Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM GRAVITY

ANALISA DERIVATIVE

Oleh :
DIO TRI SATRIA
115.190.059
KELOMPOK 03

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GRAVITY
ANALISA DERIVATIVE

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti acara Praktikum


Gravity selanjutnya, tahun ajaran 2020/2021, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Disusun Oleh :

DIO TRI SATRIA


115.190.059

Bandar Lampung, April 2021


ACC

(Asisten GravitY)

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”
YOGYAKARTA
2021

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, islam, kesempatan,


kemudahan, serta kekuatan yang diberi ALLAH SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini, Shalawat teriring salam untuk tuntutan serta suri
tauladan Rasululla SAW beserta keluarga dan sahabatanya yang senantiasa
menjunjung nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat dinikmati seluruh umat
muslim didunia. laporan ini disusun untuk sebagai syarat untuk menyelesaikan
tugas Praktikum Gravity, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional”VETERAN”Yogyakarta (UPNVYK), Yogyakarta. Judul laporan ini
adalah “Analisa Derrivative”
Dalam melakukan kegiatan praktikum ini, tentunya banyak sekali
hambatan yang telah penulis rasakan, oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada
beberapa pihak terutama asisten laboratorium Gravity yang telah membantu
membina dan mendukung kami dalam mengatasi beberapa hambatan yang kami
rasakan.
Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan
ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan
kepada pembaca dan semoga untuk masa yang mendatang penulis dapat
menerapkan semua ilmu yang didapat untuk penulis dapat berguna untuk nusa dan
bangsa.

Bandar Lampung, 6 April 2021

Dio Tri Satria

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 8


1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 8
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9


2.1. Geologi Daerah Penelitian ............................................................................. 10
2.2. Penelitian Terdahulu ....................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III DASAR TEORI ...................................................................................... 4


3.1. Metode Gravity ............................................................................................. 11
3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Gravitasi.......................................................... 11
3.3. Percepatan Gravitasi Lintang (G Lintang) ................................................... 12
3.4. Percepatan Gravitasi Teoritis (G Teoritis) .................................................... 13
3.5. Koreksi Udara Bebas ..................................................................................... 14
3.6. Koreksi Bouguer .......................................................................................... 15
3.7. Anomali Bouguer Sederhana ........................................................................ 16
3.8. Anomali Bouguer Lengkap ........................................................................... 16
3.9. Analisa Derrivative ....................................................................................... 17
3.9.1. First Horizontal Derrivative .......................................................... 17
3.9.2. secondary Vertical derrivative ....................................................... 18
3.9.3. Total Horizontal Derrivative .......................................................... 18
3.9.4. Tilt Derrivative ............................................................................... 19

iv
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 13
4.1.Diagram Alir Pengolahan Data ....................................................................... 13
4.2.Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data .................................................. 13

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14


5.1. Tabel Pengolahan Data Lintasan 3 ................................................................. 16
5.2. Pembahasan Peta ABS ................................................................................... 16
5.3. Pembahasan Peta Regional ........................................................................... 17
5.4. Pembahasan Peta Residual ............................................................................ 17
5.5. Pembahasan Peta THD .................................................................................. 17
5.6. Pembahasan Tilt Derrivative ......................................................................... 17

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 27


6.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 27
6.2.Saran ................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. TABEL PENGOLAHAN DATA SEMUA KELOMPOK
LAMPIRAN B. PETA FHD X DAN Y (FIRST HORIZONTAL DERIVATIVE)
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Koreksi Bouguer ............................................................................ 11


Gambar 3. 2 Bentuk Elipsoid Bumi ................................................................... 12
Gambar 3. 3 Diagram Koreksi Lintang .............................................................. 13
Gambar 3. 4 Nilai Gradien Horizontal Pada Model Tabular .............................. 13

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Tabel Parameter Persamaan Umum Gravitasi Normal ...................... 11

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah dan prinsip fisika (Santoso, 2002). Ilmu geofisika dapat
dimanfaatkan dalam penyelidikan kebumian seperti mitigasi bencana gempa
bumi, mitigasi bencana gunung api, eksplorasi minyak bumi, eksplorasi mineral
dan logam. Menurut (Philip Kearey, 2002) dalam bukunya yang berjudul An
Introduction to Geophysical Exploration, metode geofisika dibagi menjadi empat
metode utama, yaitu metode seismik, metode gravitasi, metode magnetik, dan
metode elektrik.
Metode Gravitasi adalah salah satu metode dalam survey geofisika, yang
termasuk sebagai metode pasif. Metode ini memanfaatkan perbedaan nilai medan
gravitasi di permukaan bumi. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi
medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga
dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari
suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Gravitasi sangat dipengaruhi
oleh massa jenis benda, termasuk batuan penyusun kerak bumi. Batuan-batuan
dengan massa jenisnya yang beragam tersebut akan mempengaruhi medan
gravitasi bumi di permukaan.
Struktur bumi paling luar tersusun dari lapisan kerak benua dan kerak
samudera. Kedua lapisan tersebut memiliki perbedaan densitas (kerapatan) yang
dapat mempengaruhi medan gravitasi bumi. Salah satu metode geofisika yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi lapisan bawah permukaan berdasarkan
variasi rapat massa batuan pada suatu daerah penelitian adalah dengan
menggunakan metode gravitasi.
Variasi gaya berat dipermukaan bumi tersebut dapat disebabkan oleh
adanya variasi densitas batuan dibawah permukaan, jenis batuan dibawah
permukaan, perbedaan jarak permukaan bumi ke pusat bumi dan adanya
perbedaan topografi dipermukaan bumi. (Sarkowi, 2014).

8
Selanjutnya pada penelitian kali ini pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode filtering Total Horizontal Derevative, dimana pada metode
ini membuat bidang pada daerah penelitian yang memiliki ketinggian berbeda
menjadi satu datum yang sama, fungsi filter ini sendiri menunjukan bidang batas
dari anomaly maupun kontak batuan sekitar daerah penelitian dengan jelas.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian analisa derrivative agar praktikan memahami cara
pengolahan data untu mendapatkan nilai ABL yang kemudian dilanjutkan filtering
untuk melihat peta regional dan peta residual, peta THD dan peta Tilt Derivative
daerah penelitian.
Tujuannya dari penelitian ini untuk menghasilkan peta ABL, peta
Regional, dan peta Residual, peta THD dan peta Tilt Derivative. Dari pengolahan
data yang telah dilakukan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Daerah Penelitian


