Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI

TENTANG :

“BATU GAMPING”

Disusun Oleh :

Kelompok 1 (Satu)

1. AGUS SUDARMAN LASE (7100190213)

2. AJI BAYU GUNADHARMA (7100190208)

3. SARTIKA (7100190025)

Dosen Pembimbing :

Shilvyanora Aprilia Rande

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBNAGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

ISTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahannya hikmat dan karunianya, keselamatan dan kesempatan darinya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Bahan Galian Industri dengan

judul “BATU GAMPING” sesuai dengan waktuk yang telah ditentukan. Dalam

penyelesaian tugas makalah ini, kami mendapat bantuan dari beberapa pihak,

maka sepantasnya kami mengucapkan terimaksih yang se besar-besarnya kepada

semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas berbagai arahan

dan bimbingannya pada proses penyelesaian makalah ini.

Penulis berharap dengan makalah Rekayasa Bahan Galian Industri ini

dapat memberi banyak mamfaat bagi para pembaca umumnya dan penuslis

khususnya. Makalah ini masis sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan

makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II 3
GENESA DAN PENYEBARAN BATU GAMPING DI INDONESIA ............................ 3
2.1 Ganesa Pembentukan Batu Gamping ................................................................. 3
2.1 Persebaran Batu Gamping Di Indonesia ............................................................. 5
BAB III 8
Eksplorasi dan Eksploitasi Batu Gamping .......................................................................... 8
3.1 Explorasi .............................................................................................................. 8
3.2 Eksploitasi ........................................................................................................... 9
BAB VI 14
PENGOLAHAN DAN PEMAMFATAN BATU GAMPING ......................................... 14
4.1 Pengolahan Batu Gamping................................................................................ 14
4.2 Pemanfaatan ..................................................................................................... 15
BAB V 17
DAMPAK LINGKUNGAN DAN REKLAMASI............................................................ 17
5.1 Dampak Lingkungan .......................................................................................... 17
5.1 Reklamasi .......................................................................................................... 17
BAB VI 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
6.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 19
6.2 Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Batu Gamping ..........................................................................................3

2.2 Peta Penyebaran Batu Gamping ...............................................................5

3.1 Pemetaan Topografi ..................................................................................8

3.2 Pengeboran ...............................................................................................9

3.3 Pembokaran ............................................................................................10

3.4 Amonium Nitrate dan Molen Pencampue ..............................................10

3.5 Dynamit Detanator..................................................................................11

3.6 Jaw Crusher ............................................................................................14


3.7 Batu Gamping Belum Di Olah ...............................................................14

3.8 Blet conveyoue .......................................................................................14

3.9 Hummer Mill ..........................................................................................14

3.10 Proses penjemuran Batu Gamping..........................................................15

iv
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Penyebaran Batu Gamping ............................................ 6

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan penelitian batu gamping daerah penelitian termasuk kedalam
Formasi Wonosari, formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya,
membentuk bentang alam subzona Wonosari dan topografi karst Subzona Gunung
Sewu. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batu gamping
berlapis dan batu gamping terumbu, dengan memperhatikan hal tersebut penulis
merasa bahwa fasies yang nantinya akan diamati kemungkinan memiliki beragam
fasies dilihat dari keterdapatan litologi batu gamping yang berbeda didasarkan
dari konsep fasies yang akan diamati batu gamping terumbu merupakan batu
gamping dengan kemungkinan keterdapatan fasies boundstone atau grainstone
sedangkan batu gamping berlapis klastik dengan fasies packstone, wackestone
atau mudstone.

Batu gamping kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk


dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu
gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh
pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut. Pada prinsipnya,
definisi batu gamping mengacu pada batuan yang mengandung setidaknya 50%
berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, batu gamping dapat
mengandung beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit,
siderit dan mineral- mineral lainnya. Bahkan batu gamping juga dapat
mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul siderit.
Kandungan kalsium karbonat dari batu gamping memberikan sifat fisik yang
sering digunakan untuk mengidentifikasi batuan ini. Biasanya identifikasi
batugamping dilakukan dengan meneteskan 5% asam klorida (HCl), jika bereaksi
maka dapat dipastikan batuan tersebut adalah batugamping

1
1.2 Tujuan

 Mengetahui genesa pembentukan bahan galian batugamping


 Mengetahui sebaran bahan galian batugamping di Indonesia
 Memahami tentang ekplorasi dan eksploitasi
 Memahami proses pengolahan serta pemanfaatan yang dihasilkan dari
batugamping
 Mengetahui dampak yang ditimbulkan

2
BAB II
GENESA DAN PENYEBARAN BATU GAMPING DI INDONESIA

2.1 Ganesa Pembentukan Batu Gamping


Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,
proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan,
dan faktor- faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru,
mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu
dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian
tersebut.

