Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi
pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta
disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada
peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.
Berikut ini terdapat beberapa pengertian peta menurut para ahli, diantaranya adalah:
Menurut Erwin Raisz Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang
diperkecil dengan berbagai kenampakan dan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda
pengenal.
Menurut ICA (International Cartographic Association) Peta adalah gambaran atau
representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada
kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.
Menurut Aryono Prihandito (1998) Peta adalah gambaran permukaan bumi dengan skala
tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.
Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005) Peta
adalah wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan
sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan pada
tingkatan pembangunan.
2. Jenis-Jenis Peta
3.Peta digital
Peta digital adalah peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan dalam komputer. Peta ini
dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM. Contoh: citra satelit, foto udara.
4.Peta garis
Peta yang menyajikan data alam dan ketampakan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan
luasan.
5.Peta foto
Peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan
legenda.
3. Komponen-komponen peta
1. Judul peta.
Peta harus memiliki judul. Tujuannya menjelaskan jenis peta. Judul biasanya terletak di atas
gambar.
2. Skala peta.
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di permukaan
Bumi. Terdapat tiga jenis skala, yakni skala numerik, skala garis, dan skala verbal. Berikut
penjelasan lengkapnya.
a. Skala angka.
Skala angka adalah skala yang menunjukkan perbandingan antara jarak pada peta dan
jarak sebenarnya. Contohnya, skala 1 : 50.000. Itu berarti setiap 1 sentimeter jarak pada
peta sama dengan 50.000 kilometer satuan jarak sebenarnya. Jadi, jika jarak dua kota (A
dan B) pada peta 20 sentimeter dan skala pada peta adalah 1:50.000, jarak sebenarnya
antara kota A dan B adalah 20 cm x 50.000 = 1.000.000 cm = 10 kilometer.
b. Skala garis.
Skala garis adalah skala yang ditunjukkan dengan garis lurus yang dibagi dalam beberapa
ruas. Setiap ruas menunjukkan satuan panjang yang sama.
c. Skala verbal.
Skala verbal adalah skala yang ditulis dengan kata-kata atau secara verbal (lisan). Skala
jenis ini sering digunakan di negara tertentu, seperti Inggris. Skala memungkinkan kita
mengetahui luas dan jarak sebenarnya dari ukuran pada peta saja.
3. Garis lintang.
Garis lintang adalah garis imajiner yang melintang terhadap sumbu dari barat ke timur. Garis
lintang menentukan wilayah iklim di permukaan Bumi. Garis lintang terpanjang adalah garis
khatulistiwa atau ekuator yang membagi Bumi menjadi dua bagian, yakni bagian utara dan bagian
selatan.
4. Garis bujur.
Garis bujur adalah garis imajiner yang membujur dari utara ke selatan. Garis bujur berfungsi
menentukan perbedaan waktu di berbagai wilayah di permukaan Bumi. Selisih waktu pada setiap
jarak 15 derajat garis bujur adalah 1 jam. Itulah latar belakang Indonesia terbagi menjadi tiga zona
waktu. Garis bujur yang menjadi patokan adalah garis meridian di Greenwich, Inggris.
5. Petunjuk arah.
Petunjuk arah disebut juga tanda orientasi. Petunjuk arah adalah diagram arah mata angin,
biasanya hanya menunjukkan arah utara ke atas. Ini membantu pembaca peta untuk mengetahui
arah mata angin pada suatu wilayah. Petunjuk arah sangat penting dalam bidang transportasi.
6. Peta inset.
Peta inset adalah gambar peta yang tercantum di luar peta utama, tetapi masih termasuk garis tepi
peta. Ukurannya lebih kecil dan digunakan untuk memperjelas suatu informasi pada peta utama.
Misalnya peta inset kepulauan Indonesia pada peta utama Provinsi Jawa Barat. Ini gunanya
menggambarkan letak Provinsi Jawa Barat berada di Indonesia.
7. Simbol peta.
Simbol peta adalah simbol yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu pada peta. Misalnya
menggambarkan lokasi kota atau jalan. Setidaknya ada tiga simbol pada peta, yakni simbol titik,
simbol garis, dan simbol wilayah.
8. Legenda.
Legenda adalah kumpulan keterangan tentang simbol-simbol yang ada pada suatu peta. Legenda
memudahkan pembaca peta untuk mengetahui maksud suatu simbol pada gambar peta.
