Anda di halaman 1dari 14

A.

JUDUL
SKALA PETA

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian skala peta
2. Mahasiswa dapat menentukan skala peta
3. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam skala peta
4. Mahasiswa dapat mengetahui komponen peta
5. Mahasiswa dapat mengetahui tata letak peta
6. Mahasiswa dapat memperbesar peta menggunakan alat pantograf dalam praktikum
skala peta
7. Mahasiswa dapat memperkecil peta menggunakan metode grid dalam praktikum
skala peta
8. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari alat pantograf
9. Mahasiswa dapat membandingkan metode pantograf dengan metode grid

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Pantograf
2. Penggaris
3. Pensil
4. Penghapus
5. Letter mal

Bahan
1. Guide Map
2. Kertas Milimeter Blok
3. Print kertas ukuran A4
4. Print kertas ukuran A3
5. Kertas ukuran A1
6. Lakban kertas
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Peta
Istilah peta diambil dari bahasa Inggris, "map". Kata "map" sendiri berasal dari
bahasa Yunani, yaitu "mappa" yang dapat diartikan sebagai taplak atau kain penutup
meja. Pengertian peta secara umum adalah rupa permukaan bumi yang digambarkan
menggunakan suatu sistem proyeksi dengan skala tertentu sehingga dapat disajikan
dalam bidang datar.
Menurut Erwin Raisz (1984), Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan
bumi yang diperkecil sebagai ketampakan jika dilihat dari atas dengan ditambah
tulisantulisan sebagai tanda pengenal.
Menurut Aryono Prihandito (1988), Peta merupakan gambaran permukaan bumi
dengan skala tertentu dan digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi
tertentu.
Menurut BAKOSURTANAL (2005), Peta merupakan wahana bagi penyimpanan
dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para
perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.
Peta merupakan gambaran konvensional dari rupa pernukaan bumi pada bidang
datar yang diperkecil dengan skala tertentu.
2. Pengertian dan Macam-macam Skala
Skala angka adalah skala yang ada pada peta. Umumnya skala angka memiliki
bentuk “1:jarak sebenarnya”. Contoh dari skala angka adalah skala standar dokumen
perencanaan. Skala angka memiliki kelemahan yaitu tidak dapat berubah jika peta
diperbesar atau diperkecil. Karena skala angka tidak dapat berubah jika ukuran peta
diubah, skala nyata yang ada dipeta pun akan berbeda dengan skala yang tertulis di
peta. Oleh karena itu, dianjurkan bagi pengguna peta untuk tidak memperbesar atau
memperkecil peta yang hanya memiliki skala angka. Contohnya 1:10000 Skala
tersebut bermakna 1 cm peta= 10.000 cm di dunia nyata.
Skala verbal “Satu cm pada peta merepresentasikan jarak 10.000 cm pada dunia
nyata”. Skala ini menggunakan tulisan untuk menjelaskan rasio jarak peta dengan
jarak nyata. Umumnya, skala verbal berbunyi seperti ini “Satu cm pada peta
merepresentasikan jarak x cm pada dunia nyata”. Skala verbal ini hampir sama
dengan skala angka, hanya saja skalanya dideskripsikan menggunakan kata-kata,
bukan angka.
Skala grafis atau lebih dikenal sebagai skala garis/batang sering kita temukan
dalam peta RBI keluaran Badan Informasi Geospasial. Sistem ini menggunakan
batang bertanda untuk menyampaikan informasi skala suatu peta.
3. Komponen Peta
Komposisi peta atau komponen peta disebut juga kelengkapan peta. Adapun
komponen-komponen peta adalah sebagai berikut.
1. Judul Peta
Judul peta memuat informasi sesuai dengan isi informasi peta. Karena itu,
judul peta merupakan hal yang pertama dilihat oleh pembaca peta. Biasanya, judul
peta terletak di bagian tengah atas peta. Jika judul peta diletakkan di bagian peta
yang lain, letak judul tidak boleh mengganggu kenampakan seluruh peta.
2. Garis Tepi
Garis tepi adalah garis yang terletak di bagian tepi peta dan ujung-ujung
tiap garis bertemu dengan ujung garis yang berdekatan.
3. Garis Astronomis
Garis astronomis merupakan garis khayal yang melintang dan membujur
pada sebuah peta. Garis ini berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam
menentukan posisi suatu lokasi di permukaan bumi. Garis astronomis dinyatakan
dalam garis lintang atau latitude dan garis bujur atau longitude.
4. Orientasi
Orientasi peta atau diagram petunjuk arah menunjukkan posisi dan arah
suatu titik maupun wilayah. Orientasi peta biasanya berbentuk tanda panah yang
menunjuk ke arah utara dan dapat diletakkan di bagian mana saja dan peta sejauh
tidak mengganggu kenampakan peta.
5. Skala peta
Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang atau luas
wilayah di peta dan jarak sebenarnya dengan satuan ukur yang sama. Persamaan
skala peta adalah sebagai berikut. Skala peta = jarak objek di peta : jarak objek di
permukaan bumi Ada tiga bentuk penyajian sakala pada peta. Ketiga bentuk
sakala peta tersebut adalah sebagai berikut: Skala pecahan (numerik) adalah skala
yang dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan atau pecahan. Misalnya, 1:
250.000. Skala ini menunjukkan bahwa setiap 1 cm pada peta sama dengan
250.000 cm atau 2,5 km pada kondisi sebenarnya. Skala garis (grafis) adalah
skala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas bilangan atau batang pengukur.
Misalnya skala 1: 1000.000 yang menunjukkan bahwa satuan jarak 1 cm di peta
berbanding lurus dengan satuan jarak 10 km kondisi sebenarnya. Skala kalimat
(sakala verbal) adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat. Meskipun
skala kalimat mudah dimengerti tetapi kurang biasa digunakan. Skala ini dapat
dilihat pada peta-peta buatang Inggris. Contohnya, kita menemukan kalimat "1
Inchi to 1 mile". Arti kalimat ini adalah 1 inchi di peta menyatakan 1 mil di
lapangan. Semakin besar nilai skala peta, semakin detail informasi yang disajikan,
demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh, skala 1:100 akan lebih detail
dibandingkan skala 1:10.000.
6. Legenda atau Keterangan
Peta Legenda peta memuat keterangan semua simbol yang terdapat pada
peta agar mudah dipahami. Tidak adanya aturan baku dalam penggunaan simbol
dan warna menjadikan legenda sebuah informasi penting yang dapat digunakan
untuk menerjemahkan informasi pada sebuah peta. Biasanya, legenda
ditempatkan pada sisi kiri atau kanan bagian bawah suatu peta atau di dalam garis
tepi pada peta. Penempatan legenda peta hendaknya tidak mengganggu
kenampakan peta secara keseluruhan.
7. Koordinat (Garis Bujur dan Lintang)
Garis bujur dan lintang disebut juga dengan garis astronomi. Garis bujur
dan lintang biasanya ditunjukkan dengan satuan derajat.

