Peta kelas lereng diperoleh melalui interpetasi pet rupa bumi Indonesia ( RBI ) dengan
metode pembuatan peta lereng yang dikemukakan oleh Wenthworth dengan rumus sebagai
berikut :
(n-1) x ki
S = --------------------------------- x 100%
a x penyebut skala peta
Keterangan :
S = Besar sudut lereng
n = Jumlah kontur yang memotong tiap diagonal jaring
ki = kontur interval
a = panjang diagonal jarng dengan panjang rusuk 1 cm
Klasifikasi kemiringan lereng ini berpedoman pada penyusunan rehabilitasi lahan dan konservasi
tanah sebagai berkut :
Tabel kelas kemiringan lereng dan nilai skor kemiringan lereng
KELAS
KEMIRINGAN ( % )
KLASIFIKASI
I
08
Datar
II
> 8 15
Landai
III
>15 25
Agak Curam
IV
> 25 45
Curam
V
> 45
Sangat Curam
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.
Tabel Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE
Kemiringan
Kemiringan
lereng ()
lereng (%)
<1
0-2
1-3
3-7
3-6
Keterangan
Datar
Klasifikasi
Klasifikasi
1-2
Sangat landai
2-6
2-7
8 - 13
Landai
6 - 13
7 - 12
6-9
14 - 20
Agak curam
13 - 25
12 - 18
9 - 25
21 - 55
Curam
25 - 55
18 - 24
hampir datar
25 - 26
56 - 140
Sangat curam
> 65
> 140
Terjal
> 55
> 24
yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng,panjang lereng dan
bentuk lereng semuanaya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Menurut
sitanala Arsyad (1989:225) mengkelaskan lereng menjadi seperti berikut:
KEMIRINGAN ( % )
03
38
8 15
15 30
30-45
45-65
>65
KLASIFIKASI
Datar
Landai Atau Berombak
Agak Miring
Miring
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
KELAS
A
B
C
D
E
F
G
Luas DAS merupakan keseluruhan DAS sebagai suatu sistem sungai yang diproyeksikan
secara horisontal pada bidang datar. Untuk mengetahui luas DAS dapat digunakan planimeter,
kertas milimeter atau dengan menggunakan digitizer-computer (ITC, 1988). Untuk menghitung
luas DAS dapat digunakan beberapa metode berikut ini:
a.
d. Planimeter
Metode ini merupakan metode pengukuran luas dengan menggunakan alat planimeter.
Daerah yang diukur harus merupakan polygon atau area tertutup. Cara pengukuran luas sebagai
berikut:
(1)
(2)
Kaca pengamat planimeter diletakkan pda titik awal area yang akan diukur luasnya.
Kemudian alat pengamat digerakkan searah jarum jam mengikuti batas areal yang diukur sampai
alat pengamat kembali ke titik awal.
(3)
Luas area atau daerah yang akan dihitung langsung dapat dibaca pada planimeter.
Batas DAS ditentukan berdasarkan peta kontur. Batas DAS yang dimaksud adalah batas
DAS secara topografik (Topographic Drainase Boundary) (Seyhan, 1979).
Kemiringan
lereng ()
lereng (%)
Keterangan
Datar hampir
Klasifikasi
Klasifikasi
USSSM* (%)
USLE* (%)
0-2
1-2
<1
0-2
1-3
3-7
Sangat landai
2-6
2-7
3-6
8 - 13
Landai
6 - 13
7 - 12
datar
6-9
14 - 20
Agak curam
13 - 25
12 - 18
9 - 25
21 - 55
Curam
25 - 55
18 - 24
25 - 26
56 - 140
Sangat curam
> 55
> 24
> 65
> 140
Terjal
yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng,panjang lereng dan
bentuk lereng semuanaya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Menurut
sitanala Arsyad (1989:225) mengkelaskan lereng menjadi seperti berikut:
KEMIRINGAN ( % )
03
38
8 15
15 30
30-45
45-65
>65
KLASIFIKASI
Datar
Landai Atau Berombak
Agak Miring
Miring
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
KELAS
A
B
C
D
E
F
G
FUNGSI KAWASAN
Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan yang digunakan untuk
suatu kegiatan dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi
pemanfaatan lahan zonasinya ditetapkan berdasarkan hasil scoring dari variable curah hujan,
kemiringan lereng dan jenis tanah dengan menguunakan strategi tumpang susun atau overlay.
Ketiga variable diatas masing-masing memiliki nilai skor, jumlah skor tersebut akan
mencerminkan kemampuan lahan untuk masing-masing satuan lahan. Adapun kriteria dan tata
cara penetapan arahan fungsi pemanfaatan lahan untuk setiap satuan lahan sebagai berikut :
I. Kawasan Fungsi Lindung
Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan dan sifat fisiknya mempunyai
fungsi lindung untuk kelestarian sumberdaya alam, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan
suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air dan alur sungai, serta kawasanlindung
lainnya. Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan atau lebih
besar dari 175, atau memenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %
b. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol,
c.
sungai
d. Merupakan pelindung mataair, yaitu 200 meter dari pusat mataair.
e. Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas permukaan laut.
f. Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan lindung.
c.
Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai
kawasan penyangga.
III. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan
tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap, perkebunan tanaman keras, tanaman buah, dan
lainnya.
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya < 124 serta sesuai untuk
dikembangkan usaha tani tanaman tahunan. Selain itu areal tersebut harus memenuhi kriteria
umum untuk kawasan penyangga.
IV. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan permukiman adalah kawasan yang
mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman,
terutama tanaman pangan.
Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman tahunan
serta terletak di tanah milik, tanah adat dan tanah negara yang seharusnya dikembangkan usaha
tani tanaman semusim. Selain memenuhi kreteria tersebut diatas, untuk kawasan permukiman
harus berada pada lahan yang memiliki lereng mikro tidak lebih dari 8%.
Table klasifikasi dan skor fungsi kawasan sebagai berikut :
KELAS
I
II
III
IV
FUNGSI KAWASAN
Lindung
Penyangga
Produksi tanaman semusim
Produksi tanaman musiman dan permukiman
SKOR / NILAI
> 175
125 174
< 124 + lereng > 8%
< 124 + lereng < 8%
ELNINO AN INTRODUCTION
El Nino, an abnormal warming of surface ocean waters in the eastern tropical Pacific, is one part
of what's called the Southern Oscillation. The Southern Oscillation is the see-saw pattern of
reversing surface air pressure between the eastern and western tropical Pacific; when the surface
pressure is high in the eastern tropical Pacific it is low in the western tropical Pacific, and viceversa. Because the ocean warming and pressure reversals are, for the most part, simultaneous,
scientists call this phenomenon the El Nino/Southern Oscillation or ENSO for short. South
American fisherman have given this phenomenon the name El Nino, which is Spanish for "The
Christ Child," because it comes about the time of the celebration of the birth of the Christ ChildChristmas.
To really understand the effects of an El Nino event, compare the normal conditions of the
Pacific region and then see what happens during El Nino below.
Normal
El
Conditions
(Non
El
Nino)
Nino
Conditions
Scientists do not really understand how El Nino forms. It is believed that El Nino may have
contributed to the 1993 Mississippi and 1995 California floods, drought conditions in South
America, Africa and Australia. It is also believed that El Nino contributed to the lack of serious
storms such as hurricanes in the North Atlantic which spared states like Florida from serious
storm related damage.
Unfortunately not all El Nino's are the same nor does the atmosphere always react in the same
way from one El Nino to another. This is why NASA's Earth scientists continue to take part in
international efforts to understand El Nino events. Hopefully one day scientists will be able to
provide sufficient warning so that we can be better prepared to deal with the damages and
changes that El Nino causes in the weather.
b. Kemiringan Lereng
Menurut Donahue dkk (1983) bahwa penggandaan kemiringan lereng (% kemiringan) biasanya
meningkatkan erosi dua kali lebih besar, dan pada lereng yang panjang dapat mencapai erosi tiga
kali lipat. Lereng yang cembung erosinya lebih besar dibanding lereng yang cekung dan erosi
yang semakin besar meningkatkan nilai kekritisan pada lahan (Zhiddiq, 2005)
Data spasial kemiringan lereng dapat disusun dari hasil pengolahan data ketinggian (garis
kontur) dengan bersumber pada peta topografi atau peta RBI. Pengolahan data kontur untuk
menghasilkan informasi kemiringan lereng dapat dilakukan secara manual maupun dengan
bantuan komputer. Sistem pengklasifikasian kelas kemiringan lereng yang digunakan
berdasarkan Dokumen Standar dan Kriteria RHL yaitu sebagai berikut:
[tutup]
Jalan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan dengan Jalan raya.
(Diskusikan)
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instasi, badan usaha. Perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.
Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.
Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan,
dan pengawasan jalan.
Daftar isi
1 Pengelompokan Jalan
o
2 Bagian jalan
o
3 Pembangunan jalan
4 Perekonomian jalan
7 Lihat pula
Pengelompokan Jalan
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas
Sistem jaringan jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan
memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan
perdesaan.
Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai
berikut:
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang
menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder
kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.
Jalan umum menurut fungsi
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal,
dan jalan lingkungan.
Jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.
Jalan kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
Jalan lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan umum menurut status
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
Jalan nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
Jalan provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
Jalan kabupaten
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten,
dan jalan strategis kabupaten.
Jalan kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara
persil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Jalan desa
Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.
Jalan umum menurut kelas
Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas
bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.
Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya terdiri atas: 1. Jalan Kelas I 2. Jalan Kelas IIA.
3. Jalan Kelas IIB. 4. Jalan Kelas IIC. 5. Jalan Kelas III.
Tebal perkerasan jalan itu ditcntukan sesuai dengan kelas jalan.
Makin berat kendaraan-kendaraan yang melalui suatu jalan, makin berat pula syarat-syarat yang
ditentukan untuk pembuatan jalan itu.
Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas
cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak
bermotor. Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan
konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan terhadap
lalu lintas.