Nama : G. Dieng (Nama Lain : Gunung Parahu)
Lokasi : kota Dieng Kulon. Kota terdekat Banjar-negara (kota
Kabupaten)
Koordinat : 7°12′ LS dan 109°54′ BT .
Ketinggian : 2565 m. dpl.
Tipe Gunungapi : Strato, dengan lapangan solfatara dan fumarola, serta
banyak kawah (cone).
Fisiografi dan Morfologi
Dataran Tinggi Dieng termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Utara
yang bagian baratnya dibatasi daerah Karangkobar dan bagian timur dibatasi
daerah Ungaran (van Bemmelen, 1949) serta dijelaskan juga dalam literatur oleh
Pardiyanto (1970). Menurut Pardiyanto (1970), geomorfologi daerah Dataran
Tinggi Dieng dan sekitarnya bisa dibedakan menjadi 2 satuan :
1. Daerah Pegunungan,
Daerah pegunungan melingkupi hampir seluruh bagian tepi. Terdiri dari
gunungapi yang tersusun dalam satu kelurusan, diantaranya Gunung Srodja,
Gunung Kunir, Gunung Prambanan, Gunung Pakuwadja, Gunung Kendil, Gunung
Butak, Gunung Patarangan, Gunung Prahu, Gunung Patakbanteng, Gunung
Djurangsawah, Gunung Blumbang, dan beberapa kubah soliter seperti Gunung
Bisma dan Gunung Nagasari. Semuanya berbentuk stratovolcano, umumnya
gunung yang ada di daerah ini mempunyai kawah terbuka. Untuk Gunung Serodja
mempunyai kawah ganda, yang tertua berbentuk seperti tapal kuda, terbuka ke
arah timur, dan yang termuda berbentuk melingkar. Gunung Pakuwadja
mempunyai kawah kembar, keduanya berbentuk melingkar.
2. Daerah Dataran Tinggi (Plateau)
Daerah Dataran Tinggi terletak diantara barisan gunungapi dan kubah
soliter, umumnya telah diisi material vulkanik. Terdiri dari Dataran Tinggi Dieng,
Dataran Tinggi Batur dan Dataran Tinggi Sidongkal.

10
Dataran Tinggi Dieng, berada sekitar 2000 m di atas permukaan laut,
dikelilingi oleh Gunung Prahu dan sebagian dari Gunung Pakuwadja, Gunung
Kendil, Gunung Pangonan, dan Gunung Sipandu. Mempunyai beberapa danau
atau telaga, diantaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Terus, Telaga
Lumut, Telaga Balekambang. Telaga Warna dan Telaga Pengilon berasal dari satu
badan yang dipisahkan oleh punggungan yang terbentuk dari Lava Gunung
Kendil, telaga ini berasal dari satu kawah yang kemudian diisi oleh air yang
berasal dari pembendungan Sungai Tulis oleh aliran lava.
Dataran Tinggi Batur, mempunyai ketinggian sekitar 1600 meter dari
permukaan laut, dikelilingi oleh Gunung Bisma, Gunung Nagasari dan bagian dari
Gunung Jimat, Gunung Petarangan. Dataran tinggi ini terbuka ke arah barat,
menurut Gunawan (1968) dan Pardiyanto (1970) dataran tinggi ini hadir karena
Blok Ratamba bergerak secara vertikal, yaitu bagian dari utara telah ditutupi oleh
material vulkanik, Blok Ratamba ini bisa dilihat dari daerah perbukitan Gunung
Bisma. Daerah Ratamba secara kenampakan morfologi terlihat lebih tinggi.
Dataran Tinggi Sidongkal, mempunyai ketinggian sekitar 1800 meter diatas
permukaan laut, dikelilingi oleh Gunung Klaras, Gunung Alang, Gunung
Petarangan, dan Gunung Butak, daerah ini merupakan daerah depresi.
Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional pada daerah penelitian yang dirangkum dari peneliti
terdahulu oleh Condon et al. (1996), dari muda ke tua antara lain :
1. Satuan Endapan Aluvium

Satuan Endapan Aluvium terdiri dari kerikil, pasir, lanau, dan lempung berasal
dari endapan sungai dan rawa, tebal mencapai 150 m.
2. Satuan Batuan Gunung Api Sundoro

Satuan Batuan Gunung Api Sundoro terdiri dari lava andesit hipersten-augit dan
basal olivin-augit, breksi aliran, breksi piroklastika dan laha
3. Satuan Batuan Gunung Api Dieng

Satuan Batuan Gunung Api Dieng terdiri dari satuan lava andesit dan andesit
kuarsa, serta batuan klastika gunung api. Kandungan silika batuan berkurang dari
muda ke tua.

11
Gambar 2.1 Peta geologi regional oleh Condon, 1996 (modifikasi)

4. Satuan Batuan Gunung Api Jembangan

Satuan Batuan Gunung Api Jembangan terdiri dari lava andesit dan batuan
klastika gunung api terutama batuan andesit-hipersten augit, setempat
mengandung hornblenda dan juga basal olivin. Berupa aliran lava, breksi aliran
dan piroklastika, lahar dan aluvium, lahar dan endapan aluvium terdiri dari bahan
rombakan gunungapi, aliran lava dan breksi yang terendapkan pada lereng yang
agak landai dan jauh dari pusat erupsi.
Menurut pembahasan Nurpratama et al. (2015), penentuan umur beberapa batuan
oleh Budihardi (1991) dan peta geologi (Sukhyar, 1986), Komplek Gunung Api
Dieng dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Dieng Tua

12
Dieng Tua terdiri dari breksi tuff Gajahmungkur, andesite lava dan breksi
tuff Prahu (3.60 jtl), andesite piroksen lava Reban, andesite piroksen lava
Sigemplong 1, andesite piroksen lava Sigemplong 2, andesite lava dan tuff breksi
Nagasari (2.99 jtl), andesite lava dan breksi tuff Jimat, breksi tuff Bisma (2.53 jtl),
breksi tuff Sidede, andesite piroksen lava dan breksi tuff Sembungan.
2. Dieng Dewasa

Dieng Dewasa terdiri dari lava dan breksi tuff Pagerkandang, andesite
piroksen lava Sipandu, andesite lava dan breksi tuff Pangonan (0.37 jtl), lava dan
breksi tuff Merdada (0.37 jtl).
3. Dieng Muda

Dieng Muda terdiri dari breksi tuff Igir Binem, andesite basaltic lava dan
breksi tuff Prambanan, andesite basaltic lava dan breksi tuff Watusumbul,
andesite lava dan breksi tuff Kendil (0.19 jtl), andesite lava dan breksi tuff
Pakuwaja (0.09 jtl), andesite lava dan breksi tuff Seroja (0.07 jtl), andesite lava
Sikunang dan endapan Alluvial.
Struktur Geologi
Menurut Gunawan (1968), struktur geologi pada daerah Kompleks Dieng
dan sekitarnya dipengaruhi oleh pergerakan tektonik Kuarter yang masih aktif
sampai sekarang. Pelipatan besar tidak terjadi, akan tetapi dengan jelas ada dua
patahan Kuarter yang dapat diamati. Patahan pertama ditemukan di bagian barat
yaitu dalam pembentukan Blok Ratamba disertai dengan adanya fracturing.
Patahan yang kedua di bagian timur yaitu graben Sigedang dari Gunungapi
Tlerep- Butak dan Graben Watumbu dari Prahu. Sedangkan penelitian yang
dirangkum oleh Condon et al.(1996) struktur geologi yang ada terdiri dari sesar,
kelurusan dan kekar (Gambar 2.1).

