ANALISA DERIVATIVE
Oleh :
DIO TRI SATRIA
115.190.059
KELOMPOK 03
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM GRAVITY
ANALISA DERIVATIVE
Disusun Oleh :
(Asisten GravitY)
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 13
4.1.Diagram Alir Pengolahan Data ....................................................................... 13
4.2.Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data .................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. TABEL PENGOLAHAN DATA SEMUA KELOMPOK
LAMPIRAN B. PETA FHD X DAN Y (FIRST HORIZONTAL DERIVATIVE)
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
8
Selanjutnya pada penelitian kali ini pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode filtering Total Horizontal Derevative, dimana pada metode
ini membuat bidang pada daerah penelitian yang memiliki ketinggian berbeda
menjadi satu datum yang sama, fungsi filter ini sendiri menunjukan bidang batas
dari anomaly maupun kontak batuan sekitar daerah penelitian dengan jelas.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Dataran Tinggi Dieng, berada sekitar 2000 m di atas permukaan laut,
dikelilingi oleh Gunung Prahu dan sebagian dari Gunung Pakuwadja, Gunung
Kendil, Gunung Pangonan, dan Gunung Sipandu. Mempunyai beberapa danau
atau telaga, diantaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Terus, Telaga
Lumut, Telaga Balekambang. Telaga Warna dan Telaga Pengilon berasal dari satu
badan yang dipisahkan oleh punggungan yang terbentuk dari Lava Gunung
Kendil, telaga ini berasal dari satu kawah yang kemudian diisi oleh air yang
berasal dari pembendungan Sungai Tulis oleh aliran lava.
Dataran Tinggi Batur, mempunyai ketinggian sekitar 1600 meter dari
permukaan laut, dikelilingi oleh Gunung Bisma, Gunung Nagasari dan bagian dari
Gunung Jimat, Gunung Petarangan. Dataran tinggi ini terbuka ke arah barat,
menurut Gunawan (1968) dan Pardiyanto (1970) dataran tinggi ini hadir karena
Blok Ratamba bergerak secara vertikal, yaitu bagian dari utara telah ditutupi oleh
material vulkanik, Blok Ratamba ini bisa dilihat dari daerah perbukitan Gunung
Bisma. Daerah Ratamba secara kenampakan morfologi terlihat lebih tinggi.
Dataran Tinggi Sidongkal, mempunyai ketinggian sekitar 1800 meter diatas
permukaan laut, dikelilingi oleh Gunung Klaras, Gunung Alang, Gunung
Petarangan, dan Gunung Butak, daerah ini merupakan daerah depresi.
Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional pada daerah penelitian yang dirangkum dari peneliti
terdahulu oleh Condon et al. (1996), dari muda ke tua antara lain :
1. Satuan Endapan Aluvium
Satuan Endapan Aluvium terdiri dari kerikil, pasir, lanau, dan lempung berasal
dari endapan sungai dan rawa, tebal mencapai 150 m.
2. Satuan Batuan Gunung Api Sundoro
Satuan Batuan Gunung Api Sundoro terdiri dari lava andesit hipersten-augit dan
basal olivin-augit, breksi aliran, breksi piroklastika dan laha
3. Satuan Batuan Gunung Api Dieng
Satuan Batuan Gunung Api Dieng terdiri dari satuan lava andesit dan andesit
kuarsa, serta batuan klastika gunung api. Kandungan silika batuan berkurang dari
muda ke tua.
11
Gambar 2.1 Peta geologi regional oleh Condon, 1996 (modifikasi)
Satuan Batuan Gunung Api Jembangan terdiri dari lava andesit dan batuan
klastika gunung api terutama batuan andesit-hipersten augit, setempat
mengandung hornblenda dan juga basal olivin. Berupa aliran lava, breksi aliran
dan piroklastika, lahar dan aluvium, lahar dan endapan aluvium terdiri dari bahan
rombakan gunungapi, aliran lava dan breksi yang terendapkan pada lereng yang
agak landai dan jauh dari pusat erupsi.
