PENGERTIAN KONSOLIDASI TANAH • Pengertian konsolidasi tanah adalah suatu metode pembangunan yang merupakan salah satu kebijaksanaan pengaturan penguasaan tanah, penyesuaian penggunaan tanah dengan Rencana Tata Guna Tanah/Tata Ruang dan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan serta kualitas lingkungan hidup/pemeliharaan sumber daya alam. PERATURAN KONSOLIDASI TANAH • Dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi Tanah menyatakan sebagai berikut: - Konsolidasi Tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dengan mewujudkan suatu tatanan penguasaan serta penggunaan tanah yang tertib dan teratur. - Partisipasi aktif masyarakat berwujud kesepakatan para pemegang hak atas tanah dan/atau penggarap tanah. Negara yang menjadi objek konsolidasi tanah, yang menjadi Peserta Konsolidasi Tanah (PKT) untuk melepaskan hak atas tanah dan penguasaan fisik atas tanah-tanah yang bersangkutan yang sebagian ditata kembali menjadi satuan-satuan baru yang akan dikembalikan kepada masyarakat dan sebagian lain merupakan sumbangan untuk pembangunan prasarana jalan dan fasilitas-fasilitas lain serta pembiayaan pelaksanaan konsolidasi tanah. - Pemberian Hak atas satuan-satuan tanah baru tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan pemberian keringanan-keringanan tertentu bagi para Peserta Konsolidasi Tanah mengenai kewajiban-kewajiban finansialnya. PRINSIP KONSOLIDASI TANAH • Prinsip Konsolidasi Tanah -Kegiatan konsolidasi tanah membiayai dirinya sendiri -Adanya “land polling” yang juga merupakan ciri khas konsolidasi tanah -Hak atas tanah sebelum dan sesudah konsolidasi tidak berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah -Konsolidasi tanah melibatkan peran serta secara aktif para pemilik tanah -Tanah yang diberikan kembali kepada pemilik mempunyai nilai lebih tinggi daripada sebelum konsolidasi tanah • Konsolidasi Tanah meliputi kegiatan penataan kembali bidang-bidang tanah termasuk haknya sehingga menjadi yang diperlukan dengan melibatkan partisipasi para pemilik tanah secara langsung, macam-macamnya antara lain: -Konsolidasi tanah perkotaan adalah menata persil-persil yang bentuknya tidak beraturan dalam lingkungan pemukiman atau yang direncanakan untuk pemukiman sehingga menjadi persil-persil teratur dan tertib yang semuanya menghadap jalan/rencana jalan dan dilengkapi dengan penyelesaian tanah untuk sarana umum yang diperlukan sesuai dengan rencana umum tata ruang kota/rencana teknik tata ruang kota yang bersangkutan. LANJUTAN -Konsolidasi tanah pertanian adalah menata kembali bentuk-bentuk pemilikan tanah pertanian menjadi teratur sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam penguasaan dan penggunaan tanah, dilengkapi dengan penyediaan tanah untuk prasarana jalan, saluran irigasi dan fasilitas umum lainnya, sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah yang bersangkutan • Kemudian kebutuhan untuk kepentingan prasarana umum di lokasi konsolidasi tanah dan biaya pelaksanaan pada prinsipnya ditanggung oleh pemilik tanah. • Pengaturan bentuk-bentuk tanah yang semula terpecah-pecah dan tidak teratur menjadi bidang tanah yang teratur, baik bentuk maupun tata letaknya, dilakukan dengan cara: -Penggeseran letak -Penggabungan -Pemecahan -Penukaran -Penataan letak -Penghapusan letak TUJUAN KONSOLIDASI TANAH • Pada pokoknya konsolidasi tanah bertujuan menyediakan tanah untuk kepentingan pembangunan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta memberikan pemanfaatan tanah yang optimal. • Dengan tercapainya tujuan tersebut di atas, beberapa manfaat yang dapat dicapai adalah sebagai berikut: -Kebutuhan akan adanya lingkungan pemukiman atau areal pertanian dapat terpenuhi -Membantu mempercepat laju pembangunan pemukiman atau pembangunan daerah pertanian -Pemerataan hasil-hasil pembangunan yang langsung dinikmati oleh pemilik tanah -Menghindari akses-akses yang sering timbul dalam hal penyediaan tanah secara