Oleh :
Kelas C-1
Fauzan Luqman 270110140011
Hikmatyar 270110140013
PENDAHULUAN
Hidrogeologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari sifat dan
karakteristik serta keterdapatan fisik dan kimia air tanah dibawah permukaan
bumi.Untuk itu dalam memahami kondisi hidrogeologi suatu wilayah diperlukan
informasi mengenai stratigrafi serta truktur geologi.Beberapa hal yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan penelitian dan pengamatan
sumur,mata air dan sungai.
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kondisi hidrogeologi daerah
penelitian dilihat dari semua aspek aspek hidrogeologi yang berkaitan.Hasil penelitian
ini diharapkan dapat berguna untuk masyarakan sekitar daerah penelitian yang
memerlukan informasi mengenai kondisi hidrogeologi daerah penelitian dan sekitarnya.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian hidrogeologi kali ini adalah :
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penelitian hodrogeologi ini adalah kami mampu
mmberikan informasi menegnai kondisi hidrogeologi daerah penelitian kepada
masyarakat daerah penelitian.Seperti karakteristik air,kedalaman muka air tanah,kondisi
fisik dan kimia air yang layak diminum,serta pengetahuan seputar debit air sungai yang
mengalir di daerah tersebut yang dapat diaplikasikan untuk antisipasi banjir.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Skala yang luas, Desa Andir Kecamatan Baleendah termasuk kedalam
Bandung Selatan. Secara regional (Katili dan Sudradjat, 1984) daerah Bandung selatan
merupakan bagian dari kelompok gunung api Kuarter yang dibatasi oleh segi tiga sesar
besar. Di bagian barat laut terdapat zone sesar geser mengiri Sukabumi-Padalarang, di
sebelah timur laut zone sesar geser menganan Cilacap-Kuningan dan di sebelah selatan
adalah sesar turun yang berbatasan dengan Pegunungan Selatan. Dari peta geologi
lembar Garut (Alzwar drr., 1992) terlihat bahwa pola sesar di kawasan Gunung
Malabar, Wayang, Windu, dan Tilu berarah timur laut-barat daya dan sedikit barat laut-
tenggara. Sesar tersebut ada yang berupa sesar naik dan sesar turun. Pada batas antara
batuan gunung api Kuarter dengan batuan gunung api Tersier di utaranya terdapat sesar
turun berarah barat-timur.
Secara umum dari utara ke selatan, bentang alam daerah Bandung Selatan
berupa dataran tinggi Bandung, perbukitan, dan pegunungan. Puncak-puncak gunung
api di daerah ini antara lain Gunung Malabar (2321 m), Tilu (2042 m), Tanjaknangsi
(1514 m), Bubut (1333 m, tinggian di sebelah utara Gunung Tanjaknangsi), Wayang
(2182 m), dan Windu (2054 m). Jauh di tepi barat terdapat puncak Gunung Kuda (2002
m), sedangkan di sebelah timur Gunung api Malabar terdapat deretan puncak Gunung
Kendang (2817 m), Guha (2397 m), Kamasan (1815 m), dan Dogdog (1868 m). Daerah
pegunungan ini tersusun oleh batuan gunung api muda (Kuarter, Alzwar drr., 1992).
Kawasan perbukitan terletak di bagian tengah di antara pegunungan di sebelah selatan
dan dataran tinggi Bandung di sebelah utara. Morfologi perbukitan ini menempati
daerah sempit di Soreang (723 m), area di wilayah Baleendah - Arjasari yang terletak di
timur kota Banjaran - Pameungpeuk hingga di sebelah barat Majalaya - Ciparay.
Puncak-puncak perbukitan ini antara lain Gunung Kromong (908 m), Geulis (1151 m),
Pipisan (1071 m), dan Bukitcula (1013 m). Pada umumnya, bentang alam perbukitan
ini tersusun oleh batuan gunung api tua (Tersier).
