkan antara lain dengan
swasta. Padahal masalah kesehatan ditimbulkan pernyataan-pernyataan, baik secara lisan
oleh dampak pembangunan sektor lain. Untuk maupun tulisan mengenai dukungan
meningkatkan perhatian dan komitmen pembuat atau persetujuan terhadap isu-isu
keputusan dari sektor-sektor diluar kesehatan kesehatan.
tersebut, maka diperlukan advokasi. 2) Dukungan Kebijakan (Policy Support)
Berangkat dari uraian pengertian adalah dukungan konkrit yang diberikan
advokasi tersebut diatas, Notoadmodjo oleh para pimpinan institusi di semua
berpendapat bahwa advokasi mempunyai tingkat dan sektor yang terkait
dimensi yang luas dan komprehensif. Advokasi pembangunan kesehatan. Dukungan
bukan sekedar melakukan lobi-lobi politik tetapi politik tidak akan berarti tanpa
mencakup kegiatan persuasif, memberikan perwujudan konkrit kebijakan. Setelah
semangat, dan bahkan sampai memberikan adanya komitmen politik maka perlu
tekanan kepada para pemimpin institusi. ditindaklanjuti dengan advokasi lagi
Advokasi tidak hanya dilakukan oleh individu agar dikeluarkan kebijakan yang
tetapi juga oleh kelompok atau organisasi konkrit. Dukungan kebijakan dapat
maupun masyarakat. Tujuan utama advokasi berupa undang-undang, peraturan
adalah to encourage publicies that are pemerintah atau peraturan daerah, surat
supportive to health. Sehingga dapat keputusan pimpinan institusi baik
disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi pemerintah maupun swasta dan
antara antara pendekatan atau kegiatan individu sebagainya.
dan sosial, untuk memperoleh komitmen politik, 3) Dukungan Masyarakat (Social
dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan Acceptance) adalah kegiatan penerimaan
adanya sistem yang mendukung terhadap suatu suatu program oleh masyarakat. Apabila
program atau kegiatan. suatu program kesehatan telah
Aspek Prinsip-Prinsip dan Tujuan, mendapatkan komitmen dan dukungan
Notoatmodjo (2012) menguraikan pentingnya kebijakan maka langkah selanjutnya
tujuan dan kegiatan-kegiatan advokasi dibidang adalah mensosialisasikan program
kesehatan. Berangkat dari batasan advokasi tersebut untuk memperoleh dukungan
sebagaimana diuraikan diatas, adapun tujuan masyarakat.
advokasi yakni: political comitment, policy 4) Dukungan Sistem (System Support)
support, social acceptance and sytem support. adalah dukungan sistem, mekanisme,
1) Komitmen Politik (Political Comitment) atau prosedur kerja yang jelas terhadap
dapat dilihat pada sejauhmana suatu program kesehatan agar berjalan
pemahaman pemerintah baik eksekutif dengan baik.
maupun legislatif terhadap masalah-
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

Sasaran utama advokasi adalah para akhirnya diharapkan akan diperoleh


pembuat atau penentu kebijakan (policy makers) komitmen dan dukungan terhadap
dan para pembuat keputusan (decision makers) program yang akan dilaksanakan
pada masing-masing tingkatan administrasi tersebut.
pemerintah dengan maksud agar menyadari 3) Advokasi Media (Media Advocacy)
bahwa kesehatan merupakan aset sosial, politik, adalah melakukan kegiatan advokasi
ekonomi dan sebagainya. Secara nasional, tujuan dengan menggunakan media. Melalui
advokasi kesehatan adalah meningkatkan media (cetak, elektronik) permasalahan
perhatian publik terhadap kesehatan, dan kesehatan disajikan baik dalam bentuk
meningkatkan alokasi sumber daya untuk lisan, artikel, berita, diskusi,
kesehatan. Secara lokal, advokasi kesehatan penyampaian pendapat dan sebaginya.