konvensional -Konsolidasi tanah merupakan manifestasi prinsip gotong-royong dan penerapan dari Pasal 6 UUPA tentang fungsi sosial hak atas tanah LANJUTAN -Rakyat pemilik tanah dapat menikmati secara langsung keuntungan-keuntungan akibat konsolidasi, baik kenaikan harga tanah ataupun kenikmatan lainnya karena terciptanya lingkungan yang teratur. -Bagi pemerintah sendiri. Disamping dapat merealisasikan rencana umum tata ruang kota atau tata ruang daerah, sekaligus dapat menertibkan administrasi pemilikan tanah, menghemat pengeluaran biaya pembangunan dan bahkan terbuka kemungkinan peningkatan pemasukan keuangan daerah melalui PBB. - Lebih jauh menempatkan rakyat sebagai subjek dalam pembangunan. • Sasaran konsolidasi tanah adalah terwujudnya penguasaan dan penggunaan tanah yang tertib dan teratur sesuai kemampuan dan fungsinya dalam rangka tata tertib pertanahan. SASARAN PEMILIHAN LOKASI • Perkotaan Pemilihan lokasi berkaitan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) dan prioritas pembangunan kota dengan memerhatikan kondisi lingkungan serta kemampuan dan keinginan para pemilik tanah untuk membangun dengan skala prioritas, antara lain: - Wilayah yang padat pemukiman - Wilayah pemukiman yang tumbuh pesat yang diperkirakan segera berkembang secara alami sehingga dikhawatirkan terdapat berbagai masalah di kemudian hari bila tidak segera ditata - wilayah yang sudah mulai tumbuh dan direncanakan menjadi daerah pemukiman tertentu -Wilayah yang direncanakan menjadi kota/daerah pemukiman baru -Wilayah yang relatif kosong/sedikit bangunannya (wilayah kota bagian pinggir) yang diperkirakan akan berkembang sebagai daerah pemukiman -Wilayah kota bagian pinggir yang telah ada jalan penghubung ke jalan utama LANJUTAN • Pedesaan Pemilihan lokasi dikaitkan dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) dan program pembangunan pertanian dengan memerhatikan kondisi penguasaan atau pemilikan serta penggunaan tanah dengan skala prioritas sebagai berikut: -Wilayah yang dibentuk dan kondisi pemilikan tanahnya belum efisien dan mempunyai potensi besar sebagai wilayah pertanian -Lokasi yang terkait dan dapat dikaitkan dengan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta, contoh: pembangunan bendungan atau irigasi, percetakan sawah baru, pembangunan jalan -Wilayah yang bentuk dan kondisi pemilikan tanahnya belum efisien • Perlu diingat bahwa lokasi konsolidasi tanah harus mendapat penetapan dari Bupati atau Walikota Kepala Daerah Tingkat II setempat. ASPEK KONSOLIDASI TANAH • Konsolidasi tanah pada hakikatnya meliputi aspek-aspek antara lain: -Aspek pengaturan penguasaan atas tanah, tidak saja menata dan menerbitkan bentuk fisik bidang-bidang tanah, tetapi juga hubungan hukum antara pemilik dan tanahnya -Aspek penyerasian pengguna tanah dengan rencana tata guna tanah atau tata ruang -Aspek penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan jalan dan fasilitas umum lainnya yang diperlukan -Aspek peningkatan kualitas lingkungan hidup atau konservasi sumber daya alam DASAR HUKUM KONSOLIDASI TANAH Pada prinsipnya konsolidasi tanah dilakukan berdasarkan atas kesepakatan para pemilik tanah. Kesepakatan para pemilik tanah ini merupakan dasar dalam pelaksanaan konsolidasi karena sejak awal telah melibatkan partisipasi masyarakat atau pemilik tanah baik dalam proses perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, dan terutama kesediaan menyerahkan sebagian dari tanahnya untuk keperluan pembangunan prasarana umum. Untuk memenuhi kebutuhan perkembangan pembangunan dalam rangka mengisi Rencana Tata Ruang Wilayah, sementara peraturan perundang-undangan pelaksanaan sedang dalam proses persiapan, peraturan perundang-undangan yang mendasari pelaksanaan konsolidasi tanah, antara lain: - UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria - UU No. 56/Prp/1960 Tentang Luas Tanah Pertanian - PP No. 