Anda di halaman 1dari 53

HIDROGEOLOGI DAERAH DESA CIHANJUANG,

KECAMATAN CIMANGGUNG, KABUPATEN


BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT
Disusun sebagai laporan hasil kuliah lapangan hidrogeologi

Oleh :
Kelas G-1
Jeani H. Rondonuwu 270110150031

Muhammad Fikri Fadhila 270110150032

Jovi Irwanto Pasaribu 270110150033

Anisha Salmah Azhar Mahdy 270110150034

Dwi Nugraha 270110150071

Tito Harianto 270110150072

Adillah 270110150074

Dede Nurochim 270110150075

Gustian Priana 270110140111

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrogeologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari sifat fisis air
atau pergerakan air tanah dalam batuan dan tanah. Untuk mengetahui sifat
tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan pemetaan hidrogeologi. Dengan
pemetaan hidrogeologi tersebut dapat diketahui pola pergerakan pengaliran air
tanah suatu daerah dengan mengetahui dari sungai, mata air, sumur, yang
dipetakan sehingga dapat diketahui potensi air atau pola pergerakan pengaliran
air suatu daerah. Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah
disebut akuifer, yangmana air di dalam akuifer ini bergerak dari tekanan yang
tinggi menuju ke tekanan yang rendah. Hal-hal yang menyebabkan pergerakan
air ini seperti, gaya gravitasi, lapisan impermeable penutup akuifer, pola
struktur batuan dan fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah.
Pergerakan air tanah umumnya disebut gradien aliran air tanah. Secara alami
gradien dapat ditentukan dengan menarik garis kesamaan muka air tanah yang
berada dalam satu sistem air tanah. Air ialah sumber daya alam yang sangat
dibutuhkan oleh makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya tersebut harus
dijaga dan dirawat agar tetap dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup di
masa yang akan datang. Sumber daya air tergolong dalam jenis sumber daya
alam yang dapat diperbaharui sehingga lebih mudah dalam pengelolaannya.
Namun, apabila tidak diperhatikan dalam pengelolaannya maka sumber daya
tersebut bisa saja tidak dapat digunakan atau bisa membahayakan makhluk
hidup dan lingkungan. Pembangunan pemukiman, pariwisata, industri, dan
perdagangan di wilayah Bandung dan sekitarnya mengalami perkembangan
yang cukup pesat akhir-akhir ini. Dengan perkembangan beberapa hal tersebut
maka dibutuhkan juga sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan
pemukiman, pariwisata, industri, dan perdagangan. Sumber daya air yang
dibutuhkan adalah air bersih. Maka dari itu yang pemenuhan kebutuhan air
bersih adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh daerah tersebut.

1.2 Maksud & Tujuan

Kegiatan Pemetaan Hidrogelogi ini bertujuan untuk memetakan kondisi


hidrogeologi pada daerah penelitian berdasarkan aspek-aspek yang berkaitan,
sehingga diharapkan hasil dari penelitian tersebut dapat berguna bagi
masyarakat dengan luaran berupa Peta Kerangka Hidrogeologi dan Peta Kontur
Muka Air Tanah.

Tujuan penelitian hidrogeologi ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengaplikasikan pemahaman dasar dan teori-teori yang didapat dari


perkuliahan dalam penelitian lapangan dan laboratorium
2. Melakukan pengambilan data lapangan dalam rangka analisis kondisi akifer
dengan melakukan pumping & recovery test dan analisis fluktuasi muka air
sungai dengan menghitung perubahan debit sungai selama lebih kurang 24
jam
3. Mampu melakukan interpretasi dari data lapangan dan laboratorium
mengenai kondisi air dari daerah penelitian baik itu EC, TDS, PH, dan fasies
airnya
4. Mengetahui parameter hidro seperti transimivitas, permeabilitas, dan
storativitas dari data pumping & recover test.
5. Mengetahui debit aliran sungai daerah penelitian dengan menggunakan
metode Hidrograf
1.3 Lokasi Penilitian

Lokasi penelitian ini secara administratif terletak di Desa Cihanjuang,


Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawab Barat. Lokasi
dapat di tempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 20-30 menit dari
Universitas Padjadjaran dengan jarak sekitar 7 km. Secara geografis, wilayah
Kecamatan Cimanggung berada pada ketinggian rata-rata 248,25 meter di atas
permukaan laut. Luas wilayahnya sendiri sekitar 11.197,01 Ha. Topografinya
berupa lereng perbukitan dengan sedikit hamparan. Di sebelah utaranya
berbatasan dengan Kecamatan Tanjungsari, Pamulihan dan Kecamatan
Sumedang Selatan. Di sebelah timurnya berbatasan dengan Kecamatan
Sumedang Selatan dan Kabupaten Garut. Sementara sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Jatinangor, dan di sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

1.4 Waktu Penilitian

Penelitian dilakukan selama 2 hari, pada tanggal 25 dan 26 November 2017


(Sabtu-Minggu). Pukul 08.00 WIB hari Sabtu berkumpul untuk persiapan
keberangkatan di halaman kampus FTG, lalu dilakukan briefing sampai pukul
09.00 WIB dan dilanjutkan pengecekan alat, setelah itu dilakukan diskusi
kelompok untuk persiapan pemetaan sumur dan sungai. Pada pukul 10.00 WIB
berangkat ke daerah penelitian dengan dibagi menajdi dua kelompok, kelompok
pertama melakukan pemetaan sumur dan kelompok kedua melakukan pemetaan
sungai. Kemudian pukul 15.00 WIB dilakukan analisis kimia air sederhana
untuk mengetahui PH, EC, dan TDS dari sampel air sumur dan air sungai,
yangmana kegiatan ini dilakukan di Kampus FTG Unpad. Dan dilanjutkan
kembali dengan melakukan pumping & recovery test bagi kelompok sumur dan
pengukuran hidrograf bagi kelompok sungai, yang dimulai pada pukul 20.00
WIB. Pumping & recovery test serta Hidrograf selesai sampai pukul 15.00 WIB
hari Minggu, kemudian dari pukul 15.00 sampai pukul 17.00 WIB dilakukan
rekapitulasi data dan pembuatan laporan praktikum untuk presentasi. Adapun
presentasi dilakukan pada malam hari di kampus FTG.

Rundownd penelitian Hidrograf

Waktu Kegiatan Kelompok Sumur Kegiatan Kelompok Sungai

25 Nov. 2017

08.00 Berkumpul untuk persiapan Berkumpul untuk persiapan


keberangakatan keberangakatan

09.00 Briefing dan pengecekan alat Briefing dan pengecekan alat

10.00 Menuju daerah penelitian Menuju daerah penelitian

11.00 Melakukan pemetaan sumur Melakukan pemetaan sungai

15.00 Pengujuan kimia sampel air


(PH, EC, dan TDS)
16.00 Persiapan pumping & recver Melakukan hidrograf
test
20.00 Pumping & recver test Melakukan hidrograf

26 Nov 2017

04.00 Pumping & recver test selesai Melakukan hidrograf

10.00 Rekapitulasi data Melakukan hidrograf

12.00 Pengolahan data sementara Melakukan hidrograf

13.00 Pembuatan materi laporan Melakukan hidrograf

15.00 Pengecekan alat Hidrograf selesai

15.30 Kembali ke kampus


18.00 Persiapan presentasi laporan

20.00 Presentasi laporan

21.40 Persiapan pulang (bersih-


bersih dan packing)
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiografi Regional

Gambar 2.1 Peta Geologi Daerah penelitian

Berdasarkan Peta Geologi Regional, daerah penelitian termasuk dalam hasil


gunungapi muda tak teruraikan, yang termasuk dalam pasir tufaan, lapili, breksi,
lava, aglomerat. Lalu Hasil Gunungapi tua lava dan juga Endapan danau yang
mendominasi daerah penelitian yang terdiri dari lempung tuffan, batu pasir tuffan,
kerikil tuffan.

