• Menurut Sunaryati Hartono, Hukum dalam pembangunan mempunyai 4 fungsi, antara lain :
- Hukum sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan
- Hukum sebagai sarana pembangunan
- Hukum sebagai sarana penegak keadilan
- Hukum sebagai pendidikan masyarakat
• Menurut Syachran Basah, fungsi hukum antara lain Direktif, Integratif, Perspektif, dan Korektif. Fungsi
Direktif, yaitu sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai
sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara
• Pemerintahan yang merupakan bagian dari organisasi negara menjalankan kegiatannya dalam rangka
mencapai tujuan negara dengan menjadi Hukum Administrasi Negara sebagai aturan kegiatan
pemerintahan dan memfungsikannya sebagai pengarah pencapaian tujuan
PENGERTIAN DAN KONSEP PERENCANAAN
• Rencana adalah suatu (keseluruhan peraturan yang bersangkut paut dengan sepenuhnya
terwujud dengan suatu keadaan tertentu yang teratur) tindakan yang berhubungan secara
menyeluruh yang memperjuangkan dapat terselenggaranya suatu keadaan yang teratur secara
tertentu.
• Konsep perencanaan dalam arti luas didefinisikan sebagai persiapan dan pelaksanaan yang
sistematis dan terkoordinasi mengenai keputusan-keputusan kebijakan yang didasarkan pada
suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan-tujuan dan cara-cara pelaksanaannya.
• Perencanaan terdiri dari prognoses (estimasi yang akan terjadi), beleidsvoornemens (rancangan
kebijakan yang akan ditempuh), voorzieningen (perlengkapan persiapan), afspraken (perjanjian
lisan), beschikkingen (ketetapan-ketetapan), dan regelingen (peraturan-peraturan).
KATEGORI DAN SIFAT PERENCANAAN
• Rencana berhubungan dengan stelsel perizinan, sebagai contoh perizinan mendirikan bangunan
dapat ditolak apabila bertentangan dengan rencana peruntukannya.
• Salah satu rencana yang terkenal dalam hukum administrasi negara adalah rencana peruntukan
yang terdiri dari peta perencanaan, peraturan dengan pemanfaatan.
• Contoh lain Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, sudah seharusnya warga kota untuk
membangun bangunan tidak menyimpang dari pola gambar petunjuk peta-peta pengukuran dan
petunjuk rencana-rencana detail perkotaan sehingga subjek hukum baik perorangan maupun
badan hukum perdata tidak diperkenankan atau diberikan izin untuk mendirikan bangunan atau
menggunakan tanahnya jika tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan peruntukannya dalam
rencana tata ruang atau tata guna tanah. Hal ini berarti bahwa ada relasi antara rencana (dalam hal
ini RTRW) dengan perizinan.
LANJUTAN
• Sejalan dengan hal tersebut di atas, Ketetapan MPR No. II/MPR RI/1993 Tentang GBHN, dalam salah satu
ketentuannya mengenai Asas Pembangunan Nasional yang pada intinya menyebutkan “Bahwa segala usaha
dan kegiatan pembangunan nasional memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan pribadi warga negara serta mengutamakan kelestarian
nilai-nilai luhur budaya bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka pembangunan yang
berkesinambungan dan berkelanjutan”.
• Dari penjelasan tersebut di atas jelas bahwa penguasaan negara atas bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
warga negara guna menuju tatanan masyarakat yang adil dan makmur dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup sehingga pemanfaatannya dapat dilanjutkan oleh generasi yang akan datang.
• Oleh sebab itu pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam tanpa meninggalkan aspek pelestarian
lingkungan hidup tersebut dikatakan sebagai pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup.
LANJUTAN
• Penataan ruang sebenarnya mulai muncul sejak adanya Ketetapan MPR No. II Tahun
1988 Tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang dalam hal ini disejajarkan dengan
persoalan Tata Guna Tanah.
• Berdasarkan Ketetapan MPR tersebut baru dibentuklah Undang-Undang Nomor 24
Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.
PENATAAN RUANG
• Tata Ruang dalam arti luas adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik
direncanakan ataupun tidak.
• Ruang sendiri adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang udara
sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
• Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan ruang yang
meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi, sebagai
tempat manusia dan makhluk lain hidup, pada dasarnya ketersediannya tidak terbatas.
