Anda di halaman 1dari 58

SEKUEN PARAGENESA DAN ZONASI SKARN

PADA ENDAPAN BIJIH BIG GOSSAN DISTRIK ERTSBERG, TIMIKA, PAPUA

Sutarto*), Sunyoto,W**).,Widodo, S.**), Soebari,L.,**),Sutanto*),Setyadi,H. **) dan


Wiguna,P.**)

*)Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Jl. SWK 104
Condongcatur, Yogyakarta. Email: sutarto_geoupn@yahoo.co.id

**)PT.Freeport Indonesia,. Plaza 89,5th Floor,Jl.Rasuna Said Kav.X7 No.6 Jakarta

Abstrak

Endapan bijih skarn Big Gossan, terletak sekitar 1 km di bagian barat-daya kompleks endapan
bijih skarn Ertsberg, 2 km selatan endapan porfiri Grasberg. Endapan bijih ini merupakan
endapan bijih tipe skarn dengan kadar tembaga sangat tinggi. Pada Akhir 2007, cadangan bijih
Big Gossan adalah 52 ,7 juta ton dengan rata-rata kadar Cu 2,31%, Au 1,1 g/t dan Ag 14,75
g/t. Dimensi endapan bijih Big Gossan membentuk pola yang tabular, mempunyai panjang lebih
dari 1 km, ketinggian sekitar 500 m dan lebar bervariasi sampai sekitar 200 m.

Zona skarn di endapan Big Gosan berturut-turut dari batas hornfels (Kkeh) menjadi proksimal
skarn (garnet>klino-piroksen), intermediet skarn (garnet=klino-piroksen), distal skarn (klino-
piroksen>garnet), dan marmer. Pengamatan di dalam drift serta inti bor, menunjukkan bahwa
proksimal skarn dimulai pada batas antara batuan karbonat Formasi Waripi dan Anggota
Batugaping Formasi Ekmai dengan hornfels dari lapisan serpih Formasi Ekmai bergradasi
menjadi intermediet, distal hingga marmer. Garnet hadir melimpah dan secara gradual
menghilang kearah marmer. Sebaliknya klino-piroksen hadir dalam jumlah kecil di sekitar
hornfel dan secara berangsur semakin banyak kearah batas marmer.

Secara umum paragenesa mineral endapan bijih skarn Big Gosan dimulai dari proses
metamorfisme, yang menghasilkan Hornfels biotit-kalium feldspar dan hornfels biotit-piroksen.
Proses berikutnya interaksi fluida hidrotermal dengan batuan samping dan bagian tepi intrusi
menghasilkan prograde anhydrous yang dicirikan oleh hadirnya mineral garnet (andradit-
grosularit) dan klino-piroksen (diopsid-hedenbergit) disertai epidot-kalsit-kuarsa-anhidrit.
Hadirnya mineral tremolit-aktinolit dalam jumlah yang banyak, disertai mineral-mineral talk-
anhidrit-kalsit-epidot-garnet-magnetit-pirit, menandai adanya fase retrograde hidrous skarn,
yang diawali oleh pembentukan breksi hidrotermal. Sebagian besar mineral sulfida diantaranya
magnetit, pirit, kalkopirit,sfalerit, pirhotit, galena, yang berasosiasi dengan kehadiran Cu dan
Au, terbentuk setelah fase retrograde.

Abstract

The Big Gossan skarn ore deposit, located around 1 km south-west of the Ertsberg skarn ore
deposit, and 2 km south of the Grasberg porphyry Cu-Au deposit. The ore deposits is skarn ore
deposit type with very high copper grade. By The end of 2007, ore reserve of Big Gossan is 52.7
million ton with grade mean of Cu 2.31%, Au 1.1 gr /ton and Ag 14.75 gr/ ton. The Big Gossan
ore deposit form tabular pattern dimension having length more than 1 km, height more than 500
m and wide variety up to 200m.

The Big Gossan skarn zones successively from boundary of Hornfels of Kembelangan shale
(Kkeh) showing proximal skarn (garnet>clino-pyroxene), intermediate skarn (garnet=clino-
pyroxene), distal skarn (clino-pyroxene >garnet), and marble.

Petrography observation in the drift and also the drilling core, indicating that proximal skarn is
started at the boundary between carbonate rock of Waripi Formation and Limestone Member of
Ekmai Formation with hornfels of Shale Member of Ekmai Formation which have gradation to
intermediate, distal skarn till marble. Garnet present abundance and gradually disappear
toward marble. On the contrary clino-pyroxene present insignificant amount around hornfels
and gradually more abundance toward boundaries of marble.

In general, minerals paragenetic sequence of Big Gossan skarn ore deposit started from of
metamorphism processes, yielding biotite-k.feldspar hornfels and biotite-pyroxene hornfels. Next
process is the interaction of hydrothermal fluid with wall rock and intrusion rock peripheral
yield anhydrous prograde skarn which is marked by the present of garnet minerals (andradite-
grossularite) and clinopyroxene ( diopside-hedenbergite) is accompanied by epidote-calcite-
quartz-anhydrite. The abundance tremolite-actinolite which of accompanied by many other
minerals such as talc-anhydrite-calcite-epidote-garnet-magnetite-pyrite, marking the existence
of the hydrous retrograde skarn phase, after hydrothermal breccia. Most sulfide minerals such
as magnetite pyrite, chalcopyrite, sphalerite, pyrrhotite, galena, associated with Cu-Au, formed
after hydrous retrograde

PENDAHULUAN

Endapan bijih Big Gossan, terletak sekitar 1 km di bagian barat-daya kompleks endapan bijih
skarn Ertsberg, 2 km selatan endapan porfiri Grasberg. Endapan bijih ini merupakan endapan
bijih tipe skarn dengan kadar tembaga sangat tinggi. Pada Akhir 2007, cadangan bijih Big
Gossan adalah 52 ,7 juta ton dengan rata-rata kadar Cu 2,31%, Au 1,1 g/t dan Ag 14,75 g/t.
Dimensi endapan bijih Big Gossan membentuk pola yang tabular, mempunyai panjang lebih dari
1 km, ketinggian sekitar 500 m dan lebar lebih dari 200m.
_Gambar 1. Peta
lokasi daerah penelitian

TATANAN GEOLOGI

Penyusupan (subduksi) lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Pasifik yang kemudian diikuti
kolisi antara kedua lempeng tersebut, menyebabkan perlipatan dan pensesaran batuan sedimen
berumur Kenozoikum dan Mesozoikum membentuk Punggungan Tengah (Central Range) di
Papua dan Papua New Guinea dengan ketinggian mencapai lebih dari 5000m. Magmatisme yang
diikuti proses hidrotermal mulai jaman Tersier, menghasilkan batuan-batuan intrusi dan
mineralisasi Cu-Au terbentuk di wilayah Ertsberg-Grasberg. Interaksi lepeng Indo-Australia dan
Pasifik, yang sebagian besar mengasilkan magmatisme berafinitas alkalin sampai sekarang
menjadi kajian yang sangat menarik. Cloos dan Housh (2007) meyakini bahwa magmatisme
yang berimplikasi terhadap pembentukan bijih Cu-Au tipe porfiri disebabkan oleh collisional
delamination. Proses ini diawali oleh terputusnya lempeng Indo-Australia yang menunjam pada
6 juta tahun lalu, diikuti oleh peleburan sebagian dan upwelling lapisan astenosfer, kemudian
menyebabkan peleburan dan metasomatisme mantel litosfer di atasnya.

Stratigrafi

Siklus pengendapan di wilayah endapan bijih Big Gossan dan sekitarnya, dimulai dari
pengendapan batuan-batuan sediment klastik yang termasuk Kelompok Kembelangan pada
zaman Jura hingga Kapur. Bahan-bahan klastik ini diperkirakan berasal dari rombakan batuan
batuan sedimen berumur Paleosoikum dan Trias dari daratan Australia yang terletak disebelah
selatan. Bahan-bahan klastika yang berukuran halus diendapkan dalam lingkungan paparan laut
dangkal dan yang berukuran kasar, diendapkan dalam lingkungan dekat pantai, dan barrier.
Ketebalan kelompok Kembelangan seluruhnya adalah lebih dari 3400 meter (Peninngton, 1995).
Setelah Kelompok Kambelangan diendapkan diatasnya secara selaras Kelompok Batugamping
New Guinea, dengan ketebalan minimum adalah 1600 meter. Setelah Batugamping New Guineu,
kemudian diendapkan diatasnya Endapan Kuarter, Batuan-batuan berumur Kuarter terdiri dari
endapan Aluvial di lembah-lembah, endapan koluvial di sepanjang lereng perbukitan, dan
endapan glacial, menutup tidak selaras batuan-batuan Kelompok Kembelangan dan Kelompok
New Guinea Limestone.

__

Gambar 2. Peta Geologi Kontrak Karya A (PT. Freeport Indonesia, 1997)

Batuan Beku

Terdapat dua macam batuan beku intrusi di daerah endapan bijih Big Gossan, yang satu dikenal
sebagai intrusi Diorit Ertsberg (Te) dan batuan beku porfiritik yang keberadaannya pada kontak
batupasir dan batugamping Formasi Ekmai, kemudian dikenal sebagai dike/sill Big Gossan.
Dike/sill Big Gossan yang bersentuhan langsung dengan alterasi-mineralisasi skarn, bertekstur
porfiritik, fenokris tersusun oleh piroksen dan plagioklas berukuran kristal 1-3 mm tertanam
dalam mikrolit plagiolas-k.feldspar yang berukuran sangat halus-halus, menunjukkan komposisi
traki-andesit atau andesit. Sedangkan intrusi diorit Ertsberg memperlihatkan tekstur yang lebih
kasar dan equigranular, dengan komposisi yang relatif sama.

Yang menjadi pertanyaan, intrusi dike/sill diorit porfiri Big Gossan apakah merupakan bagian
tepi-atas dari tubuh stock diorit Erstberg yang berada pada bagian tengah-bawahnya (co-
magmatik). Atau merupakan produk magmatisme yang berbeda? Pentarikhan umur dengan
metode Ar-Ar pada mineral flogopit pada fase retrograde skarn di Big Gossan menunjukkan
umur 2.820.04 Ma. Pada umumnya umur alterasi-mineralisasi dengan intrusi yang terkait antara
500 ribu hingga 1 jt tahun, sehingga intrusi yang terkait dengan endapan Big Gossan paling tidak
adalah 3.30.04 Ma. Sedangkan umur intrusi Ertsberg berdasarkan pentarikhan umur dengan
metode K-Ar dan Ar-Ar dari peneliti terdahulu, menunjukkan umur 2.670.03 Ma hingga
3.100.12 Ma. Dike/sill Big Gossan bisa jadi terkait dengan kompleks intrusi South Wanagon.
Meinert et al.(1997) menyebut bahwa endapan bijih Big Gossan sedikit lebih tua dibanding
intrusi Ertsberg, didasarkan pada data inti bor yang memperlihatkan kenampakan diorit Ertsberg
memotong zona alterasi di Big Gossan.

ALTERASI DAN ZONASI SKARN

Walaupun diyakini bahwa bidang sesar dan breksiasi pada batas antara Anggota Serpih Formasi
Ekmai dan bagian bawah batuan karbonat Formasi Waripi merupakan jalur dilaluinya fluida
hidrotermal, tetapi alterasi dan mineralisasi sebagian besar berkembang pada batuan karbonat
Formasi Waripi.

Zona skarn di endapan bijih Big Gossan dicirikan oleh kehadiran mineral utama anhydrous
seperti garnet (andradite) dan klino-piroksen (diopsid-hedenbergit), dan dalam jumlah kecil
mineral kalsit, kuarsa, dan epidot pada fase prograde. Mineral-mineral tersebut di atas, pada fase
retrograde kemudian di-replaced (diubah) menjadi mineral-mineral hidrous seperti aktinolit,
anhidrit, epidot, talk, dan mineral karbonat (lihat tabel sikuen paragenesa). Pembagian zonasi
skarn di endapan bijih Big Gossan, mengacu pada kehadiran mineral utama garnet dan klino-
piroksen, dalam wall rock batuan karbonat Formasi Waripi (Te). Walaupun skarnifikasi juga
terbentuk pada batuan karbonat Anggota Limestone Formasi Ekmai (Kkel), tetapi alterasi skarn
dan mineralisai sulfide yang terkait dengan endapan Cu-Au lebih intens terbentuk di Formasi
Waripi.

Tabel 1. Kelimpahan mineral ubahan pada batuan samping (data studi lapangan 2008
dikompilasi dengan peneliti terdahulu; Gonzales.,1993, Meinert,et.al.2003,
Prendergast,et.al.2005)

MINERALOGI BATUAN SAMPING


BATUPASIR BATUGAMPING SERPIH INTRUSI KARBONAT

EKMAI EKMAI EKMAI PORFIRITIK WARIPI


Biotite
K. Felsdpar
Kuarsa
Calcite
C.Pyroxene
C.Pyroxene
hijau
Garnet
Epidote
Tremolite-
Actinolite
Anhydrite
Magnetite
Pyrite
Sphalerite
Galena
Pyrrhotite
Chalcopyrite
Bornite
Hematite
Quartz
Chlorite
Serpentine
Clay Minerals

Keterangan: : Melimpah : Sedikit : Sangat sedikit

Zonasi skarn di endapan Big Gossan berturut-turut dari batas hornfels (Kkeh) ke arah marmer
menjadi proksimal skarn (garnet>klino-piroksen), intermediet skarn (garnet=klino-piroksen), dan
distal skarn (klino-piroksen>garnet.

Proksimal skarn dimulai pada batas antara batuan karbonat Formasi Waripi dan Anggota
Batugaping Formasi Ekmai dengan hornfels dari lapisan serpih Formasi Ekmai bergradasi
menjadi intermediet, distal hingga marmer. Garnet hadir melimpah dan secara bertahap
menghilang kearah marmer. Sebaliknya klino-piroksen hadir dalam jumlah kecil di sekitar
hornfels dan secara berangsur semakin banyak kearah batas marmer.

Perkembangan zonasi skarn mulai proksimal hingga distal nampak jelas di batuan samping
Formasi Waripi. Sebaliknya, di batuan samping Formasi Ekmai, walaupun eksoskarn garnet
sering hadir, tetapi gradasi dari proksimal hingga distal tidak begitu nampak.

Zona Proksimal Eksoskarn (Garnet>Klino-Piroksen)

Zona ini dicirikan oleh dominasi kehadiran mineral garnet terhadap mineral klinopiroksen,
dengan sebaran mulai 5-15 m. Disamping garnet dan klino-piroksen, mineral lain yang pada
umumnya hadir adalah anhidrit, tremolit/aktinolit, epidot, kuarsa, serta mineral sulfida.
Eksoskarn garnet hadir pada Formasi Waripi maupun Formasi Ekmai.

Garnet zona proksimal pada Formasi Waripi berukuran kristal lebih besar (2mm-1,5cm) dan
berwarna lebih gelap (coklat kemerahan) di banding garnet pada Formasi Ekmai (coklat muda
kehijauan, berukuran < 2mm). Pada Formasi Waripi, mineral sulfida terutama kalkopirit dan pirit
pada umumnya hadir berasosiasi dengan zona proksimal eksoskarn ini. Sedangkan pada Formasi
Ekmai, kehadiran garnet eksoskarn tidak disertai mineralisasi sulfida.

Zona Intermediet Eksoskarn (Garnet=Klino-Piroksen)

Intermediat skarn ditandai dengan kehadiran klino-piroksen relatif lebih banyak dan kehadiran
garnet menurun, sehingga kandungan garnet dan klino-piroksen relatif sama. Zona ini
mempunyai tebal sekitar 4-30 m. Pada zona ini, sering disertai kemunculan mineral tremolit-
aktinolit, epidot, dan anhidrit. Kalkopirit, pirit dan magnetit kadang hadir dalam jumlah kecil.
Gambar 3. Foto kontak distal eksoskarn klino-piroksen dengan proksimal eksoskarn garnet
(kanan) pada Anggota Batugamping Formasi Ekmai, yang tidak disertai kehadiran sulfida
Gambar kanan memperlihatkan foto batas marmer dengan zona distal klino-piroksen eksoskarn.
Lokasi 3060/L st.38/24-25.

Gambar 5. Gambar Atas: Peta Geologi di elevasi 3060 Big Gossan (Sumber : PT. Freeport
Indonesia). Gambar bawah: inset zonasi skarn.

Zona Distal Eksoskarn (Garnet<Klino-Piroksen)

Zona ini berbatasan dengan mar

mer, dicirikan dengan kandungan klino-piroksen lebih banyak dibandingkan dengan garnet,
mempunyai tebal lebih lebar, yaitu sekitar 4-40 m. Zona distal eksoskarn dicirikan oleh
kehadiran mineral klinopiroksen, tremolit-aktinolit, epidot, kalsit, kuarsa serta mineral oksida
dan sulfida. Pada bagian kontak klino-piroksen skarn dengan marmer sering dijumpai lapisan
sulfida masif terdiri dari kalkopirit, pirit, dan kadang pirrhotit, magnetit, maupun sfalerit.

Pada beberapa lintasan drift maupun data inti pemboran, sering terjadi perulangan zonasi.
Setelah zona intermediet atau zona distal muncul lagi zona proksimal bergradasi hingga marmer.
Pada drift elevasi 3060 m, zona proksimal.yang mempunyai tebal sekitar 11-13 m, muncul lagi
setelah zona intermediet eksoskarn dan zona distal. Fenomena ini kemungkinan dikontrol oleh
adanya rekahan atau breksiasi pada tubuh batuan karbonat Formasi Waripi di sekitar jalar fluida
utama pada kontak dengan Formasi Ekmai.

Mineralisasi Bijih

Pembentukan sebagian besar mineral sulfida dan oksida diantaranya managnetit, pirit,
kalkopirit,sfalerit, pirhotit, galena, arsenopirit, yang berasosiasi dengan kehadiran Cu dan Au,
dikontrol oleh struktur utama berarah NNW-SSE. Tren ini terkait dengan pembentukan zonasi
skarn garnet-klino-piroksen di daerah penelitian. Dalam jumlah kecil juga ditemukan tren
struktur NE-SW yang mengontrol pembentukan mineral-mineral sulfida pirit, arsenopirit,
sfalerit, galena, bismutinit dan Au yang kedua, yang berasosiasi dengan pemunculan mineral
klorit, serpentin, epidot dan mineral lempung.

Kalkopirit, pirit, dan magnetit merupakan mineral-mineral sulfida dan oksida utama yang hadir
cukup melimpah. Kalkopirit dan pirit umumnya hadir pada eksoskarn garnet terutama pada batas
dengan hornfels biotit-alkali felspar, pada batas eksoskarn garnet- klino-piroksen dengan
eksoskarn klino-piroksen , serta pada batas skarn klino-piroksen dengan marmer. Sedangkan
mineral magnetit, banyak terbentuk pada batas skarn klino-piroksen dengan marmer.

SEKUEN PARAGENESA

Secara umum kronologi pembentukan skarn di endapan bijih Big Gosan adalah sebagai berkut;

1. Metamorfisme Kontak

Proses metamorfisme ini mengasilkan zona aerole hornfels dan marmer pada batuan samping
(wall rocks) sekitar tubuh intrusi. Hornfels biotit-kalium feldspar dan hornfels biotit-piroksen
banyak terbentuk pada batuan asal Anggota Serpih Formasi Ekmai, sedangkan marmer
terbentuk pada batuan asal karbonatan Formasi Waripi dan Anggota Batugamping Formasi
Ekmai.

Marmer secara konsisten didapatkan pada bagian tepi dari skarn. Dari pengamatan beberapa
STOPE di drift level 3060, pada kontak skarn klino-piroksen dan marmer, terdapat beberapa blok
marmer yang berada di dalam zona skarn. Adanya sisa-sisa host rock marmer yang tidak terubah
oleh reaksi hidrotermal, menunjukkan bahwa sebelum terjadi proses hidrotermal (skarnifikasi)
lebih dulu terbentuk marmer.

1. Prograde Anhydrous Skarn

Pada fase akhir magmatisme fluida hidrotermal yang didominasi oleh fase gas akan bergerak dari
tubuh intrusi ke arah batuan samping bagian atas. Proses interaksi fluida hidrotermal dengan
batuan samping dan bagian tepi intrusi menghasilkan prograde anhydrous skarn (kemungkinan
diikuti atau bersamaan breksiasi).

Prograde anhidrous skarn Big Gossan dicirikan oleh hadirnya mineral garnet (andradit-
grosularit) dan klino-piroksen (diopsid-hedenbergit) disertai epidot-kalsit-kuarsa-anhidrit.

Tabel 2. Sekuen paragenesa endapan skarn Big Gossan skarn (data studi lapangan 2008
dikompilasi dengan peneliti terdahulu; Gonzales.,1993, Meinert,et.al.2003,
Prendergast,et.al.2005)

Minerals METAMORf PROGRADE Retrograde MINERALIZA- MINERALIZA- LATE


HYDROUS
STAGE ANHYDROUS TION STAGE TION STAGE ALTERATION
1 2
Biotite
K. Felsdpar
Calcite ?
C.Pyroxene
Garnet ?
Epidote
Tremolite-
Actinolite
Anhydrite
Talc
Siderite
Magnetite
Pyrite
Sphalerite
Pyrrhotite
Chalcopyrite
Bornite
Hematite
Galena
Arseopyrite
Bismuthinite
Gold
Quartz
Chlorite
Serpentine
Clay
Minerals

1. Breksi Hidrotermal (Prendergas, 2005, menyebut West Drift Breccia).

Pengamatan di lapangan, breksi ini disusun oleh fragmen-fragmen yang terdiri dari marmer,
batulempung gapingan, batulempung hitam, skarn klino-piroksen-garnet yang tertanam dalam
matrik karbonatan. Pada beberapa bagian fragmen dan matrik breksi dipotong oleh urat epidot-
pirit-anhidrit.

Sugiri,S.P. (Tidak Dipublikasikan. Lap.untuk PT.Freeport Internasional, 1999 dalam


Prendergas, 2005), juga menyebutkan bahwa pada breksi hidrotermal tidak didapatkan mineral
ubahan fase anhidrous, serta mengandung sedikit fragmen anhidrous skarn. Hal ini menunjukkan
bahwa breksi hidrotermal terbentuk setelah skarn anhidrous. Tremolite, mineral utama hidrous
skarn umumnya terbentuk mengisi rekahan pada batuan karbonat Formasi Waripi dan menerus
hingga breksi hidrotermal (Gonzales,D.M, unpublished, 1993), mengindikasikan bahwa breksi
hidrotermal terbentuk sebelum fase hidrous skarn.

1. Retrograde Hydrous skarn

Seiring penurunan temperatur, fuida hidrotermal


akan lebih didominasi oleh uap air, dan
bertanggungjawab terhadap pembentukan
retograde hydrous skarn. Fluida pada fase
retrograde ini mempunyai salinitas yang rendah,
temperatur 370-380, terkait dengan zona
Gambar 6. Foto kiri, sisa-sisa blok marmer pendidihan pada tekanan 20 Mpa, dibawah
pada zona eksoskarn klino-piroksen, kondisi hidrostatik (Meinert,et.al.,2003).
menunjukkan adanya proses metamorfisme Alterasi pada fase retrograde ini, diyakini masih
sebelum reaksi hidrotermal (skarnifikasi). Foto merupakan evolusi dari satu sistem hidrotermal
3020/L 38/26a, Foto kanan kenampakan magmatik pada fase prograde, dikarenakan tidak
mikroskopis marmer pada lokasi BG 3060 STP ada bukti-bukti yang signifikan, bercampurnya
38 TW MAR 24R, perbesaran 40x). komponen fluida meteorik (Meinert,et.al.,2003).
Pentarikhan umur dengan metode Ar-Ar pada
mineral flogopit menunjukkan umur 2.820.04
(Prendergas,2005).

