Oleh :
SITI FATIMAH
115.170.008
KELOMPOK 7
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI
TUTORIAL KORELASI PROFIL DENGAN SOFTWARE
DISCOVER MAPINFO
Disusun Oleh :
SITI FATIMAH
115.170.008
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembakan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Seismik Refraksi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada para asisten Laboratorium Seismik Refraksi dan pihak-pihak yang telah
membantu selama melaksanakan praktikum Seismik Refraksi maupun dalam
membuat laporan praktikum Seismik Refraksi ini.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna, baik dalam secara penyajian maupun yang lainnya. Oleh karena penulis
mohon maaf kepada pembaca dan penulis juga berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang konstruktif atas kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada
para pembaca. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
SITI FATIMAH
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 2
BAB V. PENUTUP
5.1. Simpulan .......................................................................................................... 18
5.2. Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. PROFIL BAWAH PERMUKAAN SEMUA LINTASAN
B. LEMBAR KONSULTASI
C. LEMBAR PENILAIAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembiasan dengan Sudut Datanag Kritis (Susilawati, 2004) ........................ 4
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengolahan Data.................................................................... 10
Gambar 4.1.(a, b, c, d) Membuka Software Discover Mapinfo ...................................... 13
Gambar 4.2. (a, b) Discover 3D ...................................................................................... 14
Gambar 4.3. (a, b) Input Gambar Profil Bawah Permukaan .......................................... 14
Gambar 4.4. (a, b) Image Registration............................................................................ 15
Gambar 4.5. Digitize dan Input Koordinat ..................................................................... 15
Gambar 4.6. Digitize dan Input Koordinat Pada Lapisan Miring .................................. 16
Gambar 4.7. Hasil Digitize dan Input Koordinat ............................................................ 17
Gambar 4.8. (a, b, c) Transparancy ............................................................................... 17
Gambar 4.9. Korelasi Profil Bawah Permukaan ............................................................ 19
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan laporan penelitian seismik refraksi tentang korelasi
profil dengan menggunakan software Discover MapInfo agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan, juga lebih memahami metode seismik refraksi serta
mampu dalam mengolah dan menganalisa data dari data lapangan dengan
menggunakan metode Delay Time beserta perhitungannya.
Tujuan dari pembuatan laporan penelitian seismik refraksi ini adalah untuk
Grafik kurva T-X (Grafik hubungan antara jarak dan waktu) untuk mencari
gelombang langsung dan gelombang bias, Grafik Analisa Kecepatan ABC, profil
bawah permukaan, Grafik analisa kedalaman Plus Minus, Grafik Analisa
Kecepatan Plus Minus, Profil bawah permukaan, penampang kecepatan ABC
kelompok 4, Penampang Kecepatan Kelompok 4, Perbandingan Peta Kecepatan
V1 dan V2 ABC, Plus Minus, Semua Kelompok, dan Perbandingan peta
kedalaman ABC, Plus Minus, pada semua kelompok.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
Hubungan ini dipakai untuk menjelaskan metode pembiasan dengan sudut
datang kritis. Gambar 2.1 memperlihatkan gelombang dari sumber S menjalar
pada medium V1 , dibiaskan dengan sudut kritis pada titik A sehingga menjalar
pada bidang batas lapisan. Dengan memakai prinsip Huygens pada bidang batas
lapisan, gelombang ini dibiaskan ke atas setiap titik pada bidang batas itu
sehingga sampai ke detektor P yang ada di permukaan (Kiswarasari, 2013).
Jadi gelombang yang dibiaskan di bidang batas yang datang pertama kali di
titik P pada bidang batas diatasnya adalah gelombang yang dibiaskan dengan
sudut datang kritis.
Pada tahap akuisisi data seismik refraksi terdapat beberapa teknik, antara
lain : teknik In Line (Bentang Segaris), Broadside, Fan Shooting (Bentang Kipas),
dan Metode Gardner (Kiswarasari, 2013).
Sedangkan pada tahap pengolahan data seismik refraksi terdapat pula
beberapa metode yaitu metode T-X yang terdiri dari Intercept Time Method (ITM)
dan Critical Distance Method (CDM), metode Delay Time, metode ABC, metode
plus-minus, metode Generalized Reciprocal Method (GRM), metode Hagiwara,
dan metode Matsuda.
Adapun keunggulan metode seismik refraksi antara lain sebagai berikut
(Kiswarasari, 2013).
1. Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima yang kecil,
sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya;
2. Prosessing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk
memperkuat sinyal first break yang dibaca;
4
3. Akuisisi data seismik refraksi dan lokasi yang cukup kecil, maka
pengembangan model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan seperti
metode geofisika lainnya.
Sedangkan kelemahan metode seismik refraksi antara lain sebagai berikut
(Kiswarasari, 2013).
1. Dalam pengukuran yang regional, seismik refraksi membutuhkan offset yang
lebih lebar;
2. Seismik bias hanya bekerja jika kecepatan gelombang meningkat sebagai
fungsi kedalaman;
3. Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi.
2.2. Korelasi
Korelasi hanya diartikan sebagai usaha untuk memperlihatkan
kesebandingan waktu (time equivalency); maksudnya, korelasi merupakan usaha
untuk menunjukkan bahwa dua tubuh batuan diendapkan pada rentang waktu yang
sama (Dunbar & Rodgers, 1957) (Rodgers, 1959). Dilihat dari kacamata ini, usaha
untuk memperlihat-kan ekivalensi dua satuan litostratigrafi berdasarkan kemiripan
litologi tidak termasuk ke dalam kategori korelasi. Pendapat kedua mengartikan
korelasi secara luas sehingga mencakup semua usaha untuk memperlihatkan
kesebandingan litologi, paleontologi, atau kronologi (Krumbein & Sloss, 1963).
Hal lain yang penting ditekankan disini adalah perbedaan antara konsep Matching
dengan konsep korelasi. Matching didefinisikan secara sederhana sebagai
korespondensi serangkaian data dengan tidak merujuk pada satuan stratigrafi
(Schwarzacher, 1975 ).
Sebagai contoh, dua satuan dalam penampang-penampang stratigrafi dari
daerah yang berbeda, namun memiliki litologi yang pada dasarnya identik
(misalnya dua serpih hitam), dapat di-match-kan berdasarkan litologinya. Walau
demikian, kedua satuan itu mungkin tidak sebanding, baik dalam hal waktu
maupun litostragrafinya. Penelusuran satuan-satuan yang terletak diantara
berbagai lokasi itu mungkin akan memberikan informasi bahwa salah satu
diantaranya terletak di atas satuan yang lain. Matching berdasarkan karakter
5
litologi pada kasus seperti itu tidak menunjukkan kesebandingan (Boggs, 1995).
Untuk menganalisa jenis litologi densitas batuan, dilakukan dengan
mengkorelasikan/membandingkan kecepatan gelombang P pada setiap lapisan
batuan tabel referensi kecepatan penjalaran gelombang P pada beberapa lapisan
batuan (Jatmiko, 2013). menyatakan bahwa proses korelasi adalah proses untuk
menunjuk-kan hubungan geometri antara batuan, fosil, atau lintap data geologi
dengan tujuan untuk menafsirkan dan menyusun model fasies, merekonstruksikan
paleontologi, atau untuk menyusun model struktur. Tujuan korelasi adalah
menetapkan ekivalensi satuan-satuan stratigrafi yang terletak di daerah yang
berbeda-beda. Definisi itu secara implisit menyatakan bahwa korelasi dilakukan
diantara satuan-satuan stratigrafi (satuan litostratigrafi, satuan biostratigrafi, dan
satuan krono-stratigrafi) (Cubitt & Reyment, 1982).
Korelasi dapat dianggap langsung (resmi) atau tidak langsung (tidak resmi)
(Cubitt & Reyment, 1982). Korelasi langsung (direct correlation) dilakukan
secara fisik dan hasilnya tidak diragukan. Penelusuran fisik suatu satuan stratigrafi
yang menerus merupakan satu-satunya metoda yang mampu memperlihatkan
korespondensi satuan litostratigrafi dari satu tempat ke tempat lain secara
meyakinkan. Korelasi tidak langsung (indirect correlation) dilakukan dengan
berbagai metoda seperti pembandingan visual terhadap well logs, rekaman
pembalikan kutub magnet, atau kumpulan fosil. Walau demikian, pembandingan
seperti itu memiliki tingkat kehandalan yang berbeda-beda dan tidak pernah
benar-benar meyakinkan. Korelasi tidak langsung berdasarkan satu gejala fisik
atau gejala biologi tertentu yang memang diperlukan sekaligus memadai untuk
menunjukkan ekivalensi disebut korelasi monotetik (monothetic correlation).