Kelas II
Kelas jalan ini mencakup semua jalaln-jalan sekunder. Dalam komposisi Ialu lintasnya terdapat
lalu lintas lambat. Kelals jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya,
dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan IIC.
Kelas IIA Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi permukaan
jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana dalam komposisi lalu lihtasnya
terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu
lintas lambat, harus disediakan jalur tcrsendiri.
Kelas IIB
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi
berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat,
tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.
Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis
penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dari
kendaraan tak bermotor.
Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur
tunggal atau dua. Konstruksi pcrmukaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.
Bagian jalan
Ruang manfaat jalan
Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh departemen yang berwenang.
Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, pengerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
Trotoar hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki, walau pada prakteknya banyak
digunakan untuk keperluan lain semisal parkir atau tempat berjualan.
Ruang milik jalan
Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang
manfaat jalan. Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan,
pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan
untuk pengamanan jalan.
Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai
lansekap jalan.
Ruang pengawasan jalan
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruang pengawasan jalan
diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta
pengamanan fungsi jalan.
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.
Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi
badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut:
Pembangunan jalan
Jalan di Jepang
Pada dasarnya pembangunan jalan adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi
pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan
jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan
penebasan hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini.
Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan.
Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan
tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan
satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan
aspal ataupun semen.
Pengaliran/ drainase air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
pembangunan jalan. Air yang berkumpul di permukaan jalan setelah hujan tidak hanya
membahayakan pengguna jalan, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan. Karena
itu permukaan jalan sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai landaian yang
berarah ke selokan di pinggir jalan. Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke
selokan.
Setelah itu retroflektor dipasang di tempat-tempat yang berbahaya seperti belokan yang tajam. Di
permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan "mata kucing", yakni sejenis benda bersinar
seperti batu yang "ditanamkan" di permukaan jalan. Fungsinya adalah untuk menandakan batas
lintasan.
Perekonomian jalan
Jalan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi
atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan, komoditi dapat mengalir
ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar
wilayah itu. Selain itu, jalan juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya.
Contohnya, di pertengahan lintasan jalan utama yang menghubungkan bandar-bandar besar,
penduduk setempat dapat menjual makanan kepada sopir truk yang kerap lewat di situ. Satu
contoh yang baik bagi ekonomi lalu lintas dapat dilihat di pasar Machap, Johor Malaysia.
Sehubungan itu, Machap telah menjadi tempat istirahat bagi bus jarak-jauh karena adanya
fasilitas istirahat yang lengkap di situ dan juga letaknya di pertengahan Lebuh Raya Utara
Selatan. Di Machap, penumpang-penumpang bus akan membelanjakan uang untuk pelayanan
restoran dan kamar kecil.
Ekonomi Trafik-Istirihat seperti yang berlaku di Machap sebenarnya tidak hanya bergantung
kepada lokasi dan juga fasilitas. Yang lebih penting ialah hubungan pihak pemilik restoran
dengan sopir bus. Untuk menarik lebih banyak sopir bus datang ke mari bersama penumpangnya,
pemilik restoran berusaha menarik hati sopir bus dengan menyediakan makanan dan rokok gratis
kepada mereka. Tetapi cara yang paling baik ialah menghubungi langsung perusahaan bus
tersebut agar memilih suatu tempat sebagai tempat istirahat yang tetap.
Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan
raya yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut
berguna untuk kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu,
disebut-sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut
Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM.
Jalan di Eropa dan China
Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani dan Tuscany
hingga Laut Baltik.
Di Asia timur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya yang
bila digabung mencapai 3200 km.
Jalan Romawi
"Banyak jalan menuju Roma" begitulah istilah yang umum dikenal mengenai jalan-jalan
Romawi. Istilah tersebut tidaklah keliru karena bangsa Romawi banyak membangun jalan. Di
puncak kejayaannya , bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang
dari Inggris hingga Afrika Utara, dari pantai Samudera Atlantik di Semenanjung Iberia hingga
Teluk Persia. Keberadaan jalan tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta
Peutinger.
Pembangunan Jalan Daendels di Pantura Pulau Jawa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Jalan Raya Pos
kemudian disusul lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava
yang mirip batu api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut
termasuk mutakhir sebelum muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad
XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika Romawi mulai runtuh.
Seorang skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834) membuat rancangan jalan raya, di
mana batu besar pipih diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang dikenal dengan
pondasi jalan Telford. Konstruksi ini sangat kuat terutama sebagai pondasi jalan, dan sangat
padat karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu. Banyak jalan yang bermutu baik
dengan konstruksi Telford, tetapi tidak praktis memakan waktu.
Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi
jalan yang di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat
banyak jalan dengan biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan
ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun
satu per satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.
Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan
aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di
Champ-Elysess, Paris, Perancis.
Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Meski lebih kuat,
jalan tersebut mudah retak karena perubahan cuaca. Berbeda dengan aspal yang bersipat lebih
plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang
lebih tahan air.
Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia
University, New York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan
maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan
Pennsylvania Avenue, Washington D.C pada tahun 1877.