Menurut pembahasan Nurpratama et al. (2015), penentuan umur beberapa batuan
oleh Budihardi (1991) dan peta geologi (Sukhyar, 1986), Komplek Gunung Api
Dieng dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Dieng Tua
12
Dieng Tua terdiri dari breksi tuff Gajahmungkur, andesite lava dan breksi
tuff Prahu (3.60 jtl), andesite piroksen lava Reban, andesite piroksen lava
Sigemplong 1, andesite piroksen lava Sigemplong 2, andesite lava dan tuff breksi
Nagasari (2.99 jtl), andesite lava dan breksi tuff Jimat, breksi tuff Bisma (2.53 jtl),
breksi tuff Sidede, andesite piroksen lava dan breksi tuff Sembungan.
2. Dieng Dewasa
Dieng Dewasa terdiri dari lava dan breksi tuff Pagerkandang, andesite
piroksen lava Sipandu, andesite lava dan breksi tuff Pangonan (0.37 jtl), lava dan
breksi tuff Merdada (0.37 jtl).
3. Dieng Muda
Dieng Muda terdiri dari breksi tuff Igir Binem, andesite basaltic lava dan
breksi tuff Prambanan, andesite basaltic lava dan breksi tuff Watusumbul,
andesite lava dan breksi tuff Kendil (0.19 jtl), andesite lava dan breksi tuff
Pakuwaja (0.09 jtl), andesite lava dan breksi tuff Seroja (0.07 jtl), andesite lava
Sikunang dan endapan Alluvial.
Struktur Geologi
Menurut Gunawan (1968), struktur geologi pada daerah Kompleks Dieng
dan sekitarnya dipengaruhi oleh pergerakan tektonik Kuarter yang masih aktif
sampai sekarang. Pelipatan besar tidak terjadi, akan tetapi dengan jelas ada dua
patahan Kuarter yang dapat diamati. Patahan pertama ditemukan di bagian barat
yaitu dalam pembentukan Blok Ratamba disertai dengan adanya fracturing.
Patahan yang kedua di bagian timur yaitu graben Sigedang dari Gunungapi
Tlerep- Butak dan Graben Watumbu dari Prahu. Sedangkan penelitian yang
dirangkum oleh Condon et al.(1996) struktur geologi yang ada terdiri dari sesar,
kelurusan dan kekar (Gambar 2.1).
13
Sesar dan kelurusan gunungapi pada umumnya berarah barat laut -
tenggara dan barat - timur. Sesar vulkanik terdapat di sekitar erupsi. Zona sesar
berarah hampir barat - timur terdapat di sebelah selatan yang membatasi depresi
Batur. Bagian selatan yang relatif naik disebut sebagai Blok Tilting (Gunawan,
1986). Sesar-sesar bersusun merupakan sesar-sesar tangga memotong lava
Rogojembangan. Indikasi sesar didasarkan atas adanya gawir yang terlihat dari
Dieng berarah baratlaut - tenggara dan juga dicerminkan oleh punggungan pada
puncak Prahu yang linear. Sesar yang berarah baratlaut - tenggara terdapat di
utara gunung Jimat.
Sesar-sesar lain yang sejajar diumpai di sebelah utaranya memotong
kerucut Kemulan dan Rogojembangan. Pada daerah batas antara tubuh Prahu dan
Tlerep terdapat patahan yang berarah baratdaya - timurlaut. Sesar dicirikan oleh
gawir yang memanjang dan telah tersingkapkan batuan pada Formasi Damar.
Sebuah sesar berarah utara - selatan memotong lava komplek Pakuwaja. Pada
zona sesar ini di sebelah utara Kawah Pakuwaja muncul kegiatan solfatar.
Disebelah timurlaut kawah Bisma terdapat beberapa sesar yang diduga
berhubungan dengan gunungapi. Sesar-sesar tersebut membelok sejajar dengan
bentuk kawahnya. Diperkirakan puncak Sidede terbentuk karena adanya sesar ini
yang sebelumnya merupakan lereng Bisma.
1
2.2 Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian : Identifikasi Jenis Batuan Dominan Di Daerah Dieng Dan
Pemisahan Anomali Regional Dan Residual
Menggunakan
Metode Moving Average Filter
Penulis :Ade Andika Saputra, dkk
Instansi : Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
2
meningkat ke arah Barat Laut daerah Dieng dan menurun ke arah Tenggara
Dieng.
3
BAB III
DASAR TEORI
4
equator. Hal inilah yang menyebabkan jarak equator ke psatb umi lebih jauh
dari pada jarak kutub ke pusat bumi. Akibatnya percepatan gravitasi bumi di
equator lebih kecil daripada dikutub.
