Disusun oleh:
ANDRE DANI SETIAWAN
18/428748/TK/47250
Dosen Pembimbing:
I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D.
YOGYAKARTA
NOVEMBER
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal kerja praktik tipe
skripsi. Proposal ini disusun sebagai salah satu tahapan penyusunan skripsi untuk
menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada
1. Pak I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D. selaku calon dosen
pembimbing utama
2. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama atas kesediaan mempertimbangkan
proposal pengajuan tugas akhir,
3. Keluarga atas dukungan baik secara moral maupun material,
4. Keluarga Alumni Teknik Geologi Gadjah Mada (Kageogama), atas bantuan
dan kesempatan yang telah diberikan untuk mahasiswa dapat kerja praktik di
perusahaan,
5. Teman-teman mahasiswa angkatan 2018 Teknik Geologi UGM, senior, dan
pihak lain yang telah memberi dukungan.
Akhir kata, penulis berharap agar proposal kerja praktik tipe skripsi ini dapat
dipertimbangkan oleh pihak PT. Bukit Makmur Mandiri Utama.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...................................................................................................4
1
IV.2.2. Bahan .................................................................................................29
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Analisis kinematik tipe keruntuhan bidang (Wyllie dan Mah, 2004)
............................................................................................................................... 10
Gambar 2. 2 Analisis kinematik tipe keruntuhan baji (Wyllie dan Mah, 2004).. 10
Gambar 2. 3 Analisis kinematik tipe keruntuhan guling (Wyllie dan Mah, 2004)
............................................................................................................................... 11
Gambar 2. 4 Analisis kinematik tipe keruntuhan busur (Wyllie dan Mah, 2004)11
Gambar 2. 6 Perhitungan nilai RQD sampel batuan inti (Hoek, 1999) ................15
Gambar 2. 7 Grafik hubungan antara tegangan geser, kohesi dan tegangan normal
(Wyllie dkk., 2004) ................................................................................................20
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 8 Estimasi nilai mb/mi dan a berdasarkan struktur batuan dan kondisi
permukaan (Read dan Stacy, 2009) .......................................................................23
Tabel 2. 9 Nilai konstanta mi batuan utuh (Hoeck-Brown, 1992 dalam Read dan
Stacy, 2009)............................................................................................................23
Tabel 2. 10 Tabel nilai faktor ketergangguan (D) dinding lereng (Hoek dkk., 2002)
............................................................................................................................... 24
Tabel 2. 11 Kuantifikasi GSI yang dipengaruhi oleh RQD dan Jcond89 (Hoek dkk.,
2013 digambar ulang oleh Read dan Stacy, 2009) .................................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
kerusakan akses angkut utama, alat, hingga korban jiwa yang mana berdampak pada
keekonomian tambang (Hoek dan Bray, 1977). Desain lereng di sistem tambang
terbuka merupakan salah satu tantangan utama dalam setiap perancangan dan
personel dan peralatan serta risiko ekonomi yang berhubungan dengan cadangan
(Read dan Stacey, 2009). Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menilai
keamanan desain buatan manusia maupun lereng dalam kondisi alami (Salunkhe
dkk., 2017).
miring, seperti dinding lubang terbuka atau potongan, terhadap keruntuhan dari
geser (Kliche, 2018). Kestabilan lereng batuan sangat ditentukan oleh kekuatan
geser sepanjang retakan dan antarmuka antara blok batuan/wedge yang tidak stabil
dan batuan utuh, serta interaksi geometrik pola retakan dan perlapisan massa batuan
slope mass rating (SMR). SMR merupakan metode yang dikembangkan oleh
Romana (1985) berdasarkan pada sistem RMR oleh Biewniawski (1973) untuk
mengevaluasi kestabilan dari lereng batuan. Pada sistem ini dapat digunakan
5
sebagai penilaian awal untuk membedakan kestabilan lereng batuan menjadi zona-
zona serupa (Sarkar dkk., 2012). SMR dihitung dari RMRbasic (basic rock mass
rating) dan dari karakteristik fitur discontinuities (Azarafza dkk., 2017). Metode
SMR paling cocok digunakan pada lereng batuan yang mengalami mekanisme
Maksud dari penelitian ini adalah melakukan analisis kestabilan lereng tambang
6
1. Mengetahui tingkat kestabilan lereng di daerah penelitian berdasarkan
Tema kerja praktik dan tugas akhir ditentukan berdasarkan persetujuan dan
kesepakatan dengan pihak perusahaan dengan mengacu pada usulan tema yang
diajukan oleh pihak mahasiswa. Tema utama yang penulis ajukan kepada
Metode Slope Mass Rating (SMR)”. Penulis juga dapat menyetujui tema lain yang
7
BAB II
LANDASAN TEORI
posisi yang lebih tinggi dibandingkan ujung lainnya. Lereng dapat terbentuk secara
alami maupun buatan manusia. Keruntuhan massa batuan yang berada di lereng
massa menuruni lereng dan menyebar di ujung lereng (Salunkhe dkk., 2017).