8. Simbol Peta
Kenampakan peta tidak sama dengan foto. Foto akan menampilkan bentuk
apa adanya. Adapun peta informasi baik yang tampak maupun tidak.Untuk
menampilkan fenomena dan bentuk secara informatif digunakan simbol. Simbol
peta digunakan untuk mewakili benda yang sebenarnya. Agar simbol yang
digunakan pada peta dapat memberikan informasi yang tepat, simbol harus
sederhana, mudah dimengerti dan bersifat umum. Syarat-syarat simbol yang baik
adalah: 1) kecil, agar tidak terlalu memerlukan banyak ruang pada peta; 2)
sederhana, dan; 3) jelas, agar tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.
Berdasarkan bentuknya, ada tujuh kategori simbol peta. Ketujuh kategori itu
adalah sebagai berikut: 1) simbol titik untuk menyajikan lokasi tempat atau posisi
data, seperti simbol kota, gunung, pertambangan, titik triangulasi (titik
ketinggian) dari permukaan laut. 2) simbol garis untuk menyajikan data geografis,
seperti sungai, batas wilayah, dan jalan. 3) simbol wilayah (area) untuk
menunjukkan kenampakan wilayah, seperti rawa, hutan dan padang pasir. 4)
simbol aliran untuk menyatakan alur dan gerak suatu fenomena. 5) simbol batang
untuk menyatakan harga suatu fenomena atau membandingkannya dengan harga
fenomena yang lain. 6) simbol lingkaran untuk menyatakan kuantitas dalam
bentuk presentase. 7) simbol bola, untuk menyatakan volume (isi). Semakin besar
bola, semakin besar pula volumenya. Demikian juga sebaliknya. Sementara itu,
berdasarkan sifatnya, ada simbol kualitatif. Simbol kualitatif dipakai untuk
membedakan persebaran fenomena yang digambarkan tanpa ukuran yang tegas.
Misalnya persebaran jenis tanah dan persebaran penduduk. Berbeda dengan
simbol kualitatif, simbol kuantitatif digunakan untuk menyatakan atau
membedakan nilai fenomena yang digambarkan.Simbol-simbol kuantitatif
biasanya menunjukkan gradasi nilai dalam bentuk arsiran atau warna.
9. Lettering
Lettering adalah semua tulisan bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk
huruf meliputi huruf kapitalm huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak
dan miring. Contoh penulisan pada peta adalah sebagai berikut: 1) gunakan huruf
proporsional 2) judul ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak 3) kenampakan
air menggunakan jenis huruf miring 4) nama tempat ditulis dengan huruf tegak 5)
sebaiknya tidak terlalu banyak huruf ditemukan pada peta. Oleh karena itu,
sebaiknya informasi yang ada hanya yang penting dan ditulis secara singkat dan
padat.
10. Warna Peta
Warna lazim digunakan untuk menonjolkan perbedaan objek pada peta.
Perbedaan objek tersebut kemudian digambarkan dengan warna berbeda.
Penggunaan warna berbeda itu antara lain terlihat pada hal-hal berikut: 1) warna
dasar cokelat untuk menggambarkan kenampakan relief muka bumi. 2) warna
dasar biru untuk menggambarkan kenampakan wilayah perairan (sungai, danau,
laut). 3) warna dasar hijau untuk menggambarkan kenampakan vegetasi (hutan,
perkebunan) 4) warna merah dan hitam untuk menggambarkan kenampakan hasil
budidaya manusia (misal jalan, permukiman, batas wilayah, dan pelabuhan). 5)
warna putih menggambarkan kenampakan es di permukaan bumi.
11. Sumber Data dan Tahun Pembuatan
Sumber peta menunjukan sumber data yang digunakan dalam pembuatan
peta. Sumber peta memberi kepastian bahwa data dan informasi pada peta akurat.
Sumber peta biasanya diletakan pada bagian bawah peta. Sementara itu, tahun
pembuatan dapat membantu pembaca untuk menganalisis berbagai
kecenderungan perubahan fenomena dari waktu ke waktu. Selain itu, tahun