Elevasi
Percepatan gravitasi tergantung dari jaraknya terhadap permukaan bumi.
Sehingga semakin tinggi sebuah benda dari permukaan bumi, semakinkecil
percepatan gravitasi, sebaliknya jika semakin rendah sebuah benda dari
permukaan bumi maka akan semakin besar percepatan gravitasinya.
Variasi Rapat Massa
Kepadatan atau kerapatan massa bumi yang berbeda-beda menghasilkan
gravitasi pada permukaan bumi yang berbeda pula. Makin padat atau rapat
massa bumi maka makin kecil gravitasinya. Daratan merupakan wilayah yang
memiliki kerapatan massa yang tinggi sehingga gravitasinya lebih kecil
daripada wilayah lautan.
Topografi
Topografi sekitar lokasi penelitian juga mempengaruhi besarnya
nilaipercepatan gravitasi yang di ukur. Apabila ada sebuah bukit di dekat
lokasipenelitian ,maka bukit tersebut akan mengurangi nilai percepatan
gravitasi yang diukur karena bukit juga memiliki gaya tarik percepatan
gravitasi sendiri.
Pasang Surut
Pengaruh percepatan Gravitasi Bulan dan Matahari juga mempengruhi
besarnya percepatan gravitasi pengukuran pada suatu titik.
5
Gambar 3. 1 Diagram Koreksi Lintang
Dengan :
a : jari - jari equator
b : jari – jari kutub
r : jari – jari putar
w : kecepatan
𝜙 : lintang
ρ : pepatan bumi (=1/298,257222101;GRS 80)
(3.2)
di mana:
f: flatering
a: sumbu panjang melalui ekuator
b: sumbu pendek melalui kedua kutub
6
Gambar 3.2. Bentuk Elipsoid Bumi
(3.4)
Sedangkan = m = (3.5)
7
Dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gaya berat dari sferoid
referensi(dalam meter). Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan di dapatkan
anomaly udara bebas di topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :
(3.7)
Dengan
Δ : anomaly medan gayaberat udara bebas di topografi (mGal)
: medan gayaberat observasi di topografi (mGal)
: medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)
: koreksi udara bebas (mGal)
𝑔𝑏 𝜋𝐺𝜌
𝑔𝑏 , 4 9 𝜌
(3.8)
: konstanta = 6.67 x 10-9 cgs unit
: densitas batuan 2,67gr/cm3
: ketinggian antara titik amat gayaberat dengan suatu datum level tertentu
8
3.7. Anomali Bouguer Sederhana
Anomali medan gravitasi yang telah dikoreksi oleh koreksi Bouguer
disebut anomali Bouguer sederhana di topografi yang dapat dituliskan sebagai
berikut :
Δ 𝑏 Δ 𝑎 𝐵 (3.9)
Dengan :
Δ gbs = anomali bouguer sederhana di topografi (mGal)
gB = koreksi bouger (mGal)
g fa = koreksi udara bebas (mGal)
Dalam suatu proses eksplorasi, seperti eksplorasi geofisika hasil yang
ingin dicapai adalah menentukan nilai variasi densitas local areas tersebut secara
lateral, yang mana nilai densitas ini kebanyakan tidak diukur secara in situ.
Karena nilai densitas ini merupakan tujuan utama dalam sebuah pencarian maka
kita harus mengetahui nilai tersebut dengan baik agar dapat digunakan dalam
pengolahan maupun interpretasi suatu data. Secara umum nilai dari densitas ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah porositas, rapat
massa butir, dan kandungan fluida yang ada pada pori-pori batuan tersebut. akan
tetapi banyak faktor lainnya seperti proses kompaksi yang dipengaruhi oleh
kedalaman ataupun pressure, proses pembentukan, serta derajat pelapukan pada
batuan tersebut. sehingga nilai dari densitas ini tidak dapat ditentukan berdasarkan
salah satu faktor saja agar nilai dari densitas yang dihasilkan lebih spesifik.
9
3.9. Analisa Derrivative
Analisa Derivative digunakan untuk menentukan batas dan mengetahui
jenis patahan. Untuk mendapatkan hal tersebut maka dilakukan First Horizontal
Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) dari lintasan yang dibuat
dalam peta anomali bouger atau peta anomali regional atau peta anomali residual
yang selanjutnya dibuat penampangnya.
