Anda di halaman 1dari 21

Diktat Perpetaan, created by Henny

BAB X
KARTOGRAFI

Sebuah peta adalah gambaran dari sebagian atau seluruh permukaan bumi ke
dalam bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu. Informasi pada peta
disampaikan melalui simbol-simbol grafik yang dapat dipahami oleh penggunanya.
Dalam penggambaran peta, dikenal ilmu, seni dan teknologi yang disebut sebagai
kartografi. Selain unsur ilmu yang menyangkut hal-hal yang matematis, unsur seni
juga ikut memegang peranan agar selain informatif, peta juga nampak indah.

Dari semua proses pekerjaan pemetaan, proses kartografi merupakan rangkaian


akhir dari semua pekerjaan pemetaan, karena proses kartografi berfungsi untuk
mengolah manuskrip menjadi suatu peta. Kartografi menyangkut semua tahapan
evaluasi, penghimpunan, perancangan dan penyusunan naskah yang dibutuhkan
untuk menghasilkan peta baru ataupun perubahan dokumen peta dari semua
bentuk data dasar. Kartografi mencakup pula semua tahapan dalam reproduksi
peta.

Tiga aspek utama kartografi adalah metrik, grafik dan teknik. Karena peta
menyangkut lokasi, maka penggambaran mengenai semua atau sebagian
permukaan bumi yang sistematik dan berskala diperlukan sebagai dasar bagi setiap
peta. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengukuran dan perhitungan.

Oleh sebab itu, hal pertama yang harus dipahami adalah dasar-dasar grafik
kartografi, yang bertujuan utama untuk menyajikan bagaimana gambar peta
direncanakan untuk menyampaikan informasi, dan untuk menunjukkan bahwa
pekerjaan ini harus dikerjakan melalui bahasa grafik yang sistematik.

10.1 Konstruksi Peta

Dalam pemetaan topografi, konstruksi peta merupakan masalah utama yang harus
direncanakan terlebih dahulu. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
menyusun konstruksi suatu peta antara lain :

Kartografi, Bab X - 1
Diktat Perpetaan, created by Henny

1. Tujuan pemetaan
2. Skala peta
3. Proyeksi peta
4. Simbol, warna, serta jenis dan ukuran huruf / angka yang digunakan
5. Ukuran dan bentuk lembar peta
6. Tata letak informasi tepi peta
7. Tata letak lembar peta

Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini :

1. Tujuan pemetaan
Telah kita ketahui bahwa tujuan pemetaan topografi adalah ah menyajikan
data/unsur topografi dari suatu daerah secara benar, tepat (akurat), jelas, menarik
(indah) dan ekonomis, sehingga pemakai peta dapat menggunakannya secara
maksimal.

2. Skala peta
Untuk dapat menyajikan data secara tepat dan benar, sangat tergantung pada skala
peta yang dibuat. Semakin besar skala peta, semakin teliti posisi data yang
disajikan, begitu pula sebaliknya. Tetapi walaupun demikian, dalam pemilihan skala
peta perlu pula dilihat jenis obyek yang akan dipetakan, sehingga tidak terjadi
pemborosan dalam segala hal. Misalnya untuk memetakan daerah yang jarang
unsur topografinya, harus dipilih skala sedang/kecil, tetapi untuk memetakan daerah
perkotaan yang padat unsur topografinya perlu diplih skala besar.

Informasi skala peta ditampilkan secara numeris (angka perbandingan jarak di peta
dan jarak di lapangan) dan dalam bentuk skala grafis, yakni skala yang
digambarkan dengan penggalan garis dan nilai panjang sebenarnya di lapangan.
Skala numeris lebih mudah dibaca (tanpa harus mengukur), namun jika peta
diperkecil atau diperbesar (misalnya dengan difotokopi), informasi skalanya menjadi
tidak benar. Hal tersebut berbeda denga skala grafis yang informasinya tetap benar
saat peta diperkecil atau diperbesar.

3. Proyeksi peta dan sistem koordinat

Kartografi, Bab X - 2
Diktat Perpetaan, created by Henny

Di samping skala, penyajian data di muka peta juga dipengaruhi oleh sistem
proyeksi peta. Sistem koordinat yang digunakan dapat berupa koordinat lokal atau
menggunakan sistem koordinat tertentu. Dalam pemilihan sistem proyeksi ini, harus
diusahakan agar sistem proyeksi peta yang digunakan hanya menimbulkan distrorsi
yang minimum.