13
Sesar dan kelurusan gunungapi pada umumnya berarah barat laut -
tenggara dan barat - timur. Sesar vulkanik terdapat di sekitar erupsi. Zona sesar
berarah hampir barat - timur terdapat di sebelah selatan yang membatasi depresi
Batur. Bagian selatan yang relatif naik disebut sebagai Blok Tilting (Gunawan,
1986). Sesar-sesar bersusun merupakan sesar-sesar tangga memotong lava
Rogojembangan. Indikasi sesar didasarkan atas adanya gawir yang terlihat dari
Dieng berarah baratlaut - tenggara dan juga dicerminkan oleh punggungan pada
puncak Prahu yang linear. Sesar yang berarah baratlaut - tenggara terdapat di
utara gunung Jimat.
Sesar-sesar lain yang sejajar diumpai di sebelah utaranya memotong
kerucut Kemulan dan Rogojembangan. Pada daerah batas antara tubuh Prahu dan
Tlerep terdapat patahan yang berarah baratdaya - timurlaut. Sesar dicirikan oleh
gawir yang memanjang dan telah tersingkapkan batuan pada Formasi Damar.
Sebuah sesar berarah utara - selatan memotong lava komplek Pakuwaja. Pada
zona sesar ini di sebelah utara Kawah Pakuwaja muncul kegiatan solfatar.
Disebelah timurlaut kawah Bisma terdapat beberapa sesar yang diduga
berhubungan dengan gunungapi. Sesar-sesar tersebut membelok sejajar dengan
bentuk kawahnya. Diperkirakan puncak Sidede terbentuk karena adanya sesar ini
yang sebelumnya merupakan lereng Bisma.

1
2.2 Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian : Identifikasi Jenis Batuan Dominan Di Daerah Dieng Dan
Pemisahan Anomali Regional Dan Residual
Menggunakan
Metode Moving Average Filter
Penulis :Ade Andika Saputra, dkk
Instansi : Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Survei Gravitasi (Gravity Survey) merupakan metode survei Geofisika


yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi di permukaan bumi.
Metode ini umumnya digunakan untuk eksplorasi awal terhadap target
sumberdaya alam di bawah permukaan bumi dengan cara menggambarkan profil
dua dimensi (2D) atau benda tiga dimensi (3D) melalui pengolahan data anomali
medan gravitasi, yang disebut sebagai Anomali Bougeur. Berdasarkan model ini,
dapat diinterpretasi struktur geologi atau lapisan batuan bawah permukaan yang
menjadi target penelitian. Variasi medan gravitasi di permukaan bumi ini dapat
terjadi akibat perbedaan massa jenis atau densitas batuan bawah permukaan
(Agus,2015).
Identifikasi densitas menggunakan metode Parasnis serta pemisahan
anomali regional dan residual menggunakan Moving Average Filter kawasan
Dieng telah dilakukan berdasarkan data anomali medan gravitasi. Data Anomali
medan gravitasi yang digunakan berasal dari Pusat Seismologi Teknik, Geofisika
Potensial dan Tanda Waktu BMKG. Proses pengolahan, pemodelan dan
interpretasi data dilakukan dengan software Ms. Excel 2010 dan Surfer 11. Nilai
yang didapatkan pada perhitungan mengggunakan metode Parasnis adalah 2.3968
gr/cm3 . Nilai ini menunjukkan kesesuaian dengan densitas batuan yang dominan
di daerah tersebut yaitu batuan Andesit. Pada pola kontur Anomali Bouger
sederhana menunjukkan bahwa nilai anomali tertinggi adalah +68.1825 mgal
terletak pada 110.03250 BT dan 7.34210 LS , sedangkan nilai terendah adalah -
87.3120 mgal terletak pada 110.07490 BT dan 7.38020 LS. Penelusuran dengan
menggunakan daerah Dieng sebagai titik acuan menunjukkan bahwa nilai anomali

2
meningkat ke arah Barat Laut daerah Dieng dan menurun ke arah Tenggara
Dieng.

3
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Metode Gravity


Metode gravitasi merupakan metode penyelidikan dalam geofisika yang
didasarkan pada variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Dalam metode ini
yang dipelajari adalah variasi gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan (Sunaryo, 1997). Adanya variasi rapat masa batuan di suatu tempat
dengan tempat lain, akan menimbulkan medan gaya gravitasi yang tidak merata
dan perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi. Perbedaan medan gaya
berat yang relatif kecil inilah maka digunakan alat ukur yang mempunyai
ketelitian yang cukup tinggi. Alat ukur yang sering digunakan adalah Gravimeter
(Hardiansyah, 2016).
Dalam metode gravitasi, pengukuran dilakukan terhadap nilai komponen
vertical dari percepatan gravitasi di suatu tempat. Namun pada kenyataannya,
bentuk bumi tidak bulat sehingga terdapat variasi nilai percepatan gravitasi untuk
masing-masing tempat. Hal-hal yang dapat memengaruhi nilai percepatan
gravitasi adalah perbedaan derajat garis lintang, perbedaan ketinggian (topografi),
kedudukan bumi dalam tata surya, variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan bumi, perbedaan elevasi tempat pengukuran dan hal lain yang dapat
memberikan kontribusi nilai gravitasi, misalnya bangunan dan lain-lain (Sunaryo,
1997)
3.2. Faktor yang mempengaruhi Gravitasi
Menurut (Sakti, 2009) pada kenyataannya bumi tidaklah ideal, bentuk
bumi sebenarnya tidaklah seperti bola homogen sempurna, melainkan mendekati
ellipsoida. Hal ini menyebabkan harga percepatan gravitasi tidaklah konsisten di
seluruh permukaan bumi. Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya percepatan
gravitasi adalah (Dzikru, 2017) :
 Posisi garis lintang.
Bumi kita tidak benar-benar bulat, percepatan gravitasi bergantung pada
jaraknya dari pusat bumi. bentuk bumi yang tidak benar-benar bulat yaitu
bulat pepat Sehingga gaya sentrifugal yang menentang gravitasi lebih besar di

4
equator. Hal inilah yang menyebabkan jarak equator ke psatb umi lebih jauh
dari pada jarak kutub ke pusat bumi. Akibatnya percepatan gravitasi bumi di
equator lebih kecil daripada dikutub.
 Elevasi
Percepatan gravitasi tergantung dari jaraknya terhadap permukaan bumi.
Sehingga semakin tinggi sebuah benda dari permukaan bumi, semakinkecil
percepatan gravitasi, sebaliknya jika semakin rendah sebuah benda dari
permukaan bumi maka akan semakin besar percepatan gravitasinya.
 Variasi Rapat Massa
Kepadatan atau kerapatan massa bumi yang berbeda-beda menghasilkan
gravitasi pada permukaan bumi yang berbeda pula. Makin padat atau rapat
massa bumi maka makin kecil gravitasinya. Daratan merupakan wilayah yang
memiliki kerapatan massa yang tinggi sehingga gravitasinya lebih kecil
daripada wilayah lautan.
 Topografi
Topografi sekitar lokasi penelitian juga mempengaruhi besarnya
nilaipercepatan gravitasi yang di ukur. Apabila ada sebuah bukit di dekat
lokasipenelitian ,maka bukit tersebut akan mengurangi nilai percepatan
gravitasi yang diukur karena bukit juga memiliki gaya tarik percepatan
gravitasi sendiri.
 Pasang Surut
Pengaruh percepatan Gravitasi Bulan dan Matahari juga mempengruhi
besarnya percepatan gravitasi pengukuran pada suatu titik.