dapat dilakukan terhadap para pejabat Aspek indikator hasil advokasi, dapat
pemerintahan daerah. Tujuan utama adovokasi dilihat pada kegiatan input, proses dan output
pada tingkatan lokal adalah agar program sebuah kegiatan advokasi.
kesehatan memperoleh prioritas yang tinggi a) Input untuk kegiatan advokasi yang
dalam pembangunan daerah, dapat dilihat pada paling utama adalah orang (man) yang
alokasi sumber daya terutama anggaran akan melakukan advokasi dan bahan-
kesehatan, dalam hal pengembangan bahan (material) yakni data atau
sumberdaya manusia atau petugas kesehatan informasi yang membantu atau
seperti pelatihan dan pendidikan lanjut. mendukung argumen dakam advokasi.
Advokasi bukan hanya ditujukan kepada b) Proses adalah kegiatan untuk melakukan
para pembuat keputusan pemerintah saja, namun advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses
juga dilakukan kepada pemimpin sektor swasta, advokasi harus sesuai dengan bentuk
atau pengusaha, dan para pemimpin Lembaga kegiatan advokasi tersebut.
Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan kata lain c) Output atau keluaran advokasi sektor
advokasi juga digunakan untuk menjalin kesehatan dapat diklasifikasikan dalam
kemitraan (patnership) dengan para pengusaha dua bentuk yakni: output dalam bentuk
(bisnis) dan LSM. Tujuan utama advokasi pada perangkat lunak (soft ware) dan output
sasaran ini adalah terbentuknya kemitraan antara dalam bentuk perangkat keras
sektor kesehatan dengan pengusaha dan LSM (hardware). Indikator output dalam
dan diharapkan adanya dukungan kepada bentuk perangkat lunak adalah
program kesehatan baik berupa dana, sarana dan peraturan-peraturan atau undang-undang
prasarana maupun bantuan teknis lainnya. Pada sebagai bentuk kebijakan dari komitmen
aspek kegiatan-kegiatan advokasi, dapat dilihat politik terhadap program-program
pada bentuk-bentuk advokasi yang dilakukan kesehatan. Sedangkan indikator output
antara lain: dalam bentuk perangkat keras antara
1) Lobi Poltik (Political Lobying) adalah lain; (a) meningkatnya dana atau
kegiatan berbincang-bincang secara anggaran untuk pembangunan
informal dengan para pejabat untuk kesehatan, (b) tersedianya fasilitas atau
menginformasikan dan membahas sarana pelayanan kesehatan seperti
masalah dan program kesehatan yang rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan
akan dilaksanakan. sebagainya, (c) tersedianya sarana dan
2) Seminar dan atau Presentasi adalah prasarana kesehatan misalnya air bersih,
proses kegiatan petugas kesehatan jamban keluarga, atau jamban umum,
menyajikan masalah kesehatan di tempat sampah dan sebagainya, (d)
wilayah kerjanya, lengkap dengan data dilengkapinya peralatan kesehatan,
dan ilustrasi yang menarik serta rencana seperti laboratorium, peralatan
program pemecahannya. Masalah pemeriksaan fisik dan sebagainya.
tersebut dibahas bersama-sama yang
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengendalian TB. Kegiatan AKMS membuat


(2008) menguraikan penggunaan Advokasi, komitmen sosial yang lebih besar dan
Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS) mendukung perubahan perilaku dalam rangka
dalam kegiatan pengendalian Tuberculosis (TB). untuk memastikan akses terhadap pengobatan
AKMS merupakan tiga kelompok yang memiliki dan perawatan untuk semua, terutama yang
kegiatan berbeda, semuanya memiliki tujuan miskin, rentan dan yang sulit dijangkau.