Dataran tinggi Bandung (lk. 700 m) terletak di bagian utara, mulai dari daerah
Banjaran di sebelah barat dan Majalaya di sebelah timur meluas ke utara hingga Cimahi
dan kota Bandung. Dataran ini tersusun oleh endapan danau dan batuan gunung api
Sunda - Tangkubanparahu. Dataran Pangalengan (1400 m) yang relatif sempit dan
terletak di bagian selatan, hampir dikelilingi oleh puncak-puncak pegunungan, yakni
Gunung Malabar di sebelah utara, Gunung Kendang - Guha di sebelah timur, dan
Gunung Kuda di sebelah barat. Hanya ke selatan berbatasan dengan Pegunungan
Selatan yang bahan penyusun utamanya adalah batuan gunung api Tersier. Di tengah-
tengah Dataran Pangalengan terdapat sebuah danau bernama Situ Cileunca. Dataran
Pangalengan ini tersusun oleh endapan piroklastika yang sangat tebal. Kawasan
perbukitan mempunyai sebaran paling luas sehingga mendominasi daerah penelitian.
Secara keseluruhan, daerah Bandung bagian selatan ini tersusun oleh batuan
hasil kegiatan gunung api. Dimana pada daerah penelitian didominasi oleh Hasil
Gunungapi Muda Tak Teruraikan yang terdiri dari Pasir Tufaan, Lapili, Breksi,
Aglomerat dimana sebagian berasal dari Gunung Tangkubanperahu dan sebagian lagi
berasal dari Gunung Tampomas.
Hutasoit dan Ramdhan, 2009 telah menganalisi log litologi dari hasil pemboran
air tanah. Dari data ini dapat dilihat bahwa di bawah permukaan, Formasi Cibeureum
juga terdapat di bawah Formasi Kosambi yang tersingkap di permukaan, terutama di
bagian barat dan timur, membentuk sistem akuifer terkekang. Data litologi terperinci
Formasi Cibeureum dari log pemboran, seperti misalnya yang ditunjukkan oleh
Koesoemadinata dan Hartono (1981) serta Hutasoit dan Ramdhan (2006), menunjukkan
keberadaan lebih dari satu akuifer dalam formasi tersebut (multiaquifer system). Secara
alamiah tidak diketahui apakah akuifer-akuifer tersebut berhubungan atau tidak, tetapi
dengan adanya pemboran, akuiferakuifer tersebut pasti berhubungan, sehingga dapat
dikatakan bahwa MAT yang diukur pada satu titik pemboran adalah MAT pada formasi
tersebut. Data litologi terperinci Formasi Cibeureum dari log pemboran, seperti
misalnya yang ditunjukkan oleh Koesoemadinata dan Hartono (1981) serta Hutasoit dan
Ramdhan (2006), menunjukkan keberadaan lebih dari satu akuifer dalam formasi
tersebut (multiaquifer system).
2.3 Akuifer
Akuifer adalah suatu unit geologi yang jenuh dan mampu memasok air kepada
sumur atau mata air sehingga dapat digunakan sebagai sumber air. Ukuran pori dan
jumlah pori yang terdapat dalam suatu formasi mungkin kecil atau besar, tergantung
pada tipe material batuan.
Berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang melingkupi akuifer, dikenal adanya empat
jenis akuifer, yaitu :
1. Konduktivitas hidrolik
Tingkat aliran air melalui luas penampang penampang didefinisikan, pada unit
gradient hidrolik. Dalam unit bahasa Inggris laju aliran dalam galon per hari, luas
penampang adalah salah satu kaki persegi.
2. Storativitas dan specific capacity
Ukuran jumlah air dari akuifer terbatas akan menyerah untuk sebuah perubahan-
perubahan tertentu di kepala
3. Transmisivitas
Tingkat di mana air ditularkan melalui ketebalan unit aquifer bawah gradien unit
hidrolik.
Sistem akuifer, akuifer merupakan golongan air tanah yang terdapat di wilayah
jenuh air yang berada di bawah permukaan tanah. Air yang terkandung di dalam bumi
di dominasi berada di bawah permukaan dalam pori pori batuan ataupun pori pori
tanah. Air tanah yang terpenting adalah akuifer, dimana akuifer merupakan suatu
formasi batuan yang sifatnya dapat menyimpan dan mololoskan air dalam jumlah yang
cukup. Sifat akuifer terbagi menjadi dua, yaitu porositas (menyimpan air di dalam pori
pori batuan) dan permeabilitas (meloloskan air tanah). Berdasar atas sistem aliran
akuifer, sistem skuifer dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem akuifer intergranular
(antar butir) dan sistem akuifer berongga yang berupa hasil pelarutan.