Fase ini dicirikan oleh hadirnya mineral


tremolit-aktinolit dalam jumlah yang banyak,
disertai mineral-mineral talk-anhidrit-kalsit-
Gambar 7. Kalium feldspar-biotit hornfels epidot-garnet-magnetit-pirit.
dipotong oleh urat epidot-anhidrit-silika-garnet
pirit-kalkopirit yang terbentuk pada fase 1. Mineralisasi sulfida dan Cu-Au
retrograde eksoskarn. Lok. 3060/L 38/7-8.
Foto kiri memperlihatkan masif kalkopirit Pembentukan sebagian besar mineral sulfida
pirit-magnetit yang terebntuk pada fase diantaranya magnetit, pirit, kalkopirit,sfalerit,
mineralisasi awal yang meng-overprint klino- pirhotit, galena, yang berasosiasi dengan
piroksen. kehadiran Cu dan Au. Proses mineralisasi yang
pertama dikontrol oleh sesar berarah NNW-SSE.

Pembentukan sulfida dan Au yang kedua, diantaranya berupa mineral pirit, arsenopirit, sfalerit,
galena, bismutinit, dikuti pemunculan mineral klorit, serpentin, epidot dan mineral lempung,
membentuk pola struktur berarah NE-SW.

KESIMPULAN

Zonasi skarn dicirikan oleh kehadiran mineral garnet yang hadir melimpah pada batas
Anggota Serpih Formasi Ekmai dengan Formasi Waripi, secara gradual menghilang
kearah marmer. Sebaliknya untuk mineral klino-piroksen hadir dalam jumlah kecil di
sekitar hornfels dan secara berangsur semakin banyak kearah batas marmer.
Perkembangan zonasi skarn mulai proksimal hingga distal nampak jelas di batuan
samping Formasi Waripi. Sebaliknya, di batuan samping Formasi Ekmai, walaupun
eksoskarn garnet sering hadir, tetapi gradasi dari proksimal hingga distal tidak begitu
nampak. Zonasi skarn terutama pada batuan dinding F.ormasi Waripi, tidak selalu
bergradasi dari proksimal-intermediet-distal-hingga marmer.
Mineralisasi Kalkopirit (Cu)-Au pada umumnya di kontrol oleh patahan yang membatasi
Formasi Ekmai dan Formasi Waripi berarah relatif SSW-SSE. Sedangkan mineralisasi
Au-sfalerit-pyrite yang berasosiasi dengan urat epidot-aktinolit-gipsum, dikontrol oleh
tren struktur berarah NE-SW. Kalkopirit, pirit, dan magnetiti merupakan mineral-mineral
sulfida dan oksida utama yang hadir cukup melimpah. Mineral sulfida terutama
kalkopirit dan pirit umumnya hadir pada eksoskarn garnet terutama pada batas dengan
hornfels biotit-alkali felspar, pada batas eksoskarn garnet- klinopiroksen dengan
eksoskarn klino-piroksen , serta pada batas skarn klino-piroksen dengan marmer.
Sedangkan mineral magnetit, banyak terbentuk pada batas skarn klinopiroksen dengan
marmer.
Sikuen paragenesa mineral pada endapan skarn Big Gossan dimulai dari proses
metamorfisme , prograde anhydrous skarn, retrograde hydrous skarn, dan mineralisasi
sulfida yang berasosiasi dengan endapan Cu-Au.

REFERENSI

Cloos,M. and Housh,T.B. 2007. Collisional Delamination : Implication for Porphyry-Type Cu-
Au Ore Formation. Proceeding of the ore and orogenesis Symposium in Honor of W.R.
Dickinson. September 2007.

Gonzales,D.M.,1993. Preliminary Paragenetic Study of the Big Gossan Copper karn Deposit,
Ertsberg (Gunung Bijih) District, Irian Jaya, Indonesia. Dept.of Geological Sciences The
University of Texas at Austin. Unpublish.

Meinert, L.D., 1993, Skarns and Skarn deposits, in Ore deposit models volume II, editor
Sheahan, P.A., and Cherry, M.E., Geoscience Canada, reprint series 6. hal 117-135.

Meinert,L.D., Hefton,K.K.,Mayes,D., and tasiran,I.. 1997.Geology, Zonation, and Fluid


Evolution of the

http://tartogeo.blog.upnyk.ac.id/2010/03/05/skarn-big-gossan-distrik-ertsberg/

Daerah Ertsberg dan sekitarnya

Daerah meneralisasi Ertsberg (Gunung Bijih) menempati lereng selatan Pegunungan Jayawijaya
(Carstensz) yakni daerah yang terangkat paling tinggi dari rangkaian Pegunungan Tengah Irian Jaya.
Puncak tertingginya Carstensz Pyramid mencapai ketinggian 5.200 meter. Batuan sedimen tertua di
daerah ini ialah anggota teratas kelompok kembelangan, dengan kisaran umur dari Jura sampai Kapur.
Batuannya terutama terdiri dari selangseling kwarsit dan batupasir, dan setempat terubah menjadi
hornfels karena metamorfosa oleh intrusi.
Anggota kelompok Kembelangan tersebut tertutup secara selaras oleh formasi Faumai berumur Eosen,
yaitu Formasi Basal dari kelompok-batugamping Irian Jaya. Formasi ini terutama terdiri dari berbagai jenis
batugamping bioklastik yang mengandung antara lain fosil milidae, algea dengan ciri khas adanya
foraminifera besar. Sebagaimana ditunjukkan di lapangan, batuan formasi ini peka untuk metasomatisma
terhadap intrusi dioritik yang kemudian dapat termineralisasi. Formasi basal di atas tertutup secara selaras
oleh formasi Ainod berumur Oligocene dari kelompok batugamping yang sama. Batuannya berupa sikwens
tebal dari batu gamping masif, dan di daerah Ertsberg kontaknya dengan formasi faumai ditanmdai oleh
batupasir dengan ketenbalan sampai satu meter.

Lapisan-lapisan sedimen di daerah Ertsberg berjurusbarat-laut-tenggara dengan kemiringan sedang


kearah timur laut. Ke arah yang sama, kemiringannya semakin curam dan terdapat suatu zona dengan
sepasang sinklin berjarak rapat dan menghujam akibat kompresi yang kuat. Sumbu-sumbu sinklinnya
hampir sejajar dengan jurus kemiringan lapisan di atas yang juga menggambarkan arah regional. Di
sebelah timur lautnya, tersingkap dengan jelas suatu sesar naik yang disisi selatannya menyebabkan
patahan normal dan patahan-patahan undak (step fault). Susunan patahan-patahan tersebut mendasari
bagian bubungan dari Pegunungan Tengah Irian Jaya tersebut sebelumnya, sedangkan di permukaan
membentuk lembah lebar berbentuk huruf U. Dimulai dari sesar naik itu, di bagian timur laut daerah
Ertsberg perlipatannya langsung menjadi landai. Beberapa patahan strike-slip tegak memotong perlipatan-
perlipatan tersebut dengan arah timur daya-barat laut.

Intrusi-intrusi berukuran relatif kecil terdapat sebagai stock, retas dan sill yang melampar sepanjang
patahan-patahan utama tersebut atau pada perpotongannya. Batuan intrusif tersebut berkomposisi diorit
sampai monzonit, berbutir sedang yang serba sama sampai porfiritik dengan hornblende, biotit dan piroksin
sebagai mineral mafik. Bijih tembaga dengan kadar yang tinggi terdapat dalam skarn-xenolitik, skarn-
kontak, dan stockwork. Mineral bijih tembaga yang utama ialah kalkopirit dan bornit, sedang emas terdapat
sebagai inklusi di dalamnya. Di daerah Ertsberg, bentang alam dan endapan glasial merupakan ciri yang
khas.

ENDAPAN BIJIH ERTSBERG

Tubuh bijih Ertsberg terdiri dari skarn magnetit dengan bentuk seperti gigi yang kearah luar dikelilingi
berturut-turut oleh selikat-gamping dan kemudian diorit. Seluruh skarn magnetite ter-breksi, dengan inklusi
berbentuk menyudut dan berukuran halus sampai beberapa meter yang terdiri dari karn silikat-gamping,
batuan beku, dan kalkopirit masif. Selain itu terdapat banyak rongga dan gua yang dilapisi oleh kalsit,
selikat amorf, dan kalkopirit.

Mineral bijih utamanya ialah kalkopirit dan bornit yang berasosiasi dengan galena, bismutit, kovelit,digenit,
sfalerit, tembaga alami, perak alami, linnacit, dan tetrahedrit. Umumnya sulfida-sulfida di atas terdapat
sebagai hamburan (replacement) foraminifera besar dan bidang perlapisan, blok sampai berdiameter 3
meter, dan pengisian rongga. Emas berbutir halus terdapat sepanjang batas bornit dengan kwarsa atau
kalsit.

Ciri-ciri khas dalam skala kecil dan besar menunjukkan bahwa skarn magnetit Ertsberg adalah pengganti dari
skarn silikat-gamping yang terbentuk sebelumnya, dan batuan intrusif. Keseluruhan bentuk dan ukuran skarn
silikat-gamping dan skarn magnetit mencerminkan suatu potongan besar dari metasoma batugamping
foraminifera besar dolomitan yang tertelan (stoped) oleh intrusi dioritik. Cadangan geologi endapan bijih
Ertsberg lebih dari 35 juta ton, dengan kadar Cu lebih besar dari 2,0%. Produksi dengan metoda tambang
terbuka dimulai tahun 1972, dan dewasa ini tambang sudah ditutup, dengan meninggalkan sedikit sisa
cadangan bagian bawah, yang kemudian hari akan ditambang dengan metoda bawah-tanah. Mineralisasi
tembaga dalam wilayah kontrak karya FIC selain di Ertsberg atau Gunung Bijih (GB), terdapat pula di daerah
sekitarnya, yaitu di Ertsberg East atau Gunung Bijih Timur (GBT), Dom dan Grassberg.

ENDAPAN BIJIH ERTSBERG TIMUR

Sekitar 1,5 km sebelah timur endapan skarn senolitik Ertsberg, terdapat deposit skarn sentuh Ertsberg Timur.
Endapan ini terbentuk di antara batugamping kelompok Irian Jaya terutama dari formasi Faumai dan intrusi
dioritik Ertsberg Timur. Menurut keperluan penambangan, kompleks Ertsberg Timur dibagi dari permukaan ke
bawah menjadi zona-zona bijih atas (Gunung Bijih Timur, GBT), tengah (intermediate ore zone, IOZ), dan
dalam (deep ore zone, DOZ).

Mineral tembaga yang utama ialah bornit dan sedikit kalkopirit, dengan
mineral ikutannya idait, kalkosit, kovelit, galena, pirit, sfalerit, pirargit,
dan markasit. Emas terdapat sebagai inklusi dalam sulfida tembaga,
kalsit dan serpentin. Di GBT, sulfida tembaga terdapat sebagai sebaran
dalam antar ruang mineral silika-gamping, isian dalam retakan dan
rongga, dan urat. Bentuk mineralisasi tembaga itu lebih intensif lagi
sepanjang breksi patahan sentuh dengan batugamping yang
termarmerkan.

Di DOZ dan sebagian IOZ, zona bijih utamanya ialah sepanjang breksi patahan sentuh tersebut yang telah
digantikan oleh skarn magnetit. Mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran dalam antar-ruang mineral
magnetit, dan urat yang seringkali hampir murni/masif. Keseluruhan cadangan Ertsberg Timur berjumlah lebih
dari 100 juta ton dengan kadar tembaga lebih dari 2,0%.

ENDAPAN BIJIH DOM

Dom ialah endapan skarn sentuh lainnya, tapi mineralogi bijihnya


mempunyai banyak persamaan dengan endapan Ertsberg. Pada
bidang datar, bentuk tubuh bijihnya seperti segitiga yang di bagian
tengahnya diterobos oleh diorit tanpa mineralisasi.Seperti pada
kedua endapan yang dibahas terdahulu. Kompleks Dom juga
sedikit banyak mengalami breksiasi. Mineral tembaga yang utama
ialah kalkopirit dengan digenit dan konvelitsebagai ubahan tepi
(alteration rim). Mineral tembaga oksidanya termasuk malakhit,
limonit pitch, dan delafosit/fenorit

Dalam skarn garnet, mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran, isian retakan dan rongga, dan bagian tepi
dari garnet yang terbentuk kemudian. Dalam skarn magnetit yang menggantikan breksi patahan sentuh dan
skarn silikat-gamping, terdapat sebagai isian retakan dan rongga sebaran, dan penggantian foraminifera besar
dan bidang perlapisan . Elektrum dan jejak (trace) emas murni hanya terdapat dalam jumlah kecil sebagai
inklusi dalam sulfida tembaga. Suatu Zona yang teroksidasi supergen terdapat di bagian atas dan juga
terbentuk lapisan tipis ke bawah yang mengikuti struktur. Cadangan endapan bijih Dom berjumlah 31 juta ton
dengan kadar rata-rata 1,5% tembaga dan 0,4 gram/ton perak.

Endapan Cu-Au porfiri Grasberg terbatas dalam zona silikasi


berbentuk stockwork di dalam diorit Grasberg yang sebelumnya telah
mengalami ubahan potasik. Tubuih bijih tersebut hanya sekitar 10%
dari keseluruhan luas permukaan diorit Grasberg, dan terletak sedikit
diluar pusatnya.Bentuknya seperti silinder yang mencapai kedalaman
sekitnya 800 meter dari permukaan, dan bentuk datarnya menyerupai
tapal kuda

Diorit Grasberg menerobos batugamping formasi Ainod dan Faumai yang terlipat kuat. Beberapa intrusi
kecil kemudian yang terbentuk seperti penyumbat (plug) tampaknya serupa dengan diorit grassberg, tapi
tidak sama betul dalam komposisi mineral dan ubahannya. Sikuen ubahan hidrotermal pada kompleks
diorit Grasberg, merupakan ciri khas untuk endapan tembaga yang kaya dengan emas, yaitu silisifikasi,
potasik, propilitik, dan deuterik. Mineral sulfida termasuk pirit, kalkopirit, bornit, digenit, dan kovelit.
Kalkopirit terdapat terutama sebagai isian retakan dan urat yang kadang-kadang hampir murni dalam
stockwork kwarsa. Ditempat yang lebih dalam digenit dan kovelit terdapat sebagai ubahan bagian tepi
disekeliling kalkopirit. Berdasarkan hasil perhitungan cadangannya berjumlah 485 juta ton dengan kadar
rata-rata 1,59% tembaga 1,78% gram/ton emas, dan 4,49 gram/ton perak.

http://distamben.papua.go.id/pr02.htm

Skarn

I. Definisi

Skarn dapat terbentuk selama metamorfisme kontak atau regional. Selain itu juga dari berbagai
macam proses metasomatisme yang melibatkan fluida magmatik, metamorfik, meteorik, dan
yang berasal dari laut. Skarn dapat ditemukan di permukaan sampai pluton, di sepanjang sesar
dan shear zone, di sistem geotermal dangkal, pada dasar lantai samudra maupun pada kerak
bagian bawah yang tertutup oleh dataran hasil metamorfisme burial dalam. Skarn dibagi menjadi
endoskarn dan eksoskarn dengan didasarkan pada jenis kandungan protolit.

II. Mineralogi

Secara umum, Kuarsa dan kalsit selalu hadir dalam semua jenis skarn. Sedangkan mineral lain
hanya hadir pada jenis skarn tertentu seperti talk, serpentine, dan brusit yang hadir hanya pada
skarn tipe magnesian.
III. Evolusi skarn

Formasi dari skarn deposit merupakan hasil dari proses yang dinamis. Pada sebagian besar skarn
deposit, terdapat beberapa transisi dari metamorfisme distal yang menghasilkan hornfels dan
skarnoid ke metamorfisme proximal yang menghasilkan skarn yang mengandung bijih berukuran
relatif kasar. Selama gradien suhu yang tinggi dan sirkulasi fluida skala besar akibat intrusi
magma, metamorfisme kontak dapat menjadi lebih kompleks dibandingkan model rekristalisasi
isokimia yang menyusun metamorfisme regional. Semakin kompleks fluida metasomatisme,
akan menghasilkan keterkaitan antara proses metamorfisme yang murni dengan proses
metasomatisme.

IV. Zonasi Skarn deposit

Terdapat pola zonasi pada skarn pada umumnya. Pola zonasi ini berupa proximal garnet, distal
piroksen, dan idiokras (atau piroksenoid seperti wolastonit, bustamit dan rodonit) yang terdapat
pada kontak antara skarn dan marmer. Selain itu, masing-masing mineral penyusun skarn dapat
menunjukan warna yang sistematis atau komposisi yang bervariasi dalam pola zonasi yang lebih
luas.

V. Petrogenesis

Sebagian besar skarn deposit secara langsung berhubungan dengan aktivitas pembekuan batuan
beku sehingga terdapat hubungan antara komposisi skarn dengan komposisi batuan beku.
Karakteristik penting lainnya diantaranya tingkat oksidasi, ukuran, tekstur, kedalaman, maupun
seting tektonik dari masing-masing pluton.

Tektonik Setting

Klasifikasi tektonik yang sangat berguna dari deposit skarn seharusnya mengelompokkan tipe
skarn yang pada umumnya berada bersama dan membedakannya yang secara khusus terdapat
dalam tektonik setting yang khusus. Sebagai contohnya, deposit skarn calcic Fe-Cu sebenarnya
hanyalah tipe skarn yang ditemukan dalam wilayah busur kepulauan samudra. Banyak dari skarn
ini juga diperkaya oleh Co, Ni, Cr, dan Au. Sebagai tambahan, beberapa skarn yang mengandung
emas yang bernilai ekonomis muncul dan telah terbentuk pada back arc basin yang berasosiasi
dengan busur volkanik samudra (Ray et al., 1988). Beberapa kenampakan kunci yang menyusun
skarn tersebut terpisah dari asosiasinya dengan magma dan kerak yang lebih berkembang adalah
yang berasosiasi dengan pluton yang bersifat gabbro dan diorit, endoskarn yang melimpah,
metasomatisme yang tersebar luas dan ketidakhadiran Sn dan Pb.

Kebanyakan deposit skarn berasosiasi dengan busur magmatik yang berkaitan dengan subduksi
dalam kerak benua. Komposisi pluton berkisar dari diorit sampai granit walaupun pada dasarnya
memiliki perbedaan diantara tipe skarn logam yang muncul untuk mencerminkan lingkungan
geologi setempat (kedalaman formasi, pola struktural dan fluida) lebih pada perbedaan pokok
dari petrogenesis (Nakano,et al., 1990). Sebaliknya, skarn yang mengandung emas pada
lingkungan ini berasosiasi dengan pluton yang tereduksi secara khusus yang mungkin mewakili
sejarah geologi yang khusus. Beberapa Skarn, tidak berasosiasi dengan subduksi yang berkaitan
dengan magmatisme. Pluton yang berkomposisi granit, pada umumnya mengandung muskovit
dan biotit primer, megakristal kuarsa berwarna abu-abu gelap, lubang-lubang miarolitik, alterasi
tipe greisen, dan anomali radioaktif. Skarn yang terasosiasi, kaya akan timah dan fluor walaupun
induk dari elemen lain biasanya hadir dan mungkin penting secara ekonomis. Perkembangan
rangkaian ini termasuk W, Be, B, Li, Bi, Zn, Pb, U, F, dan REE.

http://debriadiharset.wordpress.com/2010/03/29/endapan-mineral/

Petrologi dan jenis


Skarns are in their broadest sense formed by mass and chemical transport and reactions between
adjacent lithologies. Skarns adalah dalam arti yang paling luas dibentuk oleh transportasi massal
dan kimia dan reaksi antara satuan batuan yang berdekatan. They need not be igneous in origin;
two adjacent sedimentary layers such as a banded iron formation and a limestone may react to
exchange metals and fluids during metamorphism, creating a skarn. Mereka tidak perlu beku
dalam asal; dua yang berdekatan sedimen lapisan seperti pembentukan besi banded dan kapur
dapat bereaksi dengan logam pertukaran dan cairan selama metamorfosis, menciptakan sebuah
forsiterite.

However, the widest use of the word is in describing the metasomatised zones of wall rock
adjacent to granites . Namun, penggunaan terluas kata tersebut dalam menggambarkan zona
metasomatised dari batuan dinding yang berdekatan dengan granit . Skarns which are created by
reaction between metamorphic-sedimentary layers are also known as chemical skarns or
skarnoids. Skarns yang diciptakan oleh reaksi antara lapisan sedimen metamorf-juga dikenal
sebagai skarns kimia atau skarnoids. Skarns must also be distinguished from calc-silicate
hornfels , usually by field relationships. Skarns juga harus dibedakan dari kalk-silikat hornfels ,
biasanya dengan hubungan lapangan.

Skarns of igneous origin are classified as exoskarns or endoskarns . Skarns asal beku
diklasifikasikan sebagai exoskarns atau endoskarns. Exoskarns occur at and outside the granite
which produced them, and are alterations of wall rocks. Exoskarns terjadi pada dan di luar granit
yang menghasilkan mereka, dan perubahan batuan dinding. Endoskarns, including greisens ,
form within the granite mass itself, usually late in the intrusive emplacement and consist of
cross-cutting stockworks , cooling joints and around the margins and uppermost sections of the
granite itself. Endoskarns, termasuk greisens , bentuk dalam massa granit itu sendiri, biasanya di
akhir emplasemen mengganggu dan terdiri dari lintas sektor stockwork , pendinginan sendi dan
di sekitar margin dan bagian paling atas granit itu sendiri.

Typical skarn minerals include pyroxene , garnet , idocrase , wollastonite , actinolite , magnetite
or hematite , and epidote . Forsiterite Khas mineral termasuk piroksen , garnet , idocrase ,
wollastonite , actinolite , magnetit atau hematit , dan epidot . Because skarns are formed from
incompatible-element rich, siliceous aqueous fluids a variety of uncommon mineral types are
found in the skarn environment, such as: tourmaline , topaz , beryl , corundum , fluorite , apatite ,
barite , strontianite , tantalite , anglesite , and others. Karena skarns terbentuk dari elemen yang
tidak kompatibel-kaya, cairan berair mengandung silika berbagai jenis mineral yang biasa
ditemukan di lingkungan forsiterite, seperti: turmalin , topas , Beryl , korundum , fluorit , apatit ,
barit , strontianite , tantalite , anglesite , dan lain. Often, feldspathoids and rare calc-silicates such
as scapolite are found in more marginal areas. Seringkali, feldspathoids dan langka kalk-silikat
seperti scapolite ditemukan di daerah yang lebih marginal.

[ edit ] Formation [ sunting ] Pembentukan


Skarns are a class of calc-silicate rocks and are intimately associated with granite intrusions,
usually of sedimentary-metamorphic origin (S-type). Skarns adalah kelas kalk-silikat batu dan
sangat berkaitan erat dengan granit intrusi, biasanya dari sedimen-metamorf asal (S-type). Skarns
are rarely seen with other types of granites, because of the fluid chemistry and crystallization
behaviour of M-type ( mantle origin) and I-type (igneous-metamorphic origin) granites. Skarns
jarang terlihat dengan jenis lain dari granit, karena cairan kimia dan perilaku kristalisasi dari M-
jenis ( mantel asal) dan I-jenis (beku-metamorf asal) granit. S-type granites are more prone to
generating late-stage fluid rich in silica , incompatible elements and halides because they are
generally more potassic , oxidised and hydrous. S-jenis granit lebih rentan untuk menghasilkan
tahap akhir cairan kaya silika , unsur-unsur yang tidak kompatibel dan halida karena mereka
umumnya lebih potasik , dioksidasi dan hidro.