bersama untuk membawa perubahan perilaku. Misalnya, kegiatan advokasi yang berkontribusi
Perbedaannya terutama pada target khalayak. terhadap tujuan pengendalian TB mungkin
Advokasi fokus terutama pada para pengambil termasuk mendidik para pemimpin agama dan
keputusan atau pemimpin masyarakat, perwakilan politik, reformasi undang-undang
komunikasi umumnya menargetkan individu atau kebijakan, atau mempengaruhi media massa
atau kelompok di masyarakat, dan mobilisasi melalui penyebaran paket media dan pelatihan
sosial bertujuan untuk mengamankan dukungan wartawan, dengan tujuan merangsang alokasi
dari masyarakat luas dan spesifik pada sumber daya tambahan difokuskan pada
kelompok tertentu. Jalur antara tiga kategori pengendalian TB.
sering kali kabur, dan intervensi di bawah satu Kegiatan komunikasi termasuk
bidang dapat menguntungkan, mempengaruhi menyebarkan informasi yang akurat dan
atau memfasilitasi proses di bidang lainnya. menghilangkan mitos tentang TB, atau mendidik
WHO kemudian menggambarkan dari dan mendorong orang mengenai TB dan anggota
ketiga istilah AKMS untuk membantu keluarga mereka untuk lebih aktif terlibat dalam
menentukan dan membedakan antara kategori perawatan dan untuk mendukung pendekatan
kegiatan tersebut untuk pengendalian TB komunitas untuk memfasilitasi penyelesaian
meliputi: (a) advokasi bertujuan untuk pengobatan. Mengorganisir kegiatan mobilisasi
mengamankan kebutuhan sumber daya sosial dan partisipasi masyarakat dapat
keuangan dan perubahan kebijakan, pedoman meningkatkan kesadaran TB, mempromosikan
atau prosedur dengan mempengaruhi para perilaku mencari kesehatan, menginspirasi
stakeholders seperti politisi, pengambil dialog, dan meningkatkan kepedulian
keputusan dan termasuk para wartawan. (b) masyarakat dan tindakan untuk pengendalian
komunikasi berupaya untuk meningkatkan TB. Setiap strategi AKMS memiliki fokus pada
kesadaran, mempengaruhi norma-norma sosial, perubahan individu dan sosial untuk memenuhi
menciptakan perubahan perilaku antara empat tantangan pengendalian TB yang penting:
individu-individu yang dipilih atau sub-populasi (1) memobilisasi komitmen politik dan sumber
di masyarakat, dan meningkatkan komunikasi daya untuk masalah TB, (2) meningkatkan
interpersonal dan konseling antara orang-orang deteksi kasus dan pengobatan kepatuhan, (3)
dengan penyakit TB, keluarga mereka dan memerangi stigma, dan (4) memberdayakan
penyedia layanan kesehatan. (c) mobilisasi orang yang terkena TB dan komunitas mereka
sosial bertujuan untuk mengubah norma-norma, (WHO 2008).
meningkatkan layanan, memperluas dukungan Schiavo (2014) menjelaskan advokasi
masyarakat dan memecahkan masalah sosial, dengan menggunakan istilah advokasi publik
seringkali dengan membawa kelompok bersama- (public advocacy). Advokasi publik adalah
sama untuk bertindak di tingkat masyarakat. penggunaan strategi komunikasi untuk
Menurut WHO (2008) manfaat Kegiatan mempengaruhi perubahan opini publik dan sikap
AKSM sebagai alat untuk mencapai tujuan, sehingga mempengaruhi pembuat kebijakan atau
mengatasi hambatan kunci untuk mengakses pengambil keputusan dan mempromosikan
pengendalian TB dan menyelesaikan perubahan perilaku, norma-norma sosial,
pengobatan, dengan demikian mendukung kebijakan, dan alokasi sumber daya untuk
pencapaian tujuan dan sasaran program TB manfaat komunitas, kelompok, populasi, atau
nasional. AKMS juga semakin banyak diakui organisasi. Namun, istilah 'advokasi' memiliki
sebagai komponen strategis penting dari beberapa arti tergantung pada konteks yang
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

digunakan. Secara luas menggambarkan Schiavo (2014) juga menjabarkan istilah


pengaruh kelompok dalam membentuk hasil- community yakni keberagaman sosial meliputi:
hasil sosial dan politik di pemerintah dan etnis, budaya, dan kaitannya dengan geografis,
masyarakat. Komponen fundamental dari upaya misalnya, sekolah, tempat kerja, kota,
advokasi publik adalah penggunaan media lingkungan, organisasi pasien atau kelompok
massa, dan media baru, yang juga disebut profesional maupun asosiasi kawan sebaya.