pembuatan memberikan informasi keakuratan data yang digunakan per tahun
pembuatan.
12. Pembuat Peta
Pembuat peta adalah orang yang membuat peta untuk digunakan sesuai
dengan kebutuhannya.
4. Tata Letak Peta
Tata letak pada peta tematik dapat dibuat dengan mempertimbangkan asas
keserasian, keseimbangan, keselarasan, dan kerapian sehingga menghasilkan tampilan
peta yang menarik. Langkah dalam menentukan tata letak peta adalah dengan
memperhatikan bentuk wilayah dan ruang-ruang kosong yang ada pada peta. Berikut
adalah tiga model tata letak pada peta, yaitu:
Model 1: tata letak petak peta dalam bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan
dalam garis tepi peta. Pada model 1, judul peta diletakkan di atas pada sisi tengah
atau di bagian rata kanan/kiri, tergantung pada bentuk wilayah yang dipetakan. Jika
wilayah condong ke kanan, informasi diletakkan di sebelah kiri dan sebaliknya.
Model 2: tata letak peta berjajar dengan bingkai, yaitu informasi tepi peta diletakkan
di sebelah kanan atau kiri muka peta. Model 2 menekankan pada bentuk letak
informasi tepi yang mengelompok pada sisi kanan atau kiri. Ada garis pemisah antara
muka peta dengan informasi tepi, tetapi masih dalam satu bingkai garis tepi peta.
Model ini juga memperhatikan kecondongan wilayah.
Model 3: tata letak peta bersusun dalam bingkai, yaitu informasi tepi diletakkan di
atas atau bawah muka peta. Bentuk tata letak ini menghaailkan bentuk lembaran
kertas yang memanjang ke bawah.
5. Metode Memperbesar dan Memperkecil Peta
Skala peta dapat diperbesar atau diperkecil dengan beberapa cara, yaitu:
a) Sistem bujur sangkar
Langkah-langkah memperbesar peta menggunakan grid sebagai berikut.
1) Membuat grid (garis-garis yang membentuk kotak-kotak) pada peta dasar yang
akan diperbesar. Berikan penomoran pada kolom dan baris grid.
2) Membuat grid yang lebih besar atau lebih kecil pada kertas untuk menggambar
peta baru. Ukuran grid sesuai dengan pembesaran peta. Misalnya pembesaran dua
kali (2×). Berarti, apabila grid pada peta dasar berukuran 5 mm maka grid
pembesaran berukuran 10 mm.
3) Pindahkan detail kenampakan peta dasar pada grid-grid peta baru.
b) Menggunakan alat pantograf
Pantograph adalah alat yang digunakan untuk memperbesar dan memperkecil
skala. Pantograph memiliki bagian berupa lengan, kaca pengamat dan tempat
pensil. Untuk memperbesar atau memperkecil skala peta menggunakan alat
pantograph, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Hitung pengaturan lengan pantograf dengan menggunakan rumus:
Skala faktor = m/M x 500
Dimana
m = skala peta yang akan diubah
M = skala peta yang diinginkan
Sedangkan 500 merupakan konstanta alat.
Misal peta akan diperbesar 5 kali, maka skala faktor = 1/5 x 500 = 100.
1. Siapkan pantograph, peta dan kertas.
2. Setel skala pantograph sesuai kebutuhan. Sesuai perhitungan, maka lengan
pantograph diatur pada skala faktor 100.
3. Pasang pantograph pada peta yang akan diubah, tepat di ujung pensil.
4. Gerakkan jarum sesuai dengan bentuk peta, maka kertas akan otomatis
menggambar peta sesuai dengan perbesaran/pengecilan tersebut.
c) Menggunakan alat map o-graph
Untuk memperkecil dan memperbesar skala peta, juga bisa dilakukan dengan alat
yang bernama Map-o-graph. Alat ini sudah dilengkapi dengan lensa yang dapat
digerakkan ke atas maupun ke bawah. Sebenarnya, alat ini merupakan salah satu
tipe optical pantograph, di mana ada alat optik di dalamnya. Metode ini sudah
banyak ditinggalkan karena alatnya yang sudah sangat terbatas