2.2 Hidrogeologi Regional

Hidrogeologi di Desa Cihanjuang dan sekitarnya termasuk dalam wilayah


Cekungan Air Tanah Bandung. Dengan mengacu pada Soetrisno S. (1983), litologi
akuifer di daerah Bandung dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) sistem yakni:
a. Akuifer dengan Aliran Melalui Ruang Antar Butir

Sebaran litologi ini menempati daerah dataran di sekitar Kota Bandung.


Litologi akuifer yang termasuk dalam sistem akuifer dengan aliran melalui
ruang antar butir ini adalah F. Kosambi dan F. Cibeureum, serta sebagian oleh
lapukan batuan dari kedua formasi tersebut dan endapan aluvial. Material
penyusun sistem akuifer ini adalah lanau, pasir dan kerikil yang umumnya
belum padu dan mempunyai kesarangan dan kelulusan sedang sampai tinggi.

b. Akuifer dengan Aliran Melalui Ruang Antar Butir dan Celah


Litologi akuifer yang termasuk dalam sistem akuifer dengan aliran ruang
antar butir dan rekahan adalah F. Cikapundung dan Hasil Gunungapi Tua, serta
F. Cikidang dan Hasil Gunungapi Muda berupa breksi, lahar, lava, dan tuf.
Kesarangan dan kelulusan rendah hingga tinggi. Menempati daerah puncak dan
lereng, serta sebagian kaki dari medan kerucut gunung api.

c. Akuifer dengan Aliran Melalui Rekahan Celah


Umumnya terbentuk oleh batuan terobosan andesit dan batuan berumur
Tersier yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, dan aglomerat. Sebarannya
stempat-setempat di daerah perbukitan, yang umumnya merupakan akuifer
dengan produktivitas rendah sampai langka air tanah. Secara umum cekungan
air tanah Bandung mempunyai produktivitas akuifer sedang sampai tinggi,
setempat-setempat di bagian selatan dijumpai daerah langka, terutama di bagian
puncak bukit/gunung. Tercatat, daerah yang termasuk dalam kelompok akuifer
produktif tinggi terletak di bagian tengan cekungan air tanah Bandung.

2.3 Akuifer

2.3.1 Sistem Akuifer

Airtanah (groundwater) atau sebagian ahli menyebut air bawah tanah,


merupakan salah satu sumberdaya air yang potensial dan banyak mendapat
perhatian dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan air di suatu daerah,
khususnya air minum, penyediaan airtanah selalu dikaitkan dengan kondisi airtanah
yang sehat, murah dan tersedia dalam jumlah yang sesuai kebutuhan (Travis, 1997.
Dalam Sudarmadji, 1990) mengemukakan bahwa keuntungan menggunakan
airtanah antara lain: kualitasnya relatif lebih baik dibandingkan air permukaan,
tidak terpengaruh musim, cadangan airtanah lebih besar dan mudah diperoleh, dan
tidak memerlukan tandon dan jaringan transmisi untuk mendistribusikannya
sehingga biayanya murah. Air ini tentunya harus berasal dari suatu tempat. Secara
praktis semua air bawah permukaan berasal dari presipitasi. Akan tetapi, jumlah
airtanah yang nisbi kecil, bearasl dari sumber-sumber lain. Asal muasal airtanah
juga dipergunakan sebagai konsep dalam menggolongkan airtanah kedalam 4
(empat) tipe yang jelas, yakni :

1. Air meteorik, yakni air yang berasal dari atmosfir dan mencapai mintakat
kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan:
Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan tanah
Secara tidaklangsung oleh perembesan influent (dimana kemiringan muka
airtanah menyusup di bawah arus air permukaan) dari danau, saluran
buatan, an lautan.
Secara langsung dengan cara kondensasi uap air (dapat diabaikan).
2. Air Juvenil, yakni air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan dari
kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini dibagi lagi menurut sumber
spesifikasinya kedalam:
Air magmatik
Air gunungapi dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor).
3. Air diremajakan (rejuvented), yakni air yang sementara waktu telah
dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-sebab
lain, kembali ke daur lagi dengan proses-proses metamorfisme, pemadatan
atau proses-proses yang serupa.
4. Air konat, yakni air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau
gunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisai
dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi dari pada air laut.
Airtanah ditemukan pada formasi geologi permeble (tembus air) yang
dikenal sebagai akuifer (juga disebut reservoir airtanah, formasi pengikat air, dasar-
dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan
jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang
biasa. Airtanah juga ditemukan pada akiklud (atau dasar semi permeble) yang
mengandung air tetapi tidak mampu memindahkan jumlah air yang nyata. Akuifer
ditemukan pada sejumlah lokasi.

Air tanah terdapat dalam beberapa tipe geologi, dan salah satu yang
terpenting adalah akuifer, yaitu formasi batuan yang dapat menyimpan dan
meloloskan air dalam jumlah yang cukup. Pasir tak termampatkan
(unconsiladated), kerikil (gravel), batupasir, batugamping, dan dolomit berongga-
rongga (porous), aliran basalt, batuan malihan dan plutonik dengan banyak retakan
adalah contoh-contoh akuifer. Sifat akuifer untuk dapat menyimpan airtanah
disebut dengan kesarangan atau porositas (porosity), sedang akuifer untuk
melakukan atau meluluskan air tanah disebut dengan permeabilitas (permeability).
Kedua sifat akuifer inilah yang akan berpengaruh terhadap ketersediaan airtanah
pada suatu mintakat geologi, karena airtanah berada di antara rongga-rongga dalam
lapisan batuan tersebut.

2.3.2 Karaktersitik Akuifer

Suatu akuifer berfungsi yaitu sebagai penyimpanan dan sebagai penyalur air.
Kedua fungsi itu diemban oleh pori-pori atau rongga di dalam batuan akuifer itu.
Sifat yang berhubungan dengan fungsinya sebagai penyimpanan adalah porositas
dan hasil jenis.
Gambar 2. 2 Macam Akuifer

Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam
akuifer sebagai berikiut:

a) Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya
sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan
tanah pada akuifer ini disebut dengan water table (preatik leve), yaitu
permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b) Akuifer Tertekan ( Confined Aquifer), yaitu akuifer yang seluruh jumlahnya
air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah,
serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c) Akuifer Semi Tertekan (Semi Confined Aquifer), yaitu akuifer yang
seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos
air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d) Akuifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer), yaitu akuifer yang bagian
bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian, aquifer ini
merupakan peralihan antara akuifer bebas dengan akuifer semi tertekan.
Berikut adalah beberapa istilah lain yang digunakan dalam menanmkan
karakteristik suatu formasi batuan:
1) Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi
dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan
lempung. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandng sebagai
lapisankedap air.
2) Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air
tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandungkan dengan akuifer.
Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu
membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan yang lainnya.
Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky
aquifer.
3) Aquifuge, merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan air.