advokasi media, mencerminkan upaya advokasi Mobilisasi komunitas cenderung berada pada
yang sangat bergantung pada penggunaan penyakit tertentu dan membahas masalah-
strategis dari media massa dan media baru. masalah perilaku yang dapat membantu
Advokasi media terdiri dari strategi advokasi mengurangi morbiditas (kesakitan) dan
publik dan kegiatan yang sangat bergantung mortalitas (kematian) dari kondisi tertentu.
pada penggunaan media massa dan media baru. Namun, ada sejumlah kasus dimana mobilisasi
Mendukung keterlibatan masyarakat dan warga komunitas merupakan komponen dari program
negara dan mobilisasi untuk memajukan inisiatif komunikasi kesehatan yang melengkapi
sosial atau kebijakan. Agar menjadi efektif, intervensi kesehatan masyarakat yang lebih
advokasi publik mengandalkan penggunaan besar, dan bertujuan untuk menjamin atau
strategi sebagian besar pada area komunikasi memperluas akses masyarakat terhadap produk
(termasuk media massa dan media komunikasi layanan kesehatan dan menangani masalah-
baru, mobilisasi masyarakat dan keterlibatan masalah sosial.
warga negara, komunikasi interpersonal, dan Advokasi merupakan proses yang
hubungan konstituen) dan terkait media) berkesinambungan dan adaptif dari kumpulan,
(Schiavo 2007a dalam Schiavo 2014). pengorganisasian, dan perumusan informasi ke
Schiavo (2014) menjelaskan konsep dalam argumen yang akan dikomunikasikan
mobilisasi komunitas (community mobilization) melalui berbagai saluran media dan antarpribadi
dan mobilisasi sosial (social mobilization) dengan maksud untuk meningkatkan sumber
sebagai konsep penting dalam komunikasi daya atau mendapatkan penerimaan komitmen
kesehatan dan keterkaitan kedua konsep kepemimpinan politik dan sosial dan untuk
tersebut. Pada kasus mobilisasi komunitas, pengembangan program, dengan cara demikian
pentingnya komunitas dialog, partisipasi, dan mempersiapkan masyarakat untuk
self-reliance (kepercayaan diri) ditegaskan penerimaannya. Pentingnya advokasi dalam
dalam definisi teori dan praktek pelaksanaannya. aspek kesehatan contohnya pada kasus
Mobilisasi komunitas merupakan proses bottom- HIV/AIDS yakni: melalui advokasi, mencoba
up dan partisipatif, menggunakan beberapa untuk mempengaruhi bangsa, negara, atau
saluran komunikasi, berusaha untuk melibatkan kabupaten untuk memperkuat memerangi
tokoh masyarakat dan masyarakat luas dalam HIV/AIDS melalui perubahan alokasi sumber
menangani masalah kesehatan, menjadi bagian daya, atau kebijakan dan undang-undang seperti
dari langkah-langkah penting untuk perubahan penyediaan anggaran untuk layanan tes HIV
perilaku dan sosial ataupun praktek perilaku yang memadai, ketersediaan kondom di pusat-
dikehendaki. Dampak dari mobilisasi komunitas pusat kesehatan pemerintah, persetujuan usia
lebih besar ketika komunitas yang berbeda legal seksual dan perkawinan. Selain itu,
berinteraksi satu sama lain dan menciptakan advokasi dapat digunakan untuk mempercepat
kekuatan sosial untuk perubahan. Konsep ini pengembangan kebijakan nasional tentang
yang tergabung dalam ide mobilisasi sosial. pencegahan HIV/AIDS, dukungan perawatan,
Mobilisasi sosial adalah proses membawa atau dan mitigasi yang membantu untuk menciptakan
menyatukan bersama-sama masyarakat sebagai lingkungan yang memungkinkan untuk semua
mitra multi sektoral untuk meningkatkan intervensi strategis (Mc Kee et al 2000b dalam
kesadaran, kebutuhan, dan kemajuan untuk Mc Kee et al 2004).