Hubungan antara genesa endapan mineral (bahan galian) dengan


beberapa ilmu yang ada pada industri mineral. Endapan-endapan mineral yang
muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan primer
(hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder
(supergen).

Gambar 2 1 Batu Gamping

Batu gamping adalah merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sector industy ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri semen, pembuatan karbit, untuk

3
peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri kertas pulp
dan karet, untuk proses pengendapan bijih logam dan indutri gula.
Genesa terjadinya batu gamping terjadi dengan beberapa cara, yaitu :

 Secara Organic
Sebagian besar batu gamping di alam terjadi secara organik, jenis ini
berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera
atau ganggang berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Ciri khas
batugamping jenis ini umumnya kristalin dan sering muncul pola-pola
terumbu dan sisa-sisa cangkang binatang lunak.

 Secara Mekanik
Untuk batu gamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya
tidak jauh berbeda dengan jenis batu gamping yang terjadi secara organic.
Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur
tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh
dari tempat semula. Ciri khas dari batugamping jenis ini adalah adanya
fragmen-fragmen butiran.
 Secara Kimia
Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu gamping yang
terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut
ataupun air tawar. Ciri khas batugamping jenis ini adalah kristalin, bahkan
sering besar-besar seperti pada kalsit.

4
2.1 Persebaran Batu Gamping Di Indonesia

Gambar 2 2 ( Peta Penyebaran Batu Gmping Di Indonesia)

5
No. Provinsi Jumlah (juta Keter
ton) angan
1. D.I Aceh 100,857 Seluruh cadangan batu kapur
ini
2. Sumatera Utara 5,709 terklasifikasi sebagai
cadangan
3. Sumatera Barat 23.273,300 tereka (termasuk hipotesis
dan
4. Riau 6,875 spekulatif), kecuali cadangan
di
5. Sumatera Selatan 48,631 Nusa Tenggara Timur ,
sejumlah
6. Bengkulu 2,730 61,376 juta ton sebagai
cadangan
7. Lampung 2,961 (probable) terunjuk.
8. Jawa Barat 672,820
9. Jawa Tengah & DIY 125,000
10. Jawa Timur 416,600
11. Kalimantan Selatan 1.006,800
12. Kalimantan Tengah 543,000
13. Nusa Tenggara Barat 1.917,386
14. Nusa Tenggara Timur 229,784
15. Sulawesi Utara 66,300
16. Sulawesi Selatan 19,946
17. Irian Jaya 240,000
Total 28.678,500
Tabel 2.1 (Persebaran Batu Gamping Di Indonesia)

Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di
seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia
terdapat di Sumatera Barat. Beberapa daerah lain yang merupakan penghasil
utama batu kapur adalah Jawa Timur. Berbagai wilayah di daerah ini antara lain
Pacitan, Trenggalek, Tulungagug, Ponorogo, ngawi, Bojonegoro, Tuban,

6
Lamongan, Nganjuk, Jember, Bondowoso,Banyuwangi, Bangkalan, Sampang,
pamekasan, Sumenep dan Gresik. Selanjutnya di wilayah Kalimantan, potensi
batuan gamping atau batuan kapur ini yang terbesar adalah di provinsi Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah.

7
BAB III
Eksplorasi dan Eksploitasi Batu Gamping

3.1 Explorasi

Eksplorasi batugamping yang umum dikerjakan adalah untuk menghitung


volume cadangan dan mengetahui kualitas cadangan, sedangkan kegiatan awal
berupa pencarian endapan (prospeksi) umumnya jarang dilakukan, karena
endapan batugamping sudah diketahui keberadaanya dan mudah ditemukan.

Tahapan kegiatan eksplorasi antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Pemetaan topografi, suatu kegiatan eksplorasi yang mempelajari,


mengetahui dan menggambarkan keadaan area yang akan ditambang, agar
kita mengetahui keadaan daerah yang akan kita tambang secara
keseluruhan.