2.4 Air Tanah

Menurut Herlambang ( 1996) air tanah adalah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Air tanah
adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air
(zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan,
yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan
kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan
menjadi air tanah. Air tanah merupakan salah satu faset dalam daur hidrologi, yakni
suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer
ke bumi dan kembali ke atmosfer, penguapan dari darat atau laut atau air
pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam
tanah atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur
hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air
permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi
termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan
penutup, serta manusia yang berada di permukaan. Air tanah dan air permukaan
saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll)
terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian pula
sebaliknya.

2.5 Sifar Fisik Air Tanah

Karakteristik fisik airtanah berhubungan dengan sifat-sifat fisik air tanah yakni
sifat yang dipergunakan harus bebas dari segala macam kotoran yang dapat
terdeteksi oleh indra penglihatan, indra pembau, dan indra perasa. Karakteristik
fisik meliputi warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan dan temperatur.

a. Warna, warna air dapat disebabkan oleh adanya zat-zat atau material
organik yang terkandung dalam air brsih yang berupa suspensi maupun
yang terlarut. Intensitas warna dalam air dapat diukur dengan satuan unit
warna standar yang dihasilkan oleh 1 mg/l platina (sebagai K2PtCl6).
b. Bau dan rasa, bau dapat disebabkan oleh zat-zat atau gas-gas yang memiliki
aroma-aroma tertentu di dalam air dan terhisap oleh indra pembau seperti
gas H2S, NH3, senyawa fenol, cloro fenol dll. Rasa ditentukan oleh adanya
garam atau zat lain baik yang tersubsidi atau yang terlarut dalam air seperti
MgSO4, Na2SO4 dan NaCl.
c. Kekentalan, kekentalan dapat dipengaruhi oleh partikel-pertikel di dalam
air. Semakin banyak dikandung akan semakin kental. Disamping itu,
apabila suhunya semakin tinggi, maka kekentalannya semakin berkurang
atau semakin encer.
d. Kekeruhan, kekeruhan disebabkan oleh adanya zat-zat yang terkandung di
salam air tetapi tidak terlarutkan, misalkan batulempung, batulanau, dan zat-
zat organik serta organisme.
e. Temperature (suhu), temperatur airtanah dipengaruhi oleh kondisi di
sekelilingnya, seperti musim, cuaca siang dan malam, tempat atau
lokasinya, akibat berbagai macam variasi energi matahari yang diterima
oleh permukaan bumi.
2.6 Pumping Test

Pumping Test adalah melakukan pemompaan dari suatu sumur dengan debit
tertentu, dan mengukur penurunan muka air (drawdown) di sumur pengamatan serta
/ ataupun pada alat piezometer yang diketahui jaraknya dari sumur pemompaan
tersebut. Uji pompa (pumping test) biasa dilakukan untuk mendapatkan parameter-
parameter hidraulik dari suatu akifer (K, T, S, Sc). Tujuan dari pumping test sendiri
ada 2 yaitu 1. Pengujian Akuifer (Aquifer Test) Pengujian akuifer atau lebih
dikenal dengan metode long-term Constant rate test dimaksudkan untuk
pengukuran parameter yang arahnya horisontal terhadap sumur uji, sehingga
diperlukan beberapa sumur pengamatan lain disekitar sumur uji. Pada uji akuifer
ini biasanya disertai pula dengan recovery test atau uji kambuh, merupakan uji
pemulihan kedudukan muka airtanah setelah dipompa.

Sedangkan yang ke 2. Pengujian sumur (Well test) Tujuannya untuk


menetapkan kemampuan sumur dan tidak dibutuhkannya piziometer didekatnya
serta lebih sederhana daripada pengujian akuifer. Uji ini lebih ditekankan pada
perekaman data parameter sumur secara vertikal. Dari debit dan muka air tanah
yang diukur, dapat diperoleh kapasitas jenis (specific capacity) sumur, yang
dinyatakan oleh besarnya debit setiap satuan penurunan dan dapat diperoleh
penurunan jenis ( specific drawdown ) yang dinyatakan dengan besarnya
penurunan setiap satuan debit.

Secara umum, tipe akifer dapat dibagi menjadi tiga, yaitu unconfined aquifer,
semiconfined aquifer, dan confined aquifer.

a. Unconfined aquifer

Unconfined aquifer adalah suatu lapisan permeable yang hanya sebagian


terisi air dan dialasi oleh lapisan yang kedap air. Air yang ada pada akifer ini
disebut unconfined atau phreatic water.

b. Semiconfined aquifer
Semiconfined aquifer adalah suatu akifer yang telah jenuh air, dibatasi oleh
lapisan semi-pervious di bagian atasnya dan lapisan semi pervious atau
impervious dibagian bawahnya. Lapisan semi-pervious dapat didefinisikan
sebagai lapisan yang memiliki permeabilitas yang sangat kecil.

c. Confined Aquifer

Confined aquifer adalah suatu akifer yang jenuh air dan dibatasi bagian atas
dan bawahnya dengan lapisan impervious. Air yang ada pada akifer ini disebut
confined atau artesian water.

Sedangkan parameter hidraulik dari suatu akifer diantaranya adalah :

a. Permeabilitas (Permeability, K) :

Permeabilitas adalah kemampuan dari suatu fluida untuk mengalir melewati


suatu media yang berpori. Nilai dari permeabilitas ini tergantung dari ukuran
dan susunan pori dan celah, karakteristik dinamik dari air, seperti kekentalan
(viskosity), densitas (density) dan gravitasi. Memiliki satuan M/day.

b. Transmissivitas (Transmisivity, T)

Transmisivitas adalah kemampuan dari suatu akifer untuk melalukan air


dalam satuan luas per satuan waktu. Memiliki satuan M2/day.

Specific Capacity (Sc) :

Specific capacity adalah besarnya jumlah air yang dapat diambil dari suatu
akifer per satuan waktu dibagi dengan perubahan tinggi air dalam akifer.
Memiliki satuan M3/day/Mdd.

Storativitas (Storativity, S) :

Storativitas adalah banyaknya volume air yang dapat dikeluarkan atau


dimasukan ke dalam suatu akifer per satuan luas per perubahan head (Heath,
1983). Memiliki satuan M3/M/M2.
2.7 Hidrograf

Hidrograf adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara debit


dengan waktu. Hasil yang diperoleh dari grafik tersebut nantinya adalah sebuah
lengkung hidrograf. Komponen-komponen yang merupakan sumber-sumber
penyebab pengaliran di dalam sungai terdiri dari :

(1) aliran permukaan (surface runoff);

(2) aliran bawah tanah (sub surface flow);

(3) aliran air tanah (groundwater flow),

(4) air yang berasal langsung dari hujan (channel precipitation).


BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah pemetaan hidrogeologi yang menggunakan data
primer, kemudian kualitas air tanah tersebut dianalisa dengan dua metode, yaitu :
1. Pumping Tes
Metode uji pemompaan digunakan utuk mengkarakterisasi akuifer
2. Hidrograf
Metode yang dilakukan melalui analisis debit sungai yang dilihat dari
kecepatan aliran, ketinggian, dan luas permukaan sungai.

