SKRIPSI
F1D316014
UNIVERSITAS JAMBI
2023
USULAN PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka
penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Geofisika
F1D316014
UNIVERSITAS JAMBI
2023
i
LEMBAR PENGESAHAAN
Oleh :
F1D316014
Disetujui :
Diketahui :
Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T. Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T.
NIP. 197907062008122002 NIP. 198701172019032015
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Fisiografi Zona Sumatera (Van Bemmelen, 1949)...........................................7
2. Peta cekungan di daerah Sumatera (Bishop, 2000)........................................8
3. Stratigrafi Daerah Penelitian..........................................................................9
4. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian......................................................10
5. Gelombang kompresi atau gelombang P (Elnashai dan Sarno, 2008)............13
6. Gelombang longitudinal atau gelombang S (Elnashai dan Sarno, 2008).......14
7. Amplitudo gelombang Rayleigh berkurang terhadap kedalaman (Hartantyo
dan Suryanto, 2010)........................................................................................15
8. Pola gerakan partikel gelombang Rayleigh (Elnashai dan Sarno, 2008)........15
9. Gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008)...............................................16
10. Ilustrasi Metode GRM................................................................................17
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Kecepatan Gelombang Primer Pada Beberapa Medium (Burger 1992
dalam Setiawan, 2008)....................................................................................16
2. Rincian Kegiatan Penelitian.........................................................................20
vi
I. PENDAHULUAN
Fisiografi
a. Gelombang P
Gelombang yang disebut dengan gelombang kompresi (gelombang primer
atau primary wave atau gelombang P) apabila pergerakan partikel gelombang
15
√
4
K+ μ (1)
3
Vp=
ρ
Dengan: K= modulus bulk (inkompresibilitas)
μ = modulus geser
ρ = densitas.
b. Gelombang S
Gelombang disebut dengan gelombang geser (gelombang sekunder atau
secondary wave atau gelombang S) adalah gelombang yang pergerakan partikel
tegak lurus dengan arah penjalaran gelombangnya. Adapun dua komponen
pada gelombang S, yaitu gelombang S untuk arah horizontal (Shear Horizontal)
dan gelombang S untuk arah vertikal (Shear Vertical). Kedua arah dari
gelombang S ini saling tegak lurus dengan kecepatan rambat gelombang S (Vs)
yang dapat dilihat pada persamaan 2.
Vs=
√ μ
ρ
(2)
a. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh atau dikenal Groundroll merupakan gelombang yang
merambat di permukaan, dimana pergerakan partikel gelombangnya
menyerupai elips dan bergerak mundur. Nilai kecepatan gelombang Rayleigh
dalam suatu medium homogen akan lebih kecil apabila dibandingkan dengan
kecepatan gelombang gese dan apabila terdapat variasi sifat elastik terhadap
kedalaman, maka gelombang Rayleigh akan terdispersikan, dimana rambatan
gelombang akan memiliki kecepatan berbeda karena panjang gelombang yang
berbeda (Telford et al., 1990). Berkurangnya amplitudo gelombang Rayleigh
seiring dengan bertambahnya kedalaman ditunjukan pada Gambar 6.
Kecepatan gelombang Rayleigh dirumuskan di persamaan 3.
Vr=0.92 √ Vs
Dengan: Vr= kecepatan gelombang rayleigh
Vs= kecepatan gelombang geser
17
(3)
b. Gelombang Love
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang terjadi pada
kondisi stratigrafi khusus yang kecepatan geser pada lapisan teratasnya lebih
kecil dari lapisan yang berada dibawahnya. Gelombang Love merupakang
18
Vavg =
√ V ' 2 XY
XY + 2TgV '
Vavg merambat dari refraktor ke geophone. Sehingga memenuhi hukum
(5)
Snellius:
Vavg
Ic= sin-1 (6)
V'
Dari persamaan (6), Vavg identik dengan V1, sedangkan V’ identik dengan V2.