Suatu akuifer mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai penyimpan laksana
sebuah waduk dan sebagai penyalur air seperti jaringan pipa. Kedua fungsi itu diemban
oleh pori-pori atau rongga di dalam batuan akuifer itu. Dua sifat yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai penyimpan adalah porositas (porosity) dan hasil jenis
(specific yield). Kemampuan suatu akuifer dalam kedua fungsi diatas dinyatakan
dengan parameter akuifer, yaitu :
a. Koefisien Kelulusan
Koefisien kelulusan (K) adalah angka yang menunjukkan volume air per
satuan waktu yang dapat melewati suatu satuan luas penampang yang tegak
lurus arah aliran. Berdasarkan hukum Darcy koefisien kelulusan dinyatakan
sebagai :
Q
K=
A. dhdl
Dimana :
Dimana :
T = Transmisivitas (L2T-1)
Dari hasil penelitian dari Hartono (1980) diperoleh hasil bahwa nilai
parameter di daerah banndung dan sekitarnya adalah sebagai berikut :
Daerah Transmissivitas
4. .
=
2
Dimana :
Q = Debit (L3T-1)
T = Transmisivitas (L2T-1)
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam pori
pori tanah atau lapisan tanah ataupun dalam pori pori batuan yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Air tanah berada di
bawah permukaan tanah, dimana air tanah juga merupakan sumberdaya air yang dapat
dimanfaatkan selain dari air sungai dan air hujan. Namun, keberadaan air tanah terbatas
dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan.
Air tanah merupakan bagian dari daur hidrologi, dimana air hujan yang turun ke
bumi atau lahan sebagian mengalir ke permukaan tanah dan sebagian lainnya masuk ke
dalam tanah yang kemudian mengalir sebagai air. Lahan yang banyak ditumbuhi oleh
vegetasi vegetasi yang memunkinkan lahan sehingga memiliki suatu celah, dimana
celah tersebut berfungsi sebagai alat agar air hujan dapat dengan mudah meresap atau
masuk ke dalam tanah. Kemudian air tersebut akan turun hingga kedalaman beberapa
puluh meter di bawah permukaan. Air tanah akan terus bergerak ke bawah hingga
mencapai suatu lapisan tanah atau batuan yang memiliki pori pori atau jarak antar
butir yang sangat sempit sehingga menyebabkan air tersebut sulit untuk melewatinya.
Lapisan ini merupakan lapisan aquitard yang bersifat impermeable. Dikarenakan air
tidak dapat lagi turun ke bawah maka air tersebut akan mengisi rongga rongga antar
butir yang berada di atas lapisan aquitard. Kemudian saat ada air yang datang lagi, air
tersebut akan menambah volume air yang mengisi rongga rongga antar butiran
tersebut dan kemudian akan tersimpan disana. Volume air sangat di pengaruhi oleh
curah hujan, bila hujan berhenti, maka volume air akan berhenti bertambah. Air yang
tersimpan di bawah tanah tersebut disebut sebagai air tanah.
Selain itu, air tanah pun dapat bergerak secara horizontal yang pada dasarnya
mengikuti hukum hidrolika, dimana air bergerak horizontal karena adanya perbedaan
dari gradient hidrolik. Gerakan air tanah ini mengikuti Hukum Darcy, yaitu volume air
tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik
dengan tebal lapisan.
Penambahan volume air pada rongga rongga antar butiran yang berada di atas
aquitard akan berhenti ketika hujan pun berhenti. Kemudian, air yang berada di bawah
tanah disebut sebagai air tanah dan air yang berada di permukaan dan tidak diserap ke
dalam tanah disebut sebagai air permukaan. Permukaan air tanah disebut sebagai water
table. Lapisan tanah yang mengandung air tanah disebut sebagai zona saturasi air.
Permukaan zona saturasi atau water table selalu mengikuti bentuk topografi atau lekuk
permukaan bumi.
Ketika air tanah mengisi semua pori pori di dalam tanah atau batuan, tanah
dikatakan jenuh. Muka air tanah atau water table adalah batas antara tanah jenuh air
dengan tanah tak jenuh air. Kondisi ini dipengaruhi pula oleh hujan, irigasi, kekeringan
dan sumur yang aktif pada daerah tersebut.
