OLEH
D111 21 1088
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
penyusun dapat menyelesaikan laporan Geologi Fisik dengan judul Pengenalan Batuan
dalam pembuatannya, sehingga laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
segala saran dan kritikan yang membangun sangat di butuhkan agar laporan ini dapat
Penyusun mengucapkan terimakasih, kepada bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT dan
bapak Dr. Sufriadin, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Geologi fisik yang telah
Hassanuddin Makassar serta seluruh pihak yang telah membantu penyusun dalam
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................24
iii
4.1 Stasiun 1..................................................................................................24
BAB V PENUTUP............................................................................................29
5.1 Kesimpulan..............................................................................................29
5.2 Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.2 Kawat……………………………………………………………………….………..……….….20
3.3 Paku………………………………………………………………………………………..….….21
3.4 Kaca……………………………………………………………………………..……….……....21
3.6 Magnet…………………………………………………………………………..…………….…22
3.8 Penggaris………………………………………………………………….…………..………..23
3.10 Pulpen……………………………………..…………………………………………………...24
3.11 Pensil………………………………..…………………….…………………………..……….24
4.1 Peridotit…………………………………………………………………………………………..27
4.2 Dasit……………………………………………………………………………………………….28
4.3 Granit………………………………………………….…………………………..……………..29
4.4 Peridotit………………………………………………….….…………………………………..30
4.6 Peridotit……………………………………..….………………………………………………..32
4.7 Dasit……………………………………..…………….……….…………………………………33
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-
dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Batu atau batuan
yang anda lihat dimanapun itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak
yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama dari
Bumi kita ini. Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas
sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Ilmu ini mempelajari dari benda-
benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
sedimen, dan batuan malihan atau metamorf. Batuan beku dianggap sebagai nenek
moyang dari batuan lainnya. Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin:
ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
vii
(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang
Deskripsi atau pengenalan batuan beku dapat didasarkan pada berbagai sifat
dari batuan itu sendiri, antara lain sifat fisika dan bentuk kristal serta sifat optik. Oleh
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 september 2021 pukul
viii
fisik dilakukan dengan melakukan deskripsi batuan beku terhadap sampel yang telah di
BAB II
Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari
batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah
apakah magma muncul di permukaan bumi sebelum mengkristal atau tidak. Batuan
intrusif dikategorikan sebagai plutonik jika terbentuk jauh di dalam kerak dan
hypabyssal jika terbentuk pada kedalaman dangkal. Batuan intrusif plutonik dicirikan
dengan kristal besar dan umumnya secara geografis membentuk tubuh yang besar.
Misalnya Batholith yaitu batuan beku dengan tubuh yang besar dengan permukaan
sekitar 40 mil persegi (100 km persegi) dan ketebalan sekitar 6-9 mil (10-15 km).
Batholith membentuk inti pegunungan yang besar, seperti Rockies dan Sierra Nevada
di Amerika Utara. Granit, Diorite, Peridotit, Syenite, Gabbro semuanya batuan beku
plutonik. Batuan beku ekstrusif juga dikenal sebagai batuan vulkanik. Jenis batuan
ix
utama dalam kategori ini termasuk Basalt, Obsidian, Rhyolite, Trachyte, dan Andesit.
Semua batuan tersebut biasanya terbentuk dari lava-magma yang telah mengalir baik
ke darat atau ke bawah air. Batuan ekstrusif lainnya, seperti Apung, terbentuk dalam
letusan vulkanik eksplosif. Basalt adalah batuan ekstrusif yang paling umum,
membentuk laniat sebagian besar lautan dan daratan tinggi yang luas di darat
(Bonewitz, 2012).
Batuan beku terbentuk dari hasil kristalisasi atau pembentukan magma dan
yang keluar sampai di permukaan bumi melalui letusan gunung api yang disebut
dengan batuan vulkanik atau ekstrusi. Magma yang mencapai berarti basaltik
menyangga atau menopang kedua lempeng kerak tersebut. Daerah andesit merupakan
Pada proses daur batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari
proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut
magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir,
yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya,
terbentuk pada kedalaman berkisar 200 kilometer dibawah permukaan bumi, terdiri
2012).
Melalui daur batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi yang bekerja dan
mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur batuan ini merupakan
landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh James Hutton. Dalam daur
batauan tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan
x
pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh
proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan Bumi
berapi.
