BAB VIII
PLOTING ( PENGGAMBARAN)
Plotting yang dimaksudkan di sini adalah penggambaran dari data lapangan ataupun
hasil pengolahan data. Tujuan plotting adalah menggambarkan seluruh daerah yang
diukur dapat diwujudkan dalam bentuk peta. Ini berarti diperlukan bahan gambar
yang dapat mencakup seluruh daerah, yaitu kertas yang lebar.
Plotting dilakukan setelah semua data lapangan dihitung, yang meliputi hitungan
koordinat (X, Y) titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian
titik-titik poligon dari pengukuran sipat datar (Z), sudut arah dan jarak titik-titik
detail serta ketinggiannya.
Akan tetapi walaupun penggambaran obyek dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara,
dianjurkan untuk diterapkan ketentuan sebagai berikut :
1. Titik kerangka dasar digambarkan dengan metode numerik.
2. Titik detail situasi digambarkan dengan cara grafik.
Sebagai contoh:
Untuk peta skala 1 : 5.000, dengan interval grid 10 cm, maka garis grid yang akan
digambarkan pada nilai-nilai : … , -15000 , -14500 , … , 0 , … , +14500 , +15000
Bila nilai grid telah ditentukan, maka dipilih / dicari garis grid yang menjadi batas
bagi seluruh daerah pemetaan. Titik kerangka dasar diplot berdasarkan garis grid
yang terdekat dengan koordinatnya, dengan memperhatikan:
1. Besaran garis grid
2. Koordinat titik tersebut
3. Skala peta
( X A− X O )
dX = IG
SNG ............................................................. (8.1)
( Y A−Y O )
dY = IG
SNG ............................................................. (8.2)
Keterangan notasi :
XA, YA = koordinat titik obyek plotting
XO, YO = koordinat garis grid (nilai garis grid)
dx , dy = jarak dari garis grid pada peta
SNG = selang nilai grid
IG = interval grid (misal 10 cm)
Kemudian agar posisi gambar terletak simetris pada kertas tersebut, maka perhatikan
angka absis dan ordinat maksimum dan minimumnya. Cari panjang gambar pada
arah sumbu X dan Y, lalu bagi dua. Sehingga posisi absis dan ordinat tengah kertas
gambar diberi angka sebesar:
Angka absis = harga absis minimum + ½ panjang gambar pada arah sumbu X
Angka ordinat = harga absis minimum + ½ panjang gambar pada arah sumbu Y
Contoh:
Harga absis maksimum = +500 m, dan minimum = -200 m, maka panjang dalam
sumbu X adalah 500 – (-200) = 700 m, sehingga setengah panjang gambar adalah
350 m dan tengah kertas plot kita beri harga absis sebesar –200 m + 350 m = +150
m.
Harga ordinat maksimum = +1000 m, dan minimum = +400 m, maka panjang dalam
sumbu Y adalah 1000 – 400 = 600 m, sehingga setengah panjang gambar adalah 300
m dan tengah kertas plot kita beri harga absis sebesar 400 m + 300 m = 700 m.
Sehingga pusat kertas koordinatnya adalah ( +150 , + 700) m
Setelah didapatkan pusat koordinat kertas, baru diplotkan posisi setiap titik poligon
sesuai dengan absis dan ordinat serta skala yang ditentukan, dengan menggunakan
mistar skala diukur dari titik jala grid yang terdekat. Titik-titik hasil plot diberi
identitas sesuai dengan nomornya di lapangan, sedangkan angka ketinggiannya
dituliskan di sebelahnya.
(3) Jarak diukur dengan menggunakan mistar skala atau transversal dan jangka
tusuk.
(4) Ketinggian setiap detail dituliskan sepert menuliskan ketinggian titik poligon.
(5) Demikian hingga semua detail diplot. Untuk detail yang berbentuk bangunan
dihubungkan dari titik-titik detail yang sesuai, demikian pula untuk bentuk-
bentuk detail yang lain.
Dalam melukis detail sangat dibutuhkan sket lapangan, sehingga tidak terjadi salah
sambung antara detail-detail yang seharusnya berhubungan dan yang tidak
berhubungan. Oleh karenanya dalam formulir ukuran disediakan kolom sket yang
berguna supaya surveyor dapat memberikan gambaran lapangan sejelas mungkin.
Kesulitan sering timbul apabila sket lapangan urang jelas dan yang memplot bukan si
pengukur.