A. PEMETAAN
1. DEFENISI PETA
Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar,
yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta
dengan berbagai pengertian, namun pada hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama. Berikut
beberapa pengertian peta dari para ahli:
sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan
pembangunan.
a) KOMPONEN – KOMPONEN PETA Menurut ICA (International Cartographic Association)
Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi
yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan
pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
b) Menurut Aryono Prihandito (1988)
Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem
proyeksi tertentu.
c) Menurut Erwin Raisz (1948)
Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau
dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.
d) Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)
2. Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan
Suatu peta dikatakan baik dan lengkap apabila memuat unsur-unsur sebagai berikut:
a) Judul Peta
Judul peta terletak di bagian atas yang biasanya menyebutkan jenis peta, lokasi wilayah yang dipetakan, serta
keadaan yang digambarkan dalam peta tersebut.
b) Skala Peta
Skala peta menunjukkan perbandingan jarak, antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan.
Misalnya, peta berskala 1 : 100.000 artinya tiap jarak 1 cm di peta sama dengan jarak 100.000 cm di lapangan.
Rumus untuk menghitung skala peta adalah sebagai berikut:
Jarak di peta
Skala Peta=
Jarak dilapang an
c) Legenda
Legenda adalah keterangan mengenai simbol-simbol yang terdaat di dalam peta. Legenda biasanya terletak di
sebelah kiri, kanan ataupun bawah dari peta yang digambar.
d) Orientas
e) Legenda adalah keterangan mengenai simbol-simbol yang terdapat di dalam peta. Legenda biasanya terletak di
sebelah kiri, kanan ataupun bawah dari peta yang digambar.
f) Simbol Peta
Merupakan tanda-tanda konvensional yang umum dipakai untuk mewakili keadaan yang sesungguhnya ke
dalam peta. Simbol peta dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Simbol fisiografis, seperti: relief, hidrologis, oseanologis, klimatologis, dan sebagainya.
Simbol kultur, seperti: jalur transportasi, batas wilayah, dan sebagainya
g) Inset Peta (peta sisipan)
Peta inset merupakan peta yang disisipkan karena wilayah yang digambar merupakan bagian dari peta utama
atau peta yang menggambarkan wilayah yang lebih luas daripada wilayah yang digambarkan.
h) Garis Bujur dan Garis Lintang
Garis bujur dan garis lintang disebut juga dengan garis astronomi. Garis bujur biasanya ditunjukkan dengan
satuan derajat.
i) Garis Tepi
Biasanya dibuat rangkap. Garis ini dapat dijadikan pertolongan dalam membuat peta pulau, atau suatu wilayah
agar tepat di tengah-tengahnya.
j) Lettering
Lettering adalah semua tulisan yang bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk huruf meliputi huruf kapital,
huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak (Roman), dan miring (Italic). Beberapa contoh cara penulisan
pada peta adalah sebagai berikut:
Judul peta ditulis dengan huruf kapital dan tegak. Contoh : PETA KOTA KUPANG
Hal-hal yang berkaitan dengan air ditulis dengan huruf miring. Tulisan untuk
sungai sejajar dengan arah sungai dan dapat terletak di atas atau di bawahnya.
Besar kecilnya huruf disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu memerhatikan unsur keindahan dan seni peta.
Tulisan nama ibu kota lebih besar daripada tulisan nama kota-kota lain
k) Sumber Data dan Tahun Pembuatan
Sumber data dan tahun pembuatan perlu dimasukkan dalam peta agar bisa diketahui dari mana asal datanya
dan tahun pembuatannya.
3. JENIS – JENIS PETA
a) Berdasarkan isi data
Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dibagi menjadi peta umum dan peta tematik.
1) Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di
permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta
menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan.
Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut:
Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya.
Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis
kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian
yang sama.
2) Peta Tematik
Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/
khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan
penduduk, dan sebagainya. Salah satu contoh peta tematik adalah peta penggunaan lahan. Peta
penggunaan lahan merupakan peta yang khusus menunjukkan persebaran penggunaan lahan
Gambar 1.2 Salah satu contoh peta tematik adalah peta penggunaan lahan
b) Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan pada skalanya peta dibagi sebagai berikut.
1) Peta Kadaster/Peta Teknik
Peta ini mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000. Peta
kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis,
misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagainya.
2) Peta Skala Besar
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk
perencanaan wilayah.