Gambar 3 1 Pemetaan Potografi

b) Pengambilan sampel bongkah, suatu kegiatan eksplorasi yang bertujuan


mengambil contoh dalam bentuk bongkahan menggunakan sumur uji yang
tujuannya untuk mengetahui penyebaran dipermukaan.
c) Pemboran inti, pemboran yang dilakukan untuk mengambil contoh
material yang akan ditambang guna dianalisa kualitasnya.

8
6
Gambar 3 2 Pengeboran

d) Analisa sampel ( sifat fisik, mekanik, kimia ), yang dianalisa ada tiga
yaitu analisa kimia, sifat fisik bantuan dan mekanika bantuan. Kegiatan
eksplorasi yang meneliti kualitas material yang akan ditambang baik sifat
fisik, mekanik dan struktur kimianya.
e) Perhitungan cadangan, menghitung jumlah cadangan yang terdapat pada
daerah tersebut agar dapat mengetahui berapa banyak serta kira-kira
cadangan tersebut dapat ditimbang berapa lama.

3.2 Eksploitasi
Kegiatan pengambilan endapan-endapan berharga (mineral, batubara,
minyak dan gas bumi) yang bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi (lihat juga
penambangan).
a) Pembongkaran (Loosening)
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk melepaskan material dari batuan
asalnya agar material tersebut dapat lepas atu terbongkar sehingga mudah
untuk dilakukan penanganan selanjutnya.Pembongkaran untuk
batugamping yang keras atau keprus yang keras dilakukan dengan
hydraulic rock breaker, sedangkan untuk keprus yang lunak dengan
menggunakan backhoe .

9
Gambar 3 3 Pembokaran
Peledakan pada Tambang Batu Gamping dilakukan hampir setiap hari
untuk memenuhi target produksi yang telah direncanakan. Bila kegiatan
peledakan tidak di lakukan, maka dapat mempengaruhi target produksi, karena
untuk memuat batuan harus diledakkan terlebih dahulu.
Tujuan operasi peledakan adalah untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya agar mendapatkan hasil yang baik dan tidak menimbulkan suatu bahaya
fly rock sebagai efek samping.

Pada pembongkaran batuan dengan metode pemboran dan peledakan


ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu faktor yang sangat
penting, dimana ukuran fragmentasi batuan di harapkan sesuai dengan kebutuhan
pada kegiatan penambangan selanjutnya yaitu pemuatan dan pengangkutan.

Proses kegiatan peledakan berawal dari tahap pencampuran bahan


peledak utama yaitu Amonium Nitrate dengan Fuel Oil (ANFO). Alat yang di
gunakan untuk mencampur bahan peledak trsebut yaitu jenis yang umum di
gunakan sebagai pencampur semen.

Gambar 3 4 Amonium Nitrate & Molen Pencampur

10
Proses pencampuran bahan peledak utama berdasarkan perbandingannya
yaitu AN:FO = 94,5 : 5,5. Berdasarkan perhitungan, jadi kesimpulannya , tiap 1
zak Amonium Nitrat (AN = 25kg),maka fuel oil/ solar yang dibutuhkan adalah 1,8
sampai dengan 2liter solar ( FO = 1,8 – 2 liter ).

selain bahan peledak utama ANFO, juga di butuhkan bahan peledak dan bahan
pembantu lainnya yaitu : Detonator,Dynamite,Plastik (kondom), dan Kabel Induk.

Gambar 3 5 Dynamite, Detanator

Setelah kegiatan pencampuran bahan peledak telah selesai , maka di


persiapkanlah bahan lainnya .waktu peledakan batu gamping di usahakan pada
jam istirahat guna untuk menghindari terjadinya kecelakaan pada pekerja lainnya
yang di akibatkan dari kegiatan peledakan. Maksudnya walaupun eksekusi
peledakan di lakukan pada jam istirahat namun pengisian lubang dan perangkaian
kabel detonator di lakukan pada saat jam kerja.
Urutan waktu peledakan antara lubang-lubang bor dalam satu baris
dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu
dengan lubang bor yang lainnya (pola peledakan) ditentukan berdasarkan urutan
waktu peledakan serta arah lemparan material yang di harapkan.
Berdasarkan urutan waktu peledakan , maka pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut :

 Pola peledakan serentak yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang tembak
 Pola peledakan beruntun yaitu suatu pola yang menerapkanpeledakan dengan
waktu tunda antara baris yang satu dengan yang lainnya

11
b) Pemuatan (Loading)
Pemuatan merupakan kegiatan pemindahan material hasil pembongkaran alat
angkut. Alat muat yang dapat digunakan antara lain backhoe dan wheel
loader. Hasil bongkaran biasanya dikumpulkan terlebih dahulu sebelum
dimuat ke alat angkut.

c) Pengangkutan (Hauling)
Alat angkut yang digunakan berupa dump truck type Hino dutro 130 HD, yang
berfungsi mengangkut material hasil bongkaran ke tempat penimbunan
sementara sebelum dibawa ke pengolahan.