Exoskarns are formed when fluids left over from the crystallisation of the granite are ejected
from the mass at the waning stages of emplacement. Exoskarns terbentuk ketika cairan yang
tersisa dari kristalisasi granit yang dikeluarkan dari massa pada tahap memudarnya emplasemen.
When these fluids come into contact with reactive rocks, usually carbonates such as limestone or
dolostone , the fluids react with them, producing alteration (metasomatism). Ketika cairan ini
datang ke dalam kontak dengan batuan reaktif, biasanya karbonat seperti batu kapur atau
dolostone , cairan bereaksi dengan mereka, menghasilkan perubahan (metasomatism).

Because these fluids carry dissolved silica, iron, metals, halides and sulfur, the resulting rock is
usually a highly complex combination of calcium, magnesium and carbonate rich minerals.
Karena cairan ini membawa silika terlarut, zat besi, logam, halida dan belerang, batu yang
dihasilkan biasanya merupakan kombinasi yang sangat kompleks kalsium, magnesium dan
mineral karbonat kaya.

Uncommon types of skarns are formed in contact with sulfidic or carbonaceous rocks such as
black shales , graphite shales, banded iron formations and, occasionally, salt or evaporites . Jenis
jarang skarns terbentuk dalam kontak dengan batuan sulfidik atau karbon seperti serpihan hitam ,
grafit serpihan, terbalut besi formasi dan, sesekali, garam atau evaporites . Here, fluids react less
via chemical exchange of ions, but because of the redox -oxidation potential of the wall rocks. Di
sini, cairan bereaksi kurang melalui pertukaran ion kimia, tetapi karena redoks potensial oksidasi
dari batuan dinding.

Endoskarns are rarer, generally because the fluids created by a granite are usually formed in
equilibrium with the minerals of the granite. Endoskarns yang jarang, biasanya karena cairan
yang diciptakan oleh sebuah granit biasanya terbentuk dalam kesetimbangan dengan mineral dari
granit. Endoskarns seem to form in granites which lose earlier, more dilute hydrous fluids,
thereby creating a less dilute last spurt of exsolved fluids. Endoskarns tampaknya untuk
membentuk di granit yang kehilangan sebelumnya, cairan hidro lebih encer, sehingga
menciptakan lonjakan berlangsung kurang encer cairan exsolved. Boiling of the exsolved fluid is
also considered important, as this creates a highly saline, incompatible-element-rich fluid phase
and a highly volatile gas phase. Didih cairan exsolved juga dianggap penting, karena hal ini
menciptakan, yang sangat tidak kompatibel-elemen garam kaya fasa fluida dan fasa gas yang
sangat mudah menguap.

[ edit ] Ore deposits [ sunting ] deposito Bijih


Skarns are often hosts for copper , lead , zinc , iron , gold , molybdenum , tin , and tungsten ore
deposits. Skarns sering host untuk tembaga , timbal , seng , besi , emas , molibdenum , timah ,
dan tungsten bijih deposito. Examples of economic skarn deposits include: Contoh deposito
forsiterite ekonomi meliputi:

Pine Creek Mine (tungsten), Inyo County, California , USA Pine Creek Tambang
(tungsten), Inyo County, California , Amerika Serikat
Ok Tedi Mine (gold and copper), Western Province (Papua New Guinea) Ok Tedi
Tambang (emas dan tembaga), Provinsi Barat (Papua Nugini)
Avebury Mine (Nickel), Zeehan, Tasmania , (Australia) Avebury Tambang (Nikel),
Zeehan, Tasmania , (Australia)

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Skarn&ei=EPy1TvH
NH4bUrQfWvOy9Aw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0CBkQ7gEwAA&prev=/search%3F
q%3Dskarn%26hl%3Did%26gbv%3D2%26biw%3D1366%26bih%3D583%26prmd%3Dimvns

There are many definitions and usages of the word "skarn". Ada banyak definisi dan penggunaan
dari kata "forsiterite". Skarns can form during regional or contact metamorphism and from a
variety of metasomatic processes involving fluids of magmatic, metamorphic, meteoric, and/or
marine origin. Skarns dapat terbentuk selama metamorfosis regional atau kontak dan dari
berbagai proses yang melibatkan cairan metasomatic asal magmatik, metamorfik, meteorit, dan /
atau laut. They are found adjacent to plutons, along faults and major shear zones, in shallow
geothermal systems, on the bottom of the seafloor, and at lower crustal depths in deeply buried
metamorphic terrains. Mereka ditemukan berdekatan dengan pluton, sepanjang kesalahan dan
zona geser utama, dalam sistem panas bumi dangkal, pada bagian bawah dasar laut, dan pada
kedalaman kerak rendah di medan metamorf terkubur. What links these diverse environments,
and what defines a rock as skarn, is the mineralogy. Apa link ini lingkungan yang beragam, dan
apa yang mendefinisikan sebuah batu sebagai forsiterite, adalah mineralogi tersebut. This
mineralogy includes a wide variety ofcalc-silicate and associated minerals but usually is
dominated by garnet and pyroxene. Mineralogi ini mencakup berbagai ofcalc-silikat dan mineral
terkait tetapi biasanya didominasi oleh garnet dan piroksen.
Skarns can be subdivided according to several criteria. Skarns dapat dibagi berdasarkan beberapa
kriteria. Exoskarn and endoskarn are common terms used to indicate a sedimentary or igneous
protolith, respectively. Exoskarn dan endoskarn adalah istilah umum yang digunakan untuk
menunjukkan sedimen atau beku protolith, masing-masing. Magnesian and calcic skarn can be
used to describe the dominant composition of the protolith and resulting skarn minerals.
Magnesian dan forsiterite yg mengandung kapur dapat digunakan untuk menggambarkan
komposisi dominan protolith dan mineral forsiterite dihasilkan. Such terms can be combined, as
in the case of a magnesian exoskarn which contains forsterite-diopside skarn formed from
dolostone. Hal tersebut dapat dikombinasikan, seperti dalam kasus exoskarn magnesian yang
berisi forsterit-diopside forsiterite terbentuk dari dolostone.

Calc-silicate hornfels is a descriptive term often used for the relatively fine-grained calc-silicate
rocks that result from metamorphism of impure carbonate units such as silty limestone or
calcareous shale. Calc-silikat hornfels adalah istilah deskriptif yang sering digunakan untuk kalk-
silikat batuan yang relatif halus yang dihasilkan dari metamorfosis unit karbonat murni seperti
berlumpur batu kapur atau serpih berkapur.

Reaction skarns can form from isochemical metamorphism of thinly interlayered shale and
carbonate units where metasomatic transfer of components between adjacent lithologies may
occur on a small scale (perhaps centimetres) (eg Vidale, 1969; Zarayskiy et al., 1987). Skarns
reaksi dapat terbentuk dari metamorfosis isochemical serpih tipis interlayered dan unit karbonat
mana transfer metasomatic komponen antara satuan batuan yang berdekatan dapat terjadi pada
skala kecil (mungkin cm) (misalnya Vidale, 1969;. Zarayskiy et al, 1987). Skarnoid is a
descriptive term for calc-silicate rocks which are relatively fine-grained, iron-poor, and which
reflect, at least in part, the compositional control of the protolith (Korzkinskii, 1948; Zharikov,
1970). Skarnoid adalah istilah deskriptif untuk kalk-silikat batuan yang relatif halus, besi-miskin,
dan yang mencerminkan, setidaknya sebagian, kontrol komposisi dari protolith (Korzkinskii,
1948; Zharikov, 1970). Genetically, skarnoid is intermediate between a purely metamorphic
hornfels and a purely metasomatic, coarse-grained skarn. Genetik, skarnoid adalah menengah
antara hornfels murni metamorf dan, murni metasomatic kasar forsiterite.

For all of the preceding terms, the composition and texture of the protolith tend to control the
composition and texture of the resulting skarn. Untuk semua persyaratan sebelumnya, komposisi
dan tekstur dari protolith cenderung mengontrol komposisi dan tekstur dari forsiterite dihasilkan.
In contrast, most economically important skarn deposits result from large scale metasomatic
transfer, where fluid composition controls the resulting skarn and ore mineralogy. Sebaliknya,
paling ekonomis penting forsiterite deposito hasil dari transfer skala besar metasomatic, di mana
komposisi cairan mengontrol forsiterite dan mineralogi bijih yang dihasilkan.

This is the mental image that most people share of a "classic" skarn deposit. Ini adalah gambar
mental yang kebanyakan orang pangsa deposito "klasik" forsiterite. Ironically, in the "classic"
skarn locality described by Tornebohm at Persberg, skarn has developed during regional
metamorphism of a mostly calcareous Proterozoic iron formation. Ironisnya, di lokasi yang
"klasik" forsiterite dijelaskan oleh Tornebohm di Persberg, forsiterite telah dikembangkan
selama metamorfosis regional dari pembentukan besi sebagian besar berkapur Proterozoikum.
This reinforces the importance of Einaudi et al.'s (1981) warning that the words "skarn" and
"skarn deposits" be used strictly in a descriptive sense, based upon documented mineralogy, and
free of genetic interpretations. Hal ini memperkuat pentingnya Einaudi et al 's. (1981)
memperingatkan bahwa kata-kata "forsiterite" dan "deposito forsiterite" akan digunakan secara
ketat dalam pengertian deskriptif, berdasarkan mineralogi didokumentasikan, dan bebas dari
interpretasi genetik.

Not all skarns have economic mineralisation; skarns which contain ore are called skarn deposits.
Tidak semua skarns telah mineralisasi ekonomi; skarns yang mengandung bijih disebut
forsiterite deposito. In most large skarn deposits, skarn and ore minerals result from the same
hydrothermal system even though there may be significant differences in the time/space
distribution of these minerals on a local scale. Dalam deposito forsiterite paling besar, forsiterite
dan bijih mineral hasil dari sistem hidrotermal yang sama meskipun mungkin ada perbedaan
yang signifikan dalam distribusi waktu / ruang ini mineral pada skala lokal. Although rare, it is
also possible to form skarn by metamorphism of pre-existing ore deposits as has been suggested
for Aguilar, Argentina (Gemmell et al., 1992), Franklin Furnace, USA (Johnson et al., 1990), and
Broken Hill, Australia (Hodgson, 1975). Meskipun jarang, juga memungkinkan untuk
membentuk forsiterite oleh metamorfosis pra-ada deposito bijih seperti yang telah diusulkan
untuk Aguilar, Argentina (Gemmell et al., 1992), Tungku Franklin, Amerika Serikat (Johnson et
al, 1990.), Dan Patah Hill, Australia (Hodgson, 1975).

Skarn Mineralogy Forsiterite Mineralogi

Just as mineralogy is the key to recognizing and defining skarns, it is also critical in
understanding their origin and in distinguishing economically important deposits from interesting
but uneconomic mineral localities. Sama seperti mineralogi adalah kunci untuk mengenali dan
mendefinisikan skarns, juga penting dalam memahami asal usul dan dalam membedakan
deposito ekonomis penting dari lokasi mineral yang menarik tapi tidak ekonomis. Skarn
mineralogy is mappable in the field and serves as the broader "alteration envelope" around a
potential ore body. Mineralogi forsiterite yang dipetakan di lapangan dan berfungsi sebagai
"amplop perubahan" yang lebih luas di sekitar tubuh bijih potensial. Because most skarn deposits
are zoned, recognition of distal alteration features can be critically important in the early
exploration stages. Karena kebanyakan deposit forsiterite zoned, pengakuan fitur perubahan
distal dapat sangat penting dalam tahap eksplorasi awal. Details of skarn mineralogy and
zonation can be used to construct deposit-specific exploration models as well as more general
models useful in developing grass roots exploration programs or regional syntheses. Rincian
mineralogi forsiterite dan zonasi dapat digunakan untuk membangun model deposito spesifik
eksplorasi serta model umum lebih berguna dalam mengembangkan program eksplorasi akar
rumput atau sintesis daerah.

Although many skarn minerals are typical rock-forming minerals, some are less abundant and
most have compositional variations which can yield significant information about the
environment of formation. Meskipun banyak mineral forsiterite khas batuan pembentuk mineral,
beberapa kurang berlimpah dan sebagian besar memiliki variasi komposisi yang dapat
menghasilkan informasi yang signifikan tentang lingkungan pembentukan.
Some minerals, such as quartz and calcite, are present in almost all skarns. Beberapa mineral,
seperti kuarsa dan kalsit, yang hadir di hampir semua skarns. Other minerals, such as humite,
periclase, phlogopite, talc, serpentine, and brucite are typical of magnesian skarns but are absent
from most other skarn types. Mineral lainnya, seperti humite, periklas, phlogopite, talk,
serpentin, dan brucite adalah khas dari skarns magnesian tetapi absen dari sebagian besar jenis
forsiterite lainnya. Additionally, there are many tin, boron, beryllium, and fluorine-bearing
minerals which have very restricted, but locally important, parageneses. Selain itu, ada banyak
timah, boron, berilium, dan fluor-bantalan mineral yang sangat terbatas, namun yang penting
secara lokal, parageneses.

The advent of modern analytical techniques, particularly the electron microprobe, makes it
relatively easy to determine accurate mineral compositions and consequently, to use precise
mineralogical names. Munculnya teknik analisis modern, khususnya microprobe elektron,
membuatnya relatif mudah untuk menentukan komposisi mineral yang akurat dan akibatnya,
untuk menggunakan nama mineralogi tepat. However, mineralogical names should be used
correctly so as not to imply more than is known about the mineral composition. Namun, nama
mineralogi harus digunakan dengan benar agar tidak menyiratkan lebih dari yang diketahui
tentang komposisi mineral. For example, the sequence pyroxene, clinopyroxene, calcic
clinopyroxene, diopsidic pyroxene, and diopside, are increasingly more specific terms. Sebagai
contoh, urutan piroksen, clinopyroxene, clinopyroxene yg mengandung kapur, piroksen
diopsidic, dan diopside, adalah istilah semakin lebih spesifik.

Unfortunately, it is all too common in the geologic literature for specific end member terms, such
as diopside, to be used when all that is known about the mineral in question is that it might be
pyroxene. Sayangnya, itu semua terlalu umum dalam literatur geologi untuk istilah anggota akhir
tertentu, seperti diopside, yang akan digunakan bila semua yang diketahui tentang mineral dalam
pertanyaan adalah bahwa hal itu mungkin piroksen.

Zharikov (1970) was perhaps the first to describe systematic variations in skarn mineralogy
among the major skarn classes. Zharikov (1970) adalah mungkin yang pertama untuk
menggambarkan variasi sistematis dalam mineralogi forsiterite kalangan kelas forsiterite utama.
He used phase equilibria, mineral compatibilities, and compositional variations in solid solution
series to describe and predict characteristic mineral assemblages for different skarn types. Dia
menggunakan kesetimbangan fasa, kompatibilitas mineral, dan variasi komposisi dalam seri
larutan padat untuk menggambarkan dan memprediksi karakteristik kumpulan mineral untuk
jenis forsiterite berbeda. His observations have been extended by Burt (1972) and Einaudi et al.
Pengamatannya telah diperpanjang oleh Burt (1972) dan Einaudi et al. (1981) to include a wide
variety of deposit types and the mineralogical variations between types. (1981) untuk
memasukkan berbagai jenis deposito dan variasi antara jenis mineralogi. The minerals which are
most useful for both classification and exploration are those, such as garnet, pyroxene, and
amphibole, which are present in all skarn types and which show marked compositional
variability. Mineral yang paling berguna untuk kedua klasifikasi dan eksplorasi adalah mereka,
seperti garnet, piroksen, dan amphibole, yang hadir di semua jenis forsiterite dan yang
menunjukkan variabilitas komposisi ditandai. For example, the manganiferous pyroxene,
johannsenite, is found almost exclusively in zinc skarns. Sebagai contoh, piroksen
manganiferous, johannsenite, ditemukan hampir secara eksklusif di skarns seng. Its presence,
without much further supporting information, is definitive of this skarn type. Kehadirannya,
tanpa banyak informasi yang mendukung lebih lanjut, secara definitif jenis ini forsiterite.

When compositional information is available, it is possible to denote a mineral's composition in


terms of mole percent of the end members. Ketika informasi komposisi tersedia, adalah mungkin
untuk menunjukkan komposisi mineral dalam hal persen mol anggota akhir. For example, a
pyroxene which contains 70 mole percent hedenbergite, 28 mole percent diopside, and 2 mole
percent johannsenite could be referred to as Hd70Di28Jo2. Misalnya, piroksen yang berisi 70
mol hedenbergite persen, 28 diopside mol persen, dan 2 johannsenite mol persen bisa disebut
sebagai Hd70Di28Jo2. In many skarn systems, variation in iron content is the most important
parameter and thus, many minerals are described simply by their iron end member, eg Hd10 or
Ad90. Dalam sistem forsiterite banyak, variasi dalam kadar besi adalah parameter yang paling
penting dan dengan demikian, banyak mineral dijelaskan hanya oleh anggota akhir besi mereka,
misalnya Hd10 atau Ad90. Large amounts of compositional information can be summarized
graphically. Sejumlah besar informasi komposisi dapat diringkas grafis. Triangular plots
commonly are used to express variations in compositionally complex minerals such as garnet
and pyroxene. Plot segitiga biasa digunakan untuk mengekspresikan variasi dalam mineral yang
komposisinya kompleks seperti garnet dan piroksen.

Amphiboles are more difficult to portray graphically because they have structural as well as
compositional variations. Amphiboles lebih sulit untuk menggambarkan grafis karena mereka
memiliki variasi struktural serta komposisi. The main differences between amphiboles in
different skarn types are variations in the amount of Fe, Mg, Mn, Ca, Al, Na, and K. Amphiboles
from Au, W, and Sn skarns are progressively more aluminous (actinolite-hastingsite-
hornblende), amphiboles from Cu, Mo, and Fe skarns are progressively more iron-rich in the
tremolite-actinolite series, and amphiboles from zinc skarns are both Mn-rich and Ca-deficient,
ranging from actinolite to dannemorite. Perbedaan utama antara amphiboles dalam jenis yang
berbeda forsiterite variasi dalam jumlah Fe, Mg, Mn, Ca, Al, Na, dan K. Amphiboles dari Au,
W, dan Sn skarns secara progresif lebih alumina (actinolite-hastingsite-hornblende) , amphiboles
dari Cu, Mo, dan skarns Fe semakin lebih kaya zat besi dalam seri tremolite-actinolite, dan
amphiboles dari seng skarns keduanya Mn-kaya dan Ca-kekurangan, mulai dari actinolite ke
dannemorite. For a specific skarn deposit or group of skarns, compositional variations in less
common mineral phases, such as idocrase, bustamite, or olivine, may provide insight into
zonation patterns or regional petrogenesis (eg Giere, 1986; Agrell and Charnely, 1987; Silva and
Siriwardena, 1988; Benkerrou and Fonteilles, 1989). Untuk deposit forsiterite tertentu atau
kelompok skarns, variasi komposisi dalam waktu kurang fase mineral umum, seperti idocrase,
bustamite, atau olivin, dapat memberikan wawasan ke dalam pola zonasi atau petrogenesis
daerah (misalnya Giere, 1986; Agrell dan Charnely, 1987; Silva dan Siriwardena, 1988;
Benkerrou dan Fonteilles, 1989).

Evolution of skarns in time and space Evolusi skarns dalam ruang dan waktu

As was recognised by early skarn researchers (eg Lindgren 1902; Barrell, 1907; Goldschmidt,
1911; Umpleby, 1913; Knopf, 1918), formation of a skarn deposit is a dynamic process. Seperti
diakui oleh para peneliti forsiterite awal (misalnya Lindgren 1902; Barrell, 1907; Goldschmidt,
1911; Umpleby, 1913; Knopf, 1918), pembentukan deposit forsiterite adalah sebuah proses
dinamis. In most large skarn deposits there is a transition from early/distal metamorphism
resulting in hornfels, reaction skarn, and skarnoid, to later/proximal metasomatism resulting in
relatively coarse-grained ore-bearing skarn. Dalam deposito forsiterite paling besar ada transisi
dari awal metamorfosis / distal mengakibatkan hornfels, forsiterite reaksi, dan skarnoid, untuk
kemudian / metasomatism proksimal sehingga relatif kasar bijih-bantalan forsiterite. Due to the
strong temperature gradients and large fluid circulation cells caused by intrusion of a magma
(Norton, 1982; Salemink and Schuiling, 1987; Bowers et al., 1990), contact metamorphism can
be considerably more complex than the simple model of isochemical recrystallisation typically
invoked for regional metamorphism. Karena gradien temperatur yang kuat dan sel cairan
sirkulasi besar disebabkan oleh intrusi magma yang (Norton, 1982; Salemink dan Schuiling,
1987;. Bowers et al, 1990), metamorfisme kontak dapat jauh lebih kompleks daripada model
sederhana dari rekristalisasi isochemical biasanya dipanggil untuk metamorfisme regional.

For example, circulating diverse fluids through a fracture in a relatively simple carbonate
protolith can result in several different reactions. Sebagai contoh, beredar beragam cairan melalui
patah tulang di protolith karbonat yang relatif sederhana dapat menghasilkan beberapa reaksi
yang berbeda. Thus, the steep thermal gradients common in most plutonic environments, result
in complex metamorphic aureoles complete with small-scale metasomatic transfer as evidenced
by reaction skarns and skarnoid. Jadi, gradien termal yang curam umum di lingkungan yang
paling plutonik, mengakibatkan aureoles metamorf yang kompleks lengkap dengan skala kecil
mentransfer metasomatic sebagaimana dibuktikan oleh skarns reaksi dan skarnoid.

More complex metasomatic fluids, with the possible addition of magmatic components such as
Fe, Si, Cu, etc. , produce a continuum between purely metamorphic and purely metasomatic
processes. Cairan metasomatic lebih kompleks, dengan penambahan komponen magmatik
kemungkinan seperti Fe, Si, Cu, dll, menghasilkan kontinum antara proses murni dan murni
metasomatic metamorf.

This early metamorphism and continued metasomatism at relatively high temperature (Wallmach
and Hatton, 1989, describe temperatures > 1200C) are followed by retrograde alteration as
temperatures decline. Ini metamorfosis dini dan metasomatism terus pada suhu relatif tinggi
(Wallmach dan Hatton, 1989, menggambarkan suhu> 1200C) yang diikuti oleh perubahan
retrograde sebagai penurunan suhu. A link between space and time is a common theme in ore
deposits and requires careful interpretation of features which may appear to occur only in a
particular place (eg Barton et al., 1991). Sebuah hubungan antara ruang dan waktu adalah tema
umum dalam deposit bijih dan membutuhkan interpretasi yang cermat dari fitur yang mungkin
tampaknya hanya terjadi di tempat tertentu (misalnya Barton et al., 1991).