Suatu muka air tanah dapat mengalami penurunan muka air tanah yang
kemudian akan berdampak negatif pada kehidupan makhluk hidup, terhadap
sumberdaya air tanah maupun lingkungan. Hal ini dikarenakan masih banyak sektor
sektor rumah tangga, industri dan jasa yang masih mengandalkan air tanah secara
berlebih. Selain itu, penyedotan air tanah yang berlebihan dengan pompa juga menjadi
salah satu penyebab turunnya permukaan air tanah. Pengaruh tektonik juga menjadi
faktor penurunan muka air tanah, yaitu pengaruh faktor gempa tektonik. Dimana gempa
akan membentuk crack atau rekahan rekahan yang menyebabkan mata air (sumur)
banyak yang menjadi kering, yang membuat air tanah dangkal jatuh ke lapisan di
bawahnya, terjadi kesetimbangan dimana ada air yang masuk ke zona lain yang
bertekanan rendah (tinggi muka airnya lebih rendah).
Sifat fisik air tanah adalah sifat air yang harus bebas dari segala macam pengotor
yang dapat terdeteksi baik oleh indera penglihatan, indera pembau, ataupun indera
perasa. Karakteristik sifat fisik air meliputi :
a. Warna
Warna dari air dapat disebabkan karena adanya zat atau material organik
yang terlarut dalam air bersih, yang disebabkan oleh adanya ion metal (besi
dan mangan, humus, plankton, tumbuhan air, dan limbah industri. Intensitas
warna dalam air dapat diukur dengan satuan unit warna standar yang
dihasilkan oleh 1 mg/L Platina (sebagai K2PtCl6).
b. pH (Derajat Keasaman)
pH merupakan logaritma negative dan aktifitas ion hydrogen dalam suatu
larutan. pH air sangat penting untuk menentukan nilai daya guna perairan.
Nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air termasuk zat zat
secara kimia maupun biokimia tidak stabil.
d. Kekentalan
Dapat dipengaruhi oleh partikel yang terkandung dalam air. Semakin banyak
partikel yang dikandung dalam air, maka air akan semakin kental. Namun,
bila suhu air semakin tinggi, maka kekentalan air akan berkurang.
e. Kekeruhan
Merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang
melaluinya terabsorbsi dan terbias dan dihitung dalam satuan mg/L SiO2.
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti
lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat zat halus lainnya.
f. Temperatur (Suhu)
Merupakan derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan derajat Celcius.
Dipengaruhi oleh kondisi di sekeliling, seperti tempat atau lokasi air
tersebut, perbedaan suhu cuaca siang dan malam, musim, dan berbagai
variasi energi yang diterima oleh permukaan bumi.
Tes akuifer (atau tes pemompaan) dilakukan untuk mengevaluasi akuifer dengan
"merangsang" akuifer melalui konstan memompa, dan mengamati "respons" akuifer itu
(penarikan) dalam pengamatan sumur. Pengujian akuifer berguna untuk
mengkarakterisasi sistem aquifer, aquitard, dan batas-batas sistem aliran. Tes siput
adalah variasi pada tes akuifer khas di mana perubahan sesaat (kenaikan atau
penurunan) dibuat, dan efek diamati dalam sumur yang sama.
Prinsip dari pumping test adalah melakukan suatu kegiatan pemompaan dari
suatu sumur dengan debit tertentu, dan mengukur penurunan muka air tanah
(drawdown) yang terjadi pada sumur yang sedang dilakukan pengamatan serta pada alat
piezometer yang diketahui jaraknya dari sumur pompaan tersebut. Pumping test dapat
menggunakan beberapa metode yang dibedakan berdasarkan keadaan aliran (steady atau
unsteady state) dan jenis aquifer (Confined, Semi Confined, Unconfined Aquifer), yaitu
:
a. Metoda Theis
Metoda ini menggunakan beberapa asumsi, diantaranya adalah sebelum
melakukan pemompaan, muka air tanah adalah horizontal dan dengan debit
yang konstan. Merupakan aquifer homogen, isotrofik, ketebalannya merata,
dan luasan aquifer tidak terbatas. Sumur sepenuhnya menembus aquifer dan
aliran dari aquifer ke sumur adalah horizontal di semua tempat dan aliran
yang masuk ke dalam sumur adalah unsteady state. Sesaat setelah
pengambilan air terjadi penurunan head (drawdown).
Hukum Darcy
Q ~ h A - B dan T h ~ 1 / L dan Q ~ K
Q = KA [(h A - h B) / L] ATAU Q = KA (dh / dl)
Gradient Hidrolik
Perbedaan tinggi persatuan jarak arah aliran H/Z adalah gradien hidrolik (H1-
H2) / (Z1-Z2). Gradien hidrolik merupkan daya penarik atau pendorong pergerakan air.