Penentuan sistem proyeksi peta tergantung pada posisi geografis daerah


pemetaan. Di Indonesia, sistem proyeksi peta yang pernah dipergunakan adalah
LCO (Lambert Connical Orthomorphic) misalnya peta-peta pada jaman penjajahan
Belanda. Untuk Indonesia yang terletak di sekitar khatulistiwa, sistem proyeksi peta
yang paling sesuai adalah UTM (Universal Transverse Mercator), TM3 (Transverse
Mercator 3) yakni peta-peta skala besar yang dihasilkan oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN).

4. Simbol dan warna


Selain masalah ketelitian penyajian data di muka peta, masalah lain yang erat
kaitannya dengan penampilan peta adalah masalah simbol, warna, serta jenis dan
ukuran huruf/angka yang akan digunakan dalam meyajikan data topografi di atas
muka peta. Simbol dan warna yang digunakan harus dapat menunjang fungsi utama
dari peta, yaitu harus dapat menyajikan data secara jelas, benar dan tepat serta
mudah dan menarik untuk dibaca. Demikian pula dengan pemilihan jenis huruf/
angka, sehingga penggunaan huruf/angka tersebut tidak mengganggu penampilan
peta secara keseluruhan.

Maksud dan tujuan utama dari penggunaan huruf/angka adalah untuk memberikan
penjelasan dan keterangan, sehingga peta dapat digunakan secara maksimal.
Untuk itu, selain di muka peta, keterangan tersebut juga ditempatkan di batas peta
dan di bagian tepi peta. Keterangan yang berada di luar muka peta (di bagian atas
dan tepi peta) disebut sebagai informasi tepi peta. Penempatan (tata letak)
informasi tepi ini perlu diatur, sehingga dapat memberikan nuansa yang menarik
serta mudah dibaca. Pedoman utama yang harus diperhatikan adalah:
a. Tata letak informasi tepi peta harus diatur seimbang dan memperhatikan
masalah estetika.
b. Informasi tepi harus singkat, tapi jelas.

Kartografi, Bab X - 3
Diktat Perpetaan, created by Henny

c. Informasi tepi peta harus dapat menjelaskan segala hal tentang pemetaan
lembar yang bersangkutan.

5. Ukuran dan bentuk lembar peta


Ukuran dan bentuk lembar peta perlu diperhatikan mengingat keterbatasan ukuran
mesin cetak dan ukuran kertas yang ada. Untuk keperluan praktis, ukuran lembar
peta yang besar akan mempersulit pengguna peta di lapangan. Sebaliknay ukuran
lembar peta yang terlalu kecil akan menyebabkan jumlah lembar peta semakin
banyak. Hal ini mengakibatkan biaya pencetakan akan semakin mahal.

Jadi ukuran lembar peta harus diusahakan seoptimal mungkin, sesuai dengan
pembatas-pembatas di atas, serta sebanding pula dengan luas daerah yang akan
dipetakan. Dengan demikian jumlah lembar peta akan minimum, dan pada akhirnya
jumlah biaya / waktu dan tenaga untuk pencetakan peta akan semakin minimum
pula.

6. Tata letak lembar peta (series lay out)


Hal ini berhubungan langsung dengan masalah ukuran lembar peta. Suatu seri
pemetaan biasanya terdiri dari beberapa lembar peta. Susunan letak lembar ini
harus diatur seefisien mungkin, sehingga memenuhi persyaratan ukurean lembar
maksimal, dan sekaligus akan membuat jumlah lembar menjadi minimal.

Bila dalam satu seri pemetaan terdapat lembar peta yang hanya mencakups
ebagian kecil daerah pemetaan, maka untuk menghemat biaya pencetakan,
sebaiknya lembar tersebut digabungkan saja dengan lembar peta yang tepat berada
di sampingnya. Dengan demikian lembar peta gabungan tersebut akan lebih besar
dibandingkan dengan ukuran lembar lainnya. Walaupun penggabungan lembar
tersebut dimungkinkan, tetapi ukuran lembar gabungan tersebut masih harus
memperhatikan persyaratan ukuran lembar maksimal.