Maka, kedalaman geophone (h) dapat dicari dengan :
( ) ( )( )
t1 S1 l 11 l 12 . l 1 N
t2 S2 l 21 l 22 . l 2 N
= (10)
. . . . . .
tM SM l M 2 l M 2 . l MN
Dengan: t= waktu tiba gelombang
S= kecepatan invers
l= raypath (panjang lintasan)
Studi Literatur
Akuisisi Data
Pengolahan
dan
Interpretasi
Data
Penyusunan
Skripsi
Survei awal
24
Oleh:
Muhammad Bill Rizanni
Gambar 11. Desain Akuisisi Lintasan seismik refraksi Kecamatan Jambi Luar
Kota
Akuisisi
25
Gambar. 14 Bentuk Penampang Seismik (A. Middle Shot Offset, B. Near Shot
Offset, dan C. Far Shot Offset)
Pengolahan Data
Hasil akuisisi dilapangan akan didapatkan data berupa shoot
gather dalam domain waktu dan jarak. Selanjutnya dilakukan picking
atau memilih waktu tiba gelombang pertama kali pada masing-masing
receiver yang menenerima gelombang menggunakan software PSlab.
Selanjutnya dilakukan ploting waktu tiba pada kurva T-X menggunakan
Microsoft Excel dan dilakukan filtering pada data seismik refraksi untuk
menunjukkan pembiasan atau refraksi gelombang sehingga akan
27
Model Tomografi
Seismik Refraksi 2D
lapisan pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 339 m/s
hingga 510 m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan
kecepatan rambat gelombang 510 m/s hingga 1706 m/s dengan ketebalan
lapisan 3-8 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1706 m/s
hingga 1876 m/s dengan ketebalan lapisan 8-12 m.
gelombang 393 m/s hingga 1624 m/s dengan ketebalan lapisan 2-5 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1624 m/s hingga 1799 m/s dengan
ketebalan lapisan 5-9 m.
lapisan pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 647 m/s
hingga 834 m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan
kecepatan rambat gelombang 834 m/s hingga 1579 m/s dengan ketebalan
lapisan 3-10 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1679 m/s
hingga 1765 m/s dengan ketebalan lapisan 10-15 m.
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1070 m/s hingga 1165 m/s dengan
ketebalan lapisan 7-10 m.
4.2 Pembahasan
Pengambilan data seismik mengutamakan nilai kecepatan gelombang
yang baik tanpa adanya gangguan disekitar, sehingga pada saat pengambilan
data dilakukan pada daerah yang tidak terdapat gangguan yang dapat
menyebabkan adanya pergerakan pada daerah tersebut dan juga memiliki
tanah yang cenderung tidak keras, tidak berair, dan tidak berlumpur agar
memudahkan gelombang dari sumber mudah menembus batuan pada saat
pengambilan data, akan tetapi ada bebrapa lintasan pada penelitian sehingga
didapatkan data yang kurang maksimal seperti pada lintasan 12, 13, 14, dan
16, dimana pada lintasan 12, 13, dan 14 merupakan daerah rawa berlumpur
sehingga data tidak maksimal, sedangkan pada lintasan 16 merupakan daerah
yang sangat dekat dengan pinggir jalan sehingga banyak kendaraan yang
melintas ketika pengambilan data dan menyebabkan data tidak maksimal dan
dilakukan pengambilan data hingga beberapa kali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat gelombang seismik
dalam batuan antara lain densitas, porositas, kedalaman, tekanan, umur
batuan dan temperatur. Berdasarkan hasil analisis kecepatan rambat
gelombang seismik seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa semakin meningkatnya kedalaman suatu lapisan maka nilai kecepatan
rambat gelombang P semakin lebih tinggi, semakin tinggi nilai gelombang P
maka akan semakin besar juga nilai kecepata rambat gelombang atau Vp.
