Anda di halaman 1dari 8

GEOLOGI BATUBARA

Proksimat-Ultimat

Bahan inherent batubara:

Maseral fraksi (bahan) organik penyusun/pembentuk batubara yang ekuivalen dengan


mineral pada batuan.

Mineral matter (bahan mineral) fraksi anorganik yang terdiri atas mineral primer dan
sekunder.

Komposisi dan rasio dari kedua kedua jenis fraksi tersebut menunjukkan kandungan bahan
asli (original) batubara, dan menyatakan jenis/tipe batubara (coal type).

Peringkat/Rank:

1. Tingkat diagenesis atau koalifikasi (pembatubaraan) batubara, akibat proses penimbunan


(burial) dan tektonik menentukan peringkat batubara (coal rank).

2. Istilah:

brown coal digunakan untuk batubara peringkat rendah, seperti lignit dan batubara sub-
bituminus.

black atau hard coal digunakan untuk batubara peringkat lebih tinggi, yakni batubara
bituminus, semi-antrasit, dan antrasit.

3. Secara megaskopik (visual), sebagian besar batubara tersusun oleh lapisan-lapisan bahan
organik yang berbeda-beda. Setiap lapisan tersebut mempunyai ciri-ciri sifat fisik dan
kimiawi yang berbeda.

Proses Pembatubaraan (Coalification)

Tingkat perubahan: gambut lignit sub-bituminus bituminus antrasit.

Selama proses penimbunan dan kenaikkan temperatur yang menerus terjadi perubahan
kimiawi dan fisika bituminus.

Tingkatan alterasi (metamorfosa) dari gambut sampai antrasit disebut sebagai peringkat
(rank) batubara. Batubara peringkat rendah meliputi lignit dan sub-bituminus; kandungan
energi rendah, karena kandungan karbon rendah; warna lebih terang; kelembaban tinggi.

Waktu, panas, dan tekanan pembebanan/penimbunan naik/bertambah, peringkat juga naik.


Batubara peringkat tinggi (bituminus dan antrasit), kandungan karbon lebih tinggi energy
lebih tinggi; kelembaban lebih rendah.
Tahap Pembentukan Batubara

Berdasarkan perubahan secara fisika dan kimiawi yang dialami oleh bahan tumbuhan menjadi
batubara, terbentuklah variasi:

gambut,

lignit,

sub-bituminus,

bituminus,

semi-antrasit, dan

antrasit;

Yang bergantung kepada sifat alamiah dan komposisi:

kandungan bahan organik,

zat terbang,

nilai kalori, dan

kelembaban.

Gambut:

Terbentuk dalam fase selanjutnya dari bog.

Kimiawi --- sangat mirip bog, hanya kandungan karbon 30 35%, hidrogen 5-7%, serta jejak
N, S, dan P.

Karbon dan hidrogen beserta nitrogen membentuk asam amino.

Kelembaban 35%; zat terbang (VM) 10%;

CV (nilai kalori) 2000 kcal/kg).

Tidak keras, dan masih bisa diremas (friable).

Tak mempunyai struktur khusus.

Belum terkena panas dan tekanan.

Masih murni sedimen; ringan, porus, fibrous, coklat muda keabuan coklat gelap.

Struktur tanaman asal masih kelihatan di bawah mikroskop.

Lebih kompak dengan kelembaban yang lebih rendah daripada bog.

Mudah terbakar; gas hidrokarbon hilang selama proses pembentukan gambut.


Secara setempat digunakan sebagai bahan bakar.

Lignit:

Tahap ketiga dalam pembentukan batubara, dan memperlihatkan beberapa karakteristik


batubara peringkat rendah.

Kandungan karbon 40-55%

Oksigen dan kelembaban (25-35%) lebih rendah daripada gambut.

CV (nilai kalori) 3300-3900 kcal/kg.

Bersifat fragile (mudah pecah/hancur) menjadi tepung.

Coklat kusam coklat kehitaman.

Tak mempunyai struktur yang jelas.