3.3. Percepatan Gravitasi Lintang (G Lintang)


Dari pengukuran geodesi global diketahui bentuk bumi mendekati
Spheroid bumi tidaklah bulat sempurna tetapi agak tepat di kutubnya. Akibatnya
terdapat variasi radius bumi. Akibat yang lain adalah perbedaan percepatan
sentrifugal di kutub dan di equator. Percepatan sentrifugal maksimum di equator
dan nol di kutub. Sehingga g di kutub lebih besar di bandingkan dengan g di
equator.

5
Gambar 3. 1 Diagram Koreksi Lintang

Dengan :
a : jari - jari equator
b : jari – jari kutub
r : jari – jari putar
w : kecepatan
𝜙 : lintang
ρ : pepatan bumi (=1/298,257222101;GRS 80)

dari keadaan di atas di dapat g sebagai fungsi lintang :


g : 978031,7(+ 0,0053024 𝜙 +0,0000059 𝜙) (3.1)

3.4. Percepatan Gravitasi Teoritis (G Teoritis)


Selain itu, di dalam metode gravity dianggap bahwa bumi tersusun dari
bahan yang homogen. Oleh karena itu secara teoritis besarnya gravitasi pada suatu
tempat di permukaan bumi dapat di hitung tanpa melalui pengukuran. Model
bumi dari penelitian geodesi dan citra satelit adalah berbentuk elipsoid.

(3.2)

di mana:
f: flatering
a: sumbu panjang melalui ekuator
b: sumbu pendek melalui kedua kutub

6
Gambar 3.2. Bentuk Elipsoid Bumi

Besarnya gravitasi normal (G teori) sebagai funsi lintang dirumuskan


sebagai berikut:
(3.3)

(3.4)

Sedangkan = m = (3.5)

Nilai parameter-parameter pada persamaan umum Gravitasi Normal seperti tabel


di bawah ini:
Tabel 3.1. Tabel Parameter Persamaan Umum Gravitasi Normal
FORMULA Ge f
Helmert ’01 978.030 0,0053020 0,000007 1:298,3
US Coast ’17 978.039 0,0052940 0,000007 1:297,4
IGF 1930 978.049 0,0052884 0,0000059 1:297,0
GRS 1967 978.031,8 0,0053024 0,0000059 1:298,247
GRS 1980 978.032,7 0,0053024 0,0000058 1:298,257

3.5. Koreksi Udara Bebas


Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian
sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat
dengan sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomaly
medan gaya berat di topografi. Untuk mendapat anomaly medan gaya berat di
topografi maka medan gaya berat teoritis dan medan gaya berat observasi harus
sama sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan. Koreksi
udara bebas dinyatakan secara matematis dengan rumus :
(3.6)

7
Dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gaya berat dari sferoid
referensi(dalam meter). Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan di dapatkan
anomaly udara bebas di topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :
(3.7)
Dengan
Δ : anomaly medan gayaberat udara bebas di topografi (mGal)
: medan gayaberat observasi di topografi (mGal)
: medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)
: koreksi udara bebas (mGal)

3.6. Koreksi Bouguer


Koreksi Bouguer merupakan koreksi yang dilakukan untuk
menghilangkan perbedaan ketinggian dengan tidak mengabaikan massa di
bawahnya. Perbedaan ketinggian tersebut akan mengakibatkan adanya pengaruh
massa di bawah permukaan yang mempengaruhi besarnya percepatan gayaberat di
titik amat. Koreksi ini mempunyai beberapa model, salah satunya adalah model
slab horizontal tak hingga. Koreksi Bouguer slab horizontal mengasumsikan
pengukuran berada pada suatu bidang mendatar dan mempunyai massa batuan
dengan densitas tertentu.

Gambar 3.3. Koreksi Bouguer

Koreksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑔𝑏 𝜋𝐺𝜌
𝑔𝑏 , 4 9 𝜌
(3.8)
: konstanta = 6.67 x 10-9 cgs unit
: densitas batuan 2,67gr/cm3
: ketinggian antara titik amat gayaberat dengan suatu datum level tertentu

8
3.7. Anomali Bouguer Sederhana
Anomali medan gravitasi yang telah dikoreksi oleh koreksi Bouguer
disebut anomali Bouguer sederhana di topografi yang dapat dituliskan sebagai
berikut :
Δ 𝑏 Δ 𝑎 𝐵 (3.9)
Dengan :
Δ gbs = anomali bouguer sederhana di topografi (mGal)
gB = koreksi bouger (mGal)
g fa = koreksi udara bebas (mGal)
Dalam suatu proses eksplorasi, seperti eksplorasi geofisika hasil yang
ingin dicapai adalah menentukan nilai variasi densitas local areas tersebut secara
lateral, yang mana nilai densitas ini kebanyakan tidak diukur secara in situ.
Karena nilai densitas ini merupakan tujuan utama dalam sebuah pencarian maka
kita harus mengetahui nilai tersebut dengan baik agar dapat digunakan dalam
pengolahan maupun interpretasi suatu data. Secara umum nilai dari densitas ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah porositas, rapat
massa butir, dan kandungan fluida yang ada pada pori-pori batuan tersebut. akan
tetapi banyak faktor lainnya seperti proses kompaksi yang dipengaruhi oleh
kedalaman ataupun pressure, proses pembentukan, serta derajat pelapukan pada
batuan tersebut. sehingga nilai dari densitas ini tidak dapat ditentukan berdasarkan
salah satu faktor saja agar nilai dari densitas yang dihasilkan lebih spesifik.