Pada proses daur batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari
proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut
magma. Magma merupakan asal mula dari terbentuknya semua batuan dan mineral.
Suhu magma dibagian teratas antara 700℃ sampai 1200℃ . Hal ini bisa diketahui bila
terjadi letusan gunung berapi yang mengeluarkan lava yang berasal dari dalam
litosfera. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfer,
yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya,
terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi,
Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan
xi
berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfer hingga akhirnya
Magma dalam kerak bumi dapat terbentuk sebagai akibat perbenturan anatara
dua lempeng litosfer, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam
dan menyusup kedalam astenosfer. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung
antara kedua lempeng litosfer tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan
Samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfer. Sumber magma
yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang
bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang
bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfer. Magma
seperti itu didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan
dengan pemisahan litosfer. Apabila magma keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan
mengalir diatas permukaan bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam
ketika masih berada didalam litosfer dan membentuk dapur-dapur magma sebelum
mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat,
menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses
pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat
yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang
Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi,
dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok
mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh
xii
felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan
Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat
kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur
yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-
didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang
hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.
ditunjukkan dalam deret reaksi bowen. Pada penurunan temperatur magma maka
mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian
dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (deret tidak kontinu). Pada deret
dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa ( Quartz).
Proses pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai
asam dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan
temperatur magma, maka mineralmineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya
adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-
mineral tersebut adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa. Dengan
xiii
larutan magma akan semakin bersifat basa hingga intermediate dan pada kondisi ini
akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan Plagioklas yang intermediate
sekarang konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai
Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen) (Noor,
2012).
naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang
tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya
lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan
sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh
adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat
intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa)
mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. Sebagai contoh suatu magma basa
yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi
magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini
maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan
batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya
xiv
kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang
mineral, biasanya dia tidak dalam keadaan homogen dan tidak pula mempunyai
susunan kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan terbentuk di alam. Untuk
mengetahui proses-proses yang terjadi suatu batuan terlebih dahulu kita melakukan
pendiskripsian batuan yaitu jenis batuan, warna batuan, tekstur batuan, struktur, serta
dibagi atas 3 yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf. Batuan beku adalah batuan
yang terbentuk melalui hasil pembekuan magma atau kristalisasi magma yang
dipengaruhi oleh suhu. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan
utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung,
1. Berdasarkan Genetik
b. Beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api.
xv
dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah
Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batu
apung.
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 65%. Contohnya
Granit, Riolit.
Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa
xvi
dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran
a. Batuan dalam
b. Batuan gang
c. Batuan gang
d. Batuan lelehan
Struktur batuan menunjukkan ciri batuan dalam skala yang besar, antara lain
menyangkut kekar, gambaran aliran, blok-blok dan lain-lain. Sedangkan tekstur batuan
menggambarkan hubungan antara mineral atau antar mineral dan kaca dalam batuan
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-
mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas
yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur batuan ditentukan oleh
kristalinitas, granularitas, bentuk kristal dan hubungan antar kristal. Tekstur pada
batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu kristalinitas,
granularitas, bentuk kristal dan hubungan antar kristal. Kristalinitas adalah derajat
kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut (Zuhdi,
2019).
xvii
Kristalinitas digunakan untuk menunjukkan berapa banyak kristal yang
berbentuk dan yang tidak berbentuk, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
maka bentuk kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka
bentuk kristalnya halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat
sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Granularitas didefinisikan sebagai besar butir
(ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran
ukuran kristal yang dapat dibedakan satu sama lain dengan mata telanjang (Zuhdi,
2019).
Sedang (medium) 1 – 5 mm
Kasar (coarse) 5 – 30 mm
ukuran kristal yang tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang sehingga diperlukan
bantuan lensa pembesar. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal,
mikrokristalin, kriptokristalin dan amorf. Visibilitas ukuran kristal ditunjukkan oleh tabel
xviii
Tak dapat dibedakkan <0,002 mm
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu Ekuigranular dan Inekuigranular (Zuhdi,
2019).
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas (Zuhdi, 2019).
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di
penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran
mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur
dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak
yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
xix
relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan
(Noor, 2012):
1. Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus.