3.9.1. First Horizontal Derrivative
First Horizontal Derivative (FHD) atau Turunan Mendatar Pertama
mempunyai nama lain yaitu Horizontal Gradient. Horizontal gradient dari anomali
gayaberat yang disebabkan oleh suatu body cenderung untuk menunjukkan tepian
dari body-nya tersebut. Jadi metode horizontal gradient dapat digunakan untuk
menentukan lokasi batas kontak kontras densitas horisontal dari data gaya berat.
Untuk menghitung nilai FHD dapat dilakukan dengan persamaan :
(3.11)
dengan :
g = nilai anomali (mgal)
Δx = Selisih antara jarak pada lintasan (m)
FHD = First Horizontal Derivative
10
Dalam penentuan nilai SVD maka digunakan turunan kedua atau dilakukan
dengan persamaan :
(3.12)
dengan :
g = nilai anomali (mgal)
Δx = Selisih antara jarak pada lintasan (m)
SVD = Second Vertical Derivative
Dalam penentuan patahan normal ataupun patahan naik, maka dapat
dilihat pada harga mutlak nilai SVDmin dan harga mutlak SVDmax. Dalam
penentuannya dapat dilihat pada ketentuan berikut:
|SVD|min < |SVD|max = Patahan Normal
|SVD|min > |SVD|max = Patahan Naik ]
|SVD|min = |SVD|max = Patahan Mendatar
(3.13)
3.9.4. Tilt Derrivative
Data gravity sering digunakan untuk menggambarkan kontak geologis dan
perbatasan formasi geologi. Peta ini memiliki sinyal dengan berbagai amplitudo
yang berasal dari sumber dengan geometri berbeda, terletak pada kedalaman yang
berbeda dan dengan sifat kerapatan yang berbeda. Vertical Derivative telah
11
digunakan selama.bertahun-tahun untuk menggambarkan tepi dalam data gravity
dan medan magnet. Banyak filter yang umum digunakan untuk meningkatkan
detail halus di bidang gravitasi berdasarkan kombinasi horizontal dan vertical
derivative dari data.
Filter Tilt derivative (TDR) biasanya digunakan untuk mendeteksi struktur
geologi tepi sebagai interpretasi yang menujukkan ciri patahan. filter TDR
dihitung dengan membagi komponen Vertical Derivative (VDR) dengan Total
Horizontal Derivative (TDHR) .
(3.13)
12
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Tinjauan
pustaka
Data
Peta srtm
Sintetik
Notepad ABS
Oasis Montaj
Peta TDR Peta THD Peta ABL Peta Regional Peta Residual
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
13
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
1. Siapkan data yang akan diolah, data yang diolah berupa data sekunder
dari nilai nilai X,Y, dan Z serta nilai dari G OBS dalam pengolahan ini
menggunakan ms excel Notepad, Global Mapper, Oasis Montaj dan
Google Earth.
2. Masukan nilai X dan Y yang berada pada table excel kedalam notepad
kemudian sesuaikan dengan format pada pengolahan software selanjutnya.
3. Mengatur settingan zona dan proyeksi yang akan dipakai pada Global
Maper yaitu dengan memilih Tools – Configure – Projection. Lalu
menentukan daerah regional yang akan diproyeksikan, tujuanya adalah
untuk membuat batasan daerahnya yang dibatasi oleh box
4. Nilai ABS yang didapat dari G OBS melalui pengolahan ms excel
dimasukan ke dalam Oasis Montaj beserta nilai X, Y dan Z. kemudia
memilih menu GX – Load Menu – Gravity.omn. untuk memunculkan
Nilai Gravity, setelah muncul kita dapat melakukan koreksi medan pada
nilai ini di software Oasis Montaj .
5. Nilai koreksi medan yang sudah diperoleh dapat ditambahkan dengan nilai
ABS untuk mencari nilai ABL yang kemudian diinput pada software
Oasis Montaj.
6. Langkah selanjutnya adalah pembuatan peta dengan cara yag sama yaitu
Grid and Image – Gridding – Minimum Curvature. Pada Box yang
muncul, masukkan nilai ABL sesuai dengan peta yang akan dibuat, lalu
memberi nama dari output dan menentukan ukuran Grid peta. Dari
pembuatan peta ini akan dihasilkan 2 output berupa peta Regional dan
Residual.