One of the more fundamental controls on skarn size, geometry, and style of alteration is the
depth of formation. Salah satu kontrol yang lebih mendasar pada ukuran forsiterite, geometri,
dan gaya perubahan adalah kedalaman pembentukan. Quantitative geobarometric studies
typically use mineral equilibria (Anovitz and Essene, 1990), fluid inclusions (Guy et al., 1989) or
a combination of such methods (Hames et al., 1989) to estimate the depth of metamorphism.
Penelitian kuantitatif geobarometric biasanya menggunakan kesetimbangan mineral (Anovitz
dan Essene, 1990), inklusi fluida (Guy et al., 1989) atau kombinasi dari metode tersebut (Hames
et al., 1989) untuk memperkirakan kedalaman metamorfisme. Qualitative methods include
stratigraphic or other geologic reconstructions and interpretation of igneous textures. Metode
kualitatif meliputi rekonstruksi geologi stratigrafi atau lainnya dan interpretasi tekstur batuan
beku. Simple observations of chilled margins, porphyry groundmass grain size, pluton
morphology, and presence of brecciation and brittle fracture allow field distinctions between
relatively shallow and deep environments. Pengamatan sederhana dari margin dingin, porfiri
ukuran groundmass butir, morfologi pluton, dan kehadiran breksiasi dan perpatahan getas
memungkinkan perbedaan bidang antara lingkungan yang relatif dangkal dan dalam.

The effect of depth on metamorphism is largely a function of the ambient wall rock temperature
prior to, during, and post intrusion. Efek mendalam pada metamorfosis sebagian besar
merupakan fungsi dari temperatur ambien batuan dinding sebelum, selama, dan intrusi pos.
Assuming an average geothermal gradient for an orogenic zone of about 35C per kilometre
(Blackwell et al., 1990), the ambient wall rock temperature prior to intrusion at 2 km would be
70C, whereas at 12 km it would be 420C. Dengan asumsi rata-rata gradien geotermal untuk zona
orogenic sekitar 35C per kilometer (Blackwell et al., 1990), dinding batu ambien temperatur
sebelum intrusi pada 2 km akan menjadi 70C, sedangkan pada 12 km itu akan 420C. Thus, with
the added heat flux provided by local igneous activity, the volume of rock affected by
temperatures in the 400-700C range would be considerably larger and longer lived surrounding a
deeper skarn than a shallower one. Jadi, dengan fluks panas yang ditambahkan disediakan oleh
aktivitas batuan beku lokal, volume batu dipengaruhi oleh suhu dalam kisaran 400-700C akan
jauh lebih besar dan lebih lama tinggal mengelilingi sebuah forsiterite lebih dangkal daripada
satu. In addition, higher ambient temperatures could affect the crystallisation history of a pluton
as well as minimise the amount of retrograde alteration of skarn minerals. Selain itu, temperatur
ambien tinggi dapat mempengaruhi sejarah kristalisasi yang pluton serta meminimalkan jumlah
perubahan mundur dari mineral forsiterite.

At a depth of 12 km with ambient temperatures around 400C, skarn may not cool below garnet
and pyroxene stability without subsequent uplift or other tectonic changes. Pada kedalaman 12
km dengan suhu lingkungan sekitar 400C, forsiterite mungkin tidak keren bawah garnet dan
stabilitas piroksen tanpa mengangkat berikutnya atau perubahan tektonik lainnya. The greater
extent and intensity of metamorphism at depth can affect the permeability of host rocks and
reduce the amount of carbonate available for reaction with metasomatic fluids. Tingkat yang
lebih besar dan intensitas metamorfosis di kedalaman dapat mempengaruhi permeabilitas batuan
host dan mengurangi jumlah karbonat tersedia untuk reaksi dengan cairan metasomatic. An
extreme case is described by Dick Sebuah kasus yang ekstrim digambarkan oleh Dick

and Hodgson (1982) at Cantung, Canada, where the "Swiss cheese limestone" was almost
entirely converted to a heterogeneous calc-silicate hornfels during metamorphism prior to skarn
formation. dan Hodgson (1982) di Cantung, Kanada, di mana "kapur keju Swiss" hampir
seluruhnya dikonversi menjadi kalk-silikat hornfels heterogen selama metamorfosis sebelum
pembentukan forsiterite. The skarn formed from the few remaining patches of limestone has
some of the highest known grades of tungsten skarn ore in the world (Mathiason and Clark,
1982). Para forsiterite terbentuk dari patch beberapa sisa kapur memiliki beberapa nilai tertinggi
dikenal bijih tungsten forsiterite di dunia (Mathiason dan Clark, 1982).
The depth of skarn formation also will affect the mechanical properties of the host rocks.
Kedalaman pembentukan forsiterite juga akan mempengaruhi sifat mekanik dari batuan host. In
a deep skarn environment, rocks will tend to deform in a ductile manner rather than fracture.
Dalam lingkungan forsiterite dalam, batuan akan cenderung merusak secara ulet daripada
fraktur. Intrusive contacts with sedimentary rocks at depth tend to be sub-parallel to bedding;
either the pluton intrudes along bedding planes or the sedimentary rocks fold or flow until they
are aligned with the intrusive contact. Kontak mengganggu dengan batuan sedimen di kedalaman
cenderung sub-sejajar dengan tempat tidur, baik terasa pluton bersama pesawat atau tempat tidur
lipat batuan sedimen atau aliran sampai mereka selaras dengan kontak mengganggu. Examples
of skarns for which depth estimates exceed 5-10 km include Pine Creek, California (Brown et al.,
1985) and Osgood Mountains, Nevada (Taylor, 1976). Contoh skarns yang melebihi perkiraan
kedalaman 5-10 km termasuk Pine Creek, California (Brown et al, 1985.) Dan Osgood
Pegunungan, Nevada (Taylor, 1976).

In deposits such as these, where intrusive contacts are sub-parallel to bedding planes, skarn is
usually confined to a narrow, but vertically extensive, zone. Dalam deposito seperti ini, dimana
kontak mengganggu adalah sub-paralel dengan pesawat tempat tidur, forsiterite biasanya terbatas
pada yang sempit, namun juga secara vertikal yang luas, zona. At Pine Creek skarn is typically
less than 10 m wide but locally exceeds one kilometre in length and vertical extent (Newberry,
1982). Pada Pine Creek forsiterite biasanya kurang dari 10 m lebar tetapi secara lokal melebihi
satu kilometer panjang dan luas vertikal (Newberry, 1982).

Thus, skarn formed at greater depths can be seen as a narrow rind of small size relative to the
associated pluton and its metamorphic aureole. Jadi, forsiterite terbentuk pada kedalaman yang
lebih besar dapat dilihat sebagai kulit sempit ukuran kecil relatif terhadap pluton terkait dan
aureole metamorf nya. In contrast, host rocks at shallow depths will tend to deform by fracturing
and faulting rather than folding. Sebaliknya, tuan batuan pada kedalaman dangkal akan
cenderung untuk merusak oleh peretakan dan faulting bukan lipat. In most of the 13 relatively
shallow skarn deposits reviewed by Einaudi (1982a), intrusive contacts are sharply discordant to
bedding and skarn cuts across bedding and massively replaces favourable beds, equalling or
exceeding the (exposed) size of the associated pluton. Di kebanyakan dari 13 deposito forsiterite
relatif dangkal terakhir oleh Einaudi (1982a), kontak intrusif yang tajam sumbang pemotongan
selimut dan forsiterite di tempat tidur dan tempat tidur besar-besaran menggantikan
menguntungkan, setara atau melebihi ukuran (terkena) dari pluton terkait.

The strong hydrofracturing associated with shallow level intrusions greatly increases the
permeability of the host rocks, not only for igneous-related metasomatic fluids, but also for later,
possibly cooler, meteoric fluids (Shelton, 1983). Para hydrofracturing kuat terkait dengan intrusi
dangkal tingkat sangat meningkatkan permeabilitas batuan host, tidak hanya untuk batuan beku
yang berhubungan dengan cairan metasomatic, tetapi juga untuk nanti, mungkin lebih dingin,
cairan meteorit (Shelton, 1983). The influx of meteoric water and the consequent destruction of
skarn minerals during retrograde alteration is one of the distinctive features of skarn formation in
a shallow environment. Masuknya air meteorik dan penghancuran akibat dari mineral forsiterite
selama perubahan retrograde adalah salah satu fitur khas pembentukan forsiterite di lingkungan
dangkal.
The shallowest (and youngest) known skarns are presently forming in active geothermal systems
(McDowell and Elders, 1980; Cavarretta et al., 1982; Cavarretta and Puxeddu, 1990) and hot
spring vents on the seafloor (Zierenberg and Shanks, 1983). Para dangkal (dan termuda) skarns
dikenal saat ini terbentuk pada sistem panas bumi aktif (McDowell dan Sesepuh, 1980;
Cavarretta et al, 1982;. Cavarretta dan Puxeddu, 1990) dan ventilasi air panas di dasar laut
(Zierenberg dan Shanks, 1983). These skarns represent the distal expression of magmatic activity
and exposed igneous rocks (in drill core) are dominantly thin dikes and sills with chilled margins
and a very fine grained to aphanitic groundmass. Skarns ini merupakan ungkapan distal kegiatan
magmatik dan batuan beku terkena (dalam inti bor) yang dominan tanggul tipis dan kusen
dengan margin yang sangat dingin dan berbutir halus untuk groundmass aphanitic.

The degree to which a particular alteration stage is developed in a specific skarn will depend on
the local geologic environment of formation. Sejauh mana tahap perubahan tertentu
dikembangkan dalam forsiterite tertentu akan tergantung pada lingkungan geologi lokal
pembentukan. For example, metamorphism will likely be more extensive and higher grade
around a skarn formed at relatively great crustal depths than one formed under shallower
conditions. Sebagai contoh, metamorfosis kemungkinan akan lebih luas dan kelas yang lebih
tinggi sekitar forsiterite terbentuk pada kedalaman kerak relatif besar dari satu terbentuk dalam
kondisi dangkal.

Conversely, retrograde alteration during cooling, and possible interaction with meteroric water,
will be more intense in a skarn formed at relatively shallow depths in the earth's crust compared
with one formed at greater depths. Sebaliknya, perubahan retrograde selama pendinginan, dan
interaksi mungkin dengan air meteroric, akan lebih intens dalam forsiterite terbentuk pada
kedalaman yang relatif dangkal di kerak bumi dibandingkan dengan satu terbentuk pada
kedalaman yang lebih besar. In the deeper skarns carbonate rocks may deform in a ductile
manner rather than through brittle fracture, with bedding parallel to the intrusive contact; in
shallower systems the reverse may be true. Dalam skarns lebih dalam batuan karbonat dapat
merusak dengan cara yang ulet daripada melalui perpatahan getas, dengan paralel tempat tidur ke
kontak mengganggu; dalam sistem dangkal sebaliknya mungkin benar.

These differences in structural style will in turn affect the size and morphology of skarn.
Perbedaan-perbedaan dalam gaya struktural pada gilirannya akan mempengaruhi ukuran dan
morfologi forsiterite. Thus, host rock composition, depth of formation, and structural setting will
all cause variations from the idealised "classic" skarn model. Dengan demikian, komposisi host
rock, kedalaman pembentukan, dan pengaturan struktural semua akan menyebabkan variasi dari
model ideal "klasik" forsiterite.

Au, Cu, Fe, Mo, Sn, W, and Zn-Pb skarn deposits Au, Cu, Fe, Mo, Sn, W, dan Zn-Pb deposito
forsiterite

Major skarn types: Mayor forsiterite jenis:

Fe Skarns Au Skarns W Skarns Cu Skarns Fe Skarns Au Skarns W Skarns Cu Skarns


Zn Skarns Mo Skarns Sn skarns Skarns Zn Mo Skarns Sn skarns

Groupings of skarn deposits can be based on descriptive features such as protolith composition,
rock type, and dominant economic metal(s) as well as genetic features such as mechanism of
fluid movement, temperature of formation, and extent of magmatic involvement.
Pengelompokan deposito forsiterite dapat didasarkan pada fitur deskriptif seperti komposisi
protolith, tipe batuan, dan logam ekonomi yang dominan (s) serta fitur genetik seperti
mekanisme gerakan fluida, suhu pembentukan, dan tingkat keterlibatan magmatik. The general
trend of modern authors is to adopt a descriptive skarn classification based upon the dominant
economic metals and then to modify individual categories based upon compositional, tectonic, or
genetic variations. Kecenderungan umum dari penulis modern adalah untuk mengadopsi
klasifikasi forsiterite deskriptif berdasarkan logam ekonomi yang dominan dan kemudian untuk
memodifikasi kategori individu berdasarkan pada komposisi, variasi tektonik, atau genetik. This
is similar to the classification of porphyry deposits into porphyry copper, porphyry molybdenum,
and porphyry tin types; deposits which share many alteration and geochemical features but are,
nevertheless, easily distinguishable. Hal ini mirip dengan klasifikasi deposito porfiri ke tembaga
porfiri, molibdenum porfiri, dan jenis timah porfiri; deposito yang berbagi banyak perubahan dan
fitur geokimia tetapi, bagaimanapun, dengan mudah dibedakan. Seven major skarn types (Au,
Cu, Fe, Mo, Sn, W, and Zn-Pb) have received significant modern study and several others
(including F, C, Ba, Pt, U, REE) are locally important. Tujuh jenis forsiterite utama (Au, Cu, Fe,
Mo, Sn, W, dan Zn-Pb) telah menerima studi modern yang signifikan dan beberapa orang lain
(termasuk F, C, Ba, Pt, U, REE) secara lokal penting. In addition, skarns can be mined for
industrial minerals such as garnet and wollastonite. Selain itu, skarns dapat ditambang untuk
mineral industri seperti garnet dan wollastonite.

Iron Skarns Besi Skarns

The largest skarn deposits are the iron skarns. Deposito forsiterite terbesar adalah skarns besi.
Major reviews of this deposit type include Sangster Tinjauan utama dari jenis ini deposito
termasuk Sangster

(1969), Sokolov and Grigorev (1977), and Einaudi et al. (1969), Sokolov dan Grigorev (1977),
dan Einaudi et al. (1981). (1981). Iron skarns are mined for their magnetite content and although
minor amounts of Cu, Co, Ni, and Au may be present, iron is typically the only commodity
recovered (Grigoryev et al., 1990). Skarns besi ditambang untuk konten magnetit mereka dan
meskipun sejumlah kecil Cu, Co, Ni, dan Au dapat hadir, besi biasanya komoditas hanya pulih
(Grigoryev et al., 1990). Many deposits are very large (>500 million tons, >300 million tons
contained Fe) and consist dominantly of magnetite with only minor silicate gangue. Banyak
deposito sangat besar (> 500 juta ton,> 300 juta ton yang terkandung Fe) dan terdiri dari
magnetit dominan dengan gangue silikat hanya sedikit. Some deposits contain significant
amounts of copper and are transitional to more typical copper skarns (eg Kesler, 1968; Vidal et
al., 1990). Beberapa deposito mengandung sejumlah besar dari tembaga dan transisi untuk skarns
tembaga lebih khas (misalnya Kesler, 1968;. Vidal et al, 1990).

Calcic iron skarns in oceanic island arcs are associated with iron-rich plutons intruded into
limestone and volcanic wall rocks. Yg mengandung kapur di busur besi skarns pulau samudera
berhubungan dengan zat besi yang kaya pluton diterobos ke dalam batu gamping dan batuan
vulkanik di dinding. In some deposits, the amount of endoskarn may exceed exoskarn. Dalam
beberapa deposito, jumlah endoskarn dapat melebihi exoskarn. Skarn minerals consist
dominantly of garnet and pyroxene with lesser epidote, ilvaite, and actinolite; all are iron-rich
(Purtov et al., 1989). Forsiterite mineral terdiri dominan dari garnet dan piroksen dengan epidot
lebih rendah, ilvaite, dan actinolite; semua kaya zat besi (Purtov et al, 1989.). Alteration of
igneous rocks is common with widespread albite, orthoclase, and scapolite veins and
replacements, in addition to endoskarn. Perubahan batuan beku yang umum dengan albite luas,
orthoclase, dan vena scapolite dan penggantian, selain endoskarn.

In contrast, magnesian iron skarns are associated with diverse plutons in a variety of tectonic
settings; the unifying feature is that they all form from dolomitic wall rocks. Sebaliknya, skarns
besi magnesian berhubungan dengan pluton beragam dalam berbagai pengaturan tektonik; fitur
pemersatu adalah bahwa mereka semua terbentuk dari batuan dinding dolomitic. In magnesian
skarns, the main skarn minerals, such as forsterite, diopside, periclase, talc, and serpentine, do
not contain much iron; thus, the available iron in solution tends to form magnetite rather than
andradite or hedenbergite (eg Hall et al., 1989). Dalam skarns magnesian, mineral forsiterite
utama, seperti forsterit, diopside, periklas, bedak, dan serpentin, tidak mengandung banyak zat
besi, dengan demikian, besi yang tersedia dalam larutan cenderung untuk membentuk magnetit
daripada andradite atau hedenbergite (misalnya Aula et al. , 1989).

Overprinting of calcic skarn upon magnesian skarn is reported from many Russian deposits
(Sokolov and Grigorev, 1977; Aksyuk and Zharikov, 1988). Overprinting dari forsiterite yg
mengandung kapur pada magnesian forsiterite dilaporkan dari deposito Rusia banyak (Sokolov
dan Grigorev, 1977; Aksyuk dan Zharikov, 1988). In addition, many other skarn types contain
pockets of massive magnetite which may be mined for iron on a local scale (eg Fierro area, New
Mexico, Hernon and Jones, 1968). Selain itu, banyak jenis lainnya mengandung forsiterite
kantong magnetit masif yang dapat ditambang untuk besi pada skala lokal (misalnya Fierro
daerah, New Mexico, Hernon dan Jones, 1968). Most of these occurrences form from dolomitic
strata or from zones that have experienced prior magnesian metasomatism (eg Imai and
Yamazaki, 1967). Kebanyakan dari kejadian ini terbentuk dari lapisan dolomitic atau dari zona
yang telah mengalami metasomatism sebelum magnesian (misalnya Imai dan Yamazaki, 1967).

Gold Skarns Emas Skarns

Although gold skarns had been mined since the late 1800s (Hedley district, British Columbia,
Meskipun skarns emas telah ditambang sejak 1800-an (Hedley kabupaten, British Columbia,

Billingsley and Hume, 1941), there was so little published about them until recently that they
were not included in the major world review of skarn deposits by Einaudi et al. Billingsley dan
Hume, 1941), ada begitu sedikit dipublikasikan tentang mereka sampai saat ini bahwa mereka
tidak termasuk dalam peninjauan utama dunia deposito forsiterite oleh Einaudi et al. (1981).
(1981). In the past decade, multiple gold skarn discoveries have prompted new scientific studies
and several overview papers, (Meinert, 1989; Ray et al., 1989; Theodore et al.,1991). Dalam
dekade terakhir, beberapa penemuan emas forsiterite telah mendorong studi ilmiah baru dan
beberapa makalah ikhtisar, (Meinert, 1989;. Ray et al, 1989;. Theodore et al, 1991). A
particularly useful WWW site on gold skarns has been created by Gerry Ray (1996). Sebuah
situs WWW sangat berguna pada skarns emas telah dibuat oleh Gerry Ray (1996). The highest
grade (5-15 g/t Au) gold skarn deposits (eg Hedley district, Ettlinger, 1990; Ettlinger et al., 1992;
Fortitude, Nevada, Myers and Meinert, 1991) are relatively reduced, are mined solely for their
precious metal content, and lack economic concentrations of base metals. Nilai tertinggi (5-15 g /
t Au) emas forsiterite deposito (misalnya Hedley kabupaten, Ettlinger, 1990; Ettlinger et al,
1992;. Fortitude, Nevada, Myers dan Meinert, 1991) relatif berkurang, yang ditambang hanya
untuk mereka logam mulia konten, dan kurangnya konsentrasi logam dasar ekonomi.

Other gold skarns (eg McCoy, Nevada, Brooks et al., 1991) are more oxidized, have lower gold
grades (1-5 g/t Au), and contain subeconomic amounts of other metals such as Cu, Pb, and Zn.
Skarns emas lainnya (misalnya McCoy, Nevada, Brooks et al, 1991.) Lebih teroksidasi, memiliki
nilai emas lebih rendah (1-5 g / t Au), dan mengandung sejumlah subeconomic logam lain seperti
Cu, Pb, dan Zn. Several other skarn types, particularly Cu skarns, contain enough gold (0.01->1
g/t Au) for it to be a byproduct. Beberapa jenis lainnya forsiterite, skarns terutama Cu,
mengandung cukup emas (0.01-> 1 g / t Au) untuk itu harus merupakan hasil sampingan saja. A
few skarn deposits, although having economic base metal grades, are being mined solely for their
gold content (eg Veselyi mine, USSR, Ettlinger and Meinert, 1991). Sebuah deposito forsiterite
beberapa, meskipun memiliki nilai logam dasar ekonomi, sedang ditambang hanya untuk konten
emas mereka (misalnya Veselyi tambang, Uni Soviet, Ettlinger dan Meinert, 1991).

Most high grade gold skarns are associated with reduced (ilmenite-bearing, Fe+3/Fe+2 < 0.75)
diorite-granodiorite plutons and dike/sill complexes. Paling tinggi skarns emas kelas yang
berhubungan dengan penurunan (ilmenit-bantalan, Fe +3 / Fe +2 <0,75) diorit-granodiorit dan
tanggul pluton / kusen kompleks. Such skarns are dominated by iron-rich pyroxene (typically >
Hd50); proximal zones can contain abundant intermediate grandite garnet. Skarns tersebut
didominasi oleh besi-kaya piroksen (biasanya> Hd50); zona proksimal dapat berisi garnet
grandite melimpah menengah.

Other common minerals include potassium feldspar, scapolite, idocrase, apatite, and high-
chlorine aluminous amphibole. Mineral umum lainnya termasuk feldspar kalium, scapolite,
idocrase, apatit, dan tinggi-klorin amphibole alumina. Distal/early zones contain
biotite+potassium feldspar hornfels which can extend for 100s of metres beyond massive skarn.
Zona distal / awal mengandung hornfels biotit + kalium felspar yang dapat memperpanjang
untuk 100 meter di luar forsiterite besar. Due to the clastic-rich, carbonaceous nature of the
sedimentary rocks in these deposits, most skarn is relatively fine-grained. Karena sifat klastik
kaya, karbon dari batuan sedimen dalam deposito, forsiterite kebanyakan relatif halus.

Some gold skarns contain unusual late prehnite or wollastonite retrograde alteration (Ettlinger,
1990). Beberapa skarns emas mengandung prehnite akhir yang tidak biasa atau perubahan
wollastonite retrograd (Ettlinger, 1990). Arsenopyrite and pyrrhotite are the dominant sulphide
minerals at Hedley and Fortitude, respectively. Arsenopirit dan pirhotit adalah mineral sulfida
dominan di Hedley dan Fortitude, masing-masing. Most gold is present as electrum and is
strongly associated with various bismuth and telluride minerals including native bismuth,
hedleyite, wittichenite, and maldonite. Kebanyakan emas hadir sebagai electrum dan sangat
terkait dengan berbagai bismuth telluride mineral termasuk bismut asli, hedleyite, wittichenite,
dan maldonite.

The Fortitude deposit is part of a large zoned skarn system in which the proximal garnet-rich part
was mined for copper (Theodore and Blake, 1978). Deposit Fortitude merupakan bagian dari
sistem forsiterite besar dikategorikan di mana garnet kaya bagian proksimal ditambang untuk
tembaga (Theodore dan Blake, 1978). Similarly, the Crown Jewel gold skarn in Washington is
the pyroxene-rich distal portion of a large skarn system in which the proximal part is garnet-rich
and was mined on a small scale for iron and copper (Hickey, 1990). Demikian pula, Crown
Jewel emas forsiterite di Washington adalah piroksen kaya bagian distal sistem forsiterite besar
di mana bagian proksimal garnet-kaya dan ditambang pada skala kecil untuk besi dan tembaga
(Hickey, 1990). Such zoned skarn systems suggest that other skarn types may have undiscovered
precious metal potential if the entire skarn system has not been explored (eg Solar et al., 1990).
Seperti sistem forsiterite dikategorikan menunjukkan bahwa jenis forsiterite lain mungkin
memiliki potensi logam mulia ditemukan jika sistem forsiterite keseluruhan belum dieksplorasi
(misalnya Surya dkk., 1990).