3.2 Objek Penelitian


Objek yang diteliti dalam pemetaan ini adalah Sumur dan Sungai.

3.3 Alat dan Bahan


1. Pemetaan Sungai
Alat dan Bahan yang digunakan pada pemetaan sungai, yaitu :
GPS
Peta Dasar
Tongkat ukur : untuk mengetahui kedalaman sungai
Pita ukur : untuk menghitung lebar sungai
Tali rafia : untuk mengikatkan pita ukur dengan tongkat
Gabus : sebagai indikator kecepatan aliran arus
Thermometer air : untuk menghitung suhu air
Ph meter : untuk mengetahui pH air
Stopwatch : untuk menghitung kecepatan aliran arus
Senter : sebagai penerang
Lembar deskripsi : untuk mencatat data yang diperoleh
Alat tulis

2. Pemetaan Sumur
Alat dan bahan yang digunakan pada pemetaan sumur, yaitu :
GPS
Peta dasar
Pita ukur : untuk menghitung kedalaman sumur dan MAT
Botol air 600 ml : untuk mengambil sampel dan menghitung debit
Gembok : sebagai pemberat yang akan di ikatkan pada ujung pita ukur
Kabel : untuk menyambungkan voltmeter dengan air didalam sumur
Voltmeter : sebagai indikator ketika kabel sudah menyentuh air
Thermometer air : untuk menghitung suhu air
Ph meter : untuk mengetahui pH air
Lembar deskripsi : untuk mencatat data yang telah didapat
Alat tulis

3. Hidrograf
Alat dan bahan yang digunakan pada hidrograf, yaitu :
Tongkat ukur : untuk mengetahui kedalaman sungai
Pita ukur : untuk menghitung lebar sungai
Tali rafia : untuk mengikatkan pita ukur dengan tongkat
Gabus : sebagai indikator kecepatan aliran arus
Stopwatch : untuk menghitung kecepatan aliran arus
Senter : sebagai penerang
Lembar deskripsi : untuk mencatat data yang diperoleh
Alat tulis
4. Pumping Test
Alat dan bahan yang digunakan pada pumping test, yaitu :
Pita ukur : untuk menghitung kedalaman sumur dan MAT
Botol air 600 ml : untuk mengambil sampel dan menghitung debit
Gembok : sebagai pemberat yang akan di ikatkan pada ujung pita ukur
Kabel : untuk menyambungkan voltmeter dengan air didalam sumur
Voltmeter : sebagai indikator ketika kabel sudah menyentuh air
Lembar deskripsi : untuk mencatat data yang telah didapat
Alat tulis

3.4 Langkah-langkah Pengerjaan


1. Pemetaan Sungai
Terlebih dahulu, melihat lokasi persebaran sungai pada peta, lalu
tentukan titik mana saja yang akan diambil datanya untuk dipetakan
Menuju lokasi, setelah sampai, plot lokasi pada GPS dan peta.
Mengisi seluruh kolom data pada lembar pemetaan yang telah
disediakan.
Menggambarkan profil sungai dan menghitung kedalaman serta lebar
sungai menggunakan tongkat ukur dan pita ukur.
Menentukan titik s dari arah hulu ke hilir dan ditandai dengan patok.
Menghitung kecepatan aliran arus sungai dengan menggunakan gabus
yang dilemparkan ke sungai dan dihitung waktunya mulai dari patok
awal hingga patok akhir (sepanjang s), dilakukan 3 kali berturut-turut
Data yang dicatat di lapangan yaitu jarak (s), waktu (t), dan luas sungai
(A).
Setelah mendapatkan data, dihitung debit sungainya dengan menghitung
kecepatan aliran arus sungainya terlebih dahulu dengan menggunakan
rumus:


= ; = .

Ambil sampel air dengan menggunakan botol sebanyak 600ml.
Ukur suhu udara dan suhu air menggunakan thermometer, dan ukur pH
air dengan menggunakan pH meter.
Melakukan pengukuran fisika air meliputi warna, bau, dan rasa.
Lakukan langah diatas untuk lokasi sungai yang lain.
2. Pemetaan sumur
Mencari sumur yang akan dipetakan
Menuju lokasi, setelah sampai, plot lokasi pada GPS dan peta.
Mengisi seluruh kolom data pada lembar pemetaan yang telah
disediakan.
Menggambarkan dan menghitung profil sumur seperti tinggi bibir sumur,
kedalaman sumur, diameter sumur, kedalaman MAT, tinggi MAT.
Ambil sampel air dengan menggunakan botol sebanyak 600ml.
Ukur suhu udara dan suhu air menggunakan thermometer, dan ukur pH
air dengan menggunakan pH meter.
Melakukan pengukuran fisika air meliputi warna, bau, dan rasa.
Lakukan langah diatas untuk lokasi sumur yang lain
3. Hidrograf
Menentukan sungai yang akan diteliti, dengan kriteria yaitu sungai tidak
berkelok, memiliki panjang minimal 2 meter, tidak ada hambatan seperti
batu atau sampah.
Menyiapkan alat dan bahan
Menggambarkan profil sungai dan menghitung kedalaman serta lebar
sungai menggunakan tongkat ukur dan pita ukur.
Menentukan titik s dari arah hulu ke hilir dan ditandai dengan patok.
Menghitung kecepatan aliran arus sungai dengan menggunakan gabus
yang dilemparkan ke sungai dan dihitung waktunya mulai dari patok
awal hingga patok akhir (sepanjang s), dilakukan 3 kali berturut-turut.
Perhitungan kecepatan aliran arus sungai dihitung dalam interval 30
menit sekali, jika terjadi hujan maka dihitung setiap 5 menit sekali)
Data yang dicatat di lapangan yaitu jarak (s), waktu (t), dan luas sungai
(A).
Setelah mendapatkan data, dihitung debit sungainya dengan menghitung
kecepatan aliran arus sungainya terlebih dahulu dengan menggunakan
rumus:


= ; = .

4. Pumping test
Menentukan sumur yang akan diteliti, dengan kriteria yaitu sumur
merupakan sumur galian dan sumur menggunakan pompa.
Menyiapkan alat dan bahan
Menggambarkan dan menghitung profil sumur seperti tinggi bibir sumur,
kedalaman sumur, diameter sumur, kedalaman MAT, tinggi MAT.
Menghidupkan pompa air yang memiliki debit konstan, dan dihitumg
debitnya
Mengukur kedalaman MAT dengan menggunakan pita ukur dan
voltmeter yang telah dirangkai dalam interval waktu yang sudah
ditentukan.
Jika kedalaman MAT yang didapatkan memiliki nilai yang sama dalam
3 kali perhitungan, maka kondisi tersebut sudah dinyatakan steady state,
dan debitnya dihitung kembali.
Setelah steady state, matikan pompa
Tahap selanjutnya yaitu recovery test.
Mengukur kedalaman MAT dengan menggunakan pita ukur dan
voltmeter yang telah dirangkai dalam interval waktu yang sudah
ditentukan.
Jika kedalaman MAT yang didapatkan telah sama dengan kedalaman
MAT pada waktu awal melakukan pumping test, maka proses recovery
telah selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Pemetaan Hidrogeologi