7. Dari peta yang sudah ada dapat dilanjutkan sebagai dasar pembuatan peta
upward, dengan cara memilih data ABL untuk input dan memberi nama
dari output berupa peta dan tekan filter, lalu memilih filter Upward
14
Continuation pada menu filter 1 dan masukkan nilai ketinggian dari peta
Upward maka akan muncul peta upward dari hasil pengolahan.
8. Kemudian kita dapat membuat peta tilt derrevative caranya sama dengan
langkah sebelumnya, namun pada pembuatan peta ini tools pada menu
software yang digunakan berbeda yaitu memilih USGSV – Grid Spatial
Filtering –lalu akan muncul Box tilt derevative Surface Fitting. Pada Box
ini, memasukkan data ABL kemudia oke maka akan muncul .
9. Dari output yang dihasilkan langkah selanjutnya yaitu penginterpretasian
yang dibahas pada sub BAB pembahasan,yang isi dari pembahasan
tersebut berupa informasi dari daerah penelitian maupun peta berupa
informasi kualitatif dan kuantitatifnya.
10. Kemudian selesai
15
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
5.2. Pembahasan Peta ABL
Peta ini ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang mana peta dengan
persebaran anomali yang telah mendapatkan koreksi dari koreksi pasang surut,
tinggi alat, apungan, lintang, udara bebas, bouguer hingga koreksi medan. Peta
ABL ini dihasilkan dari software Oasis Montaj dengan memuat data pengolahan
ABL yang telah dicari koreksi medannya pada software Oasis Montaj dan pada
Ms. Excel untuk mengakumulasi nilai ABL nya.
17
Peta ABL ini menggunakan skala 1:5000 yang terdiri atas 8 lintasan
pengukuran. Dapat dianalisa dari skala warna yang ada, terdapat 3 kelompok
yakni dimulai dari biru hingga biru muda dengan rentang (-19,5)-(-2,1) mGal
dengan makna nilai densitas rendah. Berikutnya warna hijau hingga kuning
dengan rentang -1,4- 2,1 mGal memiliki nilai densitas sedang. Lalu warna oranye
hingga merah muda dengan rentang 2,7-32,8 mGal dengan nilai densitas yang
tinggi.
Pada peta ABL sudah dapat dilakukan tinjauan pustaka mengenai daerah
penelitian. Pada daerah barat, barat daya, timur laut dan sedikit bagian
timurdaerah penelitian didominasi warna biru yang memiliki densitas rendah.
Pada daerah ini dapat diduga bahwa daerah ini memliki litologi batuan berupa
batuan sedimen ataupun batuan kurang kompak lainnya maupun keterdapatan
zona struktur. Namun agar hasil interpretasi lebih akurat, sebaiknya proses
interpretasi dilakukan dengan overlay terhadap peta geologi daerah penelitian
18
5.3. PembahasanPeta Regional
Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Filter
Upward Continuation yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan
maksud mendapatkan peta secara regional. Biasanya filter ini bertujuan untuk
memastikan seberapa luas area suatu litologi maupun struktur yang ada pada
daerah penelitian. Peta ABL ini menggunakan skala 1:5000 yang terdiri atas 8
lintasan pengukuran. Peta ABL ini diberi Filter Upward Continuation dengan
19
rentang kenaikan 65,130 dan 195. Kenaikan filter juga mempengaruhi rentang
persebaran anomali yang ada.
Dapat terlihat pada setiap kenaikan filter terdapat perubahan tingkat warna
yakni semakin tinggi filternya semakin halus warna pada beberapa daerah. Pada
bagian tengah hingga barat daya daerah penelitian bisa terlihat warna merah yang
ada semakin lama semakin berubah dengan kenaikan setiap rentang filternya, ini
menandakan nilai intensitas sangat tinggi tersebut tidak tersebar cukup luas. Pada
daerah bagian berwarna biru tua, terdapat penghalusan menjadi biru muda disetiap
titiknya bahkan tampak menghilang pada beberapa titik dari peta ABL
sebelumnya, ini karena warna biru memiliki nilai densitas yang rendah sehingga
semakin tinggi titik penglihatan peta maka akan semakin tidak terlihat nilai yang
rendah
20
5.4. Pembahasan Peta Residual
Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Polynomial
Filtering yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan maksud
mendapatkan peta secara lokal. Biasanya filter ini bertujuan untuk memastikan
seberapa jelas atau teliti area persebaran suatu litologi maupun struktur yang ada
pada daerah penelitian.