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Rugi - Permendagri No. 2 Tahun 1987 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota - Peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi Tanah PROSES YURIDIS PERUBAHAN PEMILIKAN TANAH Pemilikan tanah yang semula tidak teratur bentuknya, setelah dikonsolidasi akan menjadi teratur baik letak dan bentuknya sesuai dengan tata ruang yang sesuai dengan daerah tersebut. Proses perubahan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: • Pemilikan/penguasaan tanah di lokasi yang dikonsolidasi dilakukan inventarisasi dan identifikasi • Masing-masing persil dihitung dan diukur luasnya • Pemilik/penggarap hak atas tanah tersebut membuat surat pernyataan pelepasan hak dengan syarat bahwa tanahnya dilepaskan kepada negara untuk kemudian diterbitkan haknya atas nama masing-masing pemilik setelah dikurangi sumbangan peran serta masyarakat. • Pemerintah (cq. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat) menerima pelepasan hak tersebut, sekaligus menyatakan bahwa tanah yang dilepaskan haknya akan dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah dikonsolidasi/diredistribusi dan luasnya dipotong dengan sumbangan peran serta juga letaknya akan bergeser dari tempat semula. LANJUTAN • Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala BPN melalui Kantor Wilayah BPN yang memohonkan melalui penegasan tanah tersebut menjadi tanah negara sebagai objek konsolidasi yang akan dibagikan dalam rangka pelaksanaan konsolidasi tanah • Atas dasar usulan tersebut, Kepala BPN menerbitkan Surat Keputusan Tentang Penegasan Tanah Negara yang menjadi objek konsolidasi yang selanjutnya dibagikan kembali (redistribusi) kepada para pemilik • Kepala Kantor BPN Provinsi yang bersangkutan dapat meredistribusikan kepada masing-masing pemilik sesuai usulan dari Kepala Kantor BPN Kabupaten/Kota yang bersangkutan • SK redistribusi di atas dijadikan sebagai dasar untuk menerbitkan sertipikatnya oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang bersangkutan PROSES PELEPASAN HAK DAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA KONSOLIDASI TANAH • Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah pada garis besarnya meliputi kegiatan-kegiatan antara lain: -Pemilihan lokasi objek Konsolidasi Tanah -Penyuluhan kepada para pemegang hak atas tanah atau yang menguasai tanah calon objek Konsolidasi Tanah -Kesepakatan para calon Peserta Konsolidasi Tanah (PKT) -Penelitian mengenai tanah-tanah yang bersangkutan, misalnya: mengenai statusnya, pemegang haknya atau yang menguasainya secara fisik, batas-batasnya, luasnya, dan lain-lainnya -Penunjukan tanah-tanah yang bersangkutan sebagai objek Konsolidasi Tanah sekaligus sebagai bagian daerah di mana akan dilakukan pendaftaran tanah secara lengkap menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 -Pelepasan hak atau penguasaan fisik atas tanah-tanah objek KT oleh para PKT LANJUTAN -Penyusunan desain penyelenggaraan KT meliputi antara lain: rencana penetapan, bagi para PKT masing-masing alokasi satuan tanah pengganti tanah, yang akan mereka lepaskan dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, tata ruangnya dan lain- lainnya -Pelaksanaan kegiatan fisik berdasarkan desain yang sudah ditetapkan -Pelaksanaan alokasi satu-satuan tanah pengganti kepada para PKT dengan pemberian hak atas tanah yang sesuai -Pelaksanaan alokasi tanah untuk prasarana dan fasilitas-fasilitas lain kepada Pemda dan instansi-instansi lain yang menggunakannya, disertai pemberian haknya yang sesuai -Penjualan satuan-satuan tanah pengganti biaya pelaksanaan KT kepada para peminat, disertai pemberian haknya yang sesuai -Pembinaan dan pengawasan SISTEM PELAKSANAAN Dalam konsolidasi tanah dikenal dengan dua sistem pelaksanaannya, yaitu: •Sukarela Sistem Sukarela dilaksanakan apabila diperoleh persetujuan dari seluruh pemilik tanah di wilayah yang akan dikonsolidasi. Keuntungan-keuntungan yang dapat dipetik dari hasil konsolidasi tanah merupakan