Tungsten Skarns Tungsten Skarns

Tungsten skarns are found on most continents in association with calc-alkaline plutons in major
orogenic belts. Skarns tungsten ditemukan di benua yang paling berkaitan dengan kalk-alkalin
pluton di sabuk orogenic utama. Major reviews of tungsten skarns include Newberry and Einaudi
(1981), Newberry and Swanson (1986), and Kwak (1987). Tinjauan utama dari skarns tungsten
termasuk Newberry dan Einaudi (1981), Newberry dan Swanson (1986), dan Kwak (1987). As a
group, tungsten skarns are associated with coarse-grained, equigranular batholiths (with
pegmatite and aplite dikes) surrounded by large, high-temperature, metamorphic aureoles.
Sebagai kelompok, skarns tungsten yang terkait dengan kasar, batholiths equigranular (dengan
pegmatite dan tanggul aplite) dikelilingi oleh besar, suhu tinggi, aureoles metamorf. These
features are collectively indicative of a deep environment. Fitur-fitur ini secara kolektif
menunjukkan lingkungan yang mendalam. Plutons are typically fresh with only minor
myrmekite and plagioclase-pyroxene endoskarn zones near contacts. Pluton biasanya segar
dengan myrmekite hanya minor dan plagioklas piroksen-zona endoskarn dekat kontak.

The high-temperature metamorphic aureoles common in the tungsten skarn environment contain
abundant calc-silicate hornfels, reaction skarns, and skarnoid formed from mixed carbonate-
pelite sequences. Para aureoles metamorf suhu tinggi umum di lingkungan forsiterite tungsten
mengandung berlimpah kalk-silikat hornfels, skarns reaksi, dan terbentuk dari campuran
skarnoid karbonat-pelite urutan. Such metamorphic calc-silicate minerals reflect the composition
and texture of the protolith and can be distinguished from ore-grade metasomatic skarn in the
field and in the laboratory. Metamorf seperti kalk-silikat mineral mencerminkan komposisi dan
tekstur protolith dan dapat dibedakan dari bijih kelas forsiterite metasomatic di lapangan dan di
laboratorium.

Newberry and Einaudi (1981) divided tungsten skarns into two groups : reduced and oxidized
types, based on host rock composition (carbonaceous versus hematitic), skarn mineralogy
(ferrous versus ferric iron), and relative depth (metamorphic temperature and involvement of
oxygenated groundwater). Newberry dan Einaudi (1981) dibagi skarns tungsten menjadi dua
kelompok: jenis berkurang dan teroksidasi, berdasarkan komposisi host rock (karbon
dibandingkan hematitic), mineralogi forsiterite (besi ferro vs besi), dan kedalaman relatif (suhu
metamorf dan keterlibatan tanah beroksigen) . Early skarn assemblages in reduced tungsten
skarns are dominated by hedenbergitic pyroxene and lesser grandite garnet with associated
disseminated fine-grained, molybdenum-rich scheelite (powellite). Assemblages forsiterite awal
skarns tungsten berkurang didominasi oleh hedenbergitic piroksen dan garnet grandite lebih
rendah dengan yang terkait disebarluaskan halus, molibdenum kaya scheelite (powellite). Later
garnets are subcalcic (Newberry, 1983) with significant amounts (up to 80 mole %) of
spessartine and almandine. Kemudian garnet adalah subcalcic (Newberry, 1983) dengan jumlah
yang signifikan (hingga 80% mol) dari spessartine dan almandine. This subcalcic garnet is
associated with leaching of early disseminated scheelite and redeposition as coarse-grained, often
vein-controlled, low-molybdenum scheelite. Ini garnet subcalcic dikaitkan dengan pencucian
scheelite disebarluaskan awal dan redeposition sebagai kasar, sering vena-dikontrol scheelite,
molibdenum rendah. It is also associated with the introduction of sulphides, such as pyrrhotite,
molybdenite, chalcopyrite, sphalerite, and arsenopyrite, and hydrous minerals such as biotite,
hornblende, and epidote. Hal ini juga terkait dengan pengenalan sulfida, seperti pirhotit,
molibdenit, kalkopirit, sfalerit, dan arsenopirit, dan mineral hidrat seperti biotit, hornblende, dan
epidot.

In oxidized tungsten skarns, andraditic garnet is more abundant than pyroxene, scheelite is
molybdenum-poor, and ferric iron phases are more common than ferrous phases. Dalam skarns
tungsten teroksidasi, garnet andraditic lebih banyak daripada piroksen, scheelite adalah
molibdenum-miskin, dan fase besi besi lebih umum daripada fase besi. For example at the
Springer deposit in Nevada, garnet is abundant and has andraditic rims, pyroxene is diopsidic
(Hd0-40), epidote is the dominant hydrous mineral, pyrite is more common than pyrrhotite, and
subcalcic garnet is rare to absent (Johnson and Keith, 1991). Sebagai contoh di deposit Springer
di Nevada, garnet berlimpah dan memiliki andraditic rims, piroksen adalah diopsidic (hd0-40),
epidot adalah mineral hydrous dominan, pirit adalah lebih umum daripada pirhotit, dan garnet
subcalcic jarang absen (Johnson dan Keith, 1991). In general, oxidized tungsten skarns tend to be
smaller than reduced tungsten skarns, although the highest grades in both systems typically are
associated with hydrous minerals and retrograde alteration. Secara umum, skarns tungsten
teroksidasi cenderung lebih kecil dari skarns tungsten berkurang, meskipun nilai tertinggi di
kedua sistem biasanya dikaitkan dengan mineral hidro dan perubahan retrograde.

Copper Skarns Tembaga Skarns

Copper skarns are perhaps the worlds most abundant skarn type. Skarns tembaga tipe forsiterite
mungkin dunia yang paling berlimpah. They are particularly common in orogenic zones related
to subduction, both in oceanic and continental settings. Mereka terutama sering terjadi di zona
subduksi orogenic terkait, baik dalam pengaturan samudera dan benua. Major reviews of copper
skarns include Einaudi et al. Tinjauan utama dari skarns tembaga termasuk Einaudi et al. (1981)
and Einaudi (1982a,b). (1981) dan Einaudi (1982a, b). Most copper skarns are associated with I-
type, magnetite series, calc-alkaline, porphyritic plutons, many of which have co-genetic
volcanic rocks, stockwork veining, brittle fracturing and brecciation, and intense hydrothermal
alteration. Skarns tembaga Kebanyakan berhubungan dengan I-jenis, seri magnetit, kalk-alkalin,
pluton porfiritik, banyak yang telah bersama-genetik batuan vulkanik, stockwork urat, rapuh dan
breksiasi patahan, dan perubahan hidrotermal intens. These are all features indicative of a
relatively shallow environment of formation. Ini semua adalah fitur indikasi lingkungan yang
relatif dangkal pembentukan. Most copper skarns form in close proximity to stock contacts with
a relatively oxidized skarn mineralogy dominated by andraditic garnet. Kebanyakan tembaga
skarns bentuk di dekat kontak saham dengan mineralogi yang relatif teroksidasi forsiterite
didominasi oleh garnet andraditic. Other phases include diopsidic pyroxene, idocrase,
wollastonite, actinolite, and epidote. Fase lainnya termasuk piroksen diopsidic, idocrase,
wollastonite, actinolite, dan epidot.

Hematite and magnetite are common in most deposits and the presence of dolomitic wall rocks is
coincident with massive magnetite lodes which may be mined on a local scale for iron. Hematit
dan magnetit yang umum di sebagian besar deposito dan adanya dinding batuan dolomitic ini
bertepatan dengan lodes magnetit masif yang dapat ditambang pada skala lokal untuk besi. As
noted by Einaudi et al. Sebagaimana dicatat oleh Einaudi et al. (1981), copper skarns commonly
are zoned with massive garnetite near the pluton and increasing pyroxene and finally idocrase
and/or wollastonite near the marble contact. (1981), skarns tembaga umumnya yang
dikategorikan dengan garnetite besar dekat pluton dan piroksen meningkat dan akhirnya idocrase
dan / atau wollastonite dekat kontak marmer. In addition, garnet may be colour zoned from
proximal dark reddish-brown to distal green and yellow varieties. Selain itu, mungkin garnet
warna dikategorikan dari proksimal gelap kemerahan-coklat untuk varietas hijau dan kuning
distal. sulfide mineralogy and metal ratios may also be systematically zoned relative to the
causative pluton. sulfida mineralogi dan rasio logam juga dapat dikategorikan sistematis relatif
terhadap penyebab pluton. In general, pyrite and chalcopyrite are most abundant near the pluton
with increasing chalcopyrite and finally bornite in wollastonite zones near the marble contact.
Secara umum, pirit dan kalkopirit yang paling berlimpah di dekat pluton dengan kalkopirit
meningkat dan akhirnya bornit di zona wollastonite dekat kontak marmer. In copper skarns
containing monticellite (eg Ertsberg, Irian Jaya, Indonesia, Kyle et al., 1991; Maid of Erin,
British Columbia, Meinert unpub. data) bornite-chalcocite are the dominant Cu-Fe sulfides rather
than pyrite-chalcopyrite. Dalam skarns tembaga mengandung monticellite (misalnya Ertsberg,
Irian Jaya, Indonesia, Kyle et al, 1991;.. Pembantu Erin, British Columbia, Meinert unpub data)
bornit-senshinsei kaliberasi adalah Cu-Fe sulfida dominan daripada pirit-kalkopirit.

The largest copper skarns are associated with mineralized porphyry copper plutons. Para skarns
tembaga terbesar yang berhubungan dengan mineralisasi tembaga porfiri pluton. These deposits
can exceed 1 billion tons of combined porphyry and skarn ore with more than 5 million tons of
copper recoverable from skarn. Deposito ini dapat melebihi 1 miliar ton dan bijih porfiri
dikombinasikan forsiterite dengan lebih dari 5 juta ton tembaga dipulihkan dari forsiterite. The
mineralized plutons exhibit characteristic potassium silicate and sericitic alteration which can be
correlated with prograde garnet-pyroxene and retrograde epidote-actinolite, respectively, in the
skarn. Para pluton mineral silikat dan menunjukkan perubahan karakteristik serisitis potassium
yang dapat dikorelasikan dengan prograde garnet-piroksen dan retrograde epidot-actinolite,
masing-masing, di forsiterite tersebut. Intense retrograde alteration is common in copper skarns
and in some porphyry-related deposits may destroy most of the prograde garnet and pyroxene (eg
Ely, Nevada; James, 1976). Perubahan retrograde intens adalah umum di skarns tembaga dan
dalam beberapa porfiri terkait deposito mungkin menghancurkan sebagian besar garnet prograde
dan piroksen (misalnya Ely, Nevada, James, 1976).

Endoskarn alteration of mineralized plutons is rare. Perubahan Endoskarn dari pluton


mineralisasi jarang. In contrast, barren stocks associated with copper skarns contain abundant
epidote-actinolite- chlorite endoskarn and less intense retrograde alteration of skarn. Sebaliknya,
saham tandus berhubungan dengan skarns tembaga mengandung berlimpah epidot-klorit
actinolite-endoskarn dan perubahan retrograde kurang intens dari forsiterite. Some copper
deposits have coarse-grained actinolite-chalcopyrite-pyrite-magnetite ores but contain only
sparse prograde garnet-pyroxene skarn (eg Monterrosas and Ral-Condestable deposits, Peru:
Ripley and Ohmoto, 1977; Sidder, 1984; Vidal et al., 1990; Record mine, Oregon, Caffrey, 1982;
Cerro de Mercado, Mexico, Lyons, 1988). Beberapa deposito tembaga memiliki kasar actinolite-
kalkopirit-pirit-magnetit bijih tetapi hanya berisi jarang prograde garnet forsiterite-piroksen
(misalnya Monterrosas dan Ral-Condestable deposito, Peru:. Ripley dan Ohmoto, 1977; Sidder,
1984; Vidal et al, 1990, Rekam tambang, Oregon, Caffrey, 1982; Cerro de Mercado, Meksiko,
Lyons, 1988). These deposits provide a link between some copper and iron skarns and deposits
with volcanogenic and orthomagmatic affinities. Deposito ini menyediakan link antara beberapa
skarns tembaga dan besi dan deposito dengan afinitas volcanogenic dan orthomagmatic.

Zinc skarns Seng skarns

Most zinc skarns occur in continental settings associated with either subduction or rifting.
Kebanyakan skarns seng terjadi di benua pengaturan terkait dengan baik subduksi atau rifting.
They are mined for ores of zinc, lead, and silver although zinc is usually dominant. Mereka
ditambang untuk bijih seng, timah, seng dan perak meskipun biasanya dominan. They are also
high grade (10-20% Zn+ Pb, 30-300 g/t Ag). Mereka juga kelas tinggi (10-20% Zn + Pb, 30-300
g / t Ag). Related igneous rocks span a wide range of compositions from diorite through high-
silica granite. Batuan beku terkait span berbagai komposisi dari diorit melalui silika tinggi granit.
They also span diverse geological environments from deep-seated batholiths to shallow dike-sill
complexes to surface volcanic extrusions. Mereka juga rentang lingkungan geologi beragam dari
yang mendalam batholiths dangkal tanggul-kusen kompleks ke permukaan ekstrusi vulkanik.
The common thread linking most zinc skarn ores is their occurrence distal to associated igneous
rocks. Benang merah yang menghubungkan sebagian besar bijih seng forsiterite adalah
terjadinya distal ke batuan beku terkait. Major reviews of zinc skarn deposits include Einaudi et
al. Tinjauan utama dari deposito forsiterite seng termasuk Einaudi et al. (1981) and Megaw et al.
(1981) dan Megaw et al. (1988). (1988).

Zinc skarns can be subdivided according to several criteria including distance from magmatic
source, temperature of formation, relative proportion of skarn and sulfide minerals, and
geometric shape of the ore body. Skarns Seng dapat dibagi berdasarkan beberapa kriteria
termasuk jarak dari sumber magmatik, suhu pembentukan, proporsi relatif dari forsiterite dan
mineral sulfida, dan bentuk geometris dari tubuh bijih. None of these criteria are entirely
satisfactory because a magmatic source cannot be identified for some deposits, because most
skarns develop over a range of temperatures, and because most large skarn deposits contain both
skarn-rich ores and skarn-poor ores in a variety of geometric settings including mantos and
chimneys. Tak satu pun dari kriteria ini seluruhnya memuaskan karena sumber magmatik tidak
dapat diidentifikasi untuk beberapa deposito, karena skarns yang paling berkembang selama
rentang suhu, dan karena kebanyakan deposito forsiterite besar mengandung baik forsiterite kaya
bijih dan forsiterite-miskin bijih dalam berbagai geometris pengaturan termasuk mantos dan
cerobong asap. Megaw et al. Megaw et al. (1988) make the important point that many zinc skarn
districts "grade outward from intrusion-associated mineralisation to intrusion-free ores, which
suggests that those districts lacking known intrusive relationships may not have been traced to
their ends". (1988) membuat poin penting bahwa kabupaten banyak seng forsiterite "kelas keluar
dari intrusi-intrusi terkait mineralisasi bijih-bebas, yang menunjukkan bahwa mereka kurang
hubungan intrusif kabupaten dikenal tidak mungkin telah dilacak untuk tujuan mereka".

Similarly, most zinc skarn districts grade outward from skarn-rich mineralisation to skarn-poor
ores, veins, and massive sulfide bodies which may contain few if any skarn minerals. Demikian
pula, sebagian besar seng forsiterite keluar dari forsiterite kaya mineralisasi untuk forsiterite-
miskin bijih, vena, dan badan-badan sulfida masif yang mungkin mengandung beberapa distrik
kelas jika ada mineral forsiterite. Incompletely explored districts may only have some of these
zones exposed. Kabupaten tidak lengkap dieksplorasi mungkin hanya memiliki beberapa zona
terkena. But as previously noted, the presence of skarn minerals, such as garnet and pyroxene
within the system, is important because it indicates a restricted geochemical environment which
is entirely distinct from ore types, such as Mississippi Valley-type deposits, which also contain
Zn-Pb-Ag ores but which absolutely lack skarn minerals. Tapi seperti dicatat sebelumnya,
kehadiran mineral forsiterite, seperti garnet dan piroksen dalam sistem, adalah penting karena itu
menunjukkan lingkungan geokimia terbatas yang seluruhnya berbeda dari jenis bijih, seperti
Mississippi Valley jenis deposito, yang juga mengandung Zn- Pb-Ag bijih tetapi yang benar-
benar kekurangan mineral forsiterite.

Besides their Zn-Pb-Ag metal content, zinc skarns can be distinguished from other skarn types
by their distinctive manganese- and iron-rich mineralogy, by their occurrence along structural
and lithologic contacts, and by the absence of significant metamorphic aureoles centered on the
skarn. Selain Zn-Pb-Ag konten logam mereka, skarns seng dapat dibedakan dari jenis mineralogi
forsiterite lain oleh khas mereka mangan-dan kaya zat besi, dengan terjadinya kontak mereka di
sepanjang struktural dan litologi, dan dengan tidak adanya aureoles metamorf signifikan berpusat
pada forsiterite. Almost all skarn minerals in these deposits can be enriched in manganese
including garnet, pyroxene, olivine, ilvaite, pyroxenoid, amphibole, chlorite, and serpentine.
Hampir semua mineral forsiterite dalam deposito dapat diperkaya dengan piroksen mangan
termasuk, garnet, olivin, ilvaite, pyroxenoid, amphibole, klorit, dan serpentin.

In some deposits, the pyroxene:garnet ratio and the manganese content of pyroxene increase
systematically along the fluid flow path (eg Groundhog, New Mexico, Meinert, 1987). Dalam
beberapa deposito, piroksen ini: garnet rasio dan isi mangan kenaikan piroksen sistematis
sepanjang jalur aliran fluida (misalnya Groundhog, New Mexico, Meinert, 1987). This feature
has been used to identify proximal and distal skarns and proximal and distal zones within
individual skarn deposits. Fitur ini telah digunakan untuk mengidentifikasi skarns proksimal dan
distal dan proksimal dan distal zona dalam deposito forsiterite individu. A typical zonation
sequence from proximal to distal is: altered/endoskarned pluton, garnet, pyroxene, pyroxenoid,
and sulfide/oxide replacement bodies (sometimes called mantos and chimneys based upon
geometry and local custom). Urutan zonasi khas dari proksimal ke distal adalah: pluton diubah /
endoskarned, garnet, piroksen, pyroxenoid, dan sulfida / oksida pengganti badan (mantos
kadang-kadang disebut dan cerobong asap berdasarkan geometri dan adat setempat).

The occurrence of zinc skarns in distal portions of major magmatic/hydrothermal systems may
make even small deposits potentially useful as exploration guides in poorly exposed districts.
Terjadinya skarns seng dalam porsi distal sistem magmatik / hidrotermal besar dapat membuat
bahkan deposito kecil yang berpotensi berguna sebagai panduan eksplorasi di kabupaten buruk
terkena. Thus, reports of manganese-rich mineral occurrences may provide clues to districts that
have not yet received significant exploration activity. Dengan demikian, laporan yang kaya
mangan kejadian mineral dapat memberikan petunjuk untuk kabupaten yang belum menerima
kegiatan eksplorasi yang signifikan.

Molybdenum skarns Molibdenum skarns

Most molybdenum skarns are associated with leucocratic granites and range from high grade,
relatively small deposits (Azegour, Morocco, Permingeat, 1957) to low grade, bulk tonnage
deposits (Little Boulder Creek, Idaho, Cavanaugh, 1978). Skarns molibdenum Kebanyakan
berhubungan dengan granit leucocratic dan jangkauan dari kelas tinggi, deposito relatif kecil
(Azegour, Maroko, Permingeat, 1957) untuk kelas rendah, tonase massal deposit (Little Boulder
Creek, Idaho, Cavanaugh, 1978). Numerous small occurrences are also found in Precambrian
stable cratons associated with pegmatite, aplite, and other leucocratic rocks (Vokes, 1963).
Banyak kejadian kecil juga ditemukan di cratons Prakambrium stabil terkait dengan pegmatite,
aplite, dan batu leucocratic lainnya (Vokes, 1963). Most molybdenum skarns contain a variety of
metals including W, Cu, Zn, Pb, Bi, Sn, and U and some are truly polymetallic in that several
metals need to be recovered together in order for the deposits to be mined economically. Skarns
molibdenum Kebanyakan mengandung berbagai logam termasuk W, Cu, Zn, Pb, Bi, Sn, dan U
dan beberapa benar-benar polimetalik di beberapa logam perlu dipulihkan bersama-sama dalam
rangka untuk deposito yang akan ditambang secara ekonomis. Mo-W-Cu is the most common
association and some tungsten skarns and copper skarns contain zones of recoverable
molybdenum. Mo-W-Cu adalah hubungan yang paling umum dan skarns tungsten beberapa dan
mengandung tembaga skarns zona molibdenum dipulihkan.

Most molybdenum skarns occur in silty carbonate or calcareous clastic rocks; Cannivan
Gulch,Montana (Darling, 1990) is a notable exception in that it occurs in dolomite. Skarns
molibdenum paling banyak terjadi pada karbonat atau batuan klastik berlumpur berkapur;
Cannivan Gulch, Montana (Darling, 1990) adalah pengecualian dalam hal itu terjadi pada
dolomit. Hedenbergitic pyroxene is the most common calc-silicate mineral reported from
molybdenum skarns with lesser grandite garnet (with minor pyralspite component), wollastonite,
amphibole, and fluorite. Piroksen Hedenbergitic adalah mineral kalk-silikat yang paling umum
dilaporkan dari skarns molibdenum dengan garnet grandite lebih rendah (dengan komponen
pyralspite kecil), wollastonite, amphibole, dan fluorit. This skarn mineralogy indicates a
reducing environment with high fluorine activities. Ini mineralogi forsiterite menunjukkan
lingkungan dengan kegiatan mengurangi fluor tinggi. These deposits have not received
significant study outside of the Soviet Union and there has not been a modern review since the
brief summary by Einaudi et al. Deposit ini belum menerima studi yang signifikan di luar Uni
Soviet dan belum ada review modern sejak ringkasan singkat oleh Einaudi et al. (1981). (1981).
Tin skarns Tin skarns

Tin skarns are almost exclusively associated with high-silica granites generated by partial
melting of continental crust. Skarns timah hampir eksklusif berhubungan dengan silika tinggi
granit yang dihasilkan oleh pencairan sebagian kerak benua. Major reviews of tin skarn deposits
include Einaudi et al. Tinjauan utama dari deposito timah forsiterite termasuk Einaudi et al.
(1981) and Kwak (1987). (1981) dan Kwak (1987). Tin skarns can be subdivided according to
several criteria including proximal versus distal, calcic versus magnesian, skarn-rich versus
skarn-poor, oxide-rich versus sulfide-rich, and greisen versus skarn. Skarns timah dapat dibagi
menurut beberapa kriteria, termasuk proksimal dibandingkan distal, yg mengandung kapur
dibandingkan magnesian, forsiterite forsiterite kaya versus miskin, oksida-kaya versus sulfida-
kaya, dan greisen dibandingkan forsiterite. Unfortunately, few of these categories are mutually
exclusive. Sayangnya, beberapa kategori-kategori ini saling eksklusif.