Alat-alat yang digunakan :

 Alat Gali : Excavator dll.


 Alat Muat : Wheel Loader, Truck shover dll.
 Alat Support : Grader, Scrapper, Bull Dozer dll.

12
BAB IV

13
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PEMAMFATAN BATU GAMPING

4.1 Pengolahan Batu Gamping


Pengolahan batu gamping dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran dan
spesifikasi batugamping yang sesuai dengan permintaan pasar. Sebelum masuk
kedalam proses peremukan, terlebih dahulu dilakukan penjemuran. Material yang
berasal dari lokasi penambangan ditumpuk di stock pile, kemudian dirat akan
setelah bagian atas sudah mengering kemudian dilakukan pembalikan, lokasi
stock pile ini diberi atap fiber agar uap air yang naik tidak jatuh lagi ke material.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terutama pada musim
hujan dapat meningkat sampai 88%, karena idealnya kadar air untuk pengolahan
hanya sekitar7-15%. Tujuan dari penjemuran ini adalah untuk mengurangi
kandungan air dalam batugamping agar single tonggle jaw crusher tidak
mengalami kesulitan dalam meremukan bongkahan batugamping.

Gambar 3 6 Batu Gaming Belum Di Gambar 3 7 Jaw Crusher


Olah

Gambar 3 9 Hummer Mill Gambar 3 8 Blet Conveyor


Batugamping yang berukuran bongkah dimasukkan ke

14
dalam jaw crusher untuk proses peremukan awal yang akan menghasilkan produk
berukuran 1mesh. Produk dari jaw crusher masuk ke dalam hammer mill dengan
pengakutan menggunakan belt conveyor. Di dalam hammer mill ini nantinya
batugamping selanjutnya akan diremukan menjadi material yang lebih halus lagi.
Hasil produk dari hammer mill kemudian masuk ke dal am cyclone yang dengan
bantuan blower untuk memisahkan bentuk serbuk atau tepung yang berukuran 800
mesh dan 1.200 mesh sesuai dengan permintaan pasar. Material yang agak kasar
akibat adanya blower akan jatuh ke bawah dalam ukuran ayakan 800 mesh
kemudian didapatkan ukuran -800 mesh dan +800 mesh. Sedangkan yang ukuran
-800 mesh akan ke atas masuk ke siklon yang kedua dengan ukuran ayakan 1.200
mesh dan akan didapatkan ukuran -1.200 mesh dan +1.200 mesh akhirnya akan
masuk ke dalam kantong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Tahap terakhir
adalah packing/pengepakan produk. Produk batu gamping hasil olahan akan
dikemas dengan kemasan karung berukuran 25 kg, 30 kg dan 50kg bahkan ada
yang sampai 1 ton tergantung kebutuhan pasar.

Gambar 3 10 Proses Penjemuran Batu Gamping

4.2 Pemanfaatan
Kapur Tohor adalah kapur aktif yang sering kita temui di pasaran,
digunakan untuk bahan tambahan semen bangunan, disebut kapur aktif karena
sangat reaktif jika terkena air (higroskopis) dan reaksi berlangsung eksotermis.
Proses pembuatan adalah batu kapur (CaCO3) dibakar pada suhu 900 - 1500
o
C.

15
Proses Pengolahan Kapur Tohor :

1. Batuan kapur hasil penambangan dari pegunungan dimasukkan dalam


tungku pembakaran pada suhu 900 - 1500 oC sehingga akan terurai
menjadi kapur tohor (CaO) dan karbon dioksida (CO2). Batu gamping
untuk bahan baku umumnya dipecah dengan ukuran tidak terlalu besar,
supaya mempermudah proses pembakaran selanjutnya.
2. Batuan kapur ditata dari atas sampai memenuhi tungku dan dari bawah
dibakar selama lebih kurang 3 hari dengan suhu 900 -1500 oC. Kapur
hasil pembakaran kemudian disiram dengan air saat kondisi masih panas
sehingga berbentuk serbuk dan jika ingin bongkahan maka cukup
didiamkan saja sesudah selesai pembakaran.