9. Warna peta.
Dalam peta juga terdapat komponen berupa informasi warna peta. Misalnya pada peta geografi,
warna hijau menggambarkan dataran rendah, warna kuning menggambarkan dataran tinggi.
Semakin gelap warnanya, semakin rendah dataran tersebut. Sebaliknya, semakin cerah warnanya,
semakin tinggi dataran tersebut. Kemudian, daratan menggunakan warna hijau-kuning-merah,
sementara laut menggunakan warna biru.
10. Lembaga pembuat.
Informasi tentang lembaga pembuat harus dicantumkan pada peta. Lembaga pembuat peta
mencakup informasi tentang instansi yang mengeluarkan peta tersebut. Indonesia memiliki
beberapa lembaga pembuat peta, antara lain Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal), Direktorat Geologi, dan Jawatan Topografi Angkatan Darat.
11. Tahun pembuatan.
Selain lembaga pembuat, tahun pembuatan peta juga termasuk dalam unsur pokok peta. Tahun
pembuatan menunjukkan waktu dibuatnya peta tersebut. Data-data bisa berubah dari waktu ke
waktu, sehingga tahun pembuatan peta harus dicantumkan untuk memberi informasi kepada
pembaca peta apakah peta tersebut masih relevan atau tidak.
12. Keterangan sistem proyeksi peta.
Proyeksi peta adalah teknik pemindaian dari bentuk lengkung Bumi ke bidang datar. Proyeksi
dibutuhkan untuk memindahkan bidang bulat atau lengkung ke bidang datar. Terdapat tiga sistem
proyeksi yang digunakan dalam pembuatan peta, yakni proyeksi azimuthal atau polar, proyeksi
kerucut, dan proyeksi silinder.
4. Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah memindahkan koordinat lintang dan bujur dari globe ke peta atau dari
bidang lengkung ke bidang datar. Proyeksi peta memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan
di permukaan bumi fisis bisa digambarkan di atas bidang datar (peta).
Oleh karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-
perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis
(model) dari bumi fisis tersebut.
Model matematis bumi yang digunakan adalah elipsoid putaran dengan besaranbesaran tertentu.
Maka, secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan elipsoid putaran ke permukaan
bidang datar.
Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang cukup
luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) di mana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan sebagai
bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi
sehingga peta yang dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta ‘ideal’
Proyeksi peta dapat diklasifikasikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu
simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik
yang dipenuhi.
Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan
bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang
digunakan, jenis proyeksi peta adalah sebagai berikut.
1. Proyeksi Azimuthal
Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini
adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi.
2. Proyeksi Kerucut (Conic)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah
sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.
3. Proyeksi Silinder (Cylindrical)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah
sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.
Proyeksi azimuth, kerucut, dan silinder merupakan proyeksi murni yang sangat jarang
digunakan. Sebagai penggantinya, para kartografer menggunakan proyeksi gubahan
atau proyeksi unik seperti:
1. Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta
adalah sebagai berikut.
a. Proyeksi Normal (Polar)
Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi
b. Proyeksi Miring (Oblique)
Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi
Proyeksi Transversal (Equatorial)
Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi
2. Menurut kedudukan bidang proyeksi terhadap Bumi.
Ditinjau dari kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, proyeksi peta dibedakan menjadi
berikut.
a. Proyeksi Tangent (Menyinggung)
Apabila bidang proyeksi bersinggungan dengan permukaan bumi
b. Proyeksi Secant (Memotong)
Apabila bidang proyeksi berpotongan dengan permukaan bumi.
3. Menurut ketentuan geometrik/tingkat kesalahan/distorsi yang dipenuhi.
Menurut ketentuan distorsi atau tingkat kesalahan, proyeksi peta dibedakan menjadi
berikut.
a. Proyeksi Ekuidistan
Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama dengan jarak sebenarnya di permukaan
bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
b. Proyeksi Konform
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut
atau arah sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan memperhatikan faktor skala
peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di
permukaan bumi.
c. Proyeksi Ekuivalen
Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya
dipermukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
4. Pemilihan proyeksi peta
Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
a. tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan,
b. lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan,
c. ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi.
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri dari sistem pasif yang menggunakan sinar matahari
dan sistem aktif yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro. Jumlah tenaga yang
diterima oleh objek di setiap tempat berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
Waktu penyinaran Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus
(siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang
diterima objek, makin cerah warna objek tersebut
Bentuk permukaan bumi – Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna
cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari daripada permukaan
yang bertopografi kasar dan berwarna gelap sehingga daerah bertopografi halus dan cerah
terlihat lebih terang dan jelas
Keadaan cuaca – Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber
tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya, kondisi udara yang berkabut
menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.