pelapukan, adanya perubahan lereng batuan akibat aktivitas tambang serta adanya
imbuhan air melalui rekahan (Pusch, 1995). Menurut Wyllie dan Mah (2004),
merujuk kepada rekahan yang terbentuk secara alami, seperti bidang perlapisan,
bergerak. Stabilitas batuan dinyatakan dengan nilai faktor keamanan (FK), yaitu
rasio antara gaya penahan gerakan dan gaya penggerak berupa gravitasi dan tekanan
air. Dalam desain kelerengan tambang terbuka, faktor keamanan menjadi salah satu
informasi penting yang perlu diperhatikan untuk menilai keamanan desain buatan
8
Menurut Wyllie dan Mah (2004), ketidakstabilan lereng dapat terjadi apabila
gaya penggerak lebih besar dibandingkan gaya penahan. Secara teoritis, lereng
dianggap stabil apabila memiliki nilai FK ≥ 1. Untuk tambang terbuka, nilai faktor
keselamatan yang umum digunakan berada di rentang 1.2-1.4 yang dapat dihitung
buatan manusia, salah satunya adalah desain lereng tambang terbuka. Keruntuhan
dan materi sehingga analisis kestabilan lereng menjadi sangat penting untuk
Stacy (2009), dapat dibagi menjadi beberapa tipe analisis, yaitu analisis kinematik,
1. Analisis Kinematik
lereng berdasarkan orientasi strike (jurus) dan dip (kemiringan) bidang perlapisan
a. Keruntuhan Bidang
Menurut Wyllie dan Mah (2004), tipe keruntuhan ini disebabkan oleh bidang
dengan jurus suatu lereng (Gambar 2.1). Pada kondisi ini, besar kemiringan
9
bidang ketidakmenerusan juga berpengaruh terhadap kestabilan lereng, besar
Gambar 2. 1 Analisis kinematik tipe keruntuhan bidang (Wyllie dan Mah, 2004)
b. Keruntuhan Baji
Menurut Wyllie dan Mah (2004), tipe keruntuhan ini disebabkan oleh adanya
stabil) suatu lereng. Tipe keruntuhan baji diilustrasikan di dalam gambar 2.2.
Gambar 2. 2 Analisis kinematik tipe keruntuhan baji (Wyllie dan Mah, 2004)
c. Keruntuhan Guling
Menurut Wyllie dan Mah (2004), tipe keruntuhan ini disebabkan oleh
maupun struktur geologi dan kekar yang memiliki kemiringan yang curam
(Gambar 2.3). Tipe keruntuhan ini memiliki arah jurus yang sejajar dengan
jurus lereng.
10
Gambar 2. 3 Analisis kinematik tipe keruntuhan guling (Wyllie dan Mah, 2004)
d. Keruntuhan Busur
Menurut Wyllie dan Mah (2004), tipe keruntuhan ini terjadi pada batuan
Longsoran tipe ini dapat terjadi di mana saja di bagian yang paling tidak
Gambar 2. 4 Analisis kinematik tipe keruntuhan busur (Wyllie dan Mah, 2004)
stabil di suatu lereng beserta tipe keruntuhannya. Selama masa studi kelayakan
tambang terbuka, informasi struktur yang diperoleh dari pemetaan geologi dapat
11
memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar desain lereng
keseluruhan di suatu lereng yang dipengaruhi oleh massa batuan. Salah satu
menggunakan data-data seperti kekuatan geser batuan, massa batuan dan kondisi
air tanah untuk menentukan faktor keamanan (Read dan Stacy, 2009).