Besarnya jumlah aliran (Jx) = Q / A yaitu volume air yang mengalir melalui luas
penampang melintang A persatuan waktu disebut kepadatan aliran = Jx. Jadi kepadatan
aliran berbanding lurus dengan gradien hidrolik
Menggambarkan elevasi muka air tanah yang menggunakan metoda tiga titik.
Peta muka air tanah menunjukkan elevasi dari suatu muka air tanah (water table) atau
permukaan potensiometrik. Dalam penggambarannya dilihat pula kondisi dimana muka
air tanah dipengaruhi perangkap lapisan tertentu. Pada dasarnya pembuatan peta ini
sama dengan konsep pembuatan peta kontur dalam geologi. Informasi yang dapat di
ambil dari pembuatan peta kontur air tanah adalah sebagai berikut :
1. Kedalaman air
2. Arah dari aliran air tanah
3. Gradient
4. Data hidrogeologi
5. Kondisi tekanan dalam suatu akuifer
Gambar6. Metoda Tiga Titik untuk pembuatan peta
2.7 Hidrograf
Viessman dan Lewis (1989) hidrograf dibagi menjadi 4 komponen, yaitu direct
surface runoff, interflow, baseflow, dan precipitation channel. Baseflow atau aliran
dasar merupakan komponan penting dalam hidrograf uang berasal dari groundwater
dan/atau penyimpanan subsurface yang merembes ke saliran sungai, tanpa melihat
variabilitas curah hujan. Jika pada musim kering, aliran sungai hanya terdiri atas aliran
dasar (Smakhtin, 2001; chilling, 2001; McCuen, 1998).
METODOLOGI
a. Ohm meter
b. Pita Ukur 50 m
c. Kabel 15 m
d. Bandul/ waterpass
e. Stopwatch
f. Alat tulis
g. Batu baterai
h. Botol
i. Alat pengukur pH, TDC, EC (Multimeter)
j. Termometer
k. Tali rapia
l. GPS
m. Peta skala 1 : 12500
n. Kamera
o. Mesin pompa
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
a. Siapkan Ohm meter, meteran 50m, kabel 15m, bandul dan batu batere.
b. Kaitkan bandul di ujung meteran 50m dengan tali rapia yang berfungsi
sebagai pemberat ketika dijatuhkan ke dalam sumur.
c. Ambil ujung kabel dan pasangkan pada ujung pita ukur 50 m (pastikan ujung
kabel menempel pada 0 m).
d. Letakkan ujung kabel lainnya pada ohm meter.
e. Rangkaian peralatan telah selesai dirangkai.
f. Menyiapkan form yang akan diisi saat pengukuran sumur, pumping test,
mata air, dan pengukuran debit sungai.
MAT
Total Kedalaman
Sumur
Kedalaman air
Kedalaman
Sungai
Hulu
Hilir
Semua data yang didapat dari lapangan diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang
ada. Serta dibuatnya peta kerangka, peta muka air tanah dan gradient hidrolik.
Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian yang meliputi rekontruksi dan
interpretasi data lapangan serta didukung oleh data hasil analisa laboratorium. Hasilnya
disajikan dalam bentuk laporan penelitian, dilengkapi dengan peta lokasi penelitian dan
jurnal lapangan.
3.3 Bagan Alir Praktikum Hidrogeologi
Uji Coba
Persiapan pumping Recovery
(Pumping sumur
alat Test)
Persiapan Pengukuran
Analisis data
materi debit sungai
Dalam penelitian kuliah lapangan Hidrogeologi ini terdapat beberapa litologi yang
tergolong dalam 3 formasi yaitu Ql, Qd, Tmb.
Keterangan :
Sungai yang mengalir di suatu wilayah dapat bersifat permanen atau intermiten.
Dalam hal ini relasi antara aliran air sungai sebagai sumber resapan ke dalam akifer
sangat dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi yang dilewatinya. Identifikasi
dan penetapan besarnya infiltrasi setiap bagian sungai sangat berperan untuk
menghitung besarnya keluaran dan masukan air dari dan ke dalam akifer.