Many large tin skarn systems are zoned spatially from skarn-rich to skarn-poor (or absent).
Banyak sistem timah besar yang dikategorikan forsiterite spasial dari forsiterite-kaya untuk
forsiterite-miskin (atau tidak). For example, in the Renison Bell area of Tasmania, Australia
there is a single large magmatic/hydrothermal system zoned from a proximal calcic tin skarn
with minor cassiterite disseminated in a sulfide-poor garnet-pyroxene gangue to a distal
magnesian massive sulfide replacement body containing abundant cassiterite and a complete
absence of calc-silicate minerals. Sebagai contoh, di daerah Bell Renison of Tasmania, Australia
ada sistem magmatik / hidrotermal tunggal besar dikategorikan dari forsiterite timah proksimal
yg mengandung kapur dengan cassiterite kecil disebarluaskan dalam gangue sulfida-miskin
garnet-piroksen untuk pengganti tubuh sulfida magnesian distal besar yang berisi cassiterite
berlimpah dan tidak lengkap kalk-silikat mineral. The distal massive sulfide ore body (Renison
Bell) is a major ore deposit and the proximal skarn body (Pine Hill) has not and probably never
will be mined. Sulfida distal tubuh bijih masif (Renison Bell) adalah deposit bijih utama dan
tubuh forsiterite proksimal (Pine Hill) belum dan mungkin tidak akan pernah ditambang.

Einaudi et al. Einaudi et al. (1981) emphasized that there is a common thread linking the several
types of tin skarn deposits and that is the characteristic suite of trace elements (Sn, F, B, Be, Li,
W, Mo, and Rb) in the ore and in associated igneous rocks. (1981) menekankan bahwa ada
benang merah yang menghubungkan beberapa jenis deposito forsiterite timah dan bahwa adalah
suite karakteristik dari elemen (Sn, F, B, Be, Li, W, Mo, dan Rb) dalam bijih dan terkait batuan
beku. This suite distinguishes tin skarns from all other skarn types. Suite ini membedakan skarns
timah dari semua jenis forsiterite lainnya. Kwak (1987) makes a further distinction in that many
tin skarn deposits develop a greisen alteration stage which is superimposed upon the intrusion,
early skarn, and unaltered carbonate. Kwak (1987) membuat perbedaan selanjutnya pada
deposito forsiterite banyak timah mengembangkan tahap perubahan greisen yang ditumpangkan
pada intrusi, forsiterite awal, dan karbonat berubah.

Greisen alteration is characterized by high fluorine activities and the presence of minerals like
fluorite, topaz, tourmaline, muscovite, grunerite, ilmenite, and abundant quartz. Greisen
perubahan ditandai dengan kegiatan fluor tinggi dan adanya mineral seperti fluorit, topaz,
turmalin, muskovit, grunerite, ilmenit, dan kuarsa berlimpah. In many cases this greisen-stage
alteration completely destroys earlier alteration stages. Dalam banyak kasus hal ini perubahan
greisen tahap benar-benar menghancurkan tahap perubahan sebelumnya. Of particular
importance, greisen-style alteration is absent from all other skarn types. Penting tertentu,
perubahan gaya greisen tidak ada dari semua jenis forsiterite lainnya.

There are several mineralogical features of tin skarns that should be highlighted. Ada beberapa
fitur mineralogi skarns timah yang harus disorot. From a mining standpoint, the most important
is that tin can be incorporated into silicate minerals, such as garnet, sphene, and idocrase, where
it is economically unrecoverable. Dari sudut pandang pertambangan, yang paling penting adalah
bahwa timah dapat dimasukkan ke dalam mineral silikat, seperti garnet, sphene, dan idocrase, di
mana secara ekonomis tidak terpulihkan. Dobson (1982) reports garnet containing up to 6% Sn
in skarn at Lost River, Alaska. Dobson (1982) melaporkan garnet mengandung sampai 6% Sn di
forsiterite di Sungai Hilang, Alaska. Thus, large deposits such as Moina in Tasmania (Kwak and
Askins, 1981), can contain substantial amounts of tin that cannot be recovered with present or
foreseeable technology. Dengan demikian, deposito besar seperti Moina di Tasmania (Kwak dan
Askins, 1981), dapat berisi sejumlah besar timah yang tidak dapat dipulihkan dengan teknologi
saat ini atau mendatang.

Extensive retrograde or greisen alteration of early tin-bearing skarn minerals can liberate this tin
and cause it to precipitate in oxide or sulfide ore. Perubahan retrograde atau greisen luas awal
timah-bantalan mineral forsiterite dapat membebaskan kaleng ini dan menyebabkannya untuk
mengendapkan dalam oksida atau bijih sulfida. Thus, the skarn destructive stages of alteration
are particularly important in tin skarn deposits. Dengan demikian, tahap destruktif forsiterite dari
perubahan sangat penting dalam deposit timah forsiterite. As noted by Kwak (1987), the most
attractive ore bodies occur in the distal portions of large skarn districts where massive sulfide or
oxide replacements occur without significant loss of tin in calc-silicate minerals like garnet.
Seperti dicatat oleh Kwak (1987), badan-badan bijih yang paling menarik terjadi di bagian distal
dari kabupaten forsiterite besar di mana sulfida masif atau penggantian oksida terjadi tanpa
kerugian yang signifikan dari timah di kalk-silikat mineral seperti garnet.

Other skarn types Lain forsiterite jenis

There are many other types of skarn which historically have been mined or explored for a variety
of metals and industrial minerals. Ada jenis lain dari forsiterite yang secara historis telah
ditambang atau dieksplorasi untuk berbagai logam dan mineral industri. Some of the more
interesting include rare earth element enriched skarns (eg Kato, 1989). Beberapa lebih menarik
termasuk elemen tanah jarang diperkaya skarns (misalnya Kato, 1989). REEs tend to be enriched
in specific mineral phases such as garnet, idocrase, epidote, and allanite. UTJ cenderung
diperkaya dalam fase mineral tertentu seperti garnet, idocrase, epidot, dan allanite. Vesuvianite
and epidote with up to 20% REE (Ce>La>Pr>Nd) have been found in some gold skarns and zinc
skarns (Gemmel et al., 1992; Meinert, unpublished data). Vesuvianite dan epidot dengan sampai
20% REE (Ce> La> Pr> Nd) telah ditemukan di beberapa skarns emas dan skarns seng (Gemmel
et al, 1992;. Meinert, data tidak dipublikasikan).

Some skarns contain economic concentrations of REEs and uranium (Kwak and Abeysinghe,
1987; Lentz, 1991). Beberapa skarns mengandung konsentrasi ekonomi UTJ dan uranium (Kwak
dan Abeysinghe, 1987; Lentz, 1991). The Mary Kathleen skarn deposit in Queensland, Australia
is unusual in that REEs and uranium daughter minerals in fluid inclusions suggest that these
elements can be strongly concentrated in high-temperature hydrothermal fluids (Kwak and
Abeysinghe, 1987). Maria Kathleen forsiterite deposito di Queensland, Australia adalah biasa
dalam UTJ dan mineral putri uranium di inklusi fluida menunjukkan bahwa elemen-elemen
dapat sangat terkonsentrasi pada suhu tinggi fluida hidrotermal (Kwak dan Abeysinghe, 1987).
This suggests that other metasomatic environments should be examined for possible
concentrations of REEs and uranium. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan metasomatic lain
harus diperiksa untuk kemungkinan konsentrasi UTJ dan uranium.

The occurrence of platinum group elements is reported in some skarns (eg Knopf, 1942).
Terjadinya unsur kelompok platinum dilaporkan di beberapa skarns (misalnya Knopf, 1942).
These deposits have not been well documented in the literature and most appear to represent
metasomatism of ultramafic rocks (eg Yu, 1985). Deposit ini belum terdokumentasi dengan baik
dalam literatur dan paling muncul untuk mewakili metasomatism dari batuan ultramafik
(misalnya Yu, 1985). It is difficult to evaluate the abundance of PGEs in different skarn types
because PGEs have not been routinely analyzed until recently. Sulit untuk mengevaluasi
kelimpahan PGEs dalam jenis forsiterite berbeda karena PGEs belum rutin dianalisis sampai saat
ini. Geochemical considerations suggest that PGEs could be transported under very acidic,
oxidized conditions (Wood, 1989). Pertimbangan geokimia menunjukkan bahwa PGEs dapat
diangkut di bawah sangat asam, dioksidasi kondisi (Wood, 1989). In the skarn environment such
conditions might be reached in the greisen alteration stage of tin skarns. Dalam lingkungan
forsiterite kondisi seperti mungkin tercapai hanya dalam tahap perubahan greisen dari skarns
timah. This might be a direction for future research and exploration. Hal ini dapat menjadi arah
untuk penelitian masa depan dan eksplorasi.

Another skarn type that has received recent study is related to metasomatism in regional
metamorphic environments (Mueller, 1988; Llotka and Nesbitt, 1989; Pan et al., 1991). Tipe lain
forsiterite yang telah menerima studi baru-baru ini terkait dengan metasomatism di lingkungan
metamorf regional (Mueller, 1988; Llotka dan Nesbitt, 1989;. Pan et al, 1991). In the Yilgarn
craton of western Australia, Archean volcanic rocks are cut by regional shear zones which host
gold-quartz veins with typical carbonate-sericite alteration in most deposits (Groves et al., 1988).
Dalam craton Yilgarn di Australia barat, Arkean batuan vulkanik dipotong oleh zona geser
daerah yang host urat kuarsa emas dengan khas karbonat-serisit perubahan dalam deposito yang
paling (Groves et al, 1988.). In some of the deeper deposits, mineralized gold-quartz veins have
zoned alteration envelopes of calcic pyroxene and garnet (Mueller, 1988). Dalam beberapa
deposito lebih dalam, mineralisasi emas urat kuarsa telah dikategorikan amplop perubahan
piroksen dan garnet yg mengandung kapur (Mueller, 1988).

Skarn alteration is locally massive and best developed in iron-rich metabasalt, banded iron
formation, and komatiite. Perubahan forsiterite secara lokal besar dan terbaik dikembangkan
dalam metabasalt kaya zat besi, pembentukan terbalut besi, dan komatiite. Based upon detailed
underground mapping, mineral equilibria, and structural fabrics, Mueller (1988) interprets the
skarn alteration as post-dating peak metamorphism and related to synkinematic granite domes.
Berdasarkan pemetaan bawah tanah rinci, kesetimbangan mineral, dan kain struktural, Mueller
(1988) menafsirkan perubahan forsiterite pasca-kencan metamorfosis puncak dan kubah-kubah
granit terkait dengan synkinematic.
In the Archean Great Slave Province of northern Canada, banded iron formation contains
disseminated and vein-controlled gold mineralisation associated with arsenopyrite and pyrite at
the Lupin Mine. Di Provinsi Slave Arkean Besar Kanada bagian utara, banded pembentukan besi
mengandung mineralisasi emas disebarluaskan dan vena-dikendalikan terkait dengan arsenopirit
dan pirit di Tambang Lupin.

Metamorphism of these rocks has formed hedenbergitic pyroxene skarn along with grunerite and
garnet. Metamorfosis batuan ini telah membentuk forsiterite piroksen hedenbergitic bersama
dengan grunerite dan garnet. Llotka (1988) notes that hedenbergite skarn is most abundant in the
central sheared part of the Lupin mine and concluded that metasomatic fluids circulating along
the shear zone were responsible for stabilizing the calcic hedenbergite pyroxene in the iron-rich
but calcium-poor host rocks. Llotka (1988) mencatat bahwa hedenbergite forsiterite paling
melimpah di bagian dicukur tengah tambang Lupin dan menyimpulkan bahwa cairan
metasomatic beredar di sepanjang zona geser bertanggung jawab untuk menstabilkan piroksen
hedenbergite yg mengandung kapur dalam batuan host besi kaya tapi miskin kalsium. The
arsenopyrite-bearing hedenbergite skarn at Lupin is very similar in composition and texture to
some of the reduced Phanerozoic gold skarns such as Hedley and Fortitude. Para forsiterite
arsenopirit-bantalan hedenbergite Lupin sangat mirip dalam komposisi dan tekstur untuk
beberapa skarns emas berkurang Fanerozoikum seperti Hedley dan Fortitude.

Zonation of skarn deposits Zonasi deposito forsiterite

In most skarns there is a general zonation pattern of proximal garnet, distal pyroxene, and
idocrase (or a pyroxenoid such as wollastonite, bustamite, or rhodonite) at the contact between
skarn and marble. Dalam kebanyakan skarns ada pola zonasi umum garnet proksimal, distal
piroksen, dan idocrase (atau pyroxenoid seperti wollastonite, bustamite, atau rhodonite) pada
kontak antara forsiterite dan marmer. In addition, individual skarn minerals may display
systematic colour or compositional variations within the larger zonation pattern. Selain itu,
individu forsiterite mineral dapat menampilkan warna yang sistematis atau variasi komposisi
dalam pola zonasi yang lebih besar. For example, proximal garnet is commonly dark red-brown,
becoming lighter brown and finally pale green near the marble front (eg Atkinson and Einaudi,
1978). Sebagai contoh, garnet proksimal umumnya berwarna merah-coklat, menjadi lebih ringan
coklat dan akhirnya hijau pucat di dekat bagian depan marmer (misalnya Atkinson dan Einaudi,
1978). The change in pyroxene colour is less pronounced but typically reflects a progressive
increase in iron and/or manganese towards the marble front (eg Harris and Einaudi, 1982).
Perubahan warna piroksen kurang diucapkan tetapi biasanya mencerminkan peningkatan
progresif dalam besi dan / atau mangan marmer menuju bagian depan (misalnya Harris dan
Einaudi, 1982).

For some skarn systems, these zonation patterns can be "stretched out" over a distance of several
kilometres and can provide a significant exploration guide (eg Meinert, 1987). Untuk beberapa
sistem forsiterite, pola-pola zonasi dapat "ditarik keluar" lebih dari jarak beberapa kilometer dan
dapat memberikan panduan eksplorasi yang signifikan (misalnya Meinert, 1987). Details of
skarn mineralogy and zonation can be used to construct deposit-specific exploration models as
well as more general models useful in developing grass roots exploration programs or regional
syntheses. Rincian mineralogi forsiterite dan zonasi dapat digunakan untuk membangun model
deposito spesifik eksplorasi serta model umum lebih berguna dalam mengembangkan program
eksplorasi akar rumput atau sintesis daerah.

Reasonably detailed zonation models are available for copper, gold, and zinc skarns. Cukup
model zonasi rinci tersedia untuk tembaga, emas, dan skarns seng. Other models can be
constructed from individual deposits which have been well studied such as the Hedley Au skarn
(Ettlinger, 1992; Ray et al., 1993) or the Groundhog Zn skarn (Meinert, 1982). Model-model lain
dapat dibangun dari deposito individu yang telah diteliti dengan baik seperti Hedley Au
forsiterite (Ettlinger, 1992;. Ray et al, 1993) atau Groundhog Zn forsiterite (Meinert, 1982).

Geochemistry of skarn deposits Geokimia deposito forsiterite

Skarn formation spans almost the complete range of potential ore-forming environments.
Pembentukan forsiterite mencakup hampir lengkap potensi bijih pembentuk lingkungan. Most
geochemical studies of skarn deposits have focused on mineral phase equilibria, fluid inclusions,
isotopic investigations of fluid sources and pathways, and determination of exploration anomaly
and background levels. Kebanyakan studi geokimia dari deposito forsiterite telah berfokus pada
kesetimbangan fase mineral, inklusi fluida, isotop penyelidikan sumber cairan dan jalur, dan
penentuan anomali eksplorasi dan tingkat latar belakang.

Experimental phase equilibria studies are essential for understanding individual mineral
reactions. Studi tahap eksperimental kesetimbangan sangat penting untuk memahami reaksi
mineral individu. Such studies can be extended using thermodynamic data to include variable
compositions). Studi tersebut dapat diperpanjang menggunakan data termodinamika untuk
memasukkan komposisi variabel). Another approach is to use a self-consistent thermodynamic
database to model potential skarn-forming solutions (eg Flowers and Helgeson, 1983; Johnson
and Norton, 1985; Ferry and Baumgartner, 1987). Pendekatan lain adalah dengan menggunakan
database termodinamika konsisten diri untuk model potensial forsiterite-membentuk solusi
(misalnya Bunga dan Helgeson, 1983; Johnson dan Norton, 1985; Ferry dan Baumgartner,
1987). Fractionation of elements between minerals (eg Ca:Mg in carbonate, Bowman et al.,
1982; Bowman and Essene, 1984) also can be used to estimate conditions of skarn formation.
Fraksinasi unsur antara mineral (misalnya Ca:. Mg di karbonat, Bowman et al, 1982; Bowman
dan Essene, 1984) juga dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi pembentukan forsiterite.

Fluid inclusion studies of many ore deposit types focus on minerals such as quartz, carbonate,
and fluorite which contain numerous fluid inclusions, are relatively transparent, and are stable
over a broad TPX range. Studi inklusi fluida dari jenis deposit bijih banyak fokus pada mineral
seperti kuarsa, karbonat fluorit, dan yang mengandung inklusi fluida banyak, relatif transparan,
dan stabil pada kisaran TPX luas. However, this broad TPX range can cause problems in
interpretation of fluid inclusion data, because these minerals may grow and continue to trap
fluids from early high temperature events through late low temperature events (Roedder, 1984).
Namun, kisaran yang luas TPX dapat menyebabkan masalah dalam interpretasi data inklusi
fluida, karena mineral ini dapat tumbuh dan terus untuk menjebak cairan dari awal peristiwa
suhu tinggi melalui peristiwa akhir suhu rendah (Roedder, 1984).
In contrast, high temperature skarn minerals such as forsterite, diopside, etc. are unlikely to trap
later low temperature fluids (beyond the host mineral's stability range) without visible evidence
of alteration. Sebaliknya, suhu tinggi mineral forsiterite seperti forsterit, diopside, dll tidak
mungkin untuk menjebak cairan kemudian suhu rendah (di luar jangkauan stabilitas mineral
host) tanpa bukti nyata dari perubahan. Thus, fluid inclusions in skarn minerals provide a
relatively unambiguous opportunity to measure temperature, pressure, and composition of skarn-
forming fluids. Dengan demikian, inklusi fluida dalam mineral forsiterite memberikan
kesempatan yang relatif jelas untuk mengukur suhu, tekanan, dan komposisi cairan pembentuk
forsiterite.

Much of the skarn fluid inclusion literature prior to the mid-1980's has been summarized by
Kwak (1986), especially studies of Sn and W skarn deposits. Banyak literatur inklusi fluida
forsiterite sebelum pertengahan 1980-an telah diringkas oleh Kwak (1986), khususnya studi Sn
dan W deposito forsiterite. Such studies have been very useful in documenting the high
temperatures (>700C) and high salinities (>50 wt. % NaCl equiv. And multiple daughter
minerals) which occur in many skarns. Studi semacam telah sangat berguna dalam
mendokumentasikan suhu tinggi (> 700 C) dan salinitas tinggi (> 50 berat.% NaCl equiv Dan
beberapa mineral anak.) Yang terjadi di skarns banyak. All the skarn types summarized in
Meinert (1992) have fluid inclusion homogenization temperatures up to and exceeding 700C
except for copper and zinc skarns, deposits in which most fluid inclusions are in the 300-550C
range. Semua jenis forsiterite diringkas dalam Meinert (1992) memiliki suhu homogenisasi
inklusi fluida sampai dengan dan melebihi 700 C kecuali untuk skarns tembaga dan seng,
deposito di mana sebagian besar inklusi fluida berada di kisaran 300-550 C . This is consistent
with the relatively shallow and distal geologic settings inferred respectively for these two skarn
types. Hal ini konsisten dengan pengaturan geologi yang relatif dangkal dan distal disimpulkan
masing-masing untuk kedua jenis forsiterite.

Salinities in most skarn fluid inclusions are high; documented daughter minerals in skarn
minerals include NaCl, KCl, CaCl2, FeCl2, CaCO3, CaF2, C, NaAlCO3(OH)2, Fe2O3, Fe3O4,
AsFeS, CuFeS2, and ZnS (Table 2). Salinitas di sebagian inklusi fluida forsiterite yang tinggi;
mineral putri didokumentasikan dalam mineral forsiterite termasuk NaCl, KCl, CaCl2, FeCl2,
CaCO3, CaF2, C, NaAlCO3 (OH) 2, Fe2O3, Fe3O4, AsFeS, CuFeS2, dan ZnS (Tabel 2) .
Haynes and Kesler (1988) describe systematic variations in NaCl:KCl:CaCl2 ratios in fluid
inclusions from different skarns reflecting differences in the fluid source and the degree of
mixing of magmatic, connate, and meteoric fluids. Haynes dan Kesler (1988) menjelaskan
variasi sistematis dalam NaCl: KCl: rasio CaCl2 dalam inklusi fluida dari skarns yang berbeda
mencerminkan perbedaan dalam sumber cairan dan tingkat pencampuran cairan magmatik,
bawaan, dan meteorit. In general, magmatic fluids have KCl>CaCl2 whereas high-CaCl2 fluids
appear to have interacted more with sedimentary wall rocks. Secara umum, cairan magmatik
telah KCl> CaCl2 sedangkan CaCl2 tinggi cairan tampaknya telah berinteraksi lebih banyak
dengan dinding batuan sedimen.

Fluid inclusions can provide direct evidence for the content of CO2 (both liquid and gas), CH4,
N2, H2S and other gases in hydrothermal fluids. Inklusi fluida dapat memberikan bukti langsung
atas isi CO2 (baik cair dan gas), CH4, N2, H2S dan gas lainnya dalam cairan hidrotermal.
Studies of gas phases and immiscible liquids in fluid inclusions typically show a dominance of
CO2, a critical variable in skarn mineral stability. Studi fase gas dan cairan bercampur dalam
inklusi fluida biasanya menunjukkan dominasi CO2, sebuah variabel penting dalam stabilitas
mineral forsiterite. Although no comparative studies have been done, it appears that CH4 is
slightly more abundant than CO2 in reduced systems like tungsten skarns (Fonteilles et al., 1989;
Gerstner et al., 1989) whereas CO2 is more abundant than CH4 in more oxidized systems like
copper and zinc skarns (Megaw et al., 1988). Meskipun tidak ada studi banding telah dilakukan,
tampak bahwa CH4 sedikit lebih banyak daripada CO2 dalam sistem dikurangi seperti skarns
tungsten (Fonteilles et al, 1989;.. Gerstner et al, 1989) sedangkan CO2 lebih banyak daripada
CH4 dalam sistem yang lebih teroksidasi seperti skarns tembaga dan seng (Megaw et al., 1988).

Studies of fluid inclusions in specific skarn mineral phases are particularly useful in
documenting the temporal and spatial evolution of skarn-forming fluids and how those changes
correlate with compositional, experimental, and thermodynamic data (eg Kwak and Tan, 1981;
Meinert, 1987). Studi inklusi fluida dalam fase mineral forsiterite khusus sangat berguna dalam
mendokumentasikan evolusi temporal dan spasial forsiterite-membentuk cairan dan bagaimana
perubahan tersebut berkorelasi dengan komposisi, data eksperimen, dan termodinamika
(misalnya Kwak dan Tan, 1981; Meinert, 1987).