Pemetaan hidrogeologi dilakukan pada Desa Cihanjuang, Kecamatan


Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Pada pemetaan
hidrogeologi ini, kami memetakan 5 sumur dan 4 sungai yang ada di daerah
tersebut. Dari 5 sumur yang dipetakan, kelimanya merupakan sumur galian dengan
kedalaman yang berbeda beda. Selain itu, fluktuasi muka air tanah dari kelima
sumur tersebut berbeda beda pula. Pada sumur 1 dan 5 pada saat musim kemarau
tidak terjadi penurunan muka air, tetapi tetap stabil. Namun pada sumur 2 pada saat
kemarau sumur tersebut mengalami kekeringan. Kami memetakan 4 sungai yang
ada pada daerah penelitian, ke empat sungai tersebut merupakan sungai Cimande.
Empat sungai tersebut juga memiliki ciri fisik yang sama, yaitu berwarna keruh,
berbau, dan memiliki rasa. Menurut informasi warga sekitar, pada saat musim hujan
muka air sungai naik dan mengakibatkan banjir di daerah tersebut. Setelah
melakukan pemetaan sumur dan sungai, kami melakukan uji pemompaan yaitu
pumping test dan recovery test dan juga melakukan pengamatan hidrograf. Uji
pemompaan kami lakukan pada Sumur 1 (SM 1) dan pengamatan hidrograf kami
lakukan pada Sungai 1 (SG 1).
Adapun peta kerangka data penelitian di Desa Cihanjuang Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Peta Kerangka daerah penelitian
4.1.1. Jurnal Lapangan

Stasiun : SG 1 (Sungai Cimande) Cuaca : Mendung


Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o5748,3
Pukul : 09.30 WIB E 107o4849,9
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 691 mdpl
Foto: Sketsa:

Profil Sungai : Kondisi Fisik Sungai:

- Lebar Sungai : 6,7 m


- Kedalaman Sungai : 0,74 m

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

- Warna : Keruh
- Bau : Berbau
- Rasa : Berasa
- pH : 7,25
- Zat Padat Terlarut : 79 mg/l
- Daya Hantar Listrik : 118 S/cm
- Temperatur Air : 22 oC
- Temperatur Udara : 28 oC
Perhitungan: A1 = x 165 x 68 = 5610 cm2
Diketahui :
s=8m A2 = x (68+74) x 238 = 16898 cm2
t1 = 13,55 s
A3 = 74 x 217 = 16958 cm2
t2 = 13,55 s
t3 = 13,21 s A = 3,85 m2
t rata-rata = 13,37 s
8 Q =VxA
V = = = 0.6 m/s
13,37 = 0,6 x 3,85 = 2,31 m3/s
Stasiun : SG 2 (Sungai Cimande) Cuaca : Berawan
Hari Koordinat : S 06o5714,4
/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 E 107o4847,2
Pukul : 11.25 WIB Elevasi : 712 mdpl
Lokasi : Desa Cihanjuang
Foto: Sketsa:

Profil Sungai : Kondisi Fisik Sungai:

- Lebar Sungai : 1,82


- Kedalaman Sungai : 0,15 m

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

- Warna : Keruh
- Bau : Berbau
B - Rasa : Berasa
- pH :6
- Zat Padat Terlarut : 82 mg/l
- Daya Hantar Listrik : 164 S/cm
- Temperatur Air : 23 oC
- Temperatur Udara : 26 oC

Perhitungan: A1 = 182cm x 15cm


Diketahui :
s=5m = 0,27 m2
t1 = 8,52 s
Q =AxV
t2 = 8,15 s
t3 = 8,93 s = 0,27 x 0,58
t rata-rata = 8,5 s
5 = 0,1566 m3/s
V = = = 0.14 m/s
8,5
Stasiun : SG 3 (Sungai Cimande) Cuaca : Berawan
Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o5740,5
Pukul : 12.30 WIB E 107o4902,7
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 711 mdpl
Foto: Sketsa:

Profil Sungai :
Kondisi Fisik Sungai:

- Lebar Sungai : 5,97 m


- Kedalaman Sungai : 0,82 m

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

- Warna : Keruh
- Bau : Berbau
B - Rasa : Berasa
- pH :6
- Zat Padat Terlarut : 64 mg/l
- Daya Hantar Listrik : 128 S/cm
- Temperatur Air : 23 oC
- Temperatur Udara : 25 oC

Perhitungan: A1 = x 210 x 82 = 8610 cm2


Diketahui :
s = 10 m A2 = x (82+75) x 162 = 12717 cm2
t1 = 25,6 s
A3 = 75 x 225 = 16875 cm2
t2 = 24,11 s
t3 = 24 s A = 3,8 m2
t rata-rata = 24,5 s
10 Q =VxA
V = = = 0.4 m/s
24,5 = 0,4 x 3,8 = 1,52 m3/s
Stasiun : SG 4 (Sungai Cimande) Cuaca : Berawan
Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o5722,4
Pukul : 15.00 WIB E 107o4918,6
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 731 mdpl
Foto: Sketsa:

Profil Sungai :
Kondisi Fisik Sungai:

- Lebar Sungai : 1,11 m


- Kedalaman Sungai : 0,13 m

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

- Warna : Keruh
- Bau : Berbau
- Rasa : Berasa
- pH : 6,72
- Zat Padat Terlarut : 92 mg/l
- Daya Hantar Listrik :184 S/cm
- Temperatur Air : 24 oC
- Temperatur Udara : 27 oC

Perhitungan: A1 = 13 x 46 = 596 cm2


Diketahui :
s=3m A2 = x 65 x 13 = 422,5 cm2
t1 = 29 s
A = 0,1 m2
t2 = 20 s
t3 = 21 s Q =VxA
t rata-rata = 23 s
3 = 0,14 x 0,1 = 0,014 m3/s
V = = = 0.14 m/s
23
Stasiun : SM1 (Sumur 1) Cuaca : Mendung
Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o 5746,3
Pukul : 10.10 WIB E 107o 4848,0
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 697 mdpl
Foto: Profil Sumur:

a : 0.73m b : 0,89
m

c : 0,83
m
d:
5,69 m

a : diameter sumur
b : tinggi bibir sumur
c : kedalaman M.A.T
d : kedalaman sumur
Tiggi Muka Air Tanah 696,17 mdpl

Pengukuran Fisika dan Kimia Air: Zat Padat Terlarut : 256 mg/l
Warna : Agak Keruh Daya Hantar Listrik : 512 S/cm
Bau : Tidak Berbau Temperatur Air : 23oC
Rasa : Tidak Berasa Temperatur Udara : 27oC
pH : 6,63
Stasiun : sm 2 (Sumur 2) Cuaca : Mendung
Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o 5724
Pukul : 11.11 WIB E 107o 4914
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 710 mdpl
Foto:
Profil Sumur:

a : 0.97m b : 0,67
m

c : 1,66 m

d:
5,27 m

a : diameter sumur
b : tinggi bibir sumur
c : kedalaman M.A.T
d : kedalaman sumur
Tiggi Muka Air Tanah 708,34 mdpl