Penunjukkan ekivalensi yang dilakukan secara statistik berdasarkan sejumlah
karakter, karena tidak ada satu karakter tunggal yang memadai untuk
menunjukkan ekivalensi, disebut korelasi politetik (polythetic correlation).
Korelasi politetik umumnya menuntut dilakukan-nya pengukuran-pengukuran
yang sistematis serta dilibatkannya statistika; bukan sekedar pembandingan visual
(Boggs, 1995).
Korelasi hendaknya didasarkan pada setiap indikator kesamaan waktu yang
ada dalam batuan yang akan dikorelasi-kan. Hingga dewasa ini, indikator-
6
indikator paleontologi lebih banyak digunakan sebagai dasar korelasi. Memang,
hingga sekarang indikator-indikator itu merupakan sarana terbaik yang kita miliki
untuk korelasi jarak jauh. Namun jangan dilupa-kan bahwa indikator-indikator
fisik sangat berguna untuk korelasi jarak dekat. Bahkan untuk kasus-kasus
tertentu, misal-nya untuk korelasi antar strata yang ada dalam satu cekungan
pengendapan, nilainya lebih tinggi daripada indikator paleontologi. Di atas itu
semua, harus disadari bahwa kedua kategori indikator itu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing (Weller, 1960).
Semua indikator yang berguna untuk mengenal formasi juga berguna untuk
korelasi. Jenis-jenis indikator korelasi terpenting yang banyak digunakan oleh
para ahli adalah sebagai berikut (Weller, 1960).
A. Indikator-indikator Fisik:
1. Kemiripan litologi. 6. Ketidakselarasan.
2. Kesinambungan strata. 7. Tingkat deformasi.
3. Posisi stratigrafi. 8. Metamorfisme.
4. Variasi litologi. 9. Radioaktivitas.
5. Sifat listrik.
B. Indikator-indikator Paleontologi:
1. Fosil penunjuk. 3. Kemiripan paleontologi.
2. Urut-urutan paleontologi. 4. Tingkat perkembangan evolusi.
7
1. Graphical User Interface dimana user interface yang memiliki kode
penyimpanan berupa .tab dapat dibuka pada aplikasi platform yang berlainan
yang mendukung dalam pembuatan peta.
2. Table structure, biasanya table pada MapInfo dapat diterjemahkan
menggunakan fitur yang ada untuk menyesuaikan dengan platform user lain
ataupun dapat langsung dibuka bila user interface mensupport data binary
dari MapInfo.
3. Basis Data, Map atau Graphic Analysis yaitu suatu fitur yang dapat digunakan
untuk menyajikan data berupa grafik ataupun visual dalam format peta dengan
basis data yang ada. Biasanya dalam pengelolaannya The Grapher window
menampilkan data diagram dalam beberapa format, seperti Pie, Stacked Bar,
3D Bar, Area and X-Y graphs.
4. Menampilkan data raster sebagai background dari data vector, data raster
merupakan data yang dihasilkan oleh foto udara, citra satelit ataupun hasil
scan. Dalam pengelolaannya menjadi data vector, biasanya data raster image
akan dilakukan proses digitizing yang dapat diintegrasikan dengan basis data
yang ada di MapInfo. Image raster juga dapat ditampilkan berupa logo
perusahaan, simbol pada peta.
8
Direct Opening untuk file yang dibuat dengan DBASE atau
FoxBASE,delimited ASCII, Lotus 123, Microsoft Acces dan Excel serta
mengimpor grafik dalam berbagai format.
Menampilkan data dalam tiga format : Map windows, Browser windows, dan
Graph windows.
Access ODBC untuk remote database seperti Oracle dan Sybase.
Map Layer yang memungkinkan untuk mengerjakan peta dalam beberapa
layer peta sebagai satu layer.
Legend Cartographic, memungkinkan untuk membuat dan mencustomize
legend untuk beberapa layer peta.
Thematic map untuk membuat analisa data dengan pengaruh visualisasi,
termasuk permukaan dalam bentuk grid, 3D Map dan prism Map.
Kemampuan Query mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
Adanya Workspace yang dapat menyimpan semua setting dan tampilan.
Adanya hotlinks yang memungkinkan mengupload file atau URL langsung
dari Map Info.
Tools komprehensif yang memungkinkan untuk menggambar langsung atau
mengedit gambar.
Dapat menampilkan peta yang siap pakai dan mempunyai fungsi untuk
membuat peta sendiri.
Seagate Crystal Report, program standar laporan industri yang
memungkinkan untuk membuat laporan dan tabel data langsung dari Map
Info.