Gambar 2. 5 Gaya-gaya yang mengontrol kesetabilan lereng (Wyllie dan Mah, 2004)
memiliki banyak sifat dan variasi. Dalam bidang pertambangan maupun teknik
sipil, ahli geologi dihadapkan oleh kumpulan blok batuan yang dipisahkan oleh
berbagai bidang ketidakmenerusan yang disebut sebagai massa batuan. Hal ini
menyebabkan massa batuan dan intact rock (batuan utuh) perlu dipertimbangkan
12
II.3.1. Rock Mass Rating (RMR)
adalah Rock Mass Rating (RMR). Klasifikasi ini dikembangkan oleh Bienawski
(1989). Terdapat beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini, yaitu
rekahan, kondisi rekahan, orientasi bidang ketidakmenerusan dan kondisi air tanah.
menggunakan sampel batuan inti (Aliyu dkk., 2017). Batuan inti selanjutnya akan
diuji kuat tekannya menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan dari
satu arah.
Salah satu metode untuk menghitung nilai UCS adalah point load. Metode ini
pernah diuji oleh Bieniawski (1975) untuk menghitung nilai UCS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh dari UCS dapat dipercaya
untuk digunakan. Kemudian metode ini disarankan oleh ISRM (1985) sebagai
salah satu metode menghitung parameter UCS. Wyllie & Mah (2004)
dari batuan kuat sekali untuk nilai UCS lebih besar dari 250 Mpa, sampai batuan
sangat lemah dengan nilai UCS kurang dari satu Mpa (Tabel 2.1).
13
Tabel 2. 1 Klasifikasi kekuatan intact rock (Bieniawski, 1989)
RQD pertama kali dikembangkan oleh Deere dkk. (1967) untuk mengestimasi
kualitas massa batuan secara kuantitatif dari data log batuan inti (core). RQD
didefinisikan sebagai persentase bagian sampel inti yang memiliki Panjang lebih
dari 100 mm secara keseluruhan. Sampel inti harus memiliki diameter 54,7 mm
dan dibor dengan double-tube core (Hoek, 1999). Perolehan nilai RQD
panjang 100 mm atau lebih dari 100 mm yang dijumlahkan kemudian dibagi
panjang total pengeboran sampel inti atau total drill core (Gambar 2.6).
14
Perhitungan RQD dimaksudkan untuk mengetahui kualitas massa batuan secara
in situ sehingga perlu diperhatikan bahwa rekahan tidak dihasilkan akibat proses
3. Spasi Rekahan
bidang ketidakmenerusan dalam massa batuan yang tegak lurus dengan bidang
2.3.
15
Tabel 2. 3 Klasifikasi spasi diskontinuitas (Bieniawski, 1989)
4. Kondisi Rekahan
berikut:
a. Persistence (Kemenerusan)
2.4).
b. Aperture (Separasi)
tersebut
c. Roughness (Kekasaran)
16
d. Infilling (Pengisi)
Dalam tubuh batuan, terdapat aperture yang telah terisi oleh material
tersebut. Sifat dari material pengisi tersebut adalah keras, lunak, basah,
atau kering. Akan tetapi, aperture tidak selalu terisi penuh oleh material
pengisi.
e. Weathering (Pelapukan)
ketidakmenerusan.
17
f. Kondisi Air Tanah
aliran air tanah per menit dalam panjang terowongan 10m. Kondisi umum
dari air tanah ini dijelaskan dalam keadaan kering, lembab, basah, terdapat
Keadaan umum Rasio tekanan pori dengan Aliran per-10m panjang Bobot
tegangan utama maksimum terowongan (L/mm)
Kering 0 Tidak ada 15
Lembab 0-0.1 <10 10
Basah 0.1-0.2 10-25 7
Menetes 0.2-0.5 25-125 4
Mengalir >0.5 >125 0
Bieniawski yang telah banyak diaplikasikan untuk mengetahui massa batuan. Nilai
rekahan dan lereng serta menambahkan faktor yang berhubungan dengan ekskavasi
(Romana, 1979).
18
Tabel 2. 6 Bobot faktor penyesuaian yang berhubungan dengan ekskavasi (Romana, 1993).