3. Bentuk kristal
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral
xx
c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal
yang terarah, letak mineral dan letak pengotoran yang terarah. Menurut Russel B
Travis (dalam Soetoto, 1981) ada beberapa struktur batuan beku, yakni (Kusmiyarti,
2016):
1. Vesikuler, yaitu batuan beku yang mempunyai lubang-lubang sejajar satu sama
terarah/tidak teratur.
4. Flow, yaitu batuan beku yang memiliki kenampakann mineral sejajar satu sama
lain.
beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan
pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah
xxi
2.4.1 Struktur Batuan Beku Ekstusif
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki
berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolite. Struktur aliran, yaitu struktur yang
xxii
Gambar 2.2 Bagan Struktur Batuan Beku Intrusif (Noor, 2012).
Batuan beku intrunsif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan disekitarnya.
meter.
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
2. Diskordan
xxiii
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil.
Tidak semua batuan dapat menjadi bahan galian tambang yang mempunyai
nilai ekonomi. Hal ini sangat tergantung kepada sifat, komposisi mineral, kekuatan
fisik, daya tahan, cara penggaliannya, pengolahan dan transportasinya. Sebagai bahan
bangunan, batuan pada umumnya digunakan sebagai bahan mentah, tetapi ada juga
yang perlu diproses lebih lanjut. Karena tiap jenis batuan mempunyai sifat dan
komposisi mineral tertentu, maka tidak semua jenis batuan dapat digunakan untuk
semua jenis pekerjaan sehingga dengan demikian tiap jenis batuan mempunyai
kegunaan sendiri tergantung dari sifat tiap batuan tersebut misalnya (Kurdiawan,
2018):
1. Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk
2. Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam baik untuk digunakan di daerah
industri.
3. Batuan yang berat, keras dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai untuk
digunakan sebagai fondasi bangunan, pengeras jalan dan juga bahan lantai.
xxiv
4. Batuan yang mempunyai warna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk
5. Batuan yang lunak dan ringan dapat digunakan untuk membuat patung.
6. Batuan yang umumnya mempunyai berat jenis sekitar 2.6 baik untuk
7. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa batuan yang paling baik
untuk pengeras jalan raya adalah batuan yang mempunyai sifat-sifat berikut:
sebanding (homogen)
xxv
BAB III
METODOLOGI
Alat adalah sebuah istilah untuk menyebut benda-benda yang digunakan untuk
mengerjakan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Bahan adalah zat atau benda yang
xxvi
c) Paku, Berfungsi Sebagai alat uji kekerasan batuan beku
xxvii
2. Lup geologi,
berfungsi
untuk m engamati
benda- benda
kecil sehi ngga
tampak menjadi
jelas yang tidak dapat dilihat secara langsung. Lup adalah sebutan lain dari
kaca pembesar.
Lup digunakan di
laboratorium
untuk melihat
komposisi
ukurannya
sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat dengan mata. Di laboratorium kita
akan melihat berbagai jenis batuan dengan ukuran mineral yang berbeda-
beda.
xxviii
3. Magnet, Berfungsi untuk menguji sifat kemagnetan batuan beku
xxix
Gambar 3.8 Penggaris
7. Alat tulis
c) Pensil warna, berfungsi sebagai alat tulis ketika mendeskripsikan batuan beku
xxxi
8. Lembar deskripsi mineral, berfungsi untuk mencatat deskripsi sampel batuan
beku.
xxxii
3.2 Tahapan Praktikum
dibawa.
2. Terlebih dahulu, dijelaskan definisi dari mineral dan sifat – sifat fisiknya serta
batuan beku.
yang telah disediakan serta dibatasi dengan waktu yang telah ditentukan.
xxxiii
BAB IV
PEMBAHASAN
Peridotit memiliki ciri fisik pertama berupa warna segar yaitu warna hitam dan
warna lapuk putih kekuningan. Selain itu, batuan dibawah juga memiliki kenampakan
yang tersingkap yang dikenal dengan tekstur batuan beku yang terdiri atas kristalinitas
dengan struktur Masif. Komposisinya terdiri atas dua mineral, yaitu olivine dan
pyroxene. Peridotit adalah batuan beku ultra basa Plutonik, yang terjadi dari hasil
pembekuan magma berkomposisi ultra basa pada kedalaman tertentu dari permukaan
bumi.