Waktu tempuh gelombang P lebih cepat dibanding gelombang S dikarenakan
pada data seismik gelombang P sering disebut First Arrival Time dan dilanjutkan
dengan waktu tiba gelombang S, maka dari itu nilai Vp sangat baik dalam
menentukan litologi batuan. Semakin dalam suatu lapisan maka tingkat
pelapukan suatu material akan menurun, karena batuan tersebut sudah
terkompaksi akibat adanya beban tekanan dari atas lapisan tersebut sehingga
menyebabkan lapisan paling bawah memiliki tingkat kekerasan batuan yang
lebih tinggi yaitu dengan nilai kecepatan batuan (Vp) pada rentang 2064 m/s –
42
2700 m/s sehingga dapat dijadikan sebagai batuan keras. Kekerasan batuan
mempengaruhi tingkat porositas dan permeabilitas suatu batuan. Batuan yang
keras memiliki porositas rendah, densitas tinggi dan bersifat impermeabel.
Kecepatan rambat gelombang seismik akan semakin bertambah jika suatu
batuan memiliki porositas rendah.
Kondisi geologi daerah penelitian menurut Mangga dkk, 1993, berada
pada Formasi Aluvium, Muara Enim, Airbernakat, dan Kasai. Aluvium tersusun
atas kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Formasi Muaraenim tersusun
atas perselingan batupasir tufan dan batulempung tufan serta terdapat tuff.
Formasi Airbernakat tersusun atas perselingan batu pasir dan batu lempung.
Dan yang terakhir Formasi Kasai terdiri atas perselingan batupasir tufan dan
batulempung tufan. Top soil terbentuk dari lapukan material dibawahnya. Pasir
tufan merupakan material lepas dari letusan gunung api yang masih berupa
endapan dengan ukuran butir seperti sedimen. Batuan tuff merupakan material
letusan gunung api yang terbentuk terlebih dahulu dibandingkan pasiran tuff,
sehingga batuan tuff memiliki densitas yang lebih tinggi karena sudah
terkompaksi dan porositas yang lebih kecil menyebabkan batuan tuff
merupakan lapisan kedap air dan termasuk batuan beku. Batuan endapan
gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir umumnya kurang kuat,
sehingga batuan tersebut akan mudah mengalami pelapukan menjadi tanah
atau lempung pasiran yang bersifat gembur dalam jangka waktu yang lama
sehingga tuff juga dapat dikategorikan sebagai batuan keras sebagai lantai
pondasi suatu bagunan dengan skala kecil.
43
rata kedalaman 3-7 m, dan Aluvium berupa batupasir dan batulempung yaitu
2064 m/s-2700 m/s dengan rata-rata kedalaman 7-15 m.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kecepatan rambat gelombang seismik di Kecamatan Jaluko diperoleh
cepat rambat gelombang pada lapisan pertama 200 m/s hingga 600 m/s
yang diindikasikan terdapat batuan pasir dan pada lapisan kedua yaitu
600 m/s hingga 2000 m/s yang diindikasikan terdapat batuan tuff atau
alluvium dengan komposisi batuan pasir dan lempung tergantung pada
letak geologi regional berdasarkan kurva T-X yang kemudian dibuat
model penampang seismik refraksi sehingga didapatkan batas lapisan
antara lapisan pertama dan lapisan kedua
2. Pada model tomografi seismik refraksi terdapat perselingan diantara
lapisan pertama dan lapisan kedua dengan nilai kecepatan gelombang
pada Top soil yaitu 200-600 m/s dengan rata-rata kedalaman 0-4 m,
Pasir Tufan yaitu 823-1650 m/s dengan rata-rata kedalaman 2-5 m, Tuff
yaitu 1650 m/s-2064 dengan rata-rata kedalaman 3-7 m, dan Aluvium
berupa batupasir dan batulempung yaitu 2064 m/s-2700 m/s dengan
rata-rata kedalaman 7-15 m.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data seismik refraksi,
maka untuk penelitian selanjutnya untuk menambah panjang lintasan agar
memperoleh kedalaman yang lebih dalam. Untuk memperoleh hasil penelitian
yang maksimal, sebaiknya didukung dengan melakukan penelitian metode lain
sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Budi, Darsono, 2014. Identifikasi Batuan Dasar menggunakan Metode