F4 +15 +10 +8 0 -8
beberapa faktor sesuai dengan persamaan (1). Kelas stabilitas yang ditunjukkan
dalam tabel 2.7, dapat dibagi menjadi lima kelas dan saling berkaitan dengan tipe
keruntuhannya. Nilai SMR yang rendah (<20) menunjukkan lereng yang sangat
oleh beban luar. Oleh karena itu, kriteria keruntuhan sangat penting ditentukan
19
II.4.1. Kriteria Mohr-Coulumb
lereng yang melibatkan kuat geser massa batuan pada bidang gelincir (Labuz dan
Zang, 2012). Oleh karena itu, nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (𝜑) diperlukan
dalam kriteria keruntuhan dengan cara membuat garis regresi linier dari titik
tegangan normal (σn) dan tegangan geser (τ) hasil dari uji geser di laboratorium.
dapat diketahui dengan melakukan substitusi nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam
𝜏 = 𝑐 + 𝜎. 𝑡𝑎𝑛𝜑 (2)
Sudut gesek dalam ditentukan dari sudut yang dibentuk oleh garis regresi
dengan garis horizontal dan kohesi dari titik perpotongan garis regresi pada garis
Gambar 2. 7 Grafik hubungan antara tegangan geser, kohesi dan tegangan normal (Wyllie dkk.,
2004)
20
Nilai kohesi dan sudut gesek dalam yang digunakan untuk menentukan kriteria
(3)
(4)
(5)
Di mana nilai σ’3 max, merupakan batas atas dari gaya penahan yang merupakan
harus ditentukan untuk setiap kasus. Nilai mb, s dan a merupakan parameter kriteria
Nilai σci merupakan nilai kekuatan batuan utuh (intact rock) dan nilai σ’3max untuk
(6)
massa batuan, dan H merupakan ketinggian dari lereng. Nilai σ’cm didapatkan
(7)
pertama kali dipublikasikan oleh Hoek dan Brown (1980). Kriteria ini dinyatakan
21
Di mana, (σ’1) merupakan tegangan utama batuan ketika mengalami
keruntuhan, σ’3 merupakan tegangan efektif minor saat terjadi keruntuhan, (σc)
merupakan nilai perhitungan kuat tekan UCS batuan utuh, (s) merupakan konstanta
kuat tarik batuan yang memiliki rentang dari 1 untuk batuan utuh (Intact rock)
hingga 0 untuk batuan pecah. Kriteria keruntuhan ini kemudian dimodifikasi pada
tahun 1992 oleh Hoek dkk. (1992) dengan menghilangkan konstanta kuat Tarik
ditentukan melalui substitusi nilai mi menjadi mb/mi seperti yang ditunjukkan dalam
tabel 2.8. Nilai a dapat diketahui secara langsung melalu tabel 2.9 (Read dan Stacy,
2009).
22
Tabel 2. 8 Estimasi nilai mb/mi dan a berdasarkan struktur batuan dan kondisi permukaan (Read
dan Stacy, 2009)
Tabel 2. 9 Nilai konstanta mi batuan utuh (Hoeck-Brown, 1992 dalam Read dan Stacy, 2009)
Kriteria keruntuhan ini kemudian dimodifikasi lagi pada tahun 1992 oleh
Hoek dkk, (1992) yang dikenal dengan genaralised Hoek-Brown. Kriteria ini
23
a, dan s dihitunga dengan GSI (Geological strength index). Penentuan beberapa
parameter menggunakan GSI ini berlaku hingga modifikasi terakhir yang dilakukan
oleh Hoek dkk. (2002) dimana nilai mb, a, dan s dapat ditentukan melalui persamaan
(10)
(11)
(12)
(massa batuan tidak terganggu) dan nilai 1 untuk disturbed (massa batuan
Tabel 2. 10 Tabel nilai faktor ketergangguan (D) dinding lereng (Hoek dkk., 2002)
24
sedikit gangguan terhadap massa batuan
disekitarnya. D=0.5
No Invert
Dimana masalah tindihan (squeezing)
mengakibatkan secara signifikan lantai
terangkat, gangguan lain bisa lebih parah
kecuali temporary invert, seperti yang
ditunjukkan pada gambar disamping.
bidang teknik yang terkait dengan sifat massa batuan yang dibutuhkan dalam
analisis numerik, salah satunya adalah analisis desain lereng (Marinos dkk., 2005).