Peta ABL ini diberi Polynomial Filtering dengan rentang kenaikan setiap
ordernya dari 1 hingga 3 sehingga didapatkan peta residual orde 1, orde 2 dan
21
orde 3. Peta ABL ini menggunakan skala 1:5000 yang terdiri atas 3 lintasan
pengukuran. Kenaikan orde pada filter juga mempengaruhi rentang persebaran
anomali yang ada, Pada peta residual orde 1 berubah menjadi (-23,8) - (28,8)
mGal. Pada peta residual orde 2 memiliki rentang nilai (-16,4) - (23,5) mGal.
Terakhir pada peta residual orde 3 berubah kembali dengan rentang (-18,9) -
(22,2) mGal. Sebelum orde 1 ada peta residual 0 dimana pada orde ini tidak
dilampirkan karena Pada peta residual orde 0 masih belum terlihat perbedaan
dengan peta dasar karena orde 0 masih belum terdapat perubahan nilai
anomalinya.
22
5.5. Pembahasan Peta THD
Peta diatas ialah peta Anomali Bouguer Lengkap yang diberi Total
Horizontal Derivative yang dihasilkan dengan software Oasis Montaj dengan
maksud mendapatkan peta yang menggambarkan batas-batas badan anomali pada
peta ABL dengan menurunkan nilai terhadap sumbu x dan y secara horizontal
derivative. Biasanya filter ini bertujuan untuk memastikan seberapa akurat batas
area persebaran suatu litologi maupun struktur yang ada pada daerah penelitian.
Pada peta ini dibuat menggunakan skala 1:1500 , Dapat dianalisa dari skala warna
yang ada, terdapat 3 kelompok yakni dimulai dari biru hingga kuning dengan nilai
0,004847 mGal dengan makna nilai densitas rendah. Berikutnya warna oranye
23
hingga merah dengan nilai 0,59262 mGal memiliki nilai densitas sedang. Lalu
warna merah muda dengan nilai 0,213209 mGal dengan nilai densitas yang tinggi.
Pada peta bagian atas kanan dapat dilihat bahwa adanya loncatan nilai
anomaly yang tinggi dimana terdapat diantaranya nilai anomaly yang rendah,
dapat diduga pada daerah yang memiliki nilai densitas tinggi terdapat sumber
panas dikarenakan adanya dugaan kemenerusan. Dan pada daerah yang ditandai
dengan garis putus” diindikasikan sebagai batas dan arah struktur pada daereah
penelitian.
24
5.6 Pembahasan Peta Tilt Derevative
25
mGal dengan makna nilai densitas rendah. Berikutnya warna hijau hingga kuning
dengan rentang nilai (-1,045652) – (-1,96279) mGal memiliki nilai densitas
sedang. Lalu warna orannye hingga merah muda dengan rentang nilai (0,163072 –
1,273472) mGal dengan nilai densitas yang tinggi.
Pada daerah pojok kanan atas terdapat nilai anomaly yang tinggi dimana
terdapat selah yang diisi oleh nilai anomaly yang lebih rendah, dapat diduga pada
daerah yang memiliki nilai densitas tinggi terdapat sumber panas dikarenakan
adanya dugaan kemenerusan.dan pada daerah yang ditandai garis putus’’
menunjukan batas suatu struktur yang memiliki nilai ketinggian yang berbeda
pada daerah penelitian
26
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Pada penelitian kali ini dapat ditarik kesimpulan dari pembahasan
sebelumnya bahwa :
Pada metode gravitasi factor yang mempengaruhi nilai cukup banyak
diantaranya nilai pasang surut,daerah topografi,posisi lintang, dan perbedaan
jenis densitas batuan bawah permukaan.
Pada koreksi kreksi yang ada bertujuan untuk mengurangi nilai gangguan agar
ketepatan dalam pemetaanya lebih tinggi.