Pengukuran Fisika dan Kimia Air: Zat Padat Terlarut : 135 mg/l
Warna : Jernih Daya Hantar Listrik : 268 S/cm
Bau : Tidak Berbau Temperatur Air : 25oC
Rasa : Tidak Berasa Temperatur Udara : 28oC
pH : 5,83
Stasiun : Sumur 3 Cuaca : Mendung
Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o 5715
Pukul : 11.39 WIB E 107o 4855
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 720 mdpl
Foto: Profil Sumur:

a : 0.94m b : 1,03 Formatted: Space After: 7.7 pt

m Formatted: Space After: 7.7 pt

c:1m Formatted: Space After: 7.7 pt

d : Formatted: Space After: 7.7 pt

8,06 m

a : diameter sumur Formatted: Space After: 7.7 pt

b : tinggi bibir sumur


c : kedalaman M.A.T
d : kedalaman sumur
Tiggi Muka Air Tanah 719 mdpl

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

Warna : Jernih

Bau : Tidak Berbau

Rasa : Tidak Berasa

pH : 6,54
Stasiun : Sumur 4 Cuaca : Mendung
Hari/tanggal : Sabtu, 25 November 2017 Koordinat : S 06o 5735
Pukul : 12.59 WIB E 107o 4902
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 700 mdpl
Foto: Profil Sumur:

a : 0.62m b : 1,03 Formatted: Space After: 7.7 pt

m Formatted: Space After: 7.7 pt

c : 1,67 Formatted: Space After: 7.7 pt


m
d : 8,5
Formatted: Space After: 7.7 pt

a : diameter sumur Formatted: Space After: 7.7 pt

b : tinggi bibir sumur


c : kedalaman M.A.T
d : kedalaman sumur
Tinggi Muka Air Tanah 698,33 mdpl

Pengukuran Fisika dan Kimia Air: Zat Padat Terlarut : 212 mg/l Formatted: Space After: 7.7 pt

Warna : Jernih Daya Hantar Listrik : 424 S/cm


Bau : Tidak Berbau Temperatur Air : 26oC

Rasa : Tidak Berasa Temperatur Udara : 28oC

pH : 6,35
Stasiun : SM 5 (Sumur 5) Cuaca : Mendung
Hari/tanggal : Minggu, 26 November 2017 Koordinat : S 06o 5719,2
Pukul : 14.36 WIB E 107o 4915,9
Lokasi : Desa Cihanjuang Elevasi : 717 mdpl
Foto: Profil Sumur:

a : 0.69m b : 0,87
m

c : 2,23
m
d:
9,45 m

a : diameter sumur
b : tinggi bibir sumur
c : kedalaman M.A.T
d : kedalaman sumur
Tiggi Muka Air Tanah 714,7 mdpl

Pengukuran Fisika dan Kimia Air: Temperatur Air : 23oC


Warna : Jernih Temperatur Udara : 27oC
Bau : Tidak Berbau

Rasa : Tidak Berasa

pH : 7,4
4.2 Pumping Dan Recovery Test
Uji pemompaan air dilakukan pada hari Sabtu, 25 November 2017 pukul 20.20-
23.20 WIB (Pumping Test) dan 23.34 04.34 WIB (Recovery Test) di Desa
Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Lokasi sumur terletak
pada koordinas S 06o5746,3 dan E 107o4848,0 pada elevasi 697 mdpl. Jenis
sumur pada uji pemompaan ini merupakan Sumur Galian (SG) dengan tinggi bibir
sumur 0,89m, kedalaman sumur 5,69m, diameter sumur 0,73m, kedalaman M.A.T
0,83m, dan tinggi muka air 696,17 mdpl. Pada musim kemarau air pada sumur stabil
atau tidak mengalami pengurangan dan kekeringan. Air sumur pada desa
Cihanjuang ini digunakan untuk semua aktivitas.

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

Warna : Agak Keruh

Bau : Tidak Berbau

Rasa : Tidak Berasa

pH : 6,63

Zat Padat Terlarut : 256 mg/l

Daya Hantar Listrik : 512 S/cm

Temperatur Air : 23oC

Temperatur Udara : 27oC


Gambar 2. Sumur yang dipumping

Tabel 1 Tabel Hasil Pumping test

Waktu t M.A.T DD Q
No
(WIB) Menit Jam Meter Meter (Lt/Dt)
1 20.20 0 0.49 0 3.2
2 20.21 1 0.48 1
3 20.22 2 0.51 1.03
4 20.23 3 0.58 1.07
5 20.24 4 0.63 1.15
6 20.25 5 0.65 1.17
7 20.26 6 0.7 1.22
8 20.27 7 0.74 1.26
9 20.28 8 0.78 1.3
10 20.29 9 0.83 1.35
11 20.30 10 0.9 1.42
12 20.32 12 1.01 1.53
13 20.34 14 1.01 1.53
14 20.36 16 1.09 1.61
15 20.38 18 1.29 1.81
16 20.40 20 1.29 1.81
17 20.45 25 1.33 1.85
18 20.50 30 1.55 2.07
19 20.55 35 1.74 2.26
20 21.00 40 1.81 2.33
21 21.05 45 1.96 2.48
22 21.10 50 2.06 2.58
23 21.15 55 2.21 2.73
24 21.20 60 1 2.29 2.81
25 21.30 70 2.53 3.05
26 21.40 80 2.75 3.27
27 21.50 90 2.88 3.4 2.09
28 22.00 100 3.06 3.58
29 22.10 110 3.2 3.72
30 22.20 120 2 3.41 3.93
31 22.35 135 3.56 4.08
32 22.50 150 3.86 4.38
33 23.05 165 3.86 4.38
34 23.20 180 3 3.86 4.38 2.28
Tabel 1 Tabel Hasil Recovery test

Waktu t M.A.T DD
No
(WIB) Menit Jam Meter Meter
1 23.34 0 3.86 0
2 23.35 1 3.73 0.13
3 23.36 2 3.64 0.22
4 23.37 3 3.64 0.22
5 23.38 4 3.63 0.23
6 23.39 5 3.62 0.24
7 23.40 6 3.58 0.28
8 23.41 7 3.58 0.28
9 23.42 8 3.54 0.32
10 23.43 9 3.52 0.34
11 23.44 10 3.52 0.34
12 23.46 12 3.49 0.37
13 23.48 14 3.44 0.42
14 23.50 16 3.41 0.45
15 23.52 18 3.39 0.47
16 23.54 20 3.35 0.51
17 23.59 25 3.27 0.59
18 0.04 30 3.21 0.65
19 0.09 35 3.11 0.75
20 0.14 40 3.06 0.8
21 0.19 45 2.98 0.88
22 0.24 50 2.9 0.96
23 0.29 55 2.81 1.05
24 0.34 60 1 2.77 1.09
25 0.44 70 2.6 1.26
26 0.54 80 2.51 1.35
27 1.04 90 2.37 1.49
28 1.14 100 2.2 1.66
29 1.24 110 2.11 1.75
30 1.34 120 2 1.99 1.87
31 1.49 135 1.78 2.08
32 2.04 150 1.64 2.22
33 2.19 165 1.46 2.4
34 2.34 180 3 1.31 2.55
35 2.54 200 1.12 2.74
36 3.14 220 0.96 4.08
37 3.34 240 4 0.83 4.21
38 4.04 270 0.65 4.39
39 4.34 300 5 0.48 4.62
Grafik 4.1 Grafik Hasil Pumping test