Kartografi, Bab X - 4
Diktat Perpetaan, created by Henny

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7

C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7

D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7

= daerah pemetaan

A1, A2, ... , E7 = daerah pemetaan

Gambar 10.1 Tata letak lembar peta (series lay-out)

10.2 Penempatan Nama-nama Unsur Topografi di Muka Peta

Penulisan nama-nama unsur topografi yang disajikan di muka peta harus teratur,
sehingga tidak menimbulkan keruwetan isi peta atau tidak mengganggu unsur-unsur
topografi yang disajikan.

Pedoman umum penulisan nama unsur topografi yang disajikan di muka peta
adalah sebagai berikut :
1. Nama-nama kampung, desa dan kota sebaiknya ditulis dalam arah barat-timur.
2. Nama-nama unsur topografi harus terletak bebas antara yang satu dengan
yang lain, serta bebas dari simbol-simbol yang digunakan dalam menyajikan
unsur topografi tertentu.
3. Nama-nama unsur sungai, jalan, pantai, pegunungan serta unsur-unsur lainnya
yang berbentuk memanjang harus ditempatkan di atas unsur yang
bersangkutan, dengan arah penulisan mengikuti bentuk unsur tersebut. Arah
penulisan tersebut juga tergantung kepada posisi unsur yang bersangkutan,
apakah berada di sebelah barat atau di sebelah timur lembar peta.

Kartografi, Bab X - 5
Diktat Perpetaan, created by Henny

4. Jarak antara huruf-huruf untuk nama yang direnggangkan harus nampak rata
dan teratur.
5. Nama suatu wilayah atau daerah yang ditempatkan memanjang hingga
menempati 2/3 panjang daerah tersebut, serta menunjukkan karakteristik
bentuk daerah tersebut.
6. Penyebaran nama-nama unsur harus nampak merata. Bila kondisinya tidak
memungkinkan, harus diusahakan agar pemusatan nama-nama di suatu daerah
tidak terlalu padat dibandingkan daerah lainnya di peta. Penempatan nama-
nama tersebut harus tepat di atas lokasi daerahnya, sehingga tidak
menimbulkan keraguan pengguna peta.
7. Angka ketinggian garis kontur harus ditempatkan di atas garis kontur yang
bersangkutan dengan cara memotong garis kontur tersebut selebar angka nilai
konturnya, sedangkan penulisannya harus terbaca ke arah kenaikan lereng.
8. Pemilihan jenis (style) huruf tergantung sepenuhnya pada perencana. Akan
tetapi, dapat pula digunakan peraturan umum yang dipakai, seperti penggunaan
huruf tegak untuk penulisan nama-nama unsur topografi buatan manusia
(seperti nama jalan, kompleks pemukiman dan lain-lain), dan huruf miring untuk
penulisan nama-nama unsur topografi alam (seperti nama sungai, pegunungan
dan lain-lain).

Gambar 10.2 Nama kota ditulis dalam arah barat-timur dan tidak
memotong unsur topografi lainnya

Kartografi, Bab X - 6

Gambar 10.3 Nama sungai ditulis mengikuti bentuk sungai dan


angka ketinggian garis kontur ditempatkan di antara garis kontur
yang bersangkutan
Gambar 10.4 Nama suatu area ditulis mengikuti bentuk area

Diktat Perpetaan, created by Henny

10.3 Simbol-simbol Unsur Topografi

Simbol peta topografi secara garis besar dapat digolongkan dalam dua kelompok,
yaitu berdasarkan bentuk dan berdasarkan arti. Berdasarkan bentuk simbol terbagi
atas simbol titik, simbol garis dan simbol luas. Sedangkan berdasarkan arti, simbol
terbagi atas simbol kualitatif dan simbol kuantitatif.

10.3.1 Jenis simbol menurut bentuknya

Simbol titik digunakan untuk menyatakan lokasi atau bentuk unsur-unsur lain yang
erat hubungannya dengan skala peta. Misalnya suatu kota dalam skala 1 :
1.000.000 dapat diwakili dengan simbol titik, tetapi pada skala 1 : 1.000 simbol titik
digunakan untuk menandai titik kontrol tanah.

Simbol garis digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis seperti
sungai, jalan, batas administrasi, garis pantai dan sebagainya.

Simbol luas digunakan untuk mewakili unsur-unsur topografi yang berbentuk luas
seperti areal pemukiman, danau, daerah administrasi dan sebagainya.