inisiatif tujuan proses dan hasil (Patel 2005 Komunikasi merupakan upaya untuk
dalam Schiavo 2014). menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

mendorong masyarakat umum dan petugas kesehatan kota dan provinsi dan advokasi ke
kesehatan agar bersedia bersama-sama tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kegiatan
menanggulangi penularan TB. Sedangkan komunikasi adalah berupa penyuluhan yang
advokasi merupakan proses membangkitkan dilakukan oleh kader, tokoh agama serta
keinginan masyarakat, secara aktif meneguhkan penyebaran informasi melalui media massa
konsensus dan komitmen sosial diantara meningkatkan penemuan suspek dan
pengambil kebijakan untuk menanggulangi TB kesembuhan pasien. Pelaksanaan mobilisasi
(Amiruddin et al 2014). Mobilisasi sosial berarti sosial berupa kegiatan pada peringatan hari
melibatkan semua unsur masyarakat, sehingga kesehatan dan pelaksanaan monitoring dan
memungkinkan masyarakat untuk melakukan evaluasi. Kelemahan penelitian ini hanya fokus
kegiatan secara kolektif dengan mengumpulkan mengkaji penaggulangan TB melalui kegiatan
sumber daya dan membangun solidaritas untuk AKMS yang dilakukan oleh para staf program
mengatasi masalah bersama. Strategi advokasi, dan kader TB Community TB care Aisyiyah dan
komunikasi dan mobilisasi sosial merupakan hal tidak melakukan kajian pada level pengobatan
yang saling berkaitan (Amiruddin et al 2014). penderita TB.
Rodawwar 2008 dalam Amiruddin et al (2014) Kamineni et al (2011) meneliti
menyimpulkan bahwa di India strategi AKMS advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial
meningkatkan deteksi kasus secara substansial untuk pengendalian TB di India menggunakan
dan membentuk mekanisme sistem rujukan yang metode rapid assessment and response (RAR)
kuat. Kombinasi advokasi, komunikasi dan dengan teknik pengumpulan data melalui
mobilisasi sosial adalah pendekatan yang pendekatan kombinasi antara kegiatan kualitatif,
menjanjikan untuk meningkatkan deteksi kasus termasuk wawancara semi-terstruktur dan
TB. diskusi kelompok terfokus dengan pengumpulan
data empiris dan studi pustaka (desk research).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penelitian Terkait Advokasi, Komunikasi dan keterlibatan Non Goverment Organisation
Mobilisasi Sosial (NGO) sebagai alat penghubung, dibarengi
Turk et al 2013 meneliti kegiatan advokasi, dengan peningkatan pelatihan dan keterlibatan
komunikasi dan mobilisasi sosial terkait TB di tenaga kesehatan dan kelompok masyarakat,
Pakistan. Hasil penelitian menunjukkan, secara penyebaran sumber daya berbasis masyarakat,
umum, kasus terkait tidak sadar komunitas dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan
media memiliki pemahaman yang lebih rendah kesadaran dan pengetahuan tentang TB di distrik
tentang TB dan pengobatannya, sementara sadar yang ditargetkan. Kegiatan Program juga
akan kegiatan ACSM adalah tertinggi di antara memberikan kontribusi terhadap peningkatan
responden terpelajar dan yang tinggal di pekerja kesehatan dan efektivitas masyarakat
perkotaan Pakistan. Namun, sadar akan kegiatan untuk meningkatkan agenda TB, literasi TB dan
ACSM terkait TB masih kurang optimal untuk kepatuhan pengobatan. Keterlibatan pasien
segmen tertentu, termasuk penduduk pedesaan berhasil diobati juga membantu dalam
dan mereka yang pendidikan rendah (buta mengurangi stigma masyarakat dan diskriminasi.