3.8. Anomali Bouguer Lengkap


Anomali Bouguer Lengkap (CBA) merupakan data anomali gravitasi yang
sudah dikoreksi terhadap semua data hasil pengukuran (Blakely, 1995), lintang,
ketinggian dan koreksi Bouguer. Nilai anomaly Bouguer lengkap dapat di peroleh
dari nilai anomaly Bouguer sederhana yang telah terkoreksi medan, secara
metematis dapat ditulis sebagai berikut:
(3.10)
: anomaly bouguer lengkap topografi
:anomaly bouguer sederhana di topografi
: koreksi medan (mGal)

9
3.9. Analisa Derrivative
Analisa Derivative digunakan untuk menentukan batas dan mengetahui
jenis patahan. Untuk mendapatkan hal tersebut maka dilakukan First Horizontal
Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) dari lintasan yang dibuat
dalam peta anomali bouger atau peta anomali regional atau peta anomali residual
yang selanjutnya dibuat penampangnya.
3.9.1. First Horizontal Derrivative
First Horizontal Derivative (FHD) atau Turunan Mendatar Pertama
mempunyai nama lain yaitu Horizontal Gradient. Horizontal gradient dari anomali
gayaberat yang disebabkan oleh suatu body cenderung untuk menunjukkan tepian
dari body-nya tersebut. Jadi metode horizontal gradient dapat digunakan untuk
menentukan lokasi batas kontak kontras densitas horisontal dari data gaya berat.
Untuk menghitung nilai FHD dapat dilakukan dengan persamaan :

(3.11)
dengan :
g = nilai anomali (mgal)
Δx = Selisih antara jarak pada lintasan (m)
FHD = First Horizontal Derivative

Gambar 3.4. Nilai Gradien Horizontal Pada Model Tabular

3.9.2. Secondary Vertical Derrivative


SVD bersifat sebagai high pass filter, sehingga dapat menggambarkan
anomali residual yang berasosiasi dengan struktur dangkal yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis patahan turun atau patahan naik.

10
Dalam penentuan nilai SVD maka digunakan turunan kedua atau dilakukan
dengan persamaan :

(3.12)
dengan :
g = nilai anomali (mgal)
Δx = Selisih antara jarak pada lintasan (m)
SVD = Second Vertical Derivative
Dalam penentuan patahan normal ataupun patahan naik, maka dapat
dilihat pada harga mutlak nilai SVDmin dan harga mutlak SVDmax. Dalam
penentuannya dapat dilihat pada ketentuan berikut:
|SVD|min < |SVD|max = Patahan Normal
|SVD|min > |SVD|max = Patahan Naik ]
|SVD|min = |SVD|max = Patahan Mendatar

3.9.3. Total Horizontal Derrivative


Metode ini juga dirancang untuk mencari adanya anomali dan ciri-ciri
tertentu yang berhubungan dengan anomali tersebut dan memberikan hasil yang
maksimal dalam memetakan penaikan yang mengindikasikan tepi sumber. Total
horizontal derivative ini merupakan filter pelengkap dari filter lain misalnya
filter first verticalderivative. Metode ini pada umumnya menghasilkan lokasi
anomali yang lebih pasti dari pada First vertical derivative, tetapi untuk data
magnetik harus digunakan dalam konjungsi dengan transformasi lainnya seperti
reduksi ke kutub (Reduction To Pole) atau Pseudo-gravity. Teknik ini dapat
diaplikasikan untuk memodelkan kajian gambar struktur pada kedalaman
berbeda. Metode ini didefinisikan dengan persamaan:

(3.13)
3.9.4. Tilt Derrivative
Data gravity sering digunakan untuk menggambarkan kontak geologis dan
perbatasan formasi geologi. Peta ini memiliki sinyal dengan berbagai amplitudo
yang berasal dari sumber dengan geometri berbeda, terletak pada kedalaman yang
berbeda dan dengan sifat kerapatan yang berbeda. Vertical Derivative telah
11
digunakan selama.bertahun-tahun untuk menggambarkan tepi dalam data gravity
dan medan magnet. Banyak filter yang umum digunakan untuk meningkatkan
detail halus di bidang gravitasi berdasarkan kombinasi horizontal dan vertical
derivative dari data.
Filter Tilt derivative (TDR) biasanya digunakan untuk mendeteksi struktur
geologi tepi sebagai interpretasi yang menujukkan ciri patahan. filter TDR
dihitung dengan membagi komponen Vertical Derivative (VDR) dengan Total
Horizontal Derivative (TDHR) .

(3.13)

12
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai
Tinjauan
pustaka
Data
Peta srtm
Sintetik

X dan Y Microsoft Excel

Notepad ABS

Global Mapper Oasis Montaj

Grid Lokal Grid Regional Koreksi Medan dan ABL

Oasis Montaj

Peta TDR Peta THD Peta ABL Peta Regional Peta Residual

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

gambar 4 1 Diagram alir pengolahan data

13
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data

Dalam pengolahan data sampai mendapatkan output yang diinginkan,


perlu dilakukan bebrapa langkah yang runtut dan benar akan peta yang dihasilkan
maksimal. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dapal pengolahan data:

1. Siapkan data yang akan diolah, data yang diolah berupa data sekunder
dari nilai nilai X,Y, dan Z serta nilai dari G OBS dalam pengolahan ini
menggunakan ms excel Notepad, Global Mapper, Oasis Montaj dan
Google Earth.
2. Masukan nilai X dan Y yang berada pada table excel kedalam notepad
kemudian sesuaikan dengan format pada pengolahan software selanjutnya.
3. Mengatur settingan zona dan proyeksi yang akan dipakai pada Global
Maper yaitu dengan memilih Tools – Configure – Projection. Lalu
menentukan daerah regional yang akan diproyeksikan, tujuanya adalah
untuk membuat batasan daerahnya yang dibatasi oleh box
4. Nilai ABS yang didapat dari G OBS melalui pengolahan ms excel
dimasukan ke dalam Oasis Montaj beserta nilai X, Y dan Z. kemudia
memilih menu GX – Load Menu – Gravity.omn. untuk memunculkan
Nilai Gravity, setelah muncul kita dapat melakukan koreksi medan pada
nilai ini di software Oasis Montaj .
5. Nilai koreksi medan yang sudah diperoleh dapat ditambahkan dengan nilai
ABS untuk mencari nilai ABL yang kemudian diinput pada software
Oasis Montaj.
6. Langkah selanjutnya adalah pembuatan peta dengan cara yag sama yaitu
Grid and Image – Gridding – Minimum Curvature. Pada Box yang
muncul, masukkan nilai ABL sesuai dengan peta yang akan dibuat, lalu
memberi nama dari output dan menentukan ukuran Grid peta. Dari
pembuatan peta ini akan dihasilkan 2 output berupa peta Regional dan
Residual.
7. Dari peta yang sudah ada dapat dilanjutkan sebagai dasar pembuatan peta
upward, dengan cara memilih data ABL untuk input dan memberi nama
dari output berupa peta dan tekan filter, lalu memilih filter Upward

14
Continuation pada menu filter 1 dan masukkan nilai ketinggian dari peta
Upward maka akan muncul peta upward dari hasil pengolahan.
8. Kemudian kita dapat membuat peta tilt derrevative caranya sama dengan
langkah sebelumnya, namun pada pembuatan peta ini tools pada menu
software yang digunakan berbeda yaitu memilih USGSV – Grid Spatial
Filtering –lalu akan muncul Box tilt derevative Surface Fitting. Pada Box
ini, memasukkan data ABL kemudia oke maka akan muncul .
9. Dari output yang dihasilkan langkah selanjutnya yaitu penginterpretasian
yang dibahas pada sub BAB pembahasan,yang isi dari pembahasan
tersebut berupa informasi dari daerah penelitian maupun peta berupa
informasi kualitatif dan kuantitatifnya.
10. Kemudian selesai