2. Atmosfer
Lapisan udara terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen, dan helium.
Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan,
dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Dalam inderaja, jendela atmosfer adalah bagian
spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi
penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi. Kondisi cuaca yang
berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi. Hamburan dapat di
atmosfer. Hamburan dibagi menjadi tiga, yaitu hamburan Rayleigh, Mie, dan nonselektif.
Hamburan Rayleigh terjadi jika diameter partikel atmosfer lebih kecil daripada panjang
gelombang. Hamburan Mie terjadi jika diameter partikel atmosfer sama dengan panjang
gelombang. Hamburan non-selektif terjadi jika diameter partikel atmosfer lebih besar daripada
panjang gelombang. Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer.
Interaksi antara tenaga dan objek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap
objek memiliki karakteristik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke
sensor. Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan objek
berdaya pantul rendah akan terlihat gelap pada citra. Contohnya, permukaan puncak gunung yang
tertutup oleh salju yang mempunyai daya pantul tinggi terlihat lebih cerah daripada permukaan
puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Sensor fotografik merekam objek melalui proses
kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra
foto (foto udara); sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit) dan
Sensor elektronik bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal.
Sinyal elektrik ini direkam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual
atau data digital dengan menggunakan komputer. Sementara Wahana adalah kendaraan atau
media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan
ketinggian peredaran dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok Pesawat terbang rendah sampai menengah dengan ketinggian peredarannya antara
1–9 km di atas permukaan bumi, contohnya drone, Pesawat terbang tinggi dengan ketinggian
peredarannya lebih dari 18 km di atas permukaan bumi dan Satelit dengan ketinggian
peredarannya antara 400–900 km di luar atmosfer bumi.
5. Perolehan Data
Ada dua jenis data yang diperoleh dari inderaja, yaitu Data manual didapatkan melalui interpretasi
citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual, diperlukan alat bantu stereoskop.
Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi, dan Data numerik
(digital) diperoleh melalui penggunaan perangkat lunak khusus penginderaan jauh yang
diterapkan pada komputer.
6. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu orang atau
lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, data inderaja tidak ada
punya manfaat. Data inderaja dapat dipakai di bidang militer, bidang kependudukan, bidang
pemetaan, serta bidang meteorologi dan klimatologi.
d.Citra foto berdasarkan warna Berdasarkan warnanya, citra foto dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
~Foto berwarna semu disebut juga sebagai foto infra merah berwarna. Ciri foto ini adalah warna
obyek sering kali tidak sama dengan warna foto.
~ Foto warna asli disebut juga sebagai foto pankromatik berwarna. Ciri foto ini adalah foto yang
tergambar mirip dengan obyek aslinya.
e.Citra foto berdasarkan wahana
Berdasarkan wahananya, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
~ Foto udara merupakan foto yang dibuat menggunakan pesawat atau balon udara.
~ Foto satelit (orbital) merupakan foto yang dibuat menggunakan satelit. Citra non-foto Citra
non-foto merupakan gambaran suatu obyek yang diambil dari satelit dengan memanfaatkan
sensor. Citra non-foto disebut juga sebagai foto satelit.
Citra non-foto dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Citra non-foto berdasarkan spektrum elektromagnetik Berdasarkan spektrum
elektromagnetiknya, citra non-foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Citra inframerah thermal Citra inframerah thermal merupakan citra non-foto yang dibuat
menggunakan spektrum inframerah thermal. Citra ini biasanya digunakan dalam bidang geologi,
pertanian, hidrologi, perkotaan, dan sebagainya.
Citra gelombang mikro Dilansir dari buku Ensiklopedia Geografi Penginderaan Jauh (2018)
karya Nur Fitriana Sari, citra gelombang mikro adalah citra yang dibuat menggunakan spektrum
gelombang mikro. Kenampakan obyek pada citra gelombang mikro dihasilkan melalui sistem
pasif, yaitu dengan memanfaatkan sumber tenaga alamiah atau matahari.
2. Citra nonfoto:
a. Citra non-foto berdasarkan sensor
d.Berdasarkan sensornya, citra non-foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
~Citra tunggal merupakan citra yang dibuat menggunakan sensor tunggal. Citra multispektral
merupakan citra yang dibuat menggunakan sensor yang jamak.