faktor utama yang dijadikan daya tarik untuk memperoleh persetujuan para pemilik tanah, antara lain: -Meningkatkan nilai tanah yang dapat dinikmati secara langsung oleh pemilik tanah -Meningkatkan efisiensi penggunaan tanah dan terbentuknya petak-petak tanah yang teratur dan masing-masing menghadap ke jalan -Terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik -Mempercepat realisasi pembangunan terutama prasarana umum -Tidak ada pihak-pihak yang dirugikan seperti dapat terjadi dalam pembangunan sistem konvensional -Terwujudnya administrasi pertanahan yang tertib, di mana setiap bidang tanah secara langsung diterbitkan haknya dengan pemberian sertipikat tanahnya LANJUTAN •Wajib Sistem wajib dilaksanakan dengan dasar ikatan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk konsolidasi tanah. Pelaksanaan konsolidasi tanah menganut prinsip penyediaan tanah untuk pembangunan prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya tanpa melalui pembebasan tanah. Penyediaan tanah diperoleh melalui sumbangan sebagian tanah dari para pemiliknya yang diistilahkan Sumbangan Wajib Tanah untuk Pembangunan (SWTP), sistem yang lazim digunakan dalam penetapan besarnya SWTP adalah: -Berdasarkan perhitungan luas tanah -Berdasarkan perhitungan nilai/harga tanah -Berdasarkan perhitungan campuran antara luas tanah dengan harga tanah •Pada prinsipnya pelaksanaan konsolidasi tanah dibiayai oleh pemilik tanah, dengan demikian konsolidasi tanah sekaligus merupakan wahana partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. ALTERNATIF KEBIJAKAN DIKEMBANGKAN LEBIH LANJUT •Berkaitan dengan penyediaan tanah untuk kepentingan prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya melalui kegiatan konsolidasi tanah, beberapa alternatif kebijaksanaan dapat dikembangkan lebih lanjut, yaitu sebagai berikut: -Pengadaan tanah prasarana dan fasilitas umum begitu pula pembangunannya dilaksanakan oleh warga masyarakat sendiri, kebijaksanaan ini merupakan jalur swadaya masyarakat. -Pengadaan tanah untuk prasarana dan fasilitas umum dilaksanakan oleh warga masyarakat sendiri, sedangkan pembangunannya dilaksanakan oleh Pemerintah melalui APBN/APBD. Kebijaksanaan ini merupakan jalur campuran antara swadaya masyarakat dan Pemerintah. -Pengadaan tanah untuk prasarana dan pembangunannya dilaksanakan Pemerintah, sedangkan tanah-tanah warga masyarakat yang langsung dapat memanfaatkan prasarana, dilakukan konsolidasi. Kebijaksanaan ini termasuk jalur campuran antara pemerintah dengan swadaya masyarakat yang dikaitkan dengan konsolidasi tanah. -Perlu ditetapkan jalur kebijaksanaan khusus pada tanah-tanah objek landreform di mana tanah untuk prasarana dan fasilitas umum serta bidang tanah yang dikonsolidasi merupakan tanah yang langsung dikuasai oleh negara sebagai objek landreform. PELUANG PENGEMBALIANNYA •Setelah mengkaji keempat alternatif kebijaksanaan tersebut, peluang-peluang pengembaliannya adalah sebagai berikut: -Pemilihan alternatif pertama merupakan jalur yang sangat ideal dan mungkin sekali diterapkan, memperoleh banyak keuntungan karena pemerintah bebannya diringankan. Hanya saja pengembangannya masih memerlukan landasan hukum yang kuat bagi para pelaksana yang menyangkut sistem dan metode kerja sejak perencanaan hingga pelaksanaan pengawasannya. -Pemilihan alternatif kedua yang selama ini dilaksanakan adalah pemilihan yang sebenarnya merupakan langkah awal bagi terwujudnya partisipasi masyarakat secara penuh dalam melaksanakan konsolidasi tanah. -Demikian pula alternatif yang ketiga dilaksanakan agar masyarakat dapat langsung memanfaatkan hasil pembangunan prasarana yang dibangun oleh Pemerintah, yaitu para pemilik tanah di sekitarnya mengonsolidasi tanahnya atas biaya swadaya. -Alternatif keempat adalah jalur yang sebenarnya sudah sejak lama dirintis untuk dikembangkan dalam mengatur penguasaan pemilikan serta penggunaan tanah sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.