Metode pengukuran debit air untuk sumber air bergerak (tampak alirannya)
biasanya menggunakan metode pengukuran benda apung dan juga metode pengukuran
dengan menggunakan alat ukur. Hal ini disebabkan karena adanya factor kecocokan dan
kemudahan dalam hal pelaksanaannya. Berbeda halnya dengan sumber air
diam,pengukuran debit sumber air diam paling cocok adalah dengan menggunakan
pumping test.
4.2.1 Sumur
SM-01
Sampel : SM-1
SM-02
Sampel : SM-2
SM-03
SM-04
Sampel : SM-4
SM-05
Sampel : SM-5
SM-06
Sampel : SM-6
SM-07
Sampel : SM-7
4.2.2 Sungai
SG-01
Objek : Sungai
Lokasi : Andir
SG-02
Objek : Sungai
Lokasi : Andir
Objek : Sungai
SG-04
Objek : Sungai
Lokasi : Andir
Waktu t MAT Dd Q
(WIB) (meter) (meter) (lt/dt) Keterangan
menit jam
21.30 0 4.34 0 0.214
1 4.36 0.02 0.214
2 4.38 0.04 0.214
3 4.39 0.05 0.214
4 4.41 0.07 0.214
5 4.43 0.09 0.214
6 4.45 0.11 0.214
7 4.46 0.12 0.214
8 4.48 0.13 0.214
9 4.49 0.14 0.214
10 4.51 0.16 0.214
12 4.53 0.18 0.214
14 4.56 0.21 0.214
16 4.59 0.24 0.214
18 4.63 0.28 0.214
20 4.64 0.29 0.214
25 4.71 0.36 0.214
30 4.77 0.42 0.214
35 4.83 0.48 0.214
40 4.90 0.53 0.214
45 4.97 0.6 0.214
50 5.03 0.66 0.214
55 5.08 0.71 0.214
22.30 60 1 5.14 0.77 0.214
70 5.26 0.89 0.214
80 5.37 1 0.18
90 5.47 1.1 0.18
100 5.60 1.23 0.18
110 5.76 1.31 0.18
23.30 120 2 5.88 1.39 0.18
135 5.99 1.51 0.16
150 6.06 1.62 0.16
165 6.12 1.69 0.16
00.30 180 3 6.24 1.75 0.16
200 6.34 1.87 0.13
220 6.43 1.97 0.13
01.30 240 4 6.51 2.06 0.12
270 6.56 2.14 0.12
02.30 300 5 6.58 2.19 0.11
03.30 360 6 6.58 2.21 0.10
04.30 420 7 6.58 2.21 0.10
05.30 480 8 6.58 2.21 0.10
Peta muka air tanah adalah peta tematik yang memuat tinggi muka air tanah
pada suatu daerah. Peta dibawah adalah peta muka air tanah pada daerah Andir. Apabila
ditinjau dari tinggi muka air tanah pada tiap stasiun pumping dan sungai, didapat muka
air tanah yang tertinggi adalah pada sumur SM-03 dengan MAT 692,03 dan yang
terendah adalah pada sumur SM-06 dengan tinggi MAT 669,8. Dari data tinggi MAT
tiap sumur didapat kontur MAT dan diperkirakan arah aliran air tanah dangkal pada
daerah Andir adalah timur laut menuju barat daya pada daerah penelitian.
Gambar 5.1 Peta MAT daerah penelitian
5.2 Gradien Hidrolik
=k.i
k = koefisien permeabilitas
i = gradien hidrolik
Untuk contoh kasus kami mengambil gradien hidrolik antara titik pengukuran sumur 1
(SM-01) dengan titik pengukuran sumur 7 (SM-07). Untuk mengetahui jarak, kami
menggunakan koordinat yang dikonversi terlebih dahulu ke UTM:
SUMUR DMS UTM (meter) Tinggi MAT
Longitude Latitude Longitude Latitude
(A) (B)
SM-01 107 36 58,6 06 59 03,5 789060 9227198 675,3
SM-06 107 36 55,1 06 59 09,1 788966 9227014 669,8
Jarak 3,5 5,6 94 184 5,5
Apabila menggunakan rumus phytagoras, maka jarak lurus horizontal diperoleh sebagai
berikut:
L = 2 + 2
= 942 + 1842
= 206 m
Maka
5,5
Gradien Hidrolik (i) =
206
= 0,02669
5.3 Karakteristik Akuifer
Akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat
mengalirkan air. Pada daerah penelitian, lapisan yang bertindak sebagai akuifer masuk
kedalam satuan batuan gunung api yang terdiri dari litologi breksi tufan, lava, batupasir,
dan konglomerat (Pb) (Silitonga, 2003). Akuifer pada daerah penelitian adalah akuifer
bebas atau akuifer tidak tertekan (unconfined akuifer). Hal ini karena litologi yang
berada diatas satuan Pb adalah satuan Ql yang merupakan endapan danau dengan
litologi lempung tufan, batupasir tufan, kerikil tufan, dan konglomerat (Silitonga, 2003).