Sedikit terpengaruh oleh panas dan tekanan.

Lignit peringkat rendah memperlihatkan struktur tumbuhan yang masih jelas.

Karena sangat dekat dengan batubara peringkat rendah, nilai kalorinya cukup
tinggi/signifikan --- 3300-3900 kcal/kg.

Kandungan abu : 10-20%.

Sub-bituminus - Bituminus:

Dalam kenyataannya merupakan pembentukan batubara tingkat awal.

Lebih matang daripada lignit dan telah terpengaruh oleh panas dan tekanan pada periode
pendek.

Karbon: 65-80%.

Oksigen lebih sedikit.

Kelembaban 8-25%.

CV 4450 550 kcal/kg.

Kadar abu 15-45%.

Maseral mudah terdeteksi.

Peringkat terendah dari batubara bituminus.

Pola struktur jelas yang diperlihatkan oleh litotipe.

Mudah terkena spontaneous combustion (adanya kandungan zat terbang).

Tidak mudah hancur.


Semi-bituminus --- Antrasit:

Semi-bituminus

Batubara bituminus yang superior.

Zat terbang 11-18%.

CV 6600 8550 kcal/kg.

Semi-antrasit dan Antrasit

Tahap terakhir koalifikasi.

Terbentuk akibat proses geologi yang kuat di dalam dan sekitar batubara.

Zat terbang 4-5%.

Kelembaban < 1%.

Karbon 90-98%.

Hidrogen < 2%.

CV 7700 8300 kcal/kg.

Merupakan hard coal dengan warna hitam (iron black) dan sub-metallic to brilliant luster.

Tidak mengotori tangan.

Maseral tidak terdeteksi secara jelas.

Coalification:

Dimulai sesudah proses penggambutan berlangsung, merupakan perubahan yang bertahap


melalui tingkatan lignit batubara subbituminus batubara bituminus antrasit
meta-antrasit.

Peringkat (rank) batubara adalah tingkatan pembatubaraan yang tercapai.

Selama proses pembatubaraan tersebut akan terjadi perubahan secara kimiawi, fisika, dan
petrografis.

Perubahan kimiawi meliputi condensation, polymerization, aromatization, dan pelepasan/


kehilangan oksigen, sulfur, dan nitrogen; diimbangi oleh kenaikan kandungan karbon.

Perubahan utama fisia meliputi porositas, density, dan kekerasan (hardness).


1. Rank (peringkat)

merefleksikan tingkat metamorfisme (coalification) yang dialami oleh massa


hancuran/rombakan tetumbuhan (plant debris/gambut) selama proses pembebanan/
penimbunan (burial).

Proses ini bergantung pada temperatur maksimum yang terjadi terhadap batubara, dan juga
merefleksikan kedalaman penimbunan serta gradien geotermal pada saat proses
pembatubaraan.

Aliran panas dari intrusi batuan beku yang dekat juga memainkan peran penting.

2. Type (tipe/jenis)

merefleksikan sifat-dasar/jenis hancuran tetumbuhan yang merupakan bahan pembentuk


gambut, termasuk komponen campurannya (kayu, daun, alga/ganggang, dlsb.) yang terlibat,
serta tingkat degradasi sebelum tertimbun.

Juga komponen tetumbuhan khusus yakni maseral yang merupakan titik awal mendasar
untuk kajian petrologi batubara.

Maseral/Bahan Organik:

Maceral (macerare = to soften, Latin) --- (Stopes, 1935 firstly used the term) :

Bahan hasil evolusi berbagai organ atau jaringan tetumbuhan-asal yang berbeda selama
proses akumulasi pertama dan tingkat awal degradasi biokimia dan koalifiksi
(pembatubaraan) awal (pematangan).

Berdasarkan sifat fisika dan kimia (terutama sifat optis)ada tiga kelompok maseral (Stopes,
1935; ICCP, 1963 and 1973):

Vitrinit (kaya akan O; H/C = + 0.75)

Eksinit/liptinit (kaya akan H; H/C = 1.2 or >>)

Inertinit (kaya akan C; H/C = 0.5 or <<)

Stach drr. (1982) setiap kelompok maseral dibagi menjadi maseral.