Kapur tohor memiliki banyak fungsi :


- Untuk pupuk dan menetralkan tanah dari ke asaman
- Digunakan dalam proses pembukaan tambak ataupun kolam ikan.
- Pemurni gula
- Pemurni gas
- Dicampur dengan Kokas (batu bara atau minyak) untuk pembuatan
Karbit
- Dicampur dengan Fluorspar dan soda digunakan untuk industri logam
- Penyerap air dalam gas, minyak dan bahan pelarut dll.

16
BAB V
DAMPAK LINGKUNGAN DAN REKLAMASI

5.1 Dampak Lingkungan


Dampak yang ditimbulkan dengan adanya proses galian atau pertambangan
batu gamping adalah dampak positif dan negatif kepada masyarakat dan
lingkungannya. Di satu pihak akan memberikan keuntungan berupa memberikan
lapangan pekerjaan, mempermudah komunikasi dan transportasi serta akhirnya
meningkatkan ekonomi dan sosial masyarakat. Di pihak lain dapat timbul dampak
negatif karena paparan zat-zat yang terjadi pada proses pengolahan batu kapur
tersebut. Apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik akan menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan. Salah satu dampak negatif dari kegiatan
pengolahan batu kapur tersebut adalah menurunnya kualitas lingkungan yang
ditandai adanya pencemaran udara.

Pengolahan batu kapur merupakan salah satu sumber pencemaran udara,


dengan hasil yang ditimbulkan berupa gas seperti debu. Partikel debu batu kapur
ini dapat mengganggu kesehatan bila terhirup manusia, antara lain dapat
mengganggu pernafasan, seperti sesak nafas. Pengolaan untuk debu dan
kebisingan dengan cara ditanami tanaman seperti pohon jati dan pohon akasia.

5.1 Reklamasi
Setelah melakukan proses pertambangan, perusahaan yang melakukan
pertambangan hendaknya melakukan kegiatan reklamasi. Kegiatan reklamasi
bertujuan untuk memperbaiki atau menata kembali lahan yang tergganggu akibat
kegiatan pertambangan, agar dapat berfungsi dan digunakan kembali. Lingkungan
sangatlah penting bagi lingkungan manusia, jika lingkungan mengalami
kerusakan, maka dampak buruk akan terjadi, seperti banjir, pencemaran air dan
tanah, rusaknya ekosistem dan lain lain. Maka dari itu, kegiatan reklamasi

17
merupakan hal penting yang harus dilakukan agar tidak terjadi dampak
lingkungan yang terlalu buruk.
Sebelum melakukan reklamasi, ada beberapa permasalahan yang perlu di
pertimbangkan dalam menetapkan rencana reklamasi, yaitu :
 Penataan kembali lahan bekas tambang .
 Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan
permukan timbunan, pengendalian erosi dan pengolahan air.
 Karakteristik fisik kandungan bahan atau limbah batuan yang
berpengaruh terhadap kegiatan vegetasi.
 Pencengahan dan pengolahan air asam tambang
 Dan lain lain.

18
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
 Batu gamping bahan galian yang banyak terdapat di Indonesia
keterdapatannya menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
 Batukapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia.
 Batugamping tersusun atas mineral kalsit (CaCO3) terbentuk dari
sedimen laut hasil dari sisa-sisa terumbu karang dan cangkang moluska
maupun dari proses kimiawi.
 Proses penambangannya tidaklah susah karena menggunakan metode
tambang terbuka quarry dan dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun
perusahaan.

6.2 Saran
 Lebih banyak melakukan promoskani produk
 Melakukan inovasi dalam reklamasi
 Penerapan K3 pada setiap penambangan

19
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.scribd.com/document/365105058/Makalah-Batu-
Gamping-1
2. http://michaelflgaol.blogspot.com/2016/08/eksploitasi-batu-
kapur.html?m=1
3. https://duniatambang.co.id/Berita/read/1305/Begini-Cara-Tingkatkan-
Produktivitas-Penambangan-Quarry-Limestone

20

Anda mungkin juga menyukai