Kartografi, Bab X - 7
Gambar 10.5 Simbol unsur topografi berdasarkan bentuk
Diktat Perpetaan, created by Henny

10.3.2 Jenis simbol menurut artinya

Simbol kualitatif merupakan simbol yang menyatakan identitas atau melukiskan


keadaan asli dari unsur-unsur yang diwakilinya. Dengan demikian simbol ini
mempunyai keuntungan, yaitu mudah dikenal, sedangkan kerugiannya adalah
simbol tersebut sulit untuk digambar.

1. Simbol kualitatif
Simbol kualitatif terbagi atas tiga macam, yaitu simbol titik kualitatif, simbol garis
kualitatif dan simbol luas kualitatif.

a. Simbol titik kualitatif


Simbol titik kualitatif mempunya tiga simbol, yaitu simbol piktorial, simbol
abstrak/geometrik dan simbol huruf.

Simbol piktorial merupakan simbol kualitatif yang melukiskan bentuk asli dari unsur
yag diwakilinya, contoh simbol rumah makan, simbol rumah sakit dan lain-lain.

Gambar 10.6 Simbol piktorial

Simbol abstrak / geometrik adalah simbol kualitatif yang digambarkan secara


abstrak / geometrik, sehingga mudah untuk menggambarkannya dan dapat
ditempatkan pada posisi yang benar/tepat, contohnya simbol titik triangulasi, simbol
titik GPS dan lain-lain.
Kartografi, Bab X - 8
Diktat Perpetaan, created by Henny

Gambar 10.7 Simbol abstrak

Simbol huruf merupakan simbol titik kualitatif yang digunakan untuk


menggambarkan unsur-unsur tertentu yang spesifik. Simbol ini mudah untuk
digambar dan dimengerti, tetapi tidak menarik dan dapat disalahartikan dengan teks
lainnya.

b. Simbol garis kualitatif


Simbol garis kualitatif mempunyai dua macam bentuk, yaitu simbol deskritif dan
simbol abstrak. Simbol deskritif merupakan simbol garis kualitatif yang
menggambarkan keadaan sebenarnya dari unsur yang diwakilinya, contohnya
simbol sungai, simbol jalan raya dan lain-lain. Simbol abstrak merupakan simbol
garis kualitatif yang digunakan untuk menyatakan batas administrasi, contohnya
batas propinsi, batas kotamadya dan lain-lain.

Gambar 10.8 Simbol garis kualitatif

Kartografi, Bab X - 9
Diktat Perpetaan, created by Henny

c. Simbol luas kualitatif


Simbol luas kualitatif mempunyai dua macam bentuk, yaitu simbol deskritif dan
simbol abstrak. Simbol deskritif merupakan simbol luas kualitatif yang
menggambarkan apa-apa yang ada di daerah tersebut, contohnya simbol sawah.
Simbol abstrak merupakan simbol luas kualitatif yang digunakan untuk identifikasi
suatu daerah. Simbol ini dapat digambarkan dengan screen garis atau screen titik.

2. Simbol kuantitafif
Simbol kuantitatif merupakan simbol yang menyatakan identitas yang menunjukkan
besar/ jumlah/ banyaknya unsur yang diwakilinya. Simbol ini terbagi atas simbol titik
kuantitatif, simbol garis kuantitatif dan simbol luas kuantitatif.

Simbol kuantitatif dapat dibedakan atas :


a. Simbol dengan indikasi harga, yaitu simbol titik kuantitatif yang disertai dengan
nilai dari simbol tersebut, contohnya titik triangulasi yang disertai dengan harga
ketinggiannya.
b. Simbol dengan satuan harga merupakan simbol kuantitatif yang menyatakan
besar/ jumlah/ banyaknya satuan harga yang dimiliki suatu unsur. Jadi bila ingin
menggambarkan suatu unsur dengan nilai n kali dari satuan harga di atas, maka
simbol unsur tersebut harus pula digambar n kali simbol satuan harga.

Simbol garis kuantitatif terbagi atas tiga macam, yaitu :


a. Isoline, yaitu simbol garis kuantitatif yang ditarik melalui titik-titik yang
mempunyai nilai sama, contoh garis kontur ketinggian, garis kontur gayaberat
dan sebagainya.
b. Flow line, yaitu simbol garis kuantitatif yang digunakan untuk menunjukkan
kuantitas dari unsur tertentu pada suatu arah. Tebal tipisnya garis simbol
tersebut selalu dibuat sebanding dengan harganya. Contohnya simbol yang
digunakan untuk menggambarkan frekuensi pelayaran kapal-kapal yang melalui
suatu jalur pelayaran.
c. Simbol panah, merupakan simbol garis kuantitatif yang digunakan untuk
menggambarkan adanya perpindahan penduduk ke kota dari daerah-daerah di
sekitarnya. Tebal tipisnya panah menunjukkan kuantitas perpindahan tersebut.