Bahan Anorganik / Mineral Matter:

1. MM - Bahan anorganik yang hadir dalam batubara.

2. Membentuk abu sesudah pembakaran batubara.

3. Dua kelompok berdasarkan cara asalnya (Francis, 1961):


inherent (> 2%) hadir hampir dalam semua tumbuhan pembentuk batubara; umumnya
berupa unsur Ca, Mg, Fe, Al, Na, K, Mn, Ti, S, Si, dan P. Beberapa di antaranya (Na, K, MG,
and Cl) terlepas oleh air saat proses biokimia.

adventitious semua mineral matter yang tercuci ke dalam rawa batubara sebagai fragmen
rombakan atau hasil presipitasi larutan dalam rawa.

4. Dua jenis mineral matter berdasarkan posisi sekarang:

Extraneous berasal dari lapisan non-batubara (intra-seam sediments) atau roof dan floor
strata.

Inherent - berasosiasi dengan maseral; mineral yang tercampur secara intim/ketat dan
anorganik non-mineral di dalam komponen maseral.

Geokimia/Proksimat:

Moisture (FM, TM, IM):

one of the contaminants of coal;

free or surface moisture (FM) that can be removed by exposuring to air;

inherent moisture (IM) can be removed by heating at 220o F.

Commonly, moisture values are residual moisture, and is named as determined basis (adb)
moisture, because these are determined on air-dried coal samples.

a good indicator of rank of brown- and sub-bituminous coal stages; increases with increasing
depth.

Porosity is the main factor controlling the degree of moisture content.

A decrease of moisture content occurs, a corresponding rise in calorific value is noted.

In tropical and warm temperate climates, difficulties in sample preparation of coal for
moisture analysis occur, because the moisture can be rapidly released from the coal.

Volatile Matter (VM):

Removed when coal is heated in the absence of air.

Released from the organic compounds during heating or combustion of coal comprises HC
and N gases, and vapour.

Yield from a whole coal sample is very useful information, particularly on coal type
analysis.

Type of coal rich in exinite produces more VM than the exinite-poor one.
Fixed carbon (FC):

Stable solid carbon compound or char other than ash obtained upon combustion of
coal in absence of oxygen after the removal of moisture and VM. VM = 100 (%)
(M+VM+Ash).

Used as an index of the yield of coke expected from a coal on carbonization. It may
be an index of coal rank and a parameter in coal classification.

Amount of FC is inversely proportional to VM (Diessel (1992).

Calorific Value (CV) or Specific Energy:

Quantity of the heat unit released when 1 kg-weight of coal is completely burned in
oxygen under standard pressure or volume.

Heating value of coal can be used as a measure of the rank of coal, and it is related
to coal type (Cook and Kantsler, 1982).

Ash:

an inorganic residue consisting of non-combustible mineral matter in coal, when


coal is completely burned.

Represent the bulk of MM in coal, after volatile components ve been released.

Graese et al. (1992) categorized ash in coal:

(1) Very high (15 20%);

(2) High (10 15%);

(3) Moderate (5 10%); and

(4) Low (< 5%).

The chemical composition of coal ash is directly related to the composition on


minerals contained in coal.

Geokimia Ultimat:

Sulphur:

high content is associated with marine influence in coal measures.

Majority of sulphur in coal belongs to MM in inorganic forms.

Inorganic sulphur occurs as various types of iron sulphides, mainly pyrite present as the most
common iron-bearing mineral in coal.

Sulphur is the most harmful impurity of coal in industrial use and in it environmental
implications.
Occurs as possible sources of pollution during the combustion of coal (Swaine, 1982).

High sulphur coal is a major source of anthropogenic sulphur oxide emissions, leading to
the contribution of acid rain.

Anda mungkin juga menyukai