3) Peta Skala Sedang
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000
4) Peta Skala Kecil
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
5) Peta Geografi/Peta Dunia
Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000
4. FUNGSI PEMBUATAN PETA DAN TUJUAN PEMBUATAN PETA
a) Fungsi Pembuatan Peta
Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
1) menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya
dengan tempat lain) di permukaan bumi,
2) memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau
gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta,
3) menyajikan data tentang potensi suatu daerah, dan
4) memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan
jarak-jarak di atas permukaan bumi.
b) Tujuan Pembuatan Peta
Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:
1) membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
2) analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
3) menyimpan informasi,
4) membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan
5) komunikasi informasi ruang.
5. PROYEKSI PETA
1. Defenisi Proyeksi Peta
Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan bumi ke bidang datar.
Ada beberapa ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam proyeksi peta yaitu:
1) proyeksi equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala.
2) proyeksi equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama
dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala.
3) proyeksi konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus
dipertahankan sesuai dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi
2. Jenis – jenis Proyeksi Peta
Terdapat beberapa jenis proyeksi yang digunakan untuk menggambar peta, yaitu:
1) Proyeksi Azimutal/ Proyeksi Zenital
Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar. Proyeksi zenital ini sesuai digunakan untuk
memetakan daerah kutub, namun akan mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk
menggambarkan daerah yang berada di sekitar khatulistiwa.
Proyeksi bentuk ini terdiri atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:
Proyeksi gnomonik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya terletak di pusat lingkaran.
Proyeksi stereografik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya berpotongan (berlawanan) dengan bidang
proyeksi.
Proyeksi orthografik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya terletak jauh di luar lingkaran.
2) Proyeksi Kerucut (Mercator projection)
Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Proyeksi seperti ini sesuai digunakan untuk
menggambarkan daerah yang berada pada lintang tengah seperti pada negara-negara di Eropa.
Sumber: Encarta Encyclopedia, 2004
Gambar 2. Penggambaran peta melalui proyeksi kerucut
3) Proyeksi Silinder (conical projection)
Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Proyeksi seperti ini sangat baik untuk memetakan
daerah yang berada di daerah khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah yang
berada di sekitar kutub.
B. PENGINDRAAN JAUH
1. Dasar – dasar Pengindraan Jauh
a) Defenisi pengindraan jauh
Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi mengenai objek, wilayah, dan gejala di
muka bumi dengan cara menganalisa data yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek.
Beberapa ahli mendefinisikan pengindraan jauh sebagai berikut.
Menurut Lillesand dan Kiefer
Pengindraan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala
dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
terhadap objek, atau gejala yang dikaji.
Menurut Wilson dan Buffon
Pengindraan jauh adalah suatu ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh informasi tentang objek, area
dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek, area, maupun gejala
tersebut.
Menurut David Lindgren
Pengindraan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis
tentang bumi.
Menurut American Society of Photogrametry
Pengindraan jauh adalah pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau
fenomena dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung atau
bersinggungan dengan objek atau fenomena yang dikaji.
b) Komponen – komponen Penginderaan Jauh
Pengindraan jauh sebagai suatu sistem tidak bisa terlepas dari beberapa
bagian yang saling terkait antara komponen yang satu dengan komponen
lainnya.
Berikut ini adalah komponen - komponen penginderaan jauh, yakni:
1) Sistem Tenaga
Sistem tenaga dalam proses indraja terdiri atas sistem pasif, yaitu sistem yang menggunakan sinar
matahari; dan sistem aktif, yaitu sistem yang menggunakan tenaga buatan, seperti gelombang mikro. Jumlah
tenaga yang diterima oleh objek disetiap tempat yang berbeda-beda. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut:
Waktu penyinaran matahari
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saaat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar
daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah warna
objek tersebut.
Bentuk relief permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaan nya lebih banyak
memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap.
Adapun yang bertografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas.
Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan
dan memantulkan. Misalnya, kondisi yang berkabutkan menyebabkan hasil indraja menjadi tidak jelas
atau bahkan tidak terlihat.
2) Atmosfer
Lapisan udara terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen, dan helium. Molekul-
molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantul, dan melewatkan radiasi
elektromagnetik.
Didalam indraja tedapat istilah jendela atmosfer, yaitu bagian spektrum elekromagnetik yang dapat
mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke
permukaan bumi. Kondisi cuaca yang berawan menyababkan sumber tenaga tidak dapat mencapai
permukaan bumi
3) Interaksi antara Tenaga dan Objek
Interaksi antara tenaga dan objek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap objek
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tega ke sensor.