Fluid inclusions also provide direct evidence for the temperature and salinity shift in most skarn
systems between prograde and retrograde skarn events. Inklusi fluida juga memberikan bukti
langsung untuk perubahan suhu dan salinitas dalam sistem forsiterite paling antara peristiwa
forsiterite prograde dan retrograde. For example, most garnet and pyroxene fluid inclusions in
iron skarns have homogenization temperatures of 370->700C and 300-690C, respectively, with
salinities up to 50 wt. Sebagai contoh, garnet yang paling dan inklusi fluida piroksen di skarns
besi memiliki suhu homogenisasi 370 -> 700 C dan 300-690 C, masing-masing, dengan
salinitas hingga 50 berat. % NaCl equivalent, whereas retrograde epidote and crosscutting quartz
veins have homogenization temperatures of 245-250C and 100-250C, respectively, with
salinities of less than 25 wt. % Setara NaCl, sedangkan epidot dan vena retrograde crosscutting
kuarsa memiliki suhu homogenisasi 245-250 C dan 100-250 C, masing-masing, dengan
salinitas kurang dari 25 berat. % NaCl equivalent. % NaCl setara.

In gold skarns, prograde garnet and pyroxene homogenization temperatures are up to 730C and
695C, respectively, with salinities up to 33 wt. Dalam skarns emas, garnet prograde dan suhu
piroksen homogenisasi yang sampai 730 C dan 695 C, masing-masing, dengan salinitas hingga
33 berat. % NaCl equivalent. % NaCl setara. In contrast, scapolite, epidote, and actinolite from
these skarns have homogenization temperatures of 320-400C, 255-320C, and 320-350C,
respectively. Sebaliknya, scapolite, epidot, dan actinolite dari skarns ini memiliki suhu
homogenisasi C 320-400, 255-320 C, dan 320-350 C, masing-masing. In tungsten skarns,
prograde garnet and pyroxene homogenization temperatures are up to 800C and 600C,
respectively, with salinities up to 52 wt. Dalam skarns tungsten, garnet prograde dan suhu
piroksen homogenisasi yang up to 800 C dan 600 C, masing-masing, dengan salinitas sampai
dengan 52 berat. % NaCl equivalent. % NaCl setara.

In contrast, amphibole and quartz from these skarns have homogenization temperatures of 250-
380C and 290-380C, respectively with salinities of 12-28 and 2.5-10.5 wt. Sebaliknya,
amphibole dan kuarsa dari skarns ini memiliki suhu homogenisasi 250-380 C dan 290-380 C,
salinitas dari masing-masing dengan 12-28 dan 2,5-10,5 berat. % NaCl equivalent (data
summarized in Meinert, 1992). % NaCl setara (Data diringkas dalam Meinert, 1992).

Isotopic investigations, particularly the stable isotopes of C, O, H, and S, have been critically
important in documenting the multiple fluids present in most large skarn systems (Shimazaki,
1988). Penyelidikan isotop, khususnya isotop stabil dari C, O, H, dan S, telah sangat penting
dalam mendokumentasikan beberapa cairan hadir dalam sistem forsiterite paling besar
(Shimazaki, 1988).

The pioneering study of Taylor and O'Neill (1977) demonstrated the importance of both
magmatic and meteoric waters in the evolution of the Osgood Mountain W skarns. Studi perintis
Taylor dan O'Neill (1977) menunjukkan pentingnya air baik magmatik dan meteorik dalam
evolusi dari Osgood Gunung W skarns. Bowman et al. Bowman et al. (1985) demonstrated that
in high temperature W skarns, even some of the hydrous minerals such as biotite and amphibole
can form at relatively high temperatures from water with a significant magmatic component (see
also Marcke de Lummen, 1988). (1985) menunjukkan bahwa pada suhu tinggi W skarns, bahkan
beberapa mineral hidrat seperti biotit dan amphibole bisa terbentuk pada suhu yang relatif tinggi
dari air dengan komponen magmatik yang signifikan (lihat juga Marcke de Lummen, 1988).

Specifically, garnet, pyroxene, and associated quartz from the skarn deposits summarized in
Meinert (1992) all have 18O values in the +4 to +9 range consistent with derivation from
magmatic waters. Secara khusus, garnet, piroksen, dan terkait kuarsa dari deposito forsiterite
dirangkum dalam Meinert (1992) semua memiliki 18O nilai dalam rentang 4-9 konsisten
dengan derivasi dari perairan magmatik.

In contrast, 18O values for sedimentary calcite, quartz, and meteoric waters in these deposits
are distinctly different. Sebaliknya, 18O nilai untuk kalsit sedimen, kuarsa, dan perairan meteor
dalam deposit jelas berbeda. In most cases, there is a continuous mixing line between original
sedimentary 18O values and calculated 18O values for magmatic hydrothermal fluids at the
temperatures of prograde skarn formation. Dalam kebanyakan kasus, ada garis pencampuran
kontinyu antara nilai-nilai asli sedimen 18O dan dihitung nilai 18O untuk cairan hidrotermal
magmatik pada temperatur pembentukan forsiterite prograde.

Similar mixing is indicated by 13C values in calcite, ranging from typical sedimentary 13C
values in limestone away from skarn to typical magmatic values in calcite interstitial to prograde
garnet and pyroxene (Brown et al., 1985). Mirip pencampuran ditunjukkan oleh 13C nilai
dalam kalsit, mulai dari nilai-nilai khas sedimen 13C di kapur jauh dari nilai-nilai magmatik
forsiterite khas dalam kalsit interstisial untuk prograde garnet dan piroksen (Brown et al., 1985).
Hydrous minerals such as biotite, amphibole, and epidote from different skarn deposits also
display 18O and D values ranging from magmatic to local sedimentary rocks and meteoric
waters (Layne et al., 1991). Mineral hidrat seperti biotit, amphibole, dan epidot dari deposito
forsiterite berbeda juga menampilkan 18O dan D nilai mulai dari magmatik ke batuan
sedimen lokal dan perairan meteor (Layne et al., 1991). Again, mixing of multiple fluid sources
is indicated. Sekali lagi, pencampuran beberapa sumber cairan diindikasikan.
Sulfur isotopic studies on a variety of sulfide minerals (including pyrite, pyrrhotite, molybdenite,
chalcopyrite, sphalerite, bornite, arsenopyrite, and galena) from the skarn deposits . Studi isotop
belerang pada berbagai mineral sulfida (termasuk pirit, pirhotit, molibdenit, kalkopirit, sfalerit,
bornit, arsenopirit, dan galena) dari deposito forsiterite. indicate a very narrow range of 34
values , consistent with precipitation from magmatic fluids. menunjukkan rentang yang sangat
sempit 34 nilai, konsisten dengan curah hujan dari cairan magmatik. For some of the more
distal zinc skarns, sulfur isotopic studies indicate that the mineralizing fluids acquired some of
their sulfur from sedimentary rocks (including evaporites) along the fluid flow path (Megaw et
al., 1988). Untuk beberapa skarns seng lebih distal, studi isotop belerang menunjukkan bahwa
cairan mineralizing diperoleh beberapa belerang mereka dari batuan sedimen (termasuk
evaporites) sepanjang jalur aliran fluida (Megaw et al., 1988).

Overall, stable isotopic investigations are consistent with fluid inclusion and mineral equilibria
studies which demonstrate that most large skarn deposits form from diverse fluids, including
early, high temperature, highly saline brines directly related to crystallizing magma systems (eg
Auwera and Andre, 1988). Secara keseluruhan, penyelidikan isotop stabil adalah konsisten
dengan inklusi fluida dan studi kesetimbangan mineral yang menunjukkan bahwa bentuk
deposito forsiterite paling besar dari cairan yang beragam, termasuk awal, suhu tinggi, air asin
garam yang sangat berhubungan langsung dengan sistem magma mengkristal (misalnya Auwera
dan Andre, 1988). In many systems, the highest salinity fluids are coincident with peak sulfide
deposition. Dalam banyak sistem, cairan salinitas tertinggi bertepatan dengan deposisi sulfida
puncak. In addition, at least partial mixing with exchanged connate or meteoric fluids is required
for most deposits with the latest alteration events forming largely from dilute meteoric waters.
Selain itu, setidaknya parsial pencampuran dengan cairan bawaan atau meteorik ditukar
diperlukan untuk deposito yang paling dengan peristiwa perubahan terbaru membentuk sebagian
besar dari air meteorik encer.

Even though skarn metal contents are quite variable, anomalous concentrations of pathfinder
elements in distal skarn zones can be an important exploration guide. Meskipun forsiterite
kandungan logam yang cukup bervariasi, konsentrasi anomali unsur pathfinder di zona forsiterite
distal dapat menjadi panduan eksplorasi penting. Geochemical studies of individual deposits
have shown that metal dispersion halos can be zoned from proximal base metal assemblages,
through distal precious metal zones, to fringe Pb-Zn-Ag vein concentrations (eg Theodore and
Blake, 1975). Studi geokimia dari deposito individu telah menunjukkan bahwa logam lingkaran
cahaya dispersi dapat dikategorikan dari kumpulan logam dasar proksimal, distal melalui zona
logam mulia, untuk pinggiran Pb-Zn-Ag konsentrasi vena (misalnya Theodore dan Blake, 1975).

Anomalies of 10s to 100s of ppm for individual metals can extend for more than 1000 meters
beyond proximal skarn zones. Anomali dari 10s untuk 100 ppm untuk logam individu dapat
memperpanjang selama lebih dari 1000 meter di luar zona forsiterite proksimal. Comparison of
geochemical signatures among different skarn classes suggests that each has a characteristic suite
of anomalous elements and that background levels for a particular element in one skarn type may
be highly anomalous in other skarns. Perbandingan geokimia tanda tangan yang berbeda antara
kelas forsiterite menunjukkan bahwa masing-masing memiliki karakteristik suite unsur anomali
dan bahwa tingkat latar belakang untuk elemen tertentu dalam satu jenis forsiterite mungkin
sangat anomali skarns lainnya. For example, Au, Te, Bi, and As values of 1, 10, 100, and 500
ppm, respectively, are not unusual for gold skarns but are rare to absent for other skarn types (eg
Meinert et al., 1990; Myers and Meinert, 1991). Misalnya, Au, Te, Bi, dan As nilai 1, 10 100,
dan 500 ppm, masing-masing, tidak biasa bagi skarns emas tetapi jarang absen untuk jenis
forsiterite lain (misalnya Meinert et al, 1990;. Myers dan Meinert, 1991).

Geophysics Geofisika

Some skarns have a strong geophysical response (Chapman and Thompson, 1984; Emerson,
1986). Beberapa skarns memiliki respon geofisika yang kuat (Chapman dan Thompson, 1984;
Emerson, 1986). Almost all skarns are significantly denser than the surrounding rock and
therefore may form a gravitational anomaly or seismic discontinuity. Hampir semua skarns
secara signifikan lebih padat daripada batuan sekitarnya dan karenanya dapat membentuk sebuah
anomali gravitasi atau diskontinuitas seismik. This is particularly evident in some of the large
iron skarns which may contain more than a billion tons of magnetite (specific gravity, 5.18). Hal
ini terutama jelas di beberapa skarns besi besar yang mungkin berisi lebih dari satu miliar ton
magnetit (gravitasi spesifik, 5.18). In addition, both skarns and associated plutons may form
magnetic anomalies (Spector, 1972). Selain itu, baik skarns dan pluton terkait dapat membentuk
anomali magnetik (Spector, 1972). Relatively oxidized plutons typically contain enough primary
magnetite to form a magnetic high whereas reduced plutons typically contain ilmenite rather than
magnetite and may form a magnetic low (Ishihara, 1977). Pluton yang relatif teroksidasi
biasanya mengandung magnetit primer cukup untuk membentuk magnetik tinggi sedangkan
pluton berkurang biasanya berisi ilmenit daripada magnetit dan dapat membentuk rendah
magnetik (Ishihara, 1977).

Skarns may form a magnetic high due to large concentrations of magnetite (Chapman et al.,
1986) or other magnetic minerals such as high temperature pyrrhotite (Wotruba et al., 1988).
Skarns bisa membentuk magnet tinggi karena konsentrasi besar magnetit (Chapman et al., 1986)
atau mineral magnetik lain seperti pirhotit suhu tinggi (Wotruba et al., 1988). Since
metasomatism of dolomitic rocks tends to form abundant magnetite, in magnesian skarn deposits
a strong magnetic signature may be able to distinguish original protolith as well as the presence
of skarn (Hallof and Winniski, 1971; Chermeninov, 1988). Sejak metasomatism batuan
dolomitic cenderung untuk membentuk magnetit berlimpah, di deposito forsiterite magnesian
tanda tangan magnet yang kuat mungkin dapat membedakan protolith asli serta kehadiran
forsiterite (Hallof dan Winniski, 1971; Chermeninov, 1988).

Electrical surveys of skarns need to be interpreted carefully. Survei listrik skarns harus
ditafsirkan dengan hati-hati. Either disseminated or massive sulfide minerals may give strong IP,
EM, or magnetotelluric responses in skarn (Emerson and Welsh, 1988). Entah disebarluaskan
atau mineral sulfida masif dapat memberikan IP yang kuat, EM, atau tanggapan magnetotelluric
di forsiterite (Emerson dan Welsh, 1988). However, metasomatism of carbonate rock necessarily
involves the redistribution of carbon. Namun, metasomatism batuan karbonat harus melibatkan
redistribusi karbon.

The presence of carbonaceous matter, especially if in the form of graphite, can strongly effect
electrical surveys. Kehadiran materi karbon, terutama jika dalam bentuk grafit, sangat dapat
mempengaruhi survei listrik. Such carbon-induced anomalies may be distant from or unrelated to
skarn ore bodies. Seperti karbon akibat anomali mungkin jauh dari atau berhubungan dengan
forsiterite badan bijih.

Uranium-Thorium as indicators Uranium-Torium sebagai indikator

A few skarns contain sufficient uranium and thorium to be detectable by airborne or ground
radiometric surveys (eg Mary Kathleen, Australia, Kwak and Abeysinghe, 1987). Sebuah skarns
mengandung uranium yang cukup beberapa dan thorium untuk dapat dideteksi oleh survei
radiometrik udara atau tanah (misalnya Maria Kathleen, Australia, dan Kwak Abeysinghe,
1987). Detailed studies of such deposits demonstrate that relatively small skarns can be detected
and that different types of skarns can be distinguished (eg Lentz, 1991). Studi rinci tentang
setoran tersebut menunjukkan bahwa skarns relatif kecil dapat dideteksi dan bahwa berbagai
jenis skarns dapat dibedakan (misalnya Lentz, 1991). Although gravity, magnetic, electrical, and
radiometric methods have all been applied to skarn deposits, their use has not been widespread.
Meskipun gravitasi, metode magnetik, listrik, dan radiometrik semuanya telah diterapkan untuk
deposito forsiterite, penggunaannya belum meluas. Because of the variability of skarn deposits, it
probably is necessary to tailor specific geophysical methods to individual skarn deposits or types.
Karena variabilitas deposito forsiterite, mungkin perlu untuk menyesuaikan metode geofisika
khusus untuk deposito forsiterite individu atau jenis.

Petrogenesis and tectonic settings of skarn deposits Petrogenesis dan tektonik pengaturan
deposito forsiterite

Most major skarn deposits are directly related to igneous activity and broad correlations between
igneous composition and skarn type have been described by several workers (Zharikov, 1970;
Shimazaki, 1975,1980; Einaudi et al., 1981; Kwak and White, 1982; Meinert, 1983; Newberry
and Swanson, 1986; Newberry, 1987; 1990). Sebagian besar deposito forsiterite secara langsung
terkait dengan kegiatan beku dan korelasi yang luas antara komposisi beku dan tipe forsiterite
telah digambarkan oleh beberapa pekerja (Zharikov, 1970; Shimazaki, 1975,1980; Einaudi et al,
1981;. Kwak dan White, 1982; Meinert , 1983; Newberry dan Swanson, 1986; Newberry, 1987;
1990). Averages of large amounts of data for each skarn type can be summarized on a variety of
compositional diagrams to show distinctions among skarn classes. Rata-rata dari sejumlah besar
data untuk setiap jenis forsiterite dapat diringkas pada berbagai diagram komposisi untuk
menunjukkan perbedaan antara kelas forsiterite.

Tin and molydenum skarns typically are associated with high silica, strongly differentiated
plutons. Timah dan molydenum skarns biasanya berhubungan dengan silika yang tinggi, pluton
sangat dibedakan. At the other end of the spectrum, iron skarns usually are associated with low
silica, iron-rich, relatively primitive plutons. Pada ujung lain dari spektrum, skarns besi biasanya
berhubungan dengan silika rendah, kaya zat besi, pluton relatif primitif. Such diagrams are less
useful for detailed studies, however, because of the wide range of igneous compositions possible
for an individual skarn deposit and the difficulty of isolating the effects of metasomatism and
late alteration. Diagram tersebut kurang bermanfaat untuk studi rinci, namun karena berbagai
komposisi beku mungkin untuk deposit forsiterite individu dan kesulitan mengisolasi efek dari
metasomatism dan perubahan terlambat.

Other important characteristics include the oxidation state, size, texture, depth of emplacement,
and tectonic setting of individual plutons. Karakteristik penting lainnya termasuk keadaan
oksidasi, ukuran, tekstur, kedalaman emplasemen, dan pengaturan tektonik dari pluton individu.
For example, tin skarns are almost exclusively associated with reduced, ilmenite-series plutons
which can be characterized as S-type or anorogenic. Sebagai contoh, skarns timah hampir
eksklusif berhubungan dengan penurunan, ilmenit-seri pluton yang dapat dicirikan sebagai S-
jenis atau anorogenic. These plutons tend to occur in stable cratons in which partial melting of
crustal material may be instigated by incipient rifting. Pluton ini cenderung terjadi pada cratons
stabil di mana pencairan sebagian bahan kerak dapat dihasut oleh rifting baru jadi. Many gold
skarns are also associated with reduced, ilmenite-series plutons. Banyak skarns emas juga terkait
dengan penurunan, ilmenit-seri pluton.

However, gold skarn plutons typically are mafic, low-silica bodies which could not have formed
by melting of sedimentary crustal material. Namun, emas forsiterite pluton biasanya mafik, silika
rendah tubuh yang tidak dapat terbentuk dengan pelelehan kerak material sedimen. In contrast,
plutons associated with copper skarns, particularly porphyry copper deposits, are strongly
oxidized, magnetite-bearing, I-type and associated with subduction-related magmatic arcs.
Sebaliknya, pluton terkait dengan skarns tembaga, terutama deposito tembaga porfiri, sangat
teroksidasi, magnetit-bantalan, I-jenis dan terkait subduksi busur magmatik terkait. These
plutons tend to be porphyritic and emplaced at shallow levels in the earths crust. Pluton ini
cenderung porfiritik dan emplaced pada tingkat dangkal di kerak earths. Tungsten skarns, on
the other hand, are associatedwith relatively large, coarse-grained, equigranular plutons or
batholithic complexes indicative of a deeper environment. Skarns tungsten, di sisi lain,
associatedwith relatif besar, kasar, pluton equigranular atau kompleks batholithic indikasi
lingkungan yang lebih dalam.

Tectonic setting, petrogenesis, and skarn deposits are intimately intertwined. Pengaturan
tektonik, petrogenesis, dan deposito forsiterite sangat erat terjalin. Some modern textbooks use
tectonic setting to classify igneous provinces (Wilson, 1989) or different kinds of ore deposits
(Sawkins, 1984). Beberapa buku teks modern menggunakan pengaturan tektonik untuk
mengklasifikasikan propinsi batuan beku (Wilson, 1989) atau berbagai jenis deposit bijih
(Sawkins, 1984). This approach has been less successful in describing ore deposits such as
skarns which are the result of processes that can occur in almost any tectonic setting. Pendekatan
ini telah kurang berhasil dalam menggambarkan deposit bijih seperti skarns yang merupakan
hasil dari proses yang dapat terjadi di hampir semua pengaturan tektonik. A useful tectonic
classification of skarn deposits should group skarn types which commonly occur together and
distinguish those which typically occur in specialized tectonic settings. Sebuah klasifikasi yang
bermanfaat tektonik deposito forsiterite bila kelompok forsiterite jenis yang biasanya terjadi
bersama-sama dan membedakan mereka yang biasanya terjadi dalam pengaturan tektonik
khusus. For example, calcic Sebagai contoh, yg mengandung kapur
Fe-Cu skarn deposits are virtually the only skarn type found in oceanic island-arc terranes. Fe-Cu
deposito forsiterite jenis forsiterite hampir hanya ditemukan di pulau-busur samudera terranes.
Many of these skarns are also enriched in Co, Ni, Cr, and Au. Banyak dari ini juga diperkaya
skarns di Co, Ni, Cr, dan Au. In addition, some economic gold skarnsappear to have formed in
back arc basins associated with oceanic volcanic arcs (Ray et al., 1988). Selain itu, beberapa
skarnsappear emas ekonomi telah terbentuk di cekungan busur belakang yang terkait dengan
kelautan vulkanik busur (Ray et al, 1988.).

Some of the key features that set these skarns apart from those associated with more evolved
magmas and crust are their association with gabbroic and dioritic plutons, abundant endoskarn,
widespread sodium metasomatism, and the absence of Sn and Pb. Beberapa fitur utama yang
mengatur ini skarns terpisah dari yang berhubungan dengan magma lebih berkembang dan kerak
yang hubungan mereka dengan pluton gabbroic dan dioritic, endoskarn berlimpah,
metasomatism natrium luas, dan tidak adanya Sn dan Pb. Collectively, these features reflect the
primitive, oceanic nature of the crust, wall rocks, and plutons. Secara kolektif, fitur ini
mencerminkan sifat, primitif dari kerak samudera, batuan dinding, dan pluton.

The vast majority of skarn deposits are associated with magmatic arcs related to subduction
beneath continental crust. Sebagian besar deposito forsiterite berhubungan dengan busur
magmatik yang berhubungan dengan subduksi di bawah kerak benua. Plutons range in
composition from diorite to granite although differences among the main base metal skarn types
appear to reflect the local geologic environment (depth of formation, structural and fluid
pathways) more than fundamental differences of petrogenesis (Nakano et al., 1990). Pluton
rentang komposisi dari diorit hingga granit walaupun perbedaan antara jenis forsiterite logam
dasar utama muncul untuk mencerminkan lingkungan geologi lokal (kedalaman formasi, jalur
struktural dan cairan) lebih dari perbedaan mendasar dari petrogenesis (Nakano et al., 1990). In
contrast, gold skarns in this environment are associated with particularly reduced plutons that
may represent a restricted petrologic history. Sebaliknya, emas skarns dalam lingkungan ini
terkait dengan pluton terutama berkurang yang dapat mewakili sejarah petrologic dibatasi.

The transition from subduction beneath stable continental crust to post-subduction tectonics is
not well understood. Transisi dari subduksi di bawah kerak benua stabil pasca-subduksi tektonik
tidak dipahami dengan baik. Magmatism associated with shallow subduction angles may have
more crustal interaction (Takahashi et al., 1980) and floundering of the downgoing slab may
result in local rifting. Magmatism terkait dengan sudut subduksi dangkal mungkin memiliki lebih
banyak interaksi kerak (Takahashi et al., 1980) dan gapai dari lempengan downgoing dapat
menyebabkan rifting lokal.