Layout Windows untuk menyiapkan output.
Kemampuan cetak dan kemampuan ekspor dengan output berkualitas tinggi.
Kemampuan untuk mengubah proyeksi peta untuk tampilan dan digitizing.
Fungsi pengolahan objek.
9
kompilasi, pemetaan dan analisis dan data geosains spasial, apakah Anda sedang
melakukan eksplorasi mineral, analisis hidrologi atau penilaian lingkungan
(Anonim, Mapinfo-Discover, n.d.). Dari Discover Mapinfo GIS salah satu
fungsinya dapat digunakan dalam pemodelan 3d, salah satunya pemodelan 3d
korelasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Profil Bawah
Software Permukaan
3D Window Koordinat
Digitize
Save
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
10
3.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(a) (b)
11
(c) (d)
Gambar 4.1.(a, b, c, d) Membuka Software Discover Mapinfo
Hambar diatas adalah gambar awal saat membuka Software Discover Mapinfo.
Gambar a adalah tampilan pertama saat mebuka software tersebut. Lalu gambar b
adalah lankah selanjutnya yaitu mengklik menu Discover yang ada pada bagian atas lalu
memilih menu Discover 3D Memu. Setelah itu muncul menu bar baru yaitu Discover 3D.
Kemaudia mengklik menu baru tersebut dan memilih Open 3D Window untuk memulai
jendela kerja yanga kan dilakukam.
(a) (b)
Gambar 4.2. (a, b) Discover 3D
Gambar diatas merupakan tampilan yang muncul setelah mengklik Open 3D
Window. Kemudian mengklik menu yang dilingkari merah, lalu akan muncul
menu seperti pada gambar b lalu klik menu bergambar topi biru. Hal ink
dilakukan untuk memasukkan profil bawah permukaan yang telah didapatkan
pada lapangan ITM dan CDM sebelumnya.
12
(a) (b)
Gambar 4.3. (a, b) Input Gambar Profil Bawah Permukaan
Hal yang harus dilakukan selanjutnya yaitu memasukkan profil bawah
permukaan yang telah didapatkan dari lapangan ITM dan CDM sebelumnya. Untuk
memasukkan profil tersebut dilakukan dengan mengklik menu yang dilingkari merah.
Lalu memilih lokasi folder tempat penyimpanan profil tersebut. Lalu memilih 1 dari
gambar tersebut untul dilakukan digitasi. Setelah memilih gambar yang akan didigitasi,
selanjutnya klik Next.
(a) (b)
13
(c)
Gambar 4.4. (a, b, c) Digitize dan Input Koordinat
Untuk melanjutkan langkah pengolahan, maka akan muncul seperti pada gambar
a. Lalu klik next maka akan muncul tampilan seperti gambar b. Langkah
selanjutnya yaitu melakukan digitasi dan memasukkan koordinat berdasar data
lapangan. Gigitasi dilakukan pada setiap ujung profil bawah permukaan yang
ditandai dengan point 1 sampai 4. Input koordinat dilakukan berdasarkan data X,
Y, Z yang didapat saat akuisisi di lapangan. Nilai X dan Y point 1 dan 4 sama
kaena berada pada titik yang sama hanya kedalamannya yag berbeda yang didapat
dengan cara mengurangkan Z yang didapat dengan kedalaman yang tertera pada
profil. Begitupun dengan point 2 dan 3 yang memiliki nilai X dan Y yang sama.
Langkah ini diulangi sebanyak 7 kali untuk dapat mengkorelasinya setiap profil
bawah permukaan yang sudah didapat. Dengan mengklik OK lalu mengulangi
llangkah-langkah sebelumnya.
14
Gambar 4.7. Hasil Digitize dan Input Koordinat
Setelah selesai mendigitize dan input koordinat serta memastikan data yang
di input sudah benar maka selanjutnya klik Ok. Maka akan muncu tampilan
seperti gambar diatas yang merupakan hasil dari digitasi dan titik plotting
koordinat yang telah dilakukan.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.7. (a, b, c) Transparancy
Setelah profil bawah permukaan ada dalam ruamg 3D, maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan transparanci untuk menghilang warna putih yang ada
15
dibalik profil bawah permukaan agar resolusinya lebih bagus. Langkah untuk
melakukan transparansi yaitu mengklik 2 kali profil yang akan ditransparansi pada
bagian sebelah kiri. Lalu akan muncul seperti tampilan pada gambar a lalu
mengklik image, kemudian akan muncul tampilan seperti gambar b. Kemudian
mencentang gambar yang filingkari biru, lalu mengisi transparansi yang
diinginkan,semakin besar maka resolusinya semakin baik.