TUJUAN PENATAAN RUANG
• Mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
• Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
• Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia.
• Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
• Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berlandaskan wawasan nusantara.
• Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya.
• Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan
sejahtera secara berkelanjutan.
LANJUTAN
• Mewujudkan perlindungan fungsi ruang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
• Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna,
berhasil guna dan tepat guna.
• Mengurangi perbenturan lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
• Penataan ruang yang meliputi pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestarian ruang negara baik itu
ruang daratan, ruang lautan maupun ruang udara merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka menuju tatanan
kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 (merupakan Konsep Negara Hukum Kesejahteraan).
PENATAAN RUANG SEBAGAI OBJEK HAN
• Objek Hukum Administrasi Negara dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang, antara lain yang menyangkut:
- Ruang lingkup penataan ruang
- Hak, wewenang, dan pembinaan penataan ruang
- Kelembagaan dari penataan ruang
• Ketiga hal tersebut dikatakan sebagai objek HAN karena penataan ruang meliputi berbagai
aspek kegiatan seperti perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian yang dilakukan oleh
organ-organ Administrasi Negara maupun oleh masyarakat (warga negara) yang dengan
sendirinya menimbulkan hak dan kewajiban. Dan pada hakikatnya bidang pekerjaan HAN
hanya mengenai hal-hal yang teknis.
LANJUTAN
• Persediaan Tanah adalah hasil penilaian terhadap suatu areal bidang tanah, mengenai
kemungkinan peruntukan dan penggunaannya dalam memenuhi kebutuhan
pembangunan. Hasil penilaian terhadap suatu areal atau bidang tanah tersebut akan dapat
dipergunakan untuk menetapkan intensitas penggunaan tanah, agar tanah tidak rusak dan
bisa menopang kehidupan di bumi ini secara berkelanjutan.
• Peruntukan tanah adalah keputusan terhadap suatu bidang tanah guna dimanfaatkan bagi
tujuan penggunaan tertentu. Tujuan keputusan tersebut untuk mengarahkan lokasi dan
perkembangan kegiatan pembangunan untuk jangka waktu panjang, sehingga tercapai
tata letak yang seimbang dan serasi yang akan memberikan hasil yang optimal.
LANJUTAN
• Peruntukan tanah sebagai produk kerja para rencana masih berupa rancangan yang berisi:
- Alternatif paket kegiatan pembangunan jangka panjang yang menyangkut berbagai
bidang lengkap dengan deskripsi tahap-tahap pelaksanaannya dan akibat-akibat negatif
dan positifnya yang mungkin terjadi serta dampaknya secara total terhadap peningkatan
pendapatan, pemerataan, dan kesempatan kerja.
- Daftar kebijakan sektoral yang diusulkan.
- Peta peruntukan tanah yang menyatakan pengarahan lokasi dan paket kegiatan
pembangunan jangka panjang.
MAKSUD DAN TUJUAN PENGGUNAAN TANAH
• Terwujudnya tertib penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah serta lingkungan
hidup
• Terarahnya peruntukan tanah sesuai rencana tata ruang wilayah dan adanya kepastian
penggunaan tanah bagi setiap orang dan badan hukum yang mempunyai hubungan
hukum dengan tanah
• Terarahnya penyediaan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah
PENATAGUNAAN TANAH DALAM PERSPEKTIF
HUKUM AGRARIA
• Program Pertama: Pelaksanaan Pembaruan Hukum Agraria Melalui Unifikasi Hukum yang Berkonsepsi
Nasional dan Pemberian Jaminan Kepastian Hukum.
• Program Kedua: Penghapusan Terhadap Segala Macam Hak-hak Asing dan Konsesi-konsesi Kolonial atas
Tanah.
• Program Ketiga: Diakhirinya Kekuasaan Para Tuan Tanah dan Para Feodal atas Tanah yang Telah Banyak
Melakukan Pemerasan Terhadap Rakyat Melalui Penguasaan Tanah secara Berangsur-angsur.
• Program Keempat: Perombakan Mengenai Pemilikan dan Penguasaan Tanah Serta Berbagai Hubungan-
hubungan Hukum yang Berkaitan dengan Pengusahaan atas Tanah dalam Mewujudkan Pemerataan
Kemakmuran dan Keadilan.