Obyek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedang objek yang daya
pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contohnya permukaan puncak gunung yang tertutup oleh
salju mempunyai daya pantul tinggi yang telihat lebih cerah dari pada permukaan puncak gunung yang
tertutup oleh lahar dingin.
4) Wahana dan Sensor
Wahana
Wahana adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapat indraja.
Berdasarkan ketinggian kendaraan di angkasa dan tempat tempat pemantauanya di angkasa, wahana
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya
antara 1.000-9.000 meter di atas permukaan
Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 meter di
atas permukaan bumi.
Satelit, yaitu wahana yang peredaran antara 400 km – 900 km di luar atmosfer
Sensor
Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik itu pesawat udara maupun
satelit. Sensor dapat di bedakan menjadi dua yaitu, sebagai berikut:
Sensor fotografi yang merekam objek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto dan
citra foto.
Sensor elektronik bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini di rekam pada
pita magnetik yang kemudian di proses menjadi data visual atau digital menggunakan komputer
yang dikenal dengan citra satelit.
5) Perolehan Data
Data yang di peroleh dari pengindraan jauh ada dua jenis sebagai berikut:
Data yang manual didapatkan melalio kegiatan interpretasi citra dengan bantuan alat berupa
stereoskop
Data numerik (digital) diperoleh melalui penggunaan perangkat lunak khusus pengindraan jauh
yang di terapkan pada komputer.
Data yang dikumpulkan dengan berbagai macam peralatan berganung pada obyek atau fenomena
yang sedang diamati. Umumnya teknik pengindraan jauh memanfaatkan radiasi elekromagnetik yang
dipancarkan atau di pantulkan oleh objek yang diamati dalam frekuensi tertentu, seperti inframerah, cahaya
tampak, dan gelombang mikro. Hal ini memungkinkan karena udara dan lainnya memancarkan atau
memantulkan radiasi dalam pengindraan jauh lainnya antara lain melalui gelombang suara, gravitasi atau
medan magnet.
6) Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem pengindraan jauh, yaitu orang
atau lembaga yang memanfaatkan hasil indraja. Lembaga-lembaga yang menggunakan data indraja di
antaranya militer/kepolisian, kependudukan, pemetaan, meteorologi, dan klimatologi.
Pada gambar diatas terlihat ada sumber tenaga yang berasal dari matahari dan zat antara berupa
atmosfer. Tenaga yang mencapai dari objek di muka bumi akan di pantulkan kembali ke sensor dan di
rekam. Tenaga yang direkam oleh sensor setelah diproses akan menghasilkan data pengindraan jauh
yang berupa data digital atau citra. Data pengindraan jauh diinterpretasikan menjadi informasi dan
akhirnya dapat di manfaatkan oleh pengguna.
c) Pengertian Citra
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati sebagai hasil liputan
atau rekaman suatu alat pemantau. Menurut Hornby, citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat
sensor lain. Adapun menurut Simonet dkk, citra adalah gambar rekaman suatu objek (biasanya berupa
gambaranpada citra) yang diperoleh melalui cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektro -mekanik.
1. Jenis-Jenis Citra
a. Citra Foto
Citra foto (Foto udara) dibedakan atas: a) spektrum elektromagnetik yang digunakan; b) sumbu kamera; c)
sudut pandang kamera; d) jenis kamera; e) warna yang digunakan, dan f) sistem wahana dan penginderanya.
1) Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, foto udara dapar dibedakan atas:
a) Foto ultraviolet, yaitu foto udara menggunakan gelombang ultraviolet (dekat hingga panjang gelombang
0,29µm).
b) Foto ortokromatik, yaitu foto udara menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga saluran hijau
(hingga panjang gelombang 0,56 µm).
c) Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat menggunakan seluruh spektrum tampak
d) Foto inframerah asli, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat hingga
panjang gelombang 0,9 µm dan hingga 1,2 µm bagi film inframerah dekat yang dibuat secara khusus
e) Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan spektrum inframerah dekat dan sebagian
spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian pada saluran hijau.
Bila Anda ingin gambaran yang lebih jelas, perhatikan skema berikut
Data dasar geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CD-ROM) dimasukkan ke komputer. Data yang telah masuk
akan diolah melalui CPU (pusat pemrosesan data), dan CPU ini dihubungkan dengan:
a. Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam disket.
b. Unit keluaran (printer, plotter) untuk dicetak menjadi data dalam bentuk peta.
c. VDU (layar monitor) untuk ditayangkan agar dapat dikontrol oleh para pemakai
dan programmer (pembuat program).
Scanner : alat untuk membaca tulisan pada sebuah kertas atau gambar.