Nilai ABL akan berubah mengikuti topografi daerah penelitian apabila telah
dilakukan koreksi medan
Apa bila pada peta abs telah dilakukan pengkoreksian lebih lanjut maka sudah
bias dilakukan penginterpretasian dengan parameter sifat batuan bawah
permukaan, hal ini dikarenakan pada peta abs mesih terdapat gangguan dari
medan sekitarnya.
Upward Continuation merupakan filter yang digunakan dengan maksud untuk
mendapatkan persebaran anomali secara regional. Didapatkan 4 peta regional
dengan Filter Upward Continuation dengan rentang kenaikan 65, 130 dan
195
Polynomial Filtering merupakan filter yang digunakan untuk mendapatkan
persebaran anomali secara lokal sesuai dengan orde nya sehingga didapatka
peta residual orde 0, orde 1, orde 2 dan orde 3
Tilt Derivative dan Total Horizontal Derivative adalah contoh dari filter yang
berguna untuk analisa derivative dalam menemukan nilai pada batas-batas
anomali suatu daerah
27
5.2.Saran
Dari penelitian yang dilakukan penulis ingin memberikan saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu: Dalam kegiatan praktikum eksplorasi metode gravity
menggunakan PENGOLAHAN TILT DEREVATIVE, praktikan sebaiknya lebih
teliti dalam akuisisi, pengolahana serta interpretasi karena cukup rumit. Selain itu,
diperlukan pengetahuan lebih terkait geologi untuk menunjang keakuratan data
yang dihasilkan
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Bumi Dengan Metode Gravity ( Studi Kasus di Daerah Sumber Air Panas
Desa Lombang Kecamatan Batang-Batang Kabupaten Sumenep). Skripsi.
Malang: UIN Malang.
Bronto, S., & Hartono, H. G. (2001). Panduan Ekskursi Geologi Kuliah
Lapangan 2. Yogyakarta: STTNAS.
Burger, R. H. 1992. Exploration Geophysics of The Shallow Subsurface. New
Jersey: Prentice Hall.
Chapin, D. A.1996, The theory of the Bouguer gravity anomaly: A tutorial, The
Leading Edge John Willey & Sons Ltd. England, 15(5), hal. 361–363. doi:
10.1190/1.1437341.
Dampney, C. (1969). The Equivalent Source Technique. Geophysics, Vol.34
No.1:39-53.
Daryono dan Agus Sutedjo. 1992. Geologi Umum. Surabaya : IKIP PRESS
Dzikru. 2017. Hukum Dasar Metode Gravity
di https://www.coursehero.com/file/p2rdsuq/22-Hukum-Dasar-Metode-
Gravity-Teori-yang-mendasari-Metode-Gravitasi/ (diakses pada 13 April
2021).
Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Gorsel, J. T., Kadar, D., & Mey, P. H. (1989). Geological Fieldtrip Central Java.
Indonesian Petroleum Association.
Hardiansyah, Bagus. 2016. Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas
Bumi Menggunakan Metode Gaya Berat. Skripsi. Hal. 2-3.
Hasria. 2011. Aplikasi Software Grav2Dc dalam Interpretasi Data Anomali
Medan Gravitasi. Jurnal Aplikasi Fisika Vol 7 No.1. Fisika FMIPA:
Universitas Haluleo.
Jaenudin. 2012. Metode Gravity. Bandung : Prodi Fisika FMIPA Universitas
Padjajaran
Lowrie, W. 2007. Fundamental of Geophysics. Cambridge University Press.
Cambridge, United Kingdom
Netterlton,L.L.(1976).Gravity and Magnetics in Oil Prospecting, New York, Mc
Graw-Hill co., Inc., 464 P
30
Novian, I., Husein, S., & S, R. N. (2014). Buku Panduan Ekskursi Geologi
Regional 2014. Yogyakarta: Jurusan eknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
Purnomo, J., Koesuma, S., & Yunianto, M. 2016. Pemisahan Anomali Regional-
Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average,
Polynomial dan Inversion. Indonesian Journal of Applied Physics. 3(1):
10-20. https://doi.org/10.13057/ijap.v3i01.1208
Rahmawati, D., Novian, M. I., & Rahardjo, W. (2012). Studi Biostratigrafi dan
Analisis Mikrofasies Batugamping, Formasi Wungkal Gamping, Jalur
Pengukuran Padasan, Gunung Gajah, Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Proceedings 41st IAGI Annual Convention & Exhibition.