huruf). Sumber informasi TB yang disukai juga Budiman (2012) dengan fokus kajian
ditemukan bervariasi berdasarkan jenis kelamin, mengetahui pelaksanaan advokasi, komunikasi
lokasi geografis, dan kemampuan baca dan mobilisasi sosial (AKMS) dalam
(literacy). Amiruddin et al (2014) meneliti pengendalian TB di Kota Padang menggunakan
implementasi strategi AKMS dalam metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
penanggulangan TB paru oleh ‘program data melalui wawancara mendalam, diskusi
Community TB care Aisyiyah Muhammadiyah kelompok terarah, dan telaah dokumen. Hasil
di Kota Makassar. Hasil penelitian ini penelitian menunjukkan, pelaksanaan strategi
menunjukan bahwa, kegiatan advokasi yang komunikasi belum mengacu kepada rencana aksi
dilakukan berupa pertemuan rutin dengan dinas nasional AKMS seperti: belum terlaksananya
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

kegiatan pengembangan media promosi Advokasi adalah sebuah pendekatan


pengendalian TB, belum dilakukan kampanye mengamankan kebutuhan sumber daya ekonomi
TB melalui media massa baik media cetak dan perubahan kebijakan, pedoman atau
maupun media elektronik, belum terlaksananya prosedur dengan mempengaruhi para
pelatihan konseling dan komunikasi stakeholders seperti politisi, pengambil
interpersonal bagi petugas kesehatan keputusan dan termasuk para wartawan.
dipuskesmas dan kader. Ullah et al (2006) Komunikasi adalah upaya untuk meningkatkan
meneliti kolaborasi pemerintah dan Organisasi kesadaran, mempengaruhi norma-norma sosial,
Non-Pemerintah (NGO) mengenai perawatan menciptakan perubahan perilaku individu atau
kesehatan, yang menggunakan strategi DOTS suatu komunitas masyarakat yang dipilih melalui
(directly observed treatment short course) untuk saluran komunikasi baik interpersonal
pengendalian TB di Bangladesh. Hasil penelitian (konseling), media massa maupun internet
menunjukkan bahwa kolaborasi pemerintah dan termasuk media sosial. Mobilisasi sosial adalah
NGO adalah cara yang efektif untuk upaya menghimpun dukungan sosial yang
meningkatkan akses dan kualitas layanan terkait bertujuan mengubah norma-norma,
TB dan kesehatan lainnya. Kerjasama meningkatkan layanan, memperluas dukungan
pemerintah dengan NGO dalam pemberian masyarakat dan memecahkan masalah sosial.
layanan TB telah meningkatkan penemuan Kegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi
kasus, keberhasilan pengobatan, pengawasan sosial merupakan hal yang saling berkaitan.
dan partisipasi masyarakat. Kolaborasi antara
pemerintah dengan NGO adalah kunci sukses
program pengendalian TB di Bangladesh. DAFTAR PUSTAKA
Kekuatan penelitian, menggunakan model
pendekatan kolaborasi untuk mengkaji program
pengendalian TB. Amiruddin F, Ibnu FI, Rahman AM. 2014.