During this stage the magmatic arc may widen or migrate further inland. Selama tahap ini busur
magmatik dapat memperluas atau bermigrasi lebih jauh ke pedalaman. Plutons are granitic in
composition and associated skarns are rich in Mo or W-Mo with lesser Zn, Bi, Cu, and F. Many
of these skarns are best described as polymetallic with locally important Au and As. Pluton yang
granit dalam komposisi dan skarns terkait kaya atau W-Mo Mo dengan rendah Zn, Bi, Cu, dan F.
Banyak dari skarns yang terbaik digambarkan sebagai polimetalik dengan Au lokal penting dan
As.
Some skarns are not associated with subduction-related magmatism. Beberapa skarns tidak
berhubungan dengan subduksi magmatism terkait. These skarns may be associated with S-type
magmatism following a major period of subduction or they may be associated with rifting of
previously stable cratons. Skarns ini mungkin berhubungan dengan S-jenis magmatism setelah
periode besar subduksi atau mereka mungkin berhubungan dengan rifting dari cratons
sebelumnya stabil. Plutons are granitic in composition and commonly contain primary muscovite
and biotite, dark gray quartz megacrysts, miarolitic cavities, greisen-type alteration, and
anomalous radioactivity. Pluton yang granit dalam komposisi dan umumnya mengandung
muskovit primer dan biotit, kuarsa abu-abu gelap megacrysts, rongga miarolitic, greisen-jenis
perubahan, dan radioaktivitas anomali. Associated skarns are rich in tin or fluorine although a
host of other elements are usually present and may be of economic importance. Skarns
Associated kaya dalam kaleng atau fluor meskipun sejumlah elemen lain yang biasanya hadir
dan mungkin kepentingan ekonomi. This evolved suite includes W, Be, B, Li, Bi, Zn, Pb, U, F,
and REE. Suite berkembang termasuk W, Jadilah, B, Li, Bi, Zn, Pb, U, F, dan REE.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://earthsci.org/mineral/mindep/depfile/skar
n.htm&ei=EPy1TvHNH4bUrQfWvOy9Aw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=3&ved=0CDIQ7gEwAg
&prev=/search%3Fq%3Dskarn%26hl%3Did%26gbv%3D2%26biw%3D1366%26bih%3D583%26prmd%3Di
mvns

Cadangan Terkira

Tinjauan Umum Tubuh Bijih

Tubuh-tubuh bijih kami terdapat pada dan di sekitar dua tubuh-tubuh instrusi utama batuan beku
(igneous), yaitu monzodiorit Grasberg dan diorit Ertsberg. Batuan-batuan induk untuk tubuh-
tubuh bijih tersebut terdiri dari batuan-batuan karbonatan maupun klastik yang diterobos oleh
batuan beku berkomposisi monzonitik dan dioritik yang membentuk punggungan bukit dan sisi
atas rangkaian Pegunungan Sudirman.
Tubuh-tubuh bijih Grasberg dan ESZ, terdapat pada batuan beku sebagai batuan induk, hadir
dalam bentuk urat-urat (vein stockworks) dan diseminasi sulfida tembaga yang didominasi oleh
mineral chalcopirit dan sejumlah kecil berupa bornit. Tubuh-tubuh bijih yang berinduk pada
batuan sedimen terjadi pada batuan ubahan skarn yang kaya akan unsur magnetit dan magnesium
serta kalsium, yang mana lokasi keterdapatannya dan orientasinya sangat dikontrol oleh patahan-
patahan besar (major faults) dan oleh komposisi kimia batuan-batuan karbonat di sekitar tubuh-
tubuh instrusi tersebut. Mineralisasi tembaga pada batuan ubahan skarn tersebut didominasi oleh
mineral chalcopirit, akan tetapi konsentrasi setempat dari mineral sulfida bornit yang cukup
banyak juga kadang terjadi. Mineral emas terdapat secara merata disemua tubuh bijih dalam
jumlah yang beragam. Di beberapa tempat konsentrasinya cukup banyak, kehadirannya jarang
bisa dilihat dengan mata telanjang. Konsentrasi emas tersebut lazim terjadi sebagai inklusi di
dalam mineral sulfida tembaga, sedangkan pada beberapa tubuh bijih konsentrasi emas berkaitan
erat dengan keterdapatan mineral pirit.

Pertumbuhan
Tembaga

*Produksi 100% sejak penemuan Grasberg pada tahun 1988

Emas

*Produksi 100% sejak penemuan Grasberg pada tahun 1988

Eksplorasi Mendorong Perencanaan Tambang


Pengaturan waktu produksi untuk tambang-tambang kami yang belum dilaksanakan tergantung
dari sejumlah faktor, salah satunya adalah hasil dari kegiatan eksplorasi. Kami membuat rencana
tambang dengan memaksimalkan nilai sekarang bersih (net present value) dari tubuh-tubuh bijih
yang telah ada, termasuk juga hasil dari penemuan-penemuan baru.

Kami terus melakukan pengkajian terhadap berbagai rencana tambang jangka panjang untuk
mengevaluasi rancangan optimal dari Tambang Grasberg, hal ini mungkin dapat berdampak pada
penentuan waktu awal proses produksi tambang block-cave Grasberg. Rencana kami terdahulu
bahwa peralihan aktivitas penambangan dari tambang terbuka Grasberg ke tambang block cave
Grasberg akan dilakukan pada tahun 2015. PTFI berharap dapat menyelesaikan kajian yang
tengah dilakukan saat ini terhadap rencana jangka panjang sebelum akhir tahun 2006.

Cadangan Utama

*Komplek Grasberg terdiri dari logam yang dapat diambil, pada tambang lain dilaporkan sebagai
logam yang dikandung.

Telah Dikembangkan & Tengah Berproduksi

Tambang Terbuka Grasberg. Kami mulai melakukan penambangan dengan sistem tambang
terbuka terhadap tubuh bijih Grasberg pada tahun 1990. Kegiatan produksi tersebut berada
pada level ketinggian 3.385-4.060 meter. Bagian cadangan tubuh bijih Grasberg yang terletak di
bawah tanah akan ditambang dengan menggunakan metoda block-cave menjelang berakhirnya
penambangan terbuka.
DOZ (Deep Ore Zone) secara vertikal terletak di bawah Intermediate Ore Zone (IOZ telah habis
ditambang). Proses produksi tubuh bijih DOZ dimulai pada tahun 1989.
Belum Dikembangkan

Keperluan modal kerja untuk pengembangan seluruh tubuh bijih sampai dengan kapasitas penuh
adalah sebesar $3 miliar AS. Selain biaya tersebut, diperlukan modal tambahan sebesar $1 miliar
AS untuk pembangunan fasilitas pengolahan tambahan guna mengoptimalkan penanganan
berbagai jenis bijih yang berasal dari bawah tanah.

Kucing Liar, tubuh bijih ini terletak pada sisi selatan atau di bawah bagian sisi selatan tambang
terbuka Grasberg, pada level ketinggian 2.605 - 3.115 meter. Kami akan menambang Kucing Liar
dengan menggunakan cara block-cave.
Mill Level Zone (MLZ), tubuh bijih ini terletak langsung di bawah tambang DOZ pada level
ketinggian 2.890 meter - 3220 meter. Bijih tersebut merupakan kemenerusan ke arah bawah
dari mineralisasi pada sistem Skarn Timur Ertsberg dan porfiri Ertsberg yang bersebelahan. Kami
akan melakukan penambangan dengan cara block-cave usai menyelesaikan penambangan pada
tubuh bijih DOZ.
Ertsberg Stockwork Zone (ESZ), tubuh bijih ini merupakan kemenerusan dari sisi barat daya
tubuh bijih DOZ yang terletak pada level ketinggian 3.126 meter - 3.626 meter. Kami akan
menambang dengan cara block-cave mulai tahun 2009.
Big Gossan, tubuh bijih ini terletak kurang lebih 1.000 meter sebelah Barat Daya cadangan
tambang terbuka Ertsberg yang sudah habis ditambang. Kami mengawali pengembangan
infrastruktur bawah tanah untuk tubuh bijih ini pada tahun 1993 ketika membangun
terowongan dari daerah pabrik pengolahan menuju kawasan tubuh bijih Big Gossan pada
ketinggian 3.000 meter. Cara penambangan open stope and back-fill akan diaplikasikan terhadap
cadangan Big Gossan. Pengembangan telah dimulai dan produksi awal diharapkan dapat dimulai
pada tahun 2008.
Dom, tubuh bijih ini terletak pada jarak 1.500 meter di sebelah tenggara cadangan tambang
terbuka Ertsberg yang telah habis. Kami telah menyelesaikan pengembangan pra-produksi
ketika tambang Grasberg baru mulai berproduksi pada tahun 1990. Kami menangguhkan
produksi Dom block cave pada tahun 1989 untuk menambang tubuh bijih Grasberg. Produksi
pada bagian tambang terbuka dari tubuh bijih tersebut akan dimulai setelah menyelesaikan
tambang terbuka Grasberg, diikuti dengan cara block-caving terhadap bagian tubuh bijih bawah
tanah.

http://www.ptfi.com/about/reserve.asp
Daerah Tambang
Daerah Ertsberg dan sekitarnya

Daerah meneralisasi Ertsberg (Gunung Bijih) menempati lereng selatan Pegunungan Jayawijaya
(Carstensz) yakni daerah yang terangkat paling tinggi dari rangkaian Pegunungan Tengah Irian
Jaya. Puncak tertingginya Carstensz Pyramid mencapai ketinggian 5.200 meter. Batuan sedimen
tertua di daerah ini ialah anggota teratas kelompok kembelangan, dengan kisaran umur dari Jura
sampai Kapur. Batuannya terutama terdiri dari selang-seling kwarsit dan batupasir, dan setempat
terubah menjadi hornfels karena metamorfosa oleh intrusi.

Anggota kelompok Kembelangan tersebut tertutup secara selaras oleh formasi Faumai berumur
Eosen, yaitu Formasi Basal dari kelompok-batugamping Irian Jaya. Formasi ini terutama terdiri
dari berbagai jenis batugamping bioklastik yang mengandung antara lain fosil milidae, algea
dengan ciri khas adanya foraminifera besar. Sebagaimana ditunjukkan di lapangan, batuan
formasi ini peka untuk metasomatisma terhadap intrusi dioritik yang kemudian dapat
termineralisasi. Formasi basal di atas tertutup secara selaras oleh formasi Ainod berumur
Oligocene dari kelompok batugamping yang sama. Batuannya berupa sikwens tebal dari batu
gamping masif, dan di daerah Ertsberg kontaknya dengan formasi faumai ditanmdai oleh
batupasir dengan ketenbalan sampai satu meter.

Lapisan-lapisan sedimen di daerah Ertsberg berjurusbarat-laut-tenggara dengan kemiringan


sedang kearah timur laut. Ke arah yang sama, kemiringannya semakin curam dan terdapat suatu
zona dengan sepasang sinklin berjarak rapat dan menghujam akibat kompresi yang kuat. Sumbu-
sumbu sinklinnya hampir sejajar dengan jurus kemiringan lapisan di atas yang juga
menggambarkan arah regional. Di sebelah timur lautnya, tersingkap dengan jelas suatu sesar naik
yang disisi selatannya menyebabkan patahan normal dan patahan-patahan undak (step fault).
Susunan patahan-patahan tersebut mendasari bagian bubungan dari Pegunungan Tengah Irian
Jaya tersebut sebelumnya, sedangkan di permukaan membentuk lembah lebar berbentuk huruf
U. Dimulai dari sesar naik itu, di bagian timur laut daerah Ertsberg perlipatannya langsung
menjadi landai. Beberapa patahan strike-slip tegak memotong perlipatan-perlipatan tersebut
dengan arah timur daya-barat laut.

Intrusi-intrusi berukuran relatif kecil terdapat sebagai stock, retas dan sill yang melampar
sepanjang patahan-patahan utama tersebut atau pada perpotongannya. Batuan intrusif tersebut
berkomposisi diorit sampai monzonit, berbutir sedang yang serba sama sampai porfiritik dengan
hornblende, biotit dan piroksin sebagai mineral mafik. Bijih tembaga dengan kadar yang tinggi
terdapat dalam skarn-xenolitik, skarn-kontak, dan stockwork. Mineral bijih tembaga yang utama
ialah kalkopirit dan bornit, sedang emas terdapat sebagai inklusi di dalamnya. Di daerah
Ertsberg, bentang alam dan endapan glasial merupakan ciri yang khas.

ENDAPAN BIJIH ERTSBERG


Tubuh bijih Ertsberg terdiri dari skarn magnetit dengan bentuk seperti gigi yang kearah luar
dikelilingi berturut-turut oleh selikat-gamping dan kemudian diorit. Seluruh skarn magnetite ter-
breksi, dengan inklusi berbentuk menyudut dan berukuran halus sampai beberapa meter yang
terdiri dari karn silikat-gamping, batuan beku, dan kalkopirit masif. Selain itu terdapat banyak
rongga dan gua yang dilapisi oleh kalsit, selikat amorf, dan kalkopirit.

Mineral bijih utamanya ialah kalkopirit dan bornit yang berasosiasi dengan galena, bismutit,
kovelit,digenit, sfalerit, tembaga alami, perak alami, linnacit, dan tetrahedrit. Umumnya sulfida-
sulfida di atas terdapat sebagai hamburan (replacement) foraminifera besar dan bidang
perlapisan, blok sampai berdiameter 3 meter, dan pengisian rongga. Emas berbutir halus terdapat
sepanjang batas bornit dengan kwarsa atau kalsit.

Ciri-ciri khas dalam skala kecil dan besar menunjukkan bahwa skarn magnetit Ertsberg adalah
pengganti dari skarn silikat-gamping yang terbentuk sebelumnya, dan batuan intrusif.
Keseluruhan bentuk dan ukuran skarn silikat-gamping dan skarn magnetit mencerminkan suatu
potongan besar dari metasoma batugamping foraminifera besar dolomitan yang tertelan (stoped)
oleh intrusi dioritik. Cadangan geologi endapan bijih Ertsberg lebih dari 35 juta ton, dengan
kadar Cu lebih besar dari 2,0%. Produksi dengan metoda tambang terbuka dimulai tahun 1972,
dan dewasa ini tambang sudah ditutup, dengan meninggalkan sedikit sisa cadangan bagian
bawah, yang kemudian hari akan ditambang dengan metoda bawah-tanah. Mineralisasi tembaga
dalam wilayah kontrak karya FIC selain di Ertsberg atau Gunung Bijih (GB), terdapat pula di
daerah sekitarnya, yaitu di Ertsberg East atau Gunung Bijih Timur (GBT), Dom dan Grassberg.

ENDAPAN BIJIH ERTSBERG TIMUR

Sekitar 1,5 km sebelah timur endapan skarn senolitik Ertsberg, terdapat deposit skarn sentuh
Ertsberg Timur. Endapan ini terbentuk di antara batugamping kelompok Irian Jaya terutama dari
formasi Faumai dan intrusi dioritik Ertsberg Timur. Menurut keperluan penambangan, kompleks
Ertsberg Timur dibagi dari permukaan ke bawah menjadi zona-zona bijih atas (Gunung Bijih
Timur, GBT), tengah (intermediate ore zone, IOZ), dan dalam (deep ore zone, DOZ).

Mineral tembaga yang utama ialah bornit dan sedikit kalkopirit, dengan mineral ikutannya idait,
kalkosit, kovelit, galena, pirit, sfalerit, pirargit, dan markasit. Emas terdapat sebagai inklusi
dalam sulfida tembaga, kalsit dan serpentin. Di GBT, sulfida tembaga terdapat sebagai sebaran
dalam antar ruang mineral silika-gamping, isian dalam retakan dan rongga, dan urat. Bentuk
mineralisasi tembaga itu lebih intensif lagi sepanjang breksi patahan sentuh dengan batugamping
yang termarmerkan.

Di DOZ dan sebagian IOZ, zona bijih utamanya ialah sepanjang breksi patahan sentuh tersebut
yang telah digantikan oleh skarn magnetit. Mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran dalam
antar-ruang mineral magnetit, dan urat yang seringkali hampir murni/masif. Keseluruhan
cadangan Ertsberg Timur berjumlah lebih dari 100 juta ton dengan kadar tembaga lebih dari
2,0%.

ENDAPAN BIJIH DOM


Dom ialah endapan skarn sentuh lainnya, tapi mineralogi bijihnya mempunyai banyak persamaan
dengan endapan Ertsberg. Pada bidang datar, bentuk tubuh bijihnya seperti segitiga yang di
bagian tengahnya diterobos oleh diorit tanpa mineralisasi.Seperti pada kedua endapan yang
dibahas terdahulu. Kompleks Dom juga sedikit banyak mengalami breksiasi. Mineral tembaga
yang utama ialah kalkopirit dengan digenit dan konvelitsebagai ubahan tepi (alteration rim).
Mineral tembaga oksidanya termasuk malakhit, limonit pitch, dan delafosit/fenorit

Dalam skarn garnet, mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran, isian retakan dan rongga, dan
bagian tepi dari garnet yang terbentuk kemudian. Dalam skarn magnetit yang menggantikan
breksi patahan sentuh dan skarn silikat-gamping, terdapat sebagai isian retakan dan rongga
sebaran, dan penggantian foraminifera besar dan bidang perlapisan . Elektrum dan jejak (trace)
emas murni hanya terdapat dalam jumlah kecil sebagai inklusi dalam sulfida tembaga. Suatu
Zona yang teroksidasi supergen terdapat di bagian atas dan juga terbentuk lapisan tipis ke bawah
yang mengikuti struktur. Cadangan endapan bijih Dom berjumlah 31 juta ton dengan kadar rata-
rata 1,5% tembaga dan 0,4 gram/ton perak.

Endapan Cu-Au porfiri Grasberg terbatas dalam zona silikasi berbentuk stockwork di dalam
diorit Grasberg yang sebelumnya telah mengalami ubahan potasik. Tubuih bijih tersebut hanya
sekitar 10% dari keseluruhan luas permukaan diorit Grasberg, dan terletak sedikit diluar
pusatnya.Bentuknya seperti silinder yang mencapai kedalaman sekitnya 800 meter dari
permukaan, dan bentuk datarnya menyerupai tapal kuda.

Diorit Grasberg menerobos batugamping formasi Ainod dan Faumai yang terlipat kuat. Beberapa
intrusi kecil kemudian yang terbentuk seperti penyumbat (plug) tampaknya serupa dengan diorit
grassberg, tapi tidak sama betul dalam komposisi mineral dan ubahannya. Sikuen ubahan
hidrotermal pada kompleks diorit Grasberg, merupakan ciri khas untuk endapan tembaga yang
kaya dengan emas, yaitu silisifikasi, potasik, propilitik, dan deuterik. Mineral sulfida termasuk
pirit, kalkopirit, bornit, digenit, dan kovelit. Kalkopirit terdapat terutama sebagai isian retakan
dan urat yang kadang-kadang hampir murni dalam stockwork kwarsa. Ditempat yang lebih
dalam digenit dan kovelit terdapat sebagai ubahan bagian tepi disekeliling kalkopirit.
Berdasarkan hasil perhitungan cadangannya berjumlah 485 juta ton dengan kadar rata-rata 1,59%
tembaga 1,78% gram/ton emas, dan 4,49 gram/ton perak.

http://pertambanganpapua.web.id/main/?latar-belakang/daerah-tambang.html

Block caving atau runtuhan blok adalah metoda penambangan dengan memotong besarnya area
luas penampang bagian bawah dari blok bijih untuk meruntuhkan bijih di atas level undercut.
Dengan metode ini akan terbentuk gua-gua ambrukan (cave) yang nantinya akan terjadi
perambatan ambrukan (cave propagation) pada bijih akibat tekanan dari atas yang mempunyai
beban dari bijih itu sendiri, dan sifat batuan yang berada di daerah cave yang mudah ambruk
karena adanya gaya gravitasi.
Metoda ini diterapkan terutama pada blok badan bijih yang besar dan massa batuan
dengan ukuran tinggi dengan tingkat produksi yang tinggi pula. Bidang pada massa batuan
dengan ukuran yang telah ditentukan diledakkan pada tahap undercutting, sehingga massa batuan
yang terdapat di atasnya akan runtuh. Penarikan bijih hasil runtuhan pada bagian bawah kolom
bijih menyebabkan proses runtuhan akan berlanjut ke atas sampai semua bijih di atas level
undercut runtuh dan ditarik (mucking) pada drawpoint untuk proses selanjutnya.

Block caving dapat di terapkan pada cadangan bijih yang tebal (>30 m). Keberhasilan
operasi penambangan block caving sangat dipengaruhi oleh karakteristik bijih, yang diantaranya
adalah pola retakan yang sesuai. Harus tersedia bidang horizontal yang cukup untuk
berkembangnya undercut sehingga dimulai proses runtuhan.

Penerapan atau konsep metoda block caving memperhatikan beberapa hal, terutama
keadaan bijih yang sesuai (Hartman Howard L, 1987, Introductory Mining Engineering, John
Wiley & Sons, Singapore), yaitu :

1. Kekuatan bijih lemah sampai medium (25 100 MPa), dengan batas bijih dan batuan jelas.

2. Kekuatan bijih lemah sampai kuat (25 250 MPa), diutamakan massa bijih rapuh yang
mempunyai retakan atau kekar sehingga dapat runtuh dengan sendirinya.

3. Untuk urat yang lebar dan lapisan yang tebal, cebakan massive yang homogen yang terletak
dibawah overburden bersifat segera runtuh.

4. Penunjaman sudut cadangan (deposit dip) curam (>600) atau vertikal, datar jika sangat tebal.

5. Bentuk cadangan badan bijih yang akan di tambang mempunyai area horizontal yang sangat
luas dengan ukuran tebal bijih lebih dari 30 m (100 ft).

6. Kadar bijih rendah dan seragam

7. Kadar bijih seragam dan pemilihan kadar tidak dapat dilakukan. Bijih harus disangga pada
saat development tetapi akan segera hancur ketika peronggaan telah di mulai.
8. Kedalaman sedang (lebih dari 2000 ft dan kurang dari 4000 ft atau lebih dari 600 m dan
kurang 1200 m), kedalaman harus cukup untuk menimbulkan tekanan dari overburden
dimana melebihi kekuatan batuan.

Undercutting dilakukan pada rangkaian jalur paralel di level undercut dimana


serangkaian pemboran dilakukan. Jika lubang bor diisi bahan peledak dan diledakkan, maka bijih
akan hancur dan runtuh. Batuan yang telah diledakkan diambil melalui drawpoint dan
menyebabkan bijih pada kolom bijih di atasnya mulai jatuh karena gaya gravitasi. Pengambilan
bijih secara bertahap menurunkan keseluruhan bijih yang terdapat pada kolom bijih.

Area dan volume dari bijih yang dipindahkan pada bagian bawah blok pada saat
undercutting harus seluas mungkin untuk memulai terjadinya peronggaan masa batuan diatasnya,
dan akan terus berlangsung dengan sendirinya. Penarikan bijih hancur pada bagian bawah blok
memberikan tempat untuk bijih hancur terkumpul dan menyebabkan proses peronggaan berlanjut
ke atas sampai semua bijih pada blok batuan runtuh dan ditarik.

Bijih yang telah ditarik selanjutnya akan dicurahkan melalui grizzly ke level truck haulage yang
berada tepat di bawah level ekstraksi. Selanjutnya bijih akan diangkut dengan truck untuk di
hancurkan menjadi fragmentasi yang lebih kecil di crusher. Hasil crushing kemudian di
transportasikan menggunakan ban berjalan (belt conveyor) menuju ke stockpile dan selanjutnya
dilakukan concentrating di pabrik pengolahan hingga di dapatkan konsentrat mineral yang
diinginkan.
(di adaptasi dari Star -afandi.com)

http://nurmansyah-putra.blogspot.com/2008/12/block-caving-atau-runtuhan-blok-adalah.html

Anda mungkin juga menyukai