Grafik Pumping
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 10 100 1000

Grafik 4.2 Grafik Hasil Recovery test

Grafik recovery
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 10 100 1000

Grafik data pada pumping test pada kolom 0 10 mengalami pergerakan


normal. Sedangkan pada kolom 10 100 terdapat penurunan muka air tanah yang
dibawah ambang batas normal. hal itu mungkin disebabkan oleh kualitas akuifer
yang cukup baik.
4.2.1 Perhitungan Pumping Test

Perhitungan nilai
= Data Dd log 100 Data Dd log 10
= 3,57 1,41
= 2,16
Perhitungan Nilai Transmisivitas

Transmisivitas dengan satuan . satuan yang menunjukan kecepatan


aliran di bawah satu unit gradien hidrolik melalui sebuah penampang pada
seluruh tebal enuh suatu akuifer. Adapun nilai transmisivitas pada daerah
penelitian adalah :

2,3 .
T=
4 .
2,3 .2,52 5,796
= = = 0,231 m2 / s
4 .2,16 27,1296

Perhitungan nilai Konduktivitas


Konduktivitas hidrolik atau permeabilitas adalah sebuah koefisien
perbandingan yang menjelaskan tingkatan dimana air dapat bergerak
melalui media permeabel (Fetter, 1980). Atau dengan kata lain sebuah
koefisien yang secara proposrsional menggambarkan kecepatan air yang
dapat melaju melalui media permeabel dalam unit waktu dan unit gradien
hidrolik. Adapun nilai konduktivitas pada daerah penelitian adalah :
0,231
K= = = 0,058 m/ s
3,97

5. HIDROGRAF
Pengamatan Hidrograf dilakukan pada hari Sabtu, 25 November 2017 di
Sungai Cimande, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten
Sumedang. Lokasi sungai ini terletak pada koordinas S 06o5748,2 dan E
107o4849,9 pada elevasi 691 mdpl.
Pengamatan dilakukan mulai pukul 19.30 WIB hingga 15.30 WIB pada
hari minggu, 26 November 2017. Sungai Cimande ini memiliki beberapa cabang
sungai. Dari yang dapat dilihat dilapangan, air sungai Cimande memiliki warna
yakni keruh atau tidak jernih. Selain itu air dari sungai ini juga memiliki bau dan
berasa. Lebar dari sungai pada lokasi pengamatan yaitu 6,7m dan berkedalaman
kurang lebih 0,74m.

Pengukuran Fisika dan Kimia Air:

pH : 7,25

Zat Padat Terlarut : 79 mg/l

Daya Hantar Listrik : 118 S/cm

Temperatur Air : 22oC

Temperatur Udara : 28oC

Gambar 3. Sungai Cimande tempat pengamatan hidrograf dilakukan

Tabel 3 Tabel Hasil Pengamatan Hidrograf


Waktu t rata- v L Q
No Menit s H
WIB rata m/s m2 m3/s
1 19.30 0 16.25 10 0.62 3.42 2.1 0
2 20.00 30 16.13 10 0.62 3.47 2.15 0,02
3 20.30 60 14.26 10 0.7 3.52 2.47 0,01
4 21.00 90 13.27 10 0.75 3.58 2.7 0,01
5 21.30 120 13.70 10 0.73 3.58 2.61 0
6 22.00 150 13.60 10 0.74 3.74 2.75 0,03
7 22.30 180 14.60 10 0.68 3.63 2.49 0,02
8 23.00 210 13.71 10 0.73 3.69 2.69 0,01
9 23.30 240 14.10 10 0.71 3.69 2.62 0
10 0:00 270 13.30 10 0.75 3.68 2.77 0
11 0:30 300 12.13 10 0.82 3.68 3.03 0
12 1:00 330 12.80 10 0.78 3.68 2.88 0
13 1:30 360 15.50 10 0.65 3.68 2.37 0
14 2:00 390 13.30 10 0.75 3.68 2.77 0
15 2:30 420 13.40 10 0.75 3.68 2.75 0
16 3:00 450 13.10 10 0.76 3.68 2.81 0
17 3:30 480 12.90 10 0.78 3.68 2.85 0
18 4:00 510 13.80 10 0.72 3.68 2.67 0
19 4:30 540 13.15 10 0.76 3.74 2.84 0,01
20 5:00 570 13.63 10 0.73 3.74 2.74 0
21 5:30 600 13.65 10 0.73 3.75 2.75 0,01
22 6:00 630 14.13 10 0.71 3.85 2.72 0,01
23 6:30 660 14.20 10 0.7 3.9 2.75 0,01
24 7:00 690 13.40 10 0.75 3.9 2.91 0
25 7:30 720 13.43 10 0.74 3.85 2.87 0,01
26 7:40 730 13.90 10 0.72 3.85 2.77 0
27 8:00 750 13.21 10 0.76 3.85 2.91 0
28 8:20 770 14.14 10 0.71 3.85 2.72 0
29 8:50 800 14.49 10 0.69 3.85 2.66 0
30 9:20 830 14.03 10 0.71 3.75 2.67 0,01
31 9:50 860 13.20 10 0.76 3.75 2.84 0
32 10:20 890 14.06 10 0.71 3.74 2.66 0,01
33 10:50 920 14.80 10 0.68 3.74 2.53 0
34 11:20 950 14.83 10 0.67 3.75 2.53 0,01
35 11:50 980 14.30 10 0.7 3.74 2.62 0,01
36 12:20 1010 14.80 10 0.68 3.74 2.53 0
37 12:50 1040 13.44 10 0.74 3.68 2.74 0,01
38 13:20 1070 13.73 10 0.73 3.68 2.68 0
39 13:50 1100 15.43 10 0.65 3.75 2.43 0,01
40 14:00 1110 14.23 10 0.7 3.75 2.64 0
41 14:30 1140 14.06 10 0.71 3.75 2.67 0
42 15:00 1170 12.76 10 0.78 3.85 3.02 0,01
43 15:30 1200 14.37 10 0.7 3.75 2.61 0,01

Grafik 4.3 Grafik Hidrograf Air vs Debit

Grafik Fluktuasi Air vs Debit


3.5

2.5
Debit (m3/s)

1.5

0.5

0
0,02
0,01
0,03
0,01

0,01

0,01
0,01
0,01

0,01
0
0
0
0
0
0

0
0
0

0
0
0

Fluktuasi Air (m)

Grafik 4.4 Grafik Hidrograf Waktu vs Debit


Grafik Hidrograf Waktu vs Debit
3.5

2.5
Debit (m3/s)

1.5

0.5

0
8:00
8:50
0:30
1:30
2:30
3:30
4:30
5:30
6:30
7:30

9:50
10:50
11:50
12:50
13:50
14:30
15:30
19.30
20.30
21.30
22.30
23.30

Waktu (Jam)

Berdasarkan grafik diatas, maka nilai fluktuasi dan waktu berbanding lurus dengan
Debit sungai pada daerah penelitian dengan range debit 2,1 3,1 m3 / s.
6. PETA POLA ALIRAN TANAH
4.4.1. Peta Muka Air tanah tanah

Gambar 4. Peta Muka Air Tanah

Pembuatan peta kontur muka air tanah menggunakan metode isofreatik,


yaitu menghubungkan ketinggian muka air tanah yang sama. Berdasarkan data
yang diperoleh di Desa Cihanjuang Kec. Cimanggung, Muka air tanah dari utara
ke selatan mengalami penurunan, yaitu dari elevasi 713 696,17.