Kartografi, Bab X - 10
Diktat Perpetaan, created by Henny

Simbol luas kuantitatif merupakan simbol luas yang menggunakan screen garis atau
titik dengan berbagai persentase (kerapatan screen). Persentase tinggi
menunjukkan kuantitas yang tinggi, dan persentase rendah menunjukkan kuantitas
rendah.

Gambar 10.9 Simbol kuantitafif

Gambar 10.10 Titik triangulasi dengan simbol kuantitatif


Kartografi, Bab X - 11
Diktat Perpetaan, created by Henny

Kartografi, Bab X - 12
Diktat Perpetaan, created by Henny

Kartografi, Bab X - 13
Diktat Perpetaan, created by Henny

Kartografi, Bab X - 14
Diktat Perpetaan, created by Henny

Kartografi, Bab X - 15
Diktat Perpetaan, created by Henny

nyebabkan kesulitan
Sebagai wawasan dasar, berikut beberapa hal pokok tentang tata aturan kartografi
serta beberapa istilah yang perlu diperhatikan.

1. Muka peta dan Informasi tepi


Satu lembar peta terdiri atas muka peta dan informasi tepi. Muka peta adalah area
pada umumnya persegi yang memuat detail peta, sedangkan informasi tepi adalah
segala bentuk informasi yang ditampilkan di luar muka peta.

Kartografi, Bab X - 16
Diktat Perpetaan, created by Henny

Informasi tepi lazimnya terdiri atas judul peta, lokasi daerah pemetaan, nomor
lembar peta, skala peta, petunjuk arah utara peta, indeks lembar, legenda,
keterangan dan catatan serta koordinat peta.

2. Skala peta

3. Proyeksi peta dan Sistem koordinat

4. Penyajian detail
Penyajian detail merupakan hal penting yang menyangkut teknik dan seni
menyampaikan informasi, selain tentu harus memperhatikan akurasinya. Sajian
detail yang terlalu banyak tidak selalu berkonotasi baik, karena peta akan tampak
terlalu padat dan tidak informatif.

Dalam teknik penyajian, dikenal beberapa kaidah berikut :


a. Generalisasi
Generailisasi berarti pemilihan atau penyederhanaan bentuk detail sesuai
dengan skala peta. Detail yang terlalu kecil untuk ditampilkan dibuang,
sedangkan bentuk yang terlalu rumit disederhanakan. Contohnya, kelokan-
kelokan sungai atau jalan yang bisa disajikan pada peta skala 1 : 5.000 akan
menjadi terlalu rumit untuk ditampilkan pada peta skala 1 : 25.000, jika tidak
dilakukan generalisasi.

b. Penonjolan detail (Emphasizing)


Detail tertentu seringkali perlu ditonjolkan agar lebih informatif. Contohnya
pada peta pariwisata, detail jalan cenderung ditampilkan lebih lebar dari skala
yang sebenarnya, demikian pula bangunan-bangunan pariwisata akan
digambarkan lebih besar.

c. Eksagerasi
Eksagerasi adalah pergeseran posisi detail yang terjadi karena pengaruh
generalisasi dan emphasizing.

10.2 Susunan Peta

Kartografi, Bab X - 17
Diktat Perpetaan, created by Henny

Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa
bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Bila kawasan yang dipetakan tidak
luas, maka kemungkinan peta daerah itu bisa disajikan dalam satu lembar peta saja
pada skala tertentu. Tetapi bila kawasan pemetaan luas atau skala penyajian besar,
maka diperlukan beberapa lembar peta untuk meyajikannya. Pembagian lembar
peta bisa dibuat berdasarkan cakupan kawasan administratif, batas cakupan
geografis atau efisiensi penyajian jumlah lembar. Untuk memudahkan pengelolaan
dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis.