Rahardjo, W. (1994). Peta Geologi lembar. Bayat, Jawa Tengah Skala 1:100.000.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, & Rosidi, H. M. (1995). Peta Geologi lembar.
Yogyakarta, Jawa, Skala 1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Reynolds, J,M. 1990. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
Reynolds, J,M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
John Willey & Sons Ltd. EnglandRosid.
Roy, K.K. 2008. Potential Theory in Applied Geophysics. Berlin : Springer.
Sakti, Artadi Pria. 2009. Interpretasi Data Gravitasi untuk Melokalisir Jebakan
Minyak Bmi pada Zona Patahan di Daerah X Cekungan Sumatera Tengah.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Samodra, H., Gafoer, S., & Tjokrosapoetro, S. (1992). Peta Geologi Lembar
Pacitan, Jawa. Bandung: Pusat Pebelitian dan Pengembangan Geologi.
Santos, P.A dan Rivas, J.A. 2009. Gravity Survey Contribution to Geothermal
Exploration in El Salvador. Jurnal Ilmiah . United Nation University. El
Salvador.
Santoso, D. (2002). Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB.
Sari, I. P. 2012. Studi Komparasi Metode Filtering untuk Pemisahan Anomali
Regional dan Residual Dari Data Anomali Bouger. Skripsi. Depok:
FMIPA Universitas Indonesia.
31
Setyanta, B. I, Setiadi. dan W,H, Simamora.(2008). Model Geologi Bawah
Permukaan Daerah Muarawahu Hasil Analisis Anomali Gaya Berat
Berdasarkan Estimasi Kedalaman Dengan Metode Analisis
Spektral.JGSD. Vol. 18 No. 6 Desember 2008 Hal: 379-390.
Smyth, H. (2005). Eocene to Miocene Basin History and Volcanic Activity in East
Java, Indonesia. London: University of London.
Sumarjono dkk. 2004. Fisika Dasar 1. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sumarso, & Ismoyowati, T. (1975). Contribution to The Stratigraphy of The Jiwo
Hills and Their Southern Surroundings (Central Java). Proceedings of
Indonesian Petroelum Association 4th Annual Convention and Exhibition,
19-26.
Sumosusastro, S. (1956). A Contribution to the Geology of the Eastern Djiwo
Hills and The Southern Range in Central Java. Bandung: Majalah
Pengetahuan Alam Indonesia.\
Sunaryo. 1999. Panduan Praktikum Geofisika. Universitas Brawijaya.
Surono, Toha, B., dan Sudarno, I., 1992, PetaGeologi Lembar Surakarta
Giritontro, Jawa,Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung.
Surono, Toha, B., Sudarno, I., & Wiryosujono, S. (1992). Peta Geologi Lembar
Surakarta – Girintontro, Jawa, Skala 1:100.000. Bandung: P3G – Ditjen
GSM Dept.
Surono, Hartono, U., & Permanadewi, S. (2006). Posisi stratigrafi dan
petrogenesis Intrusi Pendul, Perbukitan Jiwo, Bayat, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi, XVI, 302-311.
Surono. (2009). Sedimentasi Formasi Semilir di Desa Sendang, Wuryantoro,
Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi, XVIII, 29-41.
Syamsu. 2005. Gravity Method in Exploration Geophysics. Depok : Universitas
Indonesia.
Taufiquddin. 2014, Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Potensi Panas
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E . 1990. Applied Geophysics Second
Edition. New York : Cambridge University Press.7
32
PRAKTIKUM GRAVITY JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA UPN 2020/2021
“VETERAN” YOGYAKARTA
LEMBAR
KONSULTASI
KONSULTASI 1
NAMA : Dio Tri Satria
MATERI : Pengolahan data dan laporan
TANGGAL : 10 april 2021
ASISTEN : Agus Zuhri Mahenra
KETERANGAN :
KONSULTASI 2
NAMA : Dio Tri Satria
MATERI : Laporan
TANGGAL : 11 april 2021
ASISTEN : Amru pranadi muhammad
KETERANGAN :
TTD TTD
(KONSULTASI 1) (KONSULTASI 2)
ASISTEN ASISTEN