~Citra non-foto berdasarkan wahana
Serikat Berdasarkan wahananya, citra non-foto dibedakan menjadi dua, yaitu: Citra dirgantara
adalah citra non-foto yang dibuat menggunakan wahana yang beroperasi di udara. Contoh citra
dirgantara adalah citra inframerah thermal dan citra MMS. Citra satelit adalah citra non-foto yang
dibuat menggunakan wahana yang mengorbit di luar angkasa. Contoh citra satelit yaitu NOAA
(Amerika Serikat), MOS (Jepang), Meteosat (Rusia), Venera (Rusia), Viking (Amerika Serikat),
SPOT (Perancis), Seasat (Amerika).
lainnya dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Interpretasi citra penginderaan jauh dilakukan dengan mengamati unsur-unsur pengenal obyek
pada citra tersebut. Unsur-usur yang disebut dengan unsur-unsur interpretasi ini merupakan
unsur-unsur yang akan membantu atau bahkan mengarahkan interpreter ke pengenalan yang
benar.
Rona
Rona (tone) adalah tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona mengacu ke kecerahan relatif obyek
pada citra. Rona biasanya dinyatakan dalam deraat keabuan (grey scale), misalnya hitam / sangat
gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah / putih.
Jika citra yang digunakan itu berwarna, maka biasanya interpretasi yang digunakan adalah warna
(color), meskipun penyebutannya masih terkombinasi dengan rona; misalnya merah muda, kuning
cerah, coklat-kekuningan, biru-kehijauan agak gelap, dan sebagainya.
Warna
Warna dan rona merupakan unsur interpretasi citra yang dapat dikategorikan paling mudah
diantara yang lainnya. Kemampuan identifikasi rona dan warna yang baik akan sangat berguna
dalam proses interpretasi citra. Hal ini dikarenakan rona dan warna dapat menunjukkan wujud
suatu obyek.
Contohnya, pada foto udara dan citra komposit warna asli, warna hijau dapat menunjukkan
dedaunan, warna kecoklatan menunjukkan lahan terbuka, warna kebiruan menunjukkan perairan,
dan warna putih menunjukkan endapan pasir.
Bentuk
Bentuk (shape) merupakan variabel kualitatif yang menjelaskan kerangka suatu objek. Bentuk
objek dapat dilihat secara umum, kombinasi, atau secara individual. Beberapa objek kadang
memiliki bentuk yang sangat unik dan berbeda dari yang lain, sehingga obyek tersebut dapat
dikenali semata-mata dan unsur bentuknya saja.
Misal, pembedaan antara sungai dan selokan dapat didasarkan pada bentuk sungai yang berkelok
sedangkan selokan yang tidak begitu berkelok seperti sungai, dan pada pola selokan yang lebih
teratur karena merupakan buatan manusia.
Ukuran
Ukuran (size) merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, dan voume.
Hal yang penting adalah obyek pada citra harus dipertimbangkan dalam konteks skalanya. Untuk
itu, akan lebih mudah menggunakan aspek ukuran relatif objek dengan objek yang lain misal
besar, kecil, sedang. Jadi ukuran detil dengan satuan, misal meter, seringkali tidak perlu
dilakukan.
Sebagai contoh, sama-sama menggunakan atap berwarna putih, kita bisa membedakan bangunan
untuk supermarket atau pusat perbelanjaan dengan bangunan pemukiman berdasarkan ukurannya.
Bayangan
Bayangan (shadows) adalah bayangan objek yang nampak di citra. Unsur ini sangat penting,
karena dapat memberikan dua macam informasi yang berlawanan.
Pertama, bayangan dapat membantu dalam proses interpretasi. Bayangan dapat menegaskan
bentuk obyek pada citra, karena outline obyek menjadi lebih tajam/ jelas. Selain itu, bayangan
akan dapat memberikan kesan ketinggian dan kedalaman objek, serta dapat memberikan
perspektif relief dan topografi di suatu daerah.
Efek yang kedua, bayangan justru dapat mengganggu informasi karena bayangan membuat suatu
objek lebih gelap daripada seharusnya, atau dapat pula menutupi kenampakan objek yang lain,
sehingga obyek yang diamati menjadi tidak jelas.