Seismik Refraksi untuk Pondasi Bangunan di Universitas Sebelas Maret
Kentingan Surakarta.Jurnal Fisika Dan Aplikasinya Volume 10, Nomor
1 Januari 2014.
Artono, Vy. 2017. Identifikasi Lapisan Lapuk Bawah Permukaan Menggunakan
Seismik Refraksi Di Desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat Kabupaten
Poso. Journal Of Science And Technology. Vol. 6 (3): 291 – 300.
Bagus, Drajat, Zulfiana. 2015. Identifikasi Lapisan Rawan Longsor
Menggunakan Metode Seismik Refraksi Studi Kasus Kampus Lapangan
Lipi Karangsambung. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2015.Volume IV.
Boko, N. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 12(3): 211- 220.
Brown L.T., Diehl J.G dan Nigbor R.L. 2000. A Simplified Procedure To Measure
Average Shear-Wave Velocity To A Depth Of 30 Meters (Vs30), 12 Wcee
2000.
Cecep, S. 2016. Karakteristik Tanah Di Kota Kalabahi Berdasarkan Nilai
Kecepatan Gelombang Shear (Vs). Jurnal Lingkungan Dan Bencana
Geologi. Vol. 7 No. 1. 1-8.
Dominikus, R. A. W. 2019. Proyeksi Spasial Under Bounded City Di Kota
Jambi Berbasis Smce Ca (Spatial Multy Criteria Evaluation Cellular
Automata). Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota. P-Issn: 1858-
3903 And E-Issn: 2597-9272.
Fadhlan M dan Intan S. 2020. Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung Ii,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Tumotowa. Volume 3 No. 1,
Juni 2020: 27 – 38.
Heidrick, T.L. dan K. Aulia (1993) : A structural and tectonic model of the
Coastal Plains Block, Central Sumatra basin, Indonesia. Proceeding
Indonesian Petroleum Association, 22nd Annual Convention, Jakarta.
Hutagalang R dan Erwin B. 2013. Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Dalam
Perencanaan Pondasi Bangunan Di Terminal Transit Desa Passo.
Prosiding Fmipa Universitas Pattimura. Isbn: 978-602-97522-0-5.
Indra., Rustan E Dan Abdullah. 2018. Estimasi Kecepatan Gelombang Geser
Bawah Permukaan Pada Lapisan Dangkal Menggunakan Data
Mikrotremor Di Daerah Mamboro. 17 (2). ISSN : 1412-2375.
48
Moehajirin., Efendi N., Wijaya T.A., Subadyo B., Mujianto Dan Suwarto. 2016.
Pengukuran Vs30 Menggunakan Metode Seismik refraksi Untuk Wilayah
Yogyakarta. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika. Vol. 17 No. 1. 25-32
McCaffrey, R. (2009). The Tectonic Framework Of The Sumatran Subduction Zone.
Annual Reviews of Earth and Planetary Sciences. 37. 345-366.
Nurdiyanto, B., N, Drajat., S, Bambang., S, Pupung. 2011. Penentuan Tingkat
Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Jurnal
Meteorologi Dan Geofisika Volume 12 Nomor 3 - Desember 2011: 211 –
220.
Park, C. B., Miller, R. D Dan Xia, J. 1997. Multi-Channel Analysis Of Surface
Waves (Seismik refraksi) A Summary Report Of Technical Aspects,
Experimental Results, And Perspective. Kansas Geological Survey.
Prakoso, W., Gigih, Utama W Dan Syaifuddin, F. 2016. Analisis Independent
Inversion Pp Dan Ps Dengan Menggunakan Inversi Post-Stack Untuk
Mendapatkan Nilai Vp/Vs. Jurnal Geosaintek. 02 : 02.