6. Metode Penentuan Skala

Dengan memperhatikan hal tersebut, berikut ada beberapa cara atau metode untuk
memperbesar atau memperkecil skala peta, di antaranya:

a. Metode grid

Cara memperbesar dan memperkecil skala peta menggunakan metode grid


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buat grid dengan bentuk bujur sangkar di peta sumber atau peta yang akan
diperbesar/diperkecil. Misal dengan ukuran 2 x 2 cm.
2. Buat grid bujur sangkar di kertas kosong dengan ukuran jumlah
perbesaran/pengecilan dikali dengan ukuran grid di peta asli. Misal jika ingin
memperkecil sebesar setengahnya, maka kita gambar grid dengan ukuran 4 x 4 cm.
Jumlah grid di peta dan kertas kosong harus sama persis.
3. Setelah grid bujur sangkar di peta kosong dibuat, peta dapat digambar ulang di kertas
kosong. Grid-grid ini akan sangat membantu proses penggambaran peta kedua.
 Metode Union jack
 Menggunakan alat pantograph
 Menggunakan alat map-o-graph
 Menggunakan software GIS
b. Dengan Menghitung Interval Kontur
Bila suatu peta mempunyai kontur interval, maka skalanya dapat ditentukan
dengan rumus
Skala: 20.000 x C.I
c. Peta yang bersangkutan dibandingkan dengan peta-peta atau potret udara yang
mempunyai skala
Misalnya:
Kita mengambil jarak 2 titik mislanya A – B pada peta yang tidak berskala. Jarak
kedua titik tersebut diukur dengan mistar, misalnya 5 cm
Langkah berikutnya kita lihat pada peta yang mempunyai titik A – B yang
mempunyai skala, misalnya 1 : 100.000. dan setelah diukur jarak A – B pada peta
misalnya 10 cm. dengan demikian skala peta dapat ditentukan dengan formula, yaitu:
S pt : Skala peta yang dicari
L ps : Jarak pada peta yang mempunyai skala
L pt : Jarak pada peta yang tidak mempunyai skala
S ps : Skala peta yang ada.
d. Dengan membandingkan titik-titik di peta dengan titik-titik di lapangan yang sama,
yang jaraknya telah diketahui
Bila kita menentukan peta yang tidak berskala, maka cara menentukan skalanya
yaitu:
Mula-mula ambil jarak 2 titik misalnya titik C – D pada peta yang tidak berskala,
jarak C – D pada peta ini diukur dngan mistar, misalnya 4 cm. titik C – D pada peta
tersebur kita cek di lapangan dan diukur beberapa jaraj sesungguhnya, misalnya jarak
C – D = 2 km atau 200.000 sm. Skala peta dapat ditentukan dengan membandingkan
kedua jarak tersebut dengan formula:
S pt = Lpt/Lm
Dimana:
S pt : Skala peta yang dicari
L pt : Jarak pada peta yang tidak mempunyai skala
L m : Jarak Sesungguhnya di lapangan
S pt = 4/200.000
= 1/50.000
Atau = 1 : 50.000
Jadi, skala peta yang dicari 1 : 50.000
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan praktikum
2. Mahasiswa mendengarkan arahan dan penjelasan materi dari asisten praktikum
3. Mahasiswa memperhatikan alat dan bahan apa saja yang dijelaskan oleh asisten
praktikum
4. Mahasiswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh asisten praktikum
5. Mahasiswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada asisten praktikum
6. Mahasiswa menggambar atlas pada kertas A1 dengan menggunakan alat
pantograf
7. Mahasiswa menggambar peta administrasi pada kertas milimeter blok dengan
metode grid
8. Mahasiswa menghitung skala hasil perkecilan dan perbesaran
9. Mahasiswa mencari sumber referensi untuk menyusun laporan praktikum
10. Mahasiswa membuat hasil pengamatan skala peta dan menganalisisnya
11. Mahasiswa menyusun laporan praktikum sesuai format yang telah ditentukan
12. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum sesuai
waktu yang telah ditentukan

Anda mungkin juga menyukai