25
Tabel 2. 11 Kuantifikasi GSI yang dipengaruhi oleh RQD dan Jcond89 (Hoek dkk., 2013
digambar ulang oleh Read dan Stacy, 2009).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
data, tahap analisis data, tahap rekomendasi dan tahap pembuatan laporan ujian
1. Tahap pendahuluan
pada saat melakukan pemodelan. Tahapan persiapan ini meliputi studi pustaka
keruntuhan batuan, klasifikasi massa batuan berdasarkan rock mass rating dan
Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah data geologi. Data geologi
yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis, yaitu data pemboran geoteknik dan
penelitian ini adalah data pemboran sampel inti batuan. Data pemboran geoteknik
27
atau data log sampel inti batuan diperlukan untuk perhitungan SMR. SMR
Parameter RMR yang diperlukan dari data pemboran geoteknik yaitu, nilai UCS,
RQD, spasi rekahan, kondisi rekahan, dan kondisi air tanah. Nilai dari parameter
Tahapan ini melalui metode analisis, yaitu analisis penentuan kestabilan lereng
4. Tahap rekomendasi
dianggap belum mendekati batas minimum atau melebihi nilai keamanan lereng yang
dipersyaratkan.
ujian akhir berupa skripsi. Tahapan pembuatan laporan dan ujian akhir merupakan
28
III.2. Alat dan Bahan
kegiatan penelitan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitan ini adalah
seperti berikut:
III.2.1. Alat
1. Palu geologi
2. Lup
3. Kompas geologi
IV.2.2. Bahan
1) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan skala 1:50.000 meliputi wilayah
penelitian.
3) DEMNAS.
Waktu penelitian dimulai pada Januari 2022 dan diestimasikan berakhir pada
29
Tabel 3. 1 Alur jadwal penelitian
2022 2022
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Studi Pustaka
Analisis Data
Tahap Rekomendasi
30
BAB IV PENUTUP
Demikian Proposal Kerja Praktek untuk Tugas Akhir ini saya buat. Penulis sangat
mengharapkan kesempatan yang dapat diberikan oleh perusahaan. sehingga penulis dapat
memperoleh pengalaman yang nyata sebagai calon geologist yang siap bekerja di industri.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa Peneliti
31
DAFTAR PUSTAKA
Aliyu, M. M., Shang, J., Murphy, W., Lawrence, J. A., Collier, R., Kong, F., &
Azarafza, M., Akgun, H., & Asghari-Kaljahi, E. (2017). Assessment of rock slope
stability by slope mass rating (SMR): A case study for the gas flare site in
https://doi.org/10.12989/GAE.2017.13.4.571
Deere, D.U., Hendron, A.J., Patton, F.D. and Cording, E.J. (1967). Design of
surface and near surface construction in rock. In Failure and breakage of rock,
proc. 8th U.S. symp. rock mech., (ed. C. Fairhurst). New York: Soc. Min.
Hoek, E., & Bray, J, W. (1977). Rock Slope Engineering. The Institution Of Mining
32
Hoek E, & Brown ET (1980) Underground excavations in rock. The Institution of
Hoek E, Wood D, Shah S (1992) A modified Hoek–Brown criterion for jointed rock
Kliche, C. A. (2018). Rock slope stability. Society for Mining, Metallurgy and
Exploration,
Labuz, J. F., & Zang, A. (2012). Mohr–Coulomb failure criterion. In The ISRM
Marinos, V. I. I. I., Marinos, P., & Hoek, E. (2005). The geological strength index:
Qadri, J., Alam, M. M., & Sadique, M. R. (2021). Comparison of Slope Mass
Read, J., dan Stacey, P. (2009). Guidelines for Open Pit Slope Design. CRC Press.
the Role of Rock Mechanics in Excavations for Mining and Civil Works.
33
Romana, M., (1993). SMR classification: Romana, M Proc 7th ISRM International
Sarkar, S., Kanungo, D. P., & Kumar, S. (2012). Rock mass classification and slope
Wyllie, D. C., & Mah, C. (2004). Rock slope engineering. CRC Press.
Zhu, C., Zhao, H., & Ru, Z. (2015). LSSVM-Based rock failure criterion and its
Engineering, 2015.
34