5.4 Karakteristik Fisik Kimia Air Tanah
Sifat fisik yang diuji saat kuliah lapangan hidrogeologi antara lain warna, bau,
rasa, EC, TDS, dan DHL.
a. Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya, baik berupa
suspensi maupun terlarut.
b. Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang mempunyai aroma yang
terkandung dalam air.
c. Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung dalam air
tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.
d. Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar
dan suhu untuk air minum idealnya 30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan
bahan terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa
senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
Dari data yang diperoleh di lapangan, air dari keempat sungai tersebut berwarna
keruh dan tidak berasa untuk beberapa sungai seperti sungai 3 dan 4 berbau, sedangkan
sungai yang lain tidak. Hal itu dapat disimpulkan bahwa air sungai daerah penelitian
memiliki kualitas air yang kurang baik. Sedangkan untuk air sumur daerah penelitian
memiliki kualitas air yang cukup baik karena air sumur di daerah penelitian dominan
yaitu jernih, tidak berasa, dan tidak berbau.
Dd (m)
1.5
Pumping Test
1
0.5
0
1 10 100 1000
Dari grafik diperoleh S sebesar 0,1 meter. Nilai transmisivitas (T) dihitung
sebagai berikut dengan Q = 0,145 lt/s :
T = 2,3 Q / 4 S
2.5
1.5
Dd S RECOVERY
(m)
1 Series1
0.5
Waktu
0
1 10 100 1000 (menit)
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu Pengukuran per-60 menit
0.5
0
42
26
28
30
31
34
38.5
39.5
41.5
42.5
43.5
43.8
Kedalaman Sungai
Faktor yang mempengaruhi fluktuasi muka air sungai yaitu dipicu oleh beberapa
faktor seperti pemanfaatan air sungai oleh warga di sepanjang sungai, sehingga ketika
diteliti pada tempat penelitian terjadi pengurangan air dan menyebabkan fluktuasi muka
air sungai.
Pembuangan air limbah warga ke sungai yang menyebabkan penambahan air sungai
dan peningkatan muka air sungai. Selain itu terjadinya hujan pada hulu sungai,
mengakibatkan penambahan air di sungai yang mengakibatkan peningkatan muka air
sungai. Setelah hujan reda air sungai kembali menurun sehingga debit air sungai
semakin menurun. Dan pada akhir perhitungan debit sungai dan ketinggian air sungai
menurun hal ini dikarenakan kembali normalnya debit air sungai.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada daerah penelitian muka air tanah pada tiap stasiun pumping dan sungai,
didapat muka air tanah yang tertinggi adalah pada sumur SM-03 dengan MAT 692,03
dan yang terendah adalah pada sumur SM-06 dengan tinggi MAT 669,8. Dari data
tinggi MAT tiap sumur didapat kontur MAT dan diperkirakan arah aliran air tanah
dangkal pada daerah Andir adalah timur laut menuju barat daya pada daerah penelitian.
Air sungai daerah penelitian memiliki kualitas air yang kurang baik. Sedangkan untuk
air sumur daerah penelitian memiliki kualitas air yang cukup baik karena air sumur di
daerah penelitian dominan yaitu jernih, tidak berasa, dan tidak berbau.
Daftar Pustaka
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999. Peta Rupa Bumi Digital
Lembar Soreang
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2000. Peta Rupa Bumi Digital
Lembar Pakutandang
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001. Peta Rupa Bumi Digital
Lembar Bandung
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 2001. Peta Rupa Bumi Digital
Lembar Ujung Berung
Silitonga, 1973. Peta Geologi Lembar Bandung Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi
Soewarno, Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Nova: Bandung
Lampiran Foto Stasiun Pengamatan
SM-01
SM-02
SM-03
SM-04
SM-05
SM-06
SM-07
SG-01
SG-02
SG-03
SG-04