15
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tabel Pengolahan Data Lintasan 3

Tabel 5.1 Tabel Pengolahan Data Kelompok 3


KOORDINAT
G OBS DEC G LINTANG FAC G FAC bouguer G Teoritis ABS Koreksi Medan ABL
X Y Z
977690,2916 378195,0558 9204703,723 2120,9935 -7,194041 978113,3848 -654,4749643 231,3817995 240,1197951 978767,8597 -8,737995601 7,2176 -1,5204
977685,8602 378195,5539 9204899,525 2137,2504 -7,192268 978113,3447 -659,4913559 232,0068901 241,960255 978772,8361 -9,953364896 8,4546 -1,49876
977680,1459 378190,9493 9205101,479 2178,6715 -7,19045 978113,3037 -672,2726648 239,1149423 246,6495792 978785,5763 -7,534636871 9,8214 2,286763
977682,5904 378193,668 9205292,393 2136,147 -7,188722 978113,2647 -659,1508798 228,4766308 241,835338 978772,4155 -13,35870721 11,7337 -1,62501
977669,2315 378231,9444 9205488,899 2030,2177 -7,186941 978113,2245 -626,4642757 182,4713359 229,842976 978739,6887 -47,37164011 13,1271 -34,2445
977668,3536 376939,2551 9203362,411 2020 -7,206151 978113,6585 -623,3114 178,0064432 228,68622 978736,9699 -50,67977677 3,3214 -47,3584
977732,0264 377299 9205471 1925 -7,187084 978113,2277 -593,99725 212,79601 217,931175 978707,2249 -5,135164984 5,8161 0,680935
977728,2594 377572 9205528 1937 -7,186575 978113,2162 -597,70009 212,7433007 219,289707 978710,9163 -6,546406306 8,0075 1,461094
977698,1395 377651 9205318 2071 -7,188475 978113,2591 -639,04847 223,9289209 234,459981 978752,3075 -10,53106015 9,3097 -1,22136
977682,5657 377651 9205150 2131 -7,189995 978113,2934 -657,56267 226,8349988 241,252641 978770,8561 -14,41764216 10,5354 -3,88224
977669,2416 377560 9205032 2189 -7,19106 978113,3174 -675,45973 231,3838754 247,818879 978788,7772 -16,43500362 9,4836 -6,9514
977660,3791 377892 9205103 2217 -7,190425 978113,3031 -684,09969 231,1756749 250,988787 978797,4028 -19,81311212 12,6332 -7,17991
977673,6966 377918 9205277 2167 -7,188853 978113,2676 -668,67119 229,1001446 245,328237 978781,9388 -16,22809239 11,7738 -4,45429
977691,8084 377826 9205424 2088 -7,187521 978113,2375 -644,29416 222,8649936 236,384568 978757,5317 -13,51957436 10,6506 -2,86897

16
5.2. Pembahasan Peta ABL

Gambar 5 1 Peta Anomali Bouguer Lengkap

Peta ini ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang mana peta dengan
persebaran anomali yang telah mendapatkan koreksi dari koreksi pasang surut,
tinggi alat, apungan, lintang, udara bebas, bouguer hingga koreksi medan. Peta
ABL ini dihasilkan dari software Oasis Montaj dengan memuat data pengolahan
ABL yang telah dicari koreksi medannya pada software Oasis Montaj dan pada
Ms. Excel untuk mengakumulasi nilai ABL nya.

17
Peta ABL ini menggunakan skala 1:5000 yang terdiri atas 8 lintasan
pengukuran. Dapat dianalisa dari skala warna yang ada, terdapat 3 kelompok
yakni dimulai dari biru hingga biru muda dengan rentang (-19,5)-(-2,1) mGal
dengan makna nilai densitas rendah. Berikutnya warna hijau hingga kuning
dengan rentang -1,4- 2,1 mGal memiliki nilai densitas sedang. Lalu warna oranye
hingga merah muda dengan rentang 2,7-32,8 mGal dengan nilai densitas yang
tinggi.
Pada peta ABL sudah dapat dilakukan tinjauan pustaka mengenai daerah
penelitian. Pada daerah barat, barat daya, timur laut dan sedikit bagian
timurdaerah penelitian didominasi warna biru yang memiliki densitas rendah.
Pada daerah ini dapat diduga bahwa daerah ini memliki litologi batuan berupa
batuan sedimen ataupun batuan kurang kompak lainnya maupun keterdapatan
zona struktur. Namun agar hasil interpretasi lebih akurat, sebaiknya proses
interpretasi dilakukan dengan overlay terhadap peta geologi daerah penelitian

18
5.3. PembahasanPeta Regional

Gambar 5 2 Peta Regional

Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Filter
Upward Continuation yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan
maksud mendapatkan peta secara regional. Biasanya filter ini bertujuan untuk
memastikan seberapa luas area suatu litologi maupun struktur yang ada pada
daerah penelitian. Peta ABL ini menggunakan skala 1:5000 yang terdiri atas 8
lintasan pengukuran. Peta ABL ini diberi Filter Upward Continuation dengan

19
rentang kenaikan 65,130 dan 195. Kenaikan filter juga mempengaruhi rentang
persebaran anomali yang ada.
Dapat terlihat pada setiap kenaikan filter terdapat perubahan tingkat warna
yakni semakin tinggi filternya semakin halus warna pada beberapa daerah. Pada
bagian tengah hingga barat daya daerah penelitian bisa terlihat warna merah yang
ada semakin lama semakin berubah dengan kenaikan setiap rentang filternya, ini
menandakan nilai intensitas sangat tinggi tersebut tidak tersebar cukup luas. Pada
daerah bagian berwarna biru tua, terdapat penghalusan menjadi biru muda disetiap
titiknya bahkan tampak menghilang pada beberapa titik dari peta ABL
sebelumnya, ini karena warna biru memiliki nilai densitas yang rendah sehingga
semakin tinggi titik penglihatan peta maka akan semakin tidak terlihat nilai yang
rendah

20
5.4. Pembahasan Peta Residual

Gambar 5 3 Peta Residual

Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Polynomial
Filtering yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan maksud
mendapatkan peta secara lokal. Biasanya filter ini bertujuan untuk memastikan
seberapa jelas atau teliti area persebaran suatu litologi maupun struktur yang ada
pada daerah penelitian.
Peta ABL ini diberi Polynomial Filtering dengan rentang kenaikan setiap
ordernya dari 1 hingga 3 sehingga didapatkan peta residual orde 1, orde 2 dan

21
orde 3. Peta ABL ini menggunakan skala 1:5000 yang terdiri atas 3 lintasan
pengukuran. Kenaikan orde pada filter juga mempengaruhi rentang persebaran
anomali yang ada, Pada peta residual orde 1 berubah menjadi (-23,8) - (28,8)
mGal. Pada peta residual orde 2 memiliki rentang nilai (-16,4) - (23,5) mGal.
Terakhir pada peta residual orde 3 berubah kembali dengan rentang (-18,9) -
(22,2) mGal. Sebelum orde 1 ada peta residual 0 dimana pada orde ini tidak
dilampirkan karena Pada peta residual orde 0 masih belum terlihat perbedaan
dengan peta dasar karena orde 0 masih belum terdapat perubahan nilai
anomalinya.