Tekstur
Tekstur (texture) merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek. Tekstur dapat
dihasilkan oleh pengelompokan satuan kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan
secara individual, misalnya dedaunan pada pohon dan bayangannya. Hal ini membuat
kenampakan kanopi pohon atau hutan menjadi bertekstur kasar.
Kesan tekstur sangat bersifat relatif, tergantung pada skala dan resolusi citra yang digunakan.
Misal, semak akan memiliki tekstur kasar pada citra dengan resolusi spasial sangat tinggi, dan
semakin halus pada citra dengan resolusi rendah.
Kita dapat mengklasifikasikan tekstur objek menjadi halus, agak halus, sedang, agak kasar, dan
kasar.
Tekstur merupakan gabungan unsur rona dan warna pada suatu objek. Jika terdapat frekuensi
yang tinggi, maka dapat digolongkan bertekstur kasar, sedangkan dengan frekuensi rona yang
rendah, suatu obyek dapat dikatakan bertekstur halus.
Interpretasi tekstur berguna untuk mengidentikfikasi obyek-obyek yang mempunyai warna yang
sama.
Contohnya, suatu daerah dalam citra berwarna hijau, dengan tekstur yang berbeda-beda. Dari hal
ini dapat ditentukan, misal yang bertekstur kasar adalah hutan, yang bertekstur sedang merukan
semak, sedangkan yang bertekstur halus merupakan areal persawahan.
Pola
Pola (pattern) menandai bagi banyak obyek dengan susunan keruangan obyek. Pola biasanya
terkait dengan adanya pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek dalam suatu
ruang.
Untuk memudahkan, pola menjadi teratur, kurang teratur dan tidak teratur. Identifikasi pola
digunakan untuk mengetahui susunan keruangan yang terjadi.
Contohnya, perumahan real estate dikenali dengan pola yang teratur, sedangkan rumah-rumah di
perkampungan biasanya menyebar dan tidak teratur.
Selain itu, kadang-kadang pola lebih mudah untuk diekspresikan dengan istilah yang ekspresif,
misalnya pola melingkar, pola memanjang terputus-putus, pola simetris dan konsentris, dan
sebagainya.
Sebagai contoh, permukiman dengan pola memanjang di sepanjang pinggir jalan, dan pola
pemukiman mengelompok pada area persawahan.
Situs (letak)
Situs (site) atau letak merupakan hasil pengamatan hubungan antar obyek dengan sekitarnya atau
letak suatu obyek.
Untuk lebih memudahkan interpretasi, situs digunakan untuk menjelaskan penjelasan tentang
lokasi obyek relatif terhadap obyek atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali, dan
dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi obyek yang dikaji.
Situs juga berkaitan dengan kondisi geografis seperti iklim, topografi, kemiringan lereng dan jenis
batuan atau tanah tertentu hingga kondisi sosioekonomik tertentu, misal daerah perkotaan dengan
daerah pedesaan.
Contoh dari penggunaan situs dalam proses interpretasi citra adalah sebagai berikut:
Pada daerah iklim tropis, objek berwarna putih dengan rona sangat cerah tidak mungkin
merupakan objek salju, kecuali berada di puncak pegunungan yang tinggi.
Sawah tadah hujan lebih mungkin berada di area kemiringan lereng yang miring dibandingkan
dengan area dataran.
Asosiasi
Asosiasi (association) merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antara suatu obyek atau
fenomena dengan obyek atau fenomena lain, yang digunakan sebagai dasar untuk mengenali
obyek yang dikaji.
Misalnya, objek gedung sekolah dan kantor pemerintah dapat dibedakan dengan gedung atau
bangunan lainnya dengan keberadaan lapangan dengan tiang bendera.
Contoh lainnya, tambak garam dengan tambak udang dapat dibedakan dengan asosiasinya
terhadap tempat penjemuran garam.
Contah lain lagi, kita bisa membedakan sawah irigasi dan sawah tadah hujan berdasarkan
keberadaan saluran irigasinya.
Membantu memberikan gambaran dari semua objek yang ada di suatu wilayah. Misalnya
seperti kondisi permukaan bumi, gunung, sungai, laut dan lain sebagainya.
Mengetahui kondisi dari suatu wilayah sehingga bisa diketahui mediannya seperti apa.
Memberikan efisiensi. Efisiensi dalam hal ini berarti bisa memangkas waktu, tenaga, dan
biaya karena tidak perlu terjun langsung untuk memantau suatu wilayah.
Memaparkan perubahan kondisi dari suatu tempat atau wilayah.