xxxiv
4.2 Stasiun 2 (Dasit)
Dasit memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk putih kecoklatan. Memiliki
kristal subhedral dan relasi inequigranular. Batuan ini masuk pada kategori batuan
Granit adalah salah satu contoh batuan beku. Granit memiliki warna segar abu-
abu terang dan warga lapuk kuning. Granit memiliki ciri-ciri tekstur berupa kristalinitas
Granit dikategorikan dalam jenis batuan felsic. Terdiri dari 2 komposisi mineral yaitu
kuarsa dan biotite. Granit memiliki genesis yang terjadi dari hasil pemekuan magma
xxxv
Gambar 4.3 Granit
pada stasiun tersebut saya mendeskripsi batuan yang bernama Peridotit. Peridotit
tersebut memiliki ciri fisik berupa warna segar warna dan warna lapuk. Adapun warna
segar dan warna lapuk yaitu warna hitam dan putih kehijauan. Setelah mendeskripsi
porforitik, bentuk kristal anhedral, dan relasi equigranular. Peridotit masuk pada
genesis yaitu batuan ultrabasa plutonik yang terjadi dari hasil pembekuan magma
xxxvi
Gambar 4.4 Peridotit
Batuan ini bernama Basalt Porphyritic memiliki ciri fisik pertama berupa warna
segar yaitu warna hitam dan warna lapuk hijau. Batuan ini digolongkan pada kategori
teralterasi. Selain itu, batuan diatas juga memiliki kenampakan atau tektur batuan
beku yang terdiri atas kristalinitas holokristalin, granularitas porforitik, bentuk kristal
euhedral dan relasi equigranular. Memiliki struktur masif yaitu batuan tidak
menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya, dan terdiri
dari mineral olivine, piroksin, plagioklas, dan masa dasar. Batuan ini terbentuk akibat
proses dari pembekuan magma yang berlangsung secara cepat sehingga bentuk kristal
xxxvii
Gambar 4.5 Basalt Porphyritic
berupa kristalinitas holokristalin yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun
oleh Kristal, granularitas porforitik yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun
oleh Kristal, bentuk kristal anhedral yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna dan relasi
ekuigranular yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama. Batuan ini memiliki
warna segar hitam dan warna lapuk putih kehijauan. Batuan ini masuk pada kategori
yaitu batuan ultrabasa plutonik yang terjadi dari hasil pembekuan magma
xxxviii
Gambar 4.6 Peridotit
Dasit memiliki ciri fisik berupa warna segar warna abu-abu coklat dan warna
lapuk cokelat. Batuan diatas memiliki tekstur kristalinitas holokristalin yaitu batuan
beku yang hampir seluruhnya disusun oleh Kristal, granularitas phaneritic yaitu batuan
beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar,
bentuk kristal subhedra yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna . Memiliki relasi
inequigranular. Dasit masuk pada golongan batuan intermediate. Dasit termasuk dalam
batuan beku vulkanik. Komposisi mineral pada dasit umumnya adalah komposisi
di lempeng samudera yang relatif muda yang menunjam di bawah lempeng benua.
xxxix
Gambar 4.7 Dasit
xl
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah
batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma merupakan asal mula dari
terbentuknya semua batuan dan mineral. Hal ini bisa diketahui bila terjadi
letusan gunung berapi yang mengeluarkan lava yang berasal dari dalam
litosfera.
3. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu
4. Struktur batuan menunjukkan ciri batuan dalam skala yang besar, antara lain
batuan menggambarkan hubungan antara mineral atau antar mineral dan kaca
5. Tiap jenis batuan mempunyai sifat dan komposisi mineral tertentu, maka tidak
semua jenis batuan dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan sehingga
xli
dengan demikian tiap jenis batuan mempunyai kegunaan sendiri tergantung dari
6. Ada beberapa macam sampel batuan beku yang digunakan dalam praktikum
5.2 Saran
sebelum praktikum agar praktikan dapat menyelesaikan secara maksimal dan tidak
terburu-buru.
xlii
DAFTAR PUSTAKA
Kurdiawan, U., 2018. Rinjani, dari evolusi hingga geopark. 1 ed. Bandung: museum
geologi.
Kusmiyarti, T. B., 2016. Buku Ajar Argogeologi Dan Lingkungan. Denpasar: Universitas
Udayana.
Nesse, W., 2000. Introduction to Mineralogy. New York: Oxford University Press.
Noor, D., 2012. Pengantar Geologi. 2 ed. Bogor: Pakuan University Press.
Zuhdi, M., 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.
xliii
LAMPIRAN
xliv