• Program Kelima: Perencanaan Persediaan, Peruntukan Bumi, Air dan Kekayaan Alam yang Terkandung Di
Dalamnya Serta Penggunaannya Secara Terencana Sesuai dengan Daya Dukung dan Kemampuannya
PROGRAM PERTAMA
• Pelaksanaan pembaruan Hukum Agraria, antara lain dilakukan dengan cara mencabut dengan tegas
peraturan agraria jaman kolonial termasuk Buku II BW sepanjang mengatur bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Dan mewujudkan unifikasi hukum di bidang agraria berdasarkan hukum
adat.
• Ketentuan-ketentuan dalam UUPA yang menyatakan Hukum Agraria Nasional berdasarkan hukum adat,
antara lain:
- Konsiderans “berpendapat huruf a” UUPA
- Pasal 5 UUPA
- Penjelasan umum angka I/III UUPA
- Penjelasan Pasal 5 UUPA
- Penjelasan Pasal 16 UUPA
LANJUTAN
• Penyempurnaan hukum adat di bidang agraria demi memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional, antara
lain:
- Ketentuannya semula tidak tertulis, setelah berlakunya UUPA diusahakan sebisa mungkin dalam bentuk tertulis
agar terwujudnya kepastian hukum.
- Diciptakan lembaga hak perorangan yang semula belum dikenal, yaitu hak atas tanah yang penamaannya sesuai
dengan peruntukan tanahnya, yakni HGB dan HGU.
- Hak jaminan atas tanah (yang semula tidak dikenal dalam hukum adat), yaitu Hak Tanggungan.
- Untuk kepastian hak, maka diusahakan tanda buktinya tertulis, maka dari itu dilaksanakannya pendaftaran tanah.
- Disusun rencana tata guna tanah/ruang dalam rangka penatagunaan tanah agar pemanfaatan tanah memperoleh
hasil yang optimal.
PROGRAM KEDUA
• Pada program kedua ini, dilaksanakannya ketentuan konversi (diktum kedua Pasal I sampai dengan
Pasal IX konversi UUPA) karena konversi tidak hanya mengubah hak-hak atas tanah lama menjadi
salah satu hak yang dikenal dalam hukum tanah nasional, namun juga melikuidasi hak-hak asing
atas tanah.
• Konversi dilakukan dengan memerhatikan:
- Isi/kewenangan hak yang lama (hampir sama dengan hak apa yang ada di UUPA, misalnya hak
eigendom hampir sama dengan hak milik sehingga kemungkinan dapat dikonversi menjadi hak
milik).
- Siapa pemegang haknya (status subjeknya, misalnya WNI, badan hukum, dan seterusnya).
Sehingga status hukum subjek menentukan status tanah yang boleh dipunyai dan menentukan
kelangsungan hak atas tanahnya.
PROGRAM KETIGA
• Mengakhiri feodalisme dalam hal ini kekuasaan pada tuan tanah secara berangsur-angsur.
Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang
Penghapusan Tanah Partikelir.
PROGRAM KEEMPAT
• Program keempat dikenal dengan nama Landreform. Dalam hal ini Landreform dilaksanakan melalui
6 (enam) program Landreform, antara lain: (dalam Pasal 7, 10 Ayat (1), Pasal 17 (penerapannya pada
UU No. 56 Prp 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian), dan Pasal 53 UUPA)
- Pembatasan luas maksimum penguasaan tanah
- Larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee
- Redistribusi tanah pertanian
- Pengaturan pengembalian tanah pertanian yang digadaikan
- Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian
- Penetapan luas minimum dan larangan untuk melakukan perbuatan hukum yang mengakibatkan
pemecahan tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang kecil
PROGRAM KELIMA
• Program kelima ini berkaitan dengan perencanaan/penatagunaan tanah. Pasal-pasal dalam UUPA
yang terkait mengatur penatagunaan tanah/ruang, antara lain:
- Pasal 2 UUPA (negara sebagai organisasi kekuasaan rakyat antara lain berwenang mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan penggunaan tanah)
- Pasal 6 UUPA
- Pasal 14 UUPA
- Pasal 15 UUPA
• Pada prinsipnya semua program Reforma Agraria termasuk penatagunaan tanah/ruang merupakan
upaya dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan politik agraria nasional sesuai Pasal 33 Ayat (3)
UUD 1945, yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Filsafat Pancasila.