Lembar peta berdasarkan batas geografis pada berbagai skala, pada peta topografi
misalnya, disusun dengan pembagian 4 turun berulang. Misal pada skala
1 : 100.000 tersajikan dalam satu lembar, maka pada skala 1 : 50.000 akan
tersajikan dalam 4 lembar peta yang masing-masing menempati lembar-lembar
kanan atas, kanan bawah, kiri bawah dan kiri atas. Pembagian lembar seperti ini
juga dikaitkan dengan sistem proyeksi peta yang digunakan untuk menggambarkan
peta. Lembar peta geologi lebih mengutamakan pembagian lembar peta
berdasarkan kawasan atau tema tertentu. Pada Gambar 1.1 ditunjukkan contoh
indeks lembar peta geologi skala 1 : 100 000 daerah pulau Jawa.

Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai
ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting
untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu.

Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada
skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu:
 Simbol : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai,
rel dan lain-lainnya. Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda.
 Warna : digunakan untuk membedakan atau memerincikan lebih jauh dari
simbol suatu obyek, misalnya laut yang lebih dalam diberi warna lebih gelap,
berbagai kelas jalan diberi warna yang berbeda-beda dan lain-lain.
 Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu
 Kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur
legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi
berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.

Kartografi, Bab X - 18
Diktat Perpetaan, created by Henny

Indeks Jawa dan Madura Skala 1 : 100 000


1. Ujungkulon 31. Salatiga
2. Cikarang 32. Kudus
3. Anyer 33. Pacitan
4. Leuwidamar 34. Ponorogo
5. Serang 35. Ngawi
6. Jampang & Balekambang 36. Rambang
7. Bogor 37. Tulungagung
8. Jakarta 38. Madiun
9. Kep. Seribu 39. Bojonegoro
10. Sindangbarang & Bandarbaru 40. Jatirogo
11. Cianjur 41. Blitar
12. Karawang 42. Kediri
13. Garut & Pameungpeuk 43. Mojokerto
14. Bandung 44. Tuban
15. Pamanukan 45. Turen
16. Karangnunggal 46. Malang
17. Tasikmalaya 47. Surabaya & Sapulu
18. Arjawinangun 48. Bawean & Masalembo
19. Indramayu 49. Lumajang
20. Pangandaran 50. Probolinggo
21. Mejenang 51. Tg. Bumi & Pamekasan
22. Cirebon 52. Jember
23. Banyumas 53. Besuki
24. Purwokerto & Tegal 54. Waru & Sumenep
25. Kebumen 55. Blambangan
26. Pekalongan & Banjarnegara 56. Banyuwangi
27. Yogyakarta 57. Situbondo
28. Semarang & Magelang 58. Kangean & Sapudi
29. Karimunjawa
30. Surakarta & Giritontro

Kartografi, Bab X - 19
Diktat Perpetaan, created by Henny

Gambar 10.1 Lembar Peta Geologi Sistematik Pulau Jawa Skala 1 : 100 000
(Sumber Direktorat Geologi, Bandung, 2000)

Selain skala peta, arah orientasi peta harus tersajikan dalam suatu lembar peta.
Bergantung pada kedekatan lokasi kawasan peta terhadap kutub utara atau selatan
bumi, maka orientasi peta akan dibuat ke arah mendekati arah kutub. Di Indonesia,
arah orientasi peta adalah arah kutub utara atau arah utara peta.

Arah utara peta pada peta topografi dibuat sejajar dengan tepi lembar peta, tetapi
pada peta tematik tidak selalu demikian - boleh menyerong terhadap tepi lembar
peta asal tidak terbalik. Arah utara peta bisa dinyatakan dalam arah utara geografis
berdasarkan:
(1) Sistem proyeksi peta (sistem umum berlaku nasional), atau
(2) Arah utara geografis berdasarkan satu titik sistem kerangka dasar tertentu
(sistem lokal), atau
(3) Arah utara magnet berdasarkan satu titik sistem kerangka dasar tertentu
(sistem lokal).

Dalam sistem proyeksi peta tertentu, arah utara peta menujukkan arah utara
geografi yang melalui titik awal (nol) sistem proyeksi peta. Arah utara peta di daerah
sekitar ekuator atau belahan utara bumi umumnya merupakan arah utara geografis.

Kartografi, Bab X - 20
Diktat Perpetaan, created by Henny

Batas peta Muka peta Tepi peta

Gambar 9.1 Bagan umum sebuah peta topografi

Kartografi, Bab X - 21

Anda mungkin juga menyukai