CD-ROM : alat untuk menyimpan program.
Digitizer : alat pengubah data asli (gambar) menjadi data digital (angka).
Plotter : alat yang mencetak peta dalam ukuran relatif besar.
Printer : alat yang mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.
CPU : (Central Processing Unit) pusat pemrosesan data digital.
VDU : (Visual Display Unit) layar monitor untuk menayangkan hasil pemrosesan.
Disk drive : bagian CPU untuk menghidupkan program.
Tape drive : bagian CPU untuk menyimpan program.
2. Perangkat lunak (software)
Perangkat lunak, merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan, Menyimpan dan mengeluarkan data yang
diperlukan.
Analisis lebar adalah analisis yang dapat menghasilkan gambaran daerah tepian sungai dengan lebar tertentu.
Kegunaannya antara lain untuk perencanaan pembangunan bendungan sebagai penang-gulangan banjir.
b. Analisis penjumlahan aritmatika (arithmetic addition) menghasilkan penjumlahan.
Analisis ini digunakan untuk menangani peta dengan klasifikasi, hasilnya menunjukkan peta dengan klasifikasi
baru. Untuk lebih jelas perhatikan gambar di bawah ini.
Dalam analisis pejumlahan peta 1 dan peta 2 dijumlahkan menghasilkan peta 3
Contoh analisis penjumlahan aritmatika.
Peta 1 adalah peta lereng dengan tiga klasifikasi. Peta 2 adalah peta vegetasi (tanaman) dengan tiga klasifikasi.
Kelas Klasifikasi
Klasifikasi
1 Datar
2 Landai
3 Agak curam
Kelas
1 padi
2 palawija
3 jagung
Setelah dilakukan analisis penjumlahan aritmatika, didapat peta dengan klasifikasi baru yaitu:
Kelas Klasifikasi
1 Datar dengan tanaman padi c. Analisis garis dan bidang, dapat digunakan untuk
menentukan wilayah dalam radius tertentu. Misalnya,
2 Datar dengan tanaman palawija
daerah rawan banjir, daerah rawan gempa dan daerah
3 Landai dengan tanaman padi rawan penyakit. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di
4 Landai dengan tanaman palawija bawah ini!
5 Landai dengan tanaman jagung
6 Agak curam dengan tanaman padi
7 Agak curam dengan tanaman jagung
Perhatikan gambar diatas. Peta 1 adalah daerah aliran sungai (DAS) dan peta 2 adalah daerah yang selalu
dilanda banjir. Dari kedua data itu (garis dan bidang dilakukan analisis, menghasilkan peta 3. Peta 3 adalah daerah
rawan banjir dengan radius tertentu (digambarkan dengan lingkaran).
4. Subsistem penyajian data (output data)
Subsistem output data berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai hasil analisis data dalam proses
SIG. Informasi tersebut ditayangkan dalam bentuk peta, tabel, bagan, gambar, grafik dan hasil perhitungan
F. MANFAAT SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
1. Manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam
Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alam adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi,batubara, emas, besi dan
barang tambang lainnya.
b. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:
kawasan lahan potensial dan lahan kritis.
kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak.
kawasan lahan pertanian dan perkebunan.
pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
c. Untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
memantau luas wilayah bencana alam.
pencegahan terjadinya bencana alam di masa datang.
menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.
2. Manfaat SIG dalam Perencanaan Pola Pembangunan
Perencana atau penata ruang dengan berpola SIG tidak hanya melihat dari sudut lingkungan fisik saja, tetapi juga
lingkungan sosial, ekonomi dan kependudukan. Dalam penataan ruang, SIG bermanfaat sebagai acuan
perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat terencana lebih awal dan tidak tumbuh semrawut (tidak
teratur) serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Berikut ini contoh manfaat SIG dalam perencanaan pola pembangunan.
1. Pembangunan waduk PLTA Saguling
Dengan SIG, pembangunan waduk tidak hanya memperhatikan faktor kecocokan fisik saja, tetapi juga faktor-
faktor sosial ekonomi penduduk di sekitar proyek tersebut. Dengan dibangunnya waduk raksasa, pola
kehidupan masyarakat yang sebelumnya serba darat akan berubah menjadi pola kehidupan darat dan air.
2. Pemekaran Kota Bandung
Perluasan kota terutama di Jawa terus tumbuh, sehingga perluasan lahan tidak dapat dihindari. Pemekaran
kota di Jawa, terutama akibat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk dari luar Jawa ke Jawa. Salah satu
kota yang mengalami pemekaran di antaranya Kotamadya Bandung