Penelitian Syara et al (2014) yang Implementasi Strategi AKMS dalam
menemukan bahwa Community TB Care Penanggulangan TB Paru Oleh
‘Aisyiyah KPT Jakarta Barat berhasil ‘Aisyiyah Muhammdiyah di Kota
memperoleh dukungan pemimpin politik dan Makassar. Makassar (ID): Promosi
sosial di kota, kecamatan ataupun desa. Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM
Dukungan tersebut menjadi dasar mobilisasi Unhas Makassar. [Internet]. [diunduh
sosial yang menghasilkan partisipasi warga pada 20 Juni 2016]. Tersedia pada:
kelompok untuk menyumbangkan pengobatan repository.unhas.ac.id
kepada penderita dari kalangan miskin. Budiman, H. (2012). Analisis Pelaksanaan
Penelitian Maoulina et al (2018) tentang Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi
implementasi advokasi yang dilakukan oleh Sosial dalam Pengendalian Tuberkulosis
Pemerintah (Dinas Kesehatan) di kabupaten di Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun
Musi Rawas Utara Tahun 2016 menemukan 2011. Jurnal. Prodi IKM Pascsarjana
bahwa implentasi advokasi belum terlaksana Universitas Andalas. Padang.
sesuai pedoman AKMS seperti belum adanya Kamineni VV, Turk T, Wilson N, Satyanarayana
advokasi kepada pemangku kebijakan. Hal ini S, Chauhan SL. 2011. A rapid
disebabkan oleh masih kurangnya alokasi assessment and response approach to
anggaran penanggulan TB. review and enhance Advocacy,
Communication and Social Mobilisation
for Tuberculosis control in Odisha state,
India. BMC Public Health, 11:463
KESIMPULAN DAN SARAN
Kementrian Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Jurnal PERSPEKTIF Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol 1. No. 3 Juni 2018

Penyelenggaraan Program Indonesia Development. Tersedia Pada:


Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. https://sustainabledevelopment.un.org/
Jakarta (ID): Kemenkes RI. Waisbord S. 2007. Beyond the medical-
McKee N, Bertrand TJ, Benton BA. 2004. informational model: Recasting the role
Strategic Communication in the HIV/A of communication in tuberculosis
IDS Epidemic. SAGE Publications control. Social Science & Medicine 65,
SAGE Publications New Delhi l 2130–2134.
Thousand Oaks l London. World Health Organization. 2017. Global
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Tuberculosis Report 2017.
Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi Jakarta World Health Organization. 2015. Global
(ID): Rineka Cipta. Tuberculosis Report 2015. WHO
Moulina TE , Yuwono, Taqwa R. 2016. Studi Library Cataloguing in Publication Data
kualitatif implementasi advokasi, _____. 2008. Advocacy, communication and
komunikasi dan mobilisasi sosial dalam social mobilization for TB control: a
pengendalian tuberkulosis paru di guide to developing knowledge, attitude
Kabupaten Musi Rawas Utara tahun and practice surveys. WHO Library
2016 JKK, Volume 5, No 1, 38-48. Cataloguing in Publication Data.
Sarvaes J. 2016. How ‘sustainable’ is
development communication research?
The International Communication
Gazette 0(0) 1–10.
Schiavo R. 2014. Health Communication From
Theory To Practice Second Edition. San
Francisco: Jossey-Bass AWiley.
Syarah MM, Sarwoprasodjo S, Lumintang
W.E.R. 2014. Peran Komunikasi
Kesehatan pada Kalangan Masyarakat
Miskin. Makara Hubs-Asia, 18(2): 149-
158.
Turk T, Newton JF, Netwon DJ, Naureen F,
Bokhari J. 2013. Evaluating the efficacy
of tuberculosis Advocacy,
Communication and Social Mobilization
(ACSM) activities in Pakistan: a cross-
sectional study. BMC Public Health
13:887
Ullah ZNA, Newell NJ, Ahmed UJ, Hyder
MKA, Islam A. 2006. Government–Ngo
Collaboration: The Case Of
Tuberculosis Control In Banglades.
Health Policy Plan 21 (2): 143-155.
DOI:
https://doi.org/10.1093/heapol/czj014
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Tersedia Pada: www.hukumonline.com
United Nations. Transforming Our World: The
2030 Agenda For Sustainable

Anda mungkin juga menyukai