Rusydy I., Djamaluddin K., Fatimah E., Syafrizal S dan Andika F. 2016. Analisa
Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Pada Cekungan Takengon Dalam
Upaya Mitigasi Gempa Bumi. Jurnal Teknik Sipil. 6(1) : 1-12.
Rucker, M.L. 2006. Integrating Seismic Refraction And Surface Wave Data
Collection And Interpretation For Geotechnical Site Characterization.
Geophysics Conference, St. Louis, Missouri, USA.
Saiful, Ude, Sugeng. 2014.Penentuan Struktur Bawah Permukaan Dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi Di Lapangan Panas Bumi Diwak
Dan Derekan, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Youngster
Physics Journal Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 263- 268.
Susilawati. 2004. Seismik refraksi (dasar teori dan akuisisi data), USU Digital
Library.
Sunardi, B., Naimah, S., Haryoko, U., Rohadi, S., Sulastri Dan Rasmid. 2018.
Vs30 Mapping And Soil Classification In The Southern Part Of Kulon
Progo Using Rayleigh Wave Ellipticity Inversion. Journal Of Geospatial
Information Science And Engineering. 1(2):58-64.
Susilanto P., Drajat N., Bambang S Dan Supriyanto R. 2019. Shear-Wave (Vs)
Velocity Analysis As Efforts Towards Mitigating Earthquake Disaster In
Kulonprogo, The Special Region Of Yogyakarta. Journal Of Environment
And Geological Hazard. Vol. 10 No. 2, 41 – 50. Issn: 2086-7794, E-Issn:
2502-8804.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, &Keys, D.A. (1976).Applied geophysics,
New York: Cambridge University Press.
50
Tipler, Paul. A; alih bahasa, Bambang Soegijono; editor, Wibi Hardani. 2001.
Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Tokeshi, K., Harutoonian, P., Leo, C.J. Dan Liyanapathirana, S. 2013. Use Of
Surface Waves For Geotechnical Engineering Applications In Western
Sydney. European Geosciences : European.
Utama, H.W., Yulia M.S., Magdalena R., Eko K., Anggi D.S Dan Bagus A. 2018.
Restructuring Of Mass Movement Potential Area In The Middle Course
Of Muara Emat - Kerinci (Mk), Jambi. Prosiding Semnas Sinta Ft Unila
Vol. 1. Isbn: 2655-2914.
Van Bemmelen. R. W. 1949. The Geology of Indonesia v. I.A. Goverment Printing
Office.
Valeria R., Rustadi., Zaenudin A Dan Cecep S. 2017. Karakteristik Tanah Di
Daerah Cekungan Bandung Berdasarkan Kecepatan Gelombang Geser
(Vs30) Dengan Metode Seismik refraksi (Multichannel Analysis Of
Surface Wave). Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 3/No. 1.
Wakamatsu, K., Matsuoka, M Dan Hasegawa, K. 2006. Gis Based Nation Wide
Hazard Zoning Using The Japan Engineering Geomorphologic
Classification Map, Proceedings Of The 8th U.S.National Conference On
Earthquake Engineering. San Francisco, California Usa.
Wald, D., J., Mcwhirter, L., Thompson, E., And Hering, A.S., 2011. A New
Strategy For Develpoing Vs30 Maps. 4th Iaspei/Iaee International
Symposium: Effect Of Surface Geology On Seismic Motion August 23-
26, 2011, University Of California Santa Barbara.
Wibowo, B.N. 2017. Rasio Model Vs30 Berdasarkan Data Mikrotremor dan
USGS di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Jurnal Sains Dasar.
6(1):49 – 56.
Wijaya A.S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS
Surabaya. Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX. Edisi Mei 2015 ISSN
: 1410-2994.
Wisnu & Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat Survei
Geologi Badan Geologi Kementrian ESDM
LAMPIRAN