22
5.5. Pembahasan Peta THD

Gambar 5 4 Peta THD

Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Total
Horizontal Derivative yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan
maksud mendapatkan peta yang menggambarkan batas-batas badan anomali pada
peta ABL dengan menurunkan nilai terhadap sumbu x dan y secara horizontal
derivative. Biasanya filter ini bertujuan untuk memastikan seberapa akurat batas
area persebaran suatu litologi maupun struktur yang ada pada daerah penelitian.
Pada peta ini dibuat menggunakan skala 1:1500 , Dapat dianalisa dari skala warna
yang ada, terdapat 3 kelompok yakni dimulai dari biru hingga kuning dengan nilai
0,004847 mGal dengan makna nilai densitas rendah. Berikutnya warna oranye

23
hingga merah dengan nilai 0,59262 mGal memiliki nilai densitas sedang. Lalu
warna merah muda dengan nilai 0,213209 mGal dengan nilai densitas yang tinggi.
Pada peta bagian atas kanan dapat dilihat bahwa adanya loncatan nilai
anomaly yang tinggi dimana terdapat diantaranya nilai anomaly yang rendah,
dapat diduga pada daerah yang memiliki nilai densitas tinggi terdapat sumber
panas dikarenakan adanya dugaan kemenerusan. Dan pada daerah yang ditandai
dengan garis putus” diindikasikan sebagai batas dan arah struktur pada daereah
penelitian.

24
5.6 Pembahasan Peta Tilt Derevative

Gambar 5.6 Peta Tilt Derevative


Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Tilt
Derivative yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan maksud
mendapatkan peta yang menggambarkan batas-batas badan anomali pada peta
ABL dengan menurunkan nilai terhadap sumbu x, y dan z secara horizontal
derivative. Pada peta ini dibuat dari 8 titik pengukuran dimana peta ini kemudian
memiliki skala 1:1500 .
Pada peta ini dibagi 3 kelompok nilai berdasarkan warna yakni dimulai
dari biru tua hingga biru muda dengan rentang nilai (-1,483883) – (-1,095283)

25
mGal dengan makna nilai densitas rendah. Berikutnya warna hijau hingga kuning
dengan rentang nilai (-1,045652) – (-1,96279) mGal memiliki nilai densitas
sedang. Lalu warna orannye hingga merah muda dengan rentang nilai (0,163072 –
1,273472) mGal dengan nilai densitas yang tinggi.
Pada daerah pojok kanan atas terdapat nilai anomaly yang tinggi dimana
terdapat selah yang diisi oleh nilai anomaly yang lebih rendah, dapat diduga pada
daerah yang memiliki nilai densitas tinggi terdapat sumber panas dikarenakan
adanya dugaan kemenerusan.dan pada daerah yang ditandai garis putus’’
menunjukan batas suatu struktur yang memiliki nilai ketinggian yang berbeda
pada daerah penelitian

26
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Pada penelitian kali ini dapat ditarik kesimpulan dari pembahasan
sebelumnya bahwa :
 Pada metode gravitasi factor yang mempengaruhi nilai cukup banyak
diantaranya nilai pasang surut,daerah topografi,posisi lintang, dan perbedaan
jenis densitas batuan bawah permukaan.
 Pada koreksi kreksi yang ada bertujuan untuk mengurangi nilai gangguan agar
ketepatan dalam pemetaanya lebih tinggi.
 Nilai ABL akan berubah mengikuti topografi daerah penelitian apabila telah
dilakukan koreksi medan
 Apa bila pada peta abs telah dilakukan pengkoreksian lebih lanjut maka sudah
bias dilakukan penginterpretasian dengan parameter sifat batuan bawah
permukaan, hal ini dikarenakan pada peta abs mesih terdapat gangguan dari
medan sekitarnya.
 Upward Continuation merupakan filter yang digunakan dengan maksud untuk
mendapatkan persebaran anomali secara regional. Didapatkan 4 peta regional
dengan Filter Upward Continuation dengan rentang kenaikan 65, 130 dan
195
 Polynomial Filtering merupakan filter yang digunakan untuk mendapatkan
persebaran anomali secara lokal sesuai dengan orde nya sehingga didapatka
peta residual orde 0, orde 1, orde 2 dan orde 3
 Tilt Derivative dan Total Horizontal Derivative adalah contoh dari filter yang
berguna untuk analisa derivative dalam menemukan nilai pada batas-batas
anomali suatu daerah

27
5.2.Saran
Dari penelitian yang dilakukan penulis ingin memberikan saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu: Dalam kegiatan praktikum eksplorasi metode gravity
menggunakan PENGOLAHAN TILT DEREVATIVE, praktikan sebaiknya lebih
teliti dalam akuisisi, pengolahana serta interpretasi karena cukup rumit. Selain itu,
diperlukan pengetahuan lebih terkait geologi untuk menunjang keakuratan data
yang dihasilkan

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). Anomali Bouguer Lengkap. Diambil kembali dari Indonesia


Dokumen: https://dokumen.tips/documents/anomali-bouguer-
lengkap.html
Anonim. 2018. Buku Panduan Praktikum Eksplorasi Gravity. Yogyakarta :
Teknik Geofisika UPNVYK.
Anonim. 2020. Buku Panduan Praktikum Eksplorasi Gravity. Yogyakarta :
Teknik Geofisika UPNVYK.
Ansori, C., Sujatmiko, dan Permana, H., 2000. Giok Jawa dari Kawasan
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, dan Pemanfaatannya.
Proceedding of Indonesian Association of Geologists, The 29 Annual
Convention. (2) :157-163. Bandung.
Arief,D dkk. 2009. Pemetaan Bawah Permukaan Intrusi Diorit Menggunakan
Metode Gravitasi, Magnetik, dan AMT di Jiwo Barat, Bayat, Klaten, Jawa
Tengah. Yogyakarta; International Conference Earth Science and Tecnology
Asikin, S., (1974). Geologi Struktur Indonesia. Diktat Kuliah KBK Geologi
Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB, Bandung.
Asikin, S., Handoyo, A., Busno, H., dan Gafoer, S., (1992). Peta Geologi Lembar
Kebumen, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Asisten Laboratorium Metode Gravity. 2021. Modul Praktikum Metode Gravity.
Yogyakarta : UPN”Veteran”Yogykarta.
Bahri, A.S., B. Jaya, & W. Sugeng. 2009. Pemetaan Sungai Bawah Permukaan di
Wilayah Karst Seropan Gunungkidul Menggunakan Metoda Geofisika
VLF-EM-vGRAD. Disertasi. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Bemmelen, R. W. (1949). The Geology of Indonesia. The Hauge: Government
Printing Office.
Blakely, R. J. 1996. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications.
Cambridge.