Langkah ini juga diulangi sebanyak 7 kali untuk dapat meningkatkan
resolusi seluruh profil bawah permukaan yang akan dikorelasi.
16
4.2. Korelasi Profil Bawah Permukaan
3
7
4 5
2
1 6
17
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2016, Juli). Pengertian dan Fungsi MapInfo. Retrieved Maret 9, 2019,
from PT. Geosriwijaya Nusantara Group:
http://geosriwijaya.com/2016/07/pengertian-dan-fungsi-mapinfo/
Anonim. (n.d.). Mapinfo-Discover. Retrieved Maret 9, 2019, from Critchlow:
http://www.critchlow.co.nz/Software/mapinfo-solutions/mapinfo-discover
Boggs, S. (1995, Mei 5). Principles of Sedimentology and Stratigraphy.
Englewood-Cliffs: Prentice-Hall
Christian, J. (2013, Mei 7). Download Software geologi dan tambang. Retrieved
Maret 9, 2019, from All About Geology and Mining:
https://jhem90.wordpress.com/tag/discover-mapinfo/
Cubitt, J., & Reyment, R. (1982). Quantitative stratigraphic correlation.
Chichester: John Wiley & Sons.
Dunbar, C. O., & Rodgers, J. (1957). Principles of Stratigraphy. London: John
Wiley and Sons (Chapman and Hall).
Jatmiko, M. D. (2013). Penentuan Tingkat Kekerasan Lapisan Batuan Bawah
Permukaan Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Mataram: Universitas
Mataram.
Jakosky,J.J, 1986. Exploration Geophysics (Second Edition), California, Trija
Pubhlising Company
Kiswarasari, P. (2013). Aplikasi Metode Seismik Refraksi untuk Mendeteksi
Potensi Longsor di Desa Deliksari Kecematan Gunungpati Semarang.
Universitas Negeri Semarang, Departemen Fisika. Semarang:
Perpustakaan Universitas Negeri Semarang. Retrieved Maret 2019, from
https://lib.unnes.ac.id/19520/1/4211409010.pdf
Krumbein, W., & Sloss, L. (1963). Stratigraphy and Sedimentation. San
Fransisco: W.H. Freeman and Co.
Nurdiyanto, B., Drajat, N., Bambang, S., & Pupung, S. (2011, Desember).
Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik
Refraksi. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 12(3), 211-220.
Reynolds, J.M., 1997. An Introduction to Applied and Environtmental
Geophysics. John Wiley and Sons Inc., England.
Rodgers, J. (1959). The Meaning of Correlation. Am Journal Science, 684-691.
Rucker, M. L. (2006). Integrating Seismic Refraction And Surface Wave Data
Collection And Interpretation For Geotechnical Site Characterization. St.
Louis, Missouri, USA: Geophysics Conference.
Schwarzacher, W. (1975 ). Sedimentation Models and Quantitative Stratigraphy.
New York: Elsevier Scientific Publishing.
Suryolelono, K. B. 2003. Bencana Alam Tanah Longsor, Perspektif Ilmu
Geoteknik, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : UGM
Susilawati. (2004). Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Medan:
Universitas Sumatera Utara. Retrieved Maret 3, 2019, from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1886/1/fisika-
susilawati.pdf
Teknovers. (2016, November 10). Software Mapinfo Adalah. Retrieved Maret 9,
2019, from Teknologi News: http://news.teknologisurvey.com/Software-
mapinfo-adalah/
Weller, J. M. (1960). Stratigraphic Principles and Practice. New York: Haper &
Brothers.
Wahyuningsih, Sri, Dkk. 2006. Interpretasi Data Seismik Refraksi Menggunakan
Metode Reciprocal Hawkins Dan Software SRIM (Studi Kasus Daerah
Sioux Park, Rapid City, South Dakota, USA). Jurnal Berkala Fisika ISSN :
1410 - 9662 Vol.9, No.4, Oktober 2006, Hal 177-184 177 Laboratorium
Geofisika Jurusan Fisika Universitas Diponegoro
LAMPIRAN
A. PROFIL BAWAH PERMUKAAN SEMUA LINTASAN
LINTASAN 1 LINTASAN 2
LINTASAN 3 LINTASAN 4
LINTASAN 5 LINTASAN 6
LINTASAN 7