Adapun kegunaan peta isofreatik adalah :

Untuk menentukan kedalaman sumur


Untuk menentukan arah aliran airtanah
Untuk menentukan gradien hidrolik
Untuk memperkirakan debit suatu akifer
4.4.2 Arah Aliran Airtanah

Arah aliran airtanah ditentuka dari kondisi lembahan yang dibentuk


berdasarkan penarikan ketinggian muka air tanah dan orientasi tegak lurus dari
kontur.

Gambar 5. Arah aliran air tanah

Arah aliran airtanah bergantung kepada elevasi dari wilayah penelitian. Pada desa
Cihanjuang, elevasi akan semakin tinggi ke arah utara, oleh karena itu aliran air tanah
relatif mengalir dari utara ke selatan.
(a) (b)

Gambar 6. (a) DEM daerah Penelitan. (b) Rekontruksi penampang dengan aliran MAT
berdasarkan data.

7. PENGUKURAN SIFAT FISIK AIRTANAH


4.5.1 Pengukuran Sifat Fisik Air
Sifat-sifat fisik airtanah adalah sifat air yang dipergunakan harus bebas dari
segala macam kotoran yang dapat terdeteksi oleh indra penglihatan, indra pembau
dan indra perasa. Karakteristik fisik meliputi warna, bau, rasa, kekentalan,
kekeruhan dan temperatur.
a. Warna, warna air dapat disebabkan oleh adanya zat-zat atau material
organik yang terkandung dalam air bersih yang berupa suspensi maupun
yang terlarut. Intersitas warna dalam air dapat diukur dengan satuan unit
warna standar yang dihasilkan oleh 1 mg/l platina (sebagai K2PtCl6).
b. Bau dan rasa, bau dapat disebabkan oleh zat-zat atau gas-gas yang
memiliki aroma-aroma tertentu di dalam air dan terhisap oleh indra
pembau seperti gas H2S, NH3, senyawa fenol, cloro fenol dll. Rasa di
tentukan oleh adanya garam atau zat lain baik yang tersubsidi atau yang
terlarut dalam air seperti MgSO4, Na2SO4 dan NaCl.
c. Kekentalan, kekentalan dapat dipengaruhi oleh partikel-partikel di dalam
air. Semakin banyak dikandung akan semakin kental. Di samping itu
apabila suhunya semakin tinggi, maka kekentalannya semakin berkurang
atau semakin encer.
d. Kekeruhan, kekeruhan disebabkan oleh adanya zat-zat yang terkandung di
dalam air tetapi tidak terlarutkan, misalkan batulempung, batulanau dan
zat-zat organik serta organisme.
e. Temperatur (suhu), temperatur airtanah dipengaruhi oleh kondisi di
sekelilingnya, seperti musim, cuaca siang dan malam, tempat atau
lokasinya, akibat berbagai macam variasi energi matahari yang diterima
oleh permukaan bumi.
Adapun data sifat fisika dari sample air pada desa Cihanjuang adalah sebagai
berikut :

Sungai 1
Warna : Keruh
Bau : Berbau
Rasa : Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 22oC
Temperatur Udara : 28oC
Sungai 2
Warna : Keruh
Bau : Berbau
Rasa : Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 23oC
Temperatur Udara : 26oC
Sungai 3
Warna : Keruh
Bau : Berbau
Rasa : Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 23oC
Temperatur Udara : 25oC
Sungai 4
Warna : Keruh
Bau : Berbau
Rasa : Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 24oC
Temperatur Udara : 27oC
Sumur 1
Warna : Agak Keruh
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Tidak Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 23oC
Temperatur Udara : 27oC
Sumur 2
Warna : Jernih
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Tidak Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 25oC
Temperatur Udara : 28oC

Sumur 3
Warna : Jernih
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Tidak Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 27oC
Temperatur Udara : 27oC
Sumur 4
Warna : Jernih
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Tidak Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 26oC
Temperatur Udara : 28oC
Sumur 5
Warna : Jernih
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Tidak Berasa
Kekentalan : Encer
Temperatur Air : 23oC
Temperatur Udara : 27oC

4.5.2 Sifat Kimia Air

Adapun sifat-sifat kimia air yang dihitung adalah nilai pH, daya hantar
listrik, dan zat padat terlarut. Datanya adalah sebagai berikut :

Sungai 1
Nilai pH : 7,25
Daya hantar listrik : 118 S/cm
Zat padat terlarut : 78 mg/l
Sumur 2
Nilai pH :6
Daya hantar listrik : 164 S/cm
Zat padat terlarut : 82 mg/l
Sumur 3
Nilai pH :6
Daya hantar listrik : 128 S/cm
Zat padat terlarut : 64 mg/l
Sumur 4
Nilai pH : 6,72
Daya hantar listrik : 184 S/cm
Zat padat terlarut : 92 mg/l
Sumur 1
Nilai pH : 6,63
Daya hantar listrik : 512 S/cm
Zat padat terlarut : 256 mg/l
Sumur 2
Nilai pH : 5,83
Daya hantar listrik : 268 S/cm
Zat padat terlarut : 135 mg/l
Sumur 3
Nilai pH : 6,54
Daya hantar listrik : 304 S/cm
Zat padat terlarut : 152 mg/l
Sumur 4
Nilai pH : 6,35
Daya hantar listrik : 424 S/cm
Zat padat terlarut : 212 mg/l
Sumur 5 tidak dilakukan pengukuran nilai daya hantar listrik dan zat padat
terlarut, hal itu disebabkan karena sumur 5 diambil pada hari kedua
sebagai data tambahan.
Nilai pH : 7,4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari pemetaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Grafik data pada pumping test menunjukkan bahwa karakteristik akuifer dari
sumur memiliki kualitas yang cukup baik.
2. Berdasarkan grafik data hidrograf menunjukkan nilai fluktuasi dan waktu
berbanding lurus dengan Debit sungai pada daerah penelitian dengan range debit
2,1 3,1 m3 / s.
3. Arah aliran atau pola pergerakan aliran air tanah pada daerah penelitian, mengalir
dari elevasi yang tinggi ke elevasi yang rendah.

Saran untuk pemetaan yang dilakukan adalah

1. Untuk melakukan pumping test sebaiknya diusahakan mencari sumur yang


mempunyai mesin pompa untuk memudahkan pengerjaan atau pengolahan data.
2. Pemetaan sebaiknya dilakukan secara detail baik dalam pemetaan sungai dan
sumur untuk memudahkan dalam melakukan korelasi untuk menentukan pola
pergerakan air tanah.
Daftar Pustaka

Anonim. Diakses melalui http://fracfocus.org/groundwater-protection/fluid-flow-


subsurface-darcys-law

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999. Peta Rupa Bumi Digital Lembar
Soreang

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2000. Peta Rupa Bumi Digital Lembar
Pakutandang

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001. Peta Rupa Bumi Digital Lembar
Bandung

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001. Peta Rupa Bumi Digital Lembar
Ujung Berung

Silitonga, 1973. Peta Geologi Lembar Bandung Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi

Soewarno, Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Nova: Bandung
Lampiran Peta

Anda mungkin juga menyukai