29
Bumi Dengan Metode Gravity ( Studi Kasus di Daerah Sumber Air Panas
Desa Lombang Kecamatan Batang-Batang Kabupaten Sumenep). Skripsi.
Malang: UIN Malang.
Bronto, S., & Hartono, H. G. (2001). Panduan Ekskursi Geologi Kuliah
Lapangan 2. Yogyakarta: STTNAS.
Burger, R. H. 1992. Exploration Geophysics of The Shallow Subsurface. New
Jersey: Prentice Hall.
Chapin, D. A.1996, The theory of the Bouguer gravity anomaly: A tutorial, The
Leading Edge John Willey & Sons Ltd. England, 15(5), hal. 361–363. doi:
10.1190/1.1437341.
Dampney, C. (1969). The Equivalent Source Technique. Geophysics, Vol.34
No.1:39-53.
Daryono dan Agus Sutedjo. 1992. Geologi Umum. Surabaya : IKIP PRESS
Dzikru. 2017. Hukum Dasar Metode Gravity
di https://www.coursehero.com/file/p2rdsuq/22-Hukum-Dasar-Metode-
Gravity-Teori-yang-mendasari-Metode-Gravitasi/ (diakses pada 13 April
2021).
Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Gorsel, J. T., Kadar, D., & Mey, P. H. (1989). Geological Fieldtrip Central Java.
Indonesian Petroleum Association.
Hardiansyah, Bagus. 2016. Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas
Bumi Menggunakan Metode Gaya Berat. Skripsi. Hal. 2-3.
Hasria. 2011. Aplikasi Software Grav2Dc dalam Interpretasi Data Anomali
Medan Gravitasi. Jurnal Aplikasi Fisika Vol 7 No.1. Fisika FMIPA:
Universitas Haluleo.
Jaenudin. 2012. Metode Gravity. Bandung : Prodi Fisika FMIPA Universitas
Padjajaran
Lowrie, W. 2007. Fundamental of Geophysics. Cambridge University Press.
Cambridge, United Kingdom
Netterlton,L.L.(1976).Gravity and Magnetics in Oil Prospecting, New York, Mc
Graw-Hill co., Inc., 464 P

30
Novian, I., Husein, S., & S, R. N. (2014). Buku Panduan Ekskursi Geologi
Regional 2014. Yogyakarta: Jurusan eknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
Purnomo, J., Koesuma, S., & Yunianto, M. 2016. Pemisahan Anomali Regional-
Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average,
Polynomial dan Inversion. Indonesian Journal of Applied Physics. 3(1):
10-20. https://doi.org/10.13057/ijap.v3i01.1208
Rahmawati, D., Novian, M. I., & Rahardjo, W. (2012). Studi Biostratigrafi dan
Analisis Mikrofasies Batugamping, Formasi Wungkal Gamping, Jalur
Pengukuran Padasan, Gunung Gajah, Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Proceedings 41st IAGI Annual Convention & Exhibition.
Rahardjo, W. (1994). Peta Geologi lembar. Bayat, Jawa Tengah Skala 1:100.000.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, & Rosidi, H. M. (1995). Peta Geologi lembar.
Yogyakarta, Jawa, Skala 1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Reynolds, J,M. 1990. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
Reynolds, J,M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
John Willey & Sons Ltd. EnglandRosid.
Roy, K.K. 2008. Potential Theory in Applied Geophysics. Berlin : Springer.
Sakti, Artadi Pria. 2009. Interpretasi Data Gravitasi untuk Melokalisir Jebakan
Minyak Bmi pada Zona Patahan di Daerah X Cekungan Sumatera Tengah.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Samodra, H., Gafoer, S., & Tjokrosapoetro, S. (1992). Peta Geologi Lembar
Pacitan, Jawa. Bandung: Pusat Pebelitian dan Pengembangan Geologi.
Santos, P.A dan Rivas, J.A. 2009. Gravity Survey Contribution to Geothermal
Exploration in El Salvador. Jurnal Ilmiah . United Nation University. El
Salvador.
Santoso, D. (2002). Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB.
Sari, I. P. 2012. Studi Komparasi Metode Filtering untuk Pemisahan Anomali
Regional dan Residual Dari Data Anomali Bouger. Skripsi. Depok:
FMIPA Universitas Indonesia.

31
Setyanta, B. I, Setiadi. dan W,H, Simamora.(2008). Model Geologi Bawah
Permukaan Daerah Muarawahu Hasil Analisis Anomali Gaya Berat
Berdasarkan Estimasi Kedalaman Dengan Metode Analisis
Spektral.JGSD. Vol. 18 No. 6 Desember 2008 Hal: 379-390.
Smyth, H. (2005). Eocene to Miocene Basin History and Volcanic Activity in East
Java, Indonesia. London: University of London.
Sumarjono dkk. 2004. Fisika Dasar 1. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sumarso, & Ismoyowati, T. (1975). Contribution to The Stratigraphy of The Jiwo
Hills and Their Southern Surroundings (Central Java). Proceedings of
Indonesian Petroelum Association 4th Annual Convention and Exhibition,
19-26.
Sumosusastro, S. (1956). A Contribution to the Geology of the Eastern Djiwo
Hills and The Southern Range in Central Java. Bandung: Majalah
Pengetahuan Alam Indonesia.\
Sunaryo. 1999. Panduan Praktikum Geofisika. Universitas Brawijaya.
Surono, Toha, B., dan Sudarno, I., 1992, PetaGeologi Lembar Surakarta
Giritontro, Jawa,Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung.
Surono, Toha, B., Sudarno, I., & Wiryosujono, S. (1992). Peta Geologi Lembar
Surakarta – Girintontro, Jawa, Skala 1:100.000. Bandung: P3G – Ditjen
GSM Dept.
Surono, Hartono, U., & Permanadewi, S. (2006). Posisi stratigrafi dan
petrogenesis Intrusi Pendul, Perbukitan Jiwo, Bayat, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi, XVI, 302-311.
Surono. (2009). Sedimentasi Formasi Semilir di Desa Sendang, Wuryantoro,
Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi, XVIII, 29-41.
Syamsu. 2005. Gravity Method in Exploration Geophysics. Depok : Universitas
Indonesia.
Taufiquddin. 2014, Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Potensi Panas
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E . 1990. Applied Geophysics Second
Edition. New York : Cambridge University Press.7

32
PRAKTIKUM GRAVITY JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA UPN 2020/2021
“VETERAN” YOGYAKARTA

LEMBAR
KONSULTASI

KONSULTASI 1
NAMA : Dio Tri Satria
MATERI : Pengolahan data dan laporan
TANGGAL : 10 april 2021
ASISTEN : Agus Zuhri Mahenra

KETERANGAN :

KONSULTASI 2
NAMA : Dio Tri Satria
MATERI : Laporan
TANGGAL : 11 april 2021
ASISTEN : Amru pranadi muhammad

KETERANGAN :

TTD TTD
(KONSULTASI 1) (KONSULTASI 2)

ASISTEN ASISTEN

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI 33


LEMBAR PENILAIAN

Anda mungkin juga menyukai