Anda di halaman 1dari 58

PENENTUAN LITOLOGI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN

BERDASARKAN MODEL TOMOGRAFI SEISMIK


REFRAKSI DI KECAMATAN JALUKO

SKRIPSI

MUHAMMAD BILL RIZANNI

F1D316014

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
USULAN PENELITIAN

PENENTUAN LITOLOGI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN


BERDASARKAN MODEL TOMOGRAFI SEISMIK
REFRAKSI DI KECAMATAN JALUKO

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka
penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Geofisika

MUHAMMAD BILL RIZANNI

F1D316014

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023

i
LEMBAR PENGESAHAAN

PENENTUAN LITOLOGI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN


MODEL TOMOGRAFI SEISMIK REFRAKSI DI KECAMATAN JALUKO

Oleh :

MUHAMMAD BILL RIZANNI

F1D316014

Disetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Nazri MZ, M.S. Ichy Lucya Resta, S.Pd., M.Si.


NIP. 195807091987011001 NIDN. 201509072034

Diketahui :

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Teknik Kebumian Teknik Geofisika

Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T. Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T.
NIP. 197907062008122002 NIP. 198701172019032015

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji Syukur Penulis Ucapkan Kepada


Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah Melimpahkan Rahmat Dan Karunia-Nya
Sehingga Penulis Dapat mengajukan proposal Skripsi Yang Berjudul
“PENENTUAN LITOLOGI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN
MODEL TOMOGRAFI SEISMIK REFRAKSI DI KECAMATAN JALUKO”.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada yang Maha Kuasa Allah SWT yang telah meridhoi sebuah perjalanan
pendidikan yang lancar dan penuh berkah dan yang teristimewa kepada orang
tua tercinta yang tak pernah henti memberikan semangat, doa, cinta dan kasih
sayang kepada penulis. Semua ini penulis dedikasikan kepada mereka berdua
serta saudara keluarga kerabat dekat ataupun kerabat jauh atas doa yang
diberikan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada:
1. Drs. Jefri Marzal, M.Sc., D.I.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi.
2. Kepada Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik
Geofisika Fakultas Sains dan Teknologi dan Pembimbing Akademik.
3. Drs. Nasri MZ, M.S. selaku pembimbing Skripsi I dan Ichy Lucya Resta, S.Pd.,
M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II di Universitas Jambi.
4. Kepada orang tua yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada saya
selama dalam pembuatan usulan penelitian ini.
5. Kepada teman- teman Teknik Geofisika angkatan 2014, 2015, 2016, dan
2017 terima kasih atas segala hal.

Jambi, Januari 2023

Muhammad Bill Rizanni

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... iii


DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Hipotesis....................................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan...................................................................................................... 2
1.5 Manfaat.................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Penelitian yang Relevan............................................................................3
2.2 Geologi Daerah Penelitian.........................................................................6
2.3 Metode Seismik Refraksi.........................................................................11
2.4 Metode Generalized Reciprocal Method (GRM)..........................................17
2.5 Tomografi Seismik Refraksi....................................................................18
III.METODOLOGI PENELITIAN........................................................................20
3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................20
3.2 Peralatan Penelitian................................................................................20
3.3 Software Penelitian.................................................................................20
3.4 Data Penelitian.......................................................................................21
3.5 Metode Penelitian....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Fisiografi Zona Sumatera (Van Bemmelen, 1949)...........................................7
2. Peta cekungan di daerah Sumatera (Bishop, 2000)........................................8
3. Stratigrafi Daerah Penelitian..........................................................................9
4. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian......................................................10
5. Gelombang kompresi atau gelombang P (Elnashai dan Sarno, 2008)............13
6. Gelombang longitudinal atau gelombang S (Elnashai dan Sarno, 2008).......14
7. Amplitudo gelombang Rayleigh berkurang terhadap kedalaman (Hartantyo
dan Suryanto, 2010)........................................................................................15
8. Pola gerakan partikel gelombang Rayleigh (Elnashai dan Sarno, 2008)........15
9. Gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008)...............................................16
10. Ilustrasi Metode GRM................................................................................17

v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Kecepatan Gelombang Primer Pada Beberapa Medium (Burger 1992
dalam Setiawan, 2008)....................................................................................16
2. Rincian Kegiatan Penelitian.........................................................................20

vi
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Aktifitas pembangunan di Kecamatan Jaluko yang cukup tinggi
membuat sebagian besar masyarakat kurang mempertimbangkan
kondisi bawah permukaan ketika mendirikan bangunan dengan
kapasitas yang cukup besar. Berdasarkan informasi geologi, kawasan ini
juga berada di daerah formasi Muaraenim (Tmpm), Formasi Kasai (Qtk),
Formasi Air Benakat (Tma) dan daerah alluvium (Qa) yang rata-rata
didominasi oleh sedimen yang halus. Hal tersebut memungkinkan
terjadinya gerakan tanah yang tidak terlepas dari kondisi lapisan batuan
dan bentuk morfologi di Kecamatan Jambi Luar Kota. Disamping itu,
penggunaan lahan, struktur geologi, curah hujan dan gempa turut
mendukung terjadinya pergerakan tanah maka dari itu penting sekali
untuk mengetahui litologi dari bawah permukaan sebelum melakukan
pembangunan maupun untuk lahan pertanian (Mangga et al., 1993).
Penyelidikan lapangan dengan menggunakan metode geofisika
dalam bidang geoteknik merupakan salah satu penyelidikan lapangan
yang sering dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai struktur
bawah permukaan. Salah satu informasi struktur bawah permukaan
yang penting untuk diketahui adalah litologi bawah tanah. Terdapat
beberapa metode geofisika yang dapat digunakan dalam melakuka
identifikasi litologi bawah permukaan, diantanya adalah Geolistrik,
Magnetik, Gravity, Mikrotremor, dan Seismik Refraksi. Diantara metode-
metode tersebut, metode yang paling baik dalam segi pengambilan data
maupun resolusi untuk hasil pengolahan adalah seimik refraksi. Dengan
metode seismik refraksi, sifat dari litologi bawah permukaan dapat
diperoleh dengan mendapatkan indeks kecepatan gelombang seismik
(Boko, 2011; Hutagalang dan Erwin, 2013; Refrizon et al, 2008)
Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika
yang dapat digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah
permukaan. Pemanfaatan gelombang seismik untuk mempelajari
permukaan bumi telah banyak dilakukan. Metode seismik refraksi
memiliki tingkat dalam memberikan gambaran kondisi bawah
permukaan, dikarenakan dapat mendeteksi baik secara lateral maupun
kedalaman berdasarkan parameter fisis yang releven sehingga dapat
dipergunakan untuk membatasi kenampakan statigrafi dan batas-batas
litologi. Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gelombang badan (gelombang Primer atau compression wave dan
2

gelombang Sekunder atau shear wave), dan gelombang permukaan


(gelombang Rayleigh dan gelombang Love). Apabila suatu energi mekanik
diberikan di atas permukaan suatu medium, kedua jenis gelombang
akan menyebar dengan besaran energi tertentu, berupa perpindahan
partikel gelombang dan arah perambatan yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Bila sumber gelombang kompresional digunakan dalam
survei seismik permukaan, maka lebih dari dua pertiga jumlah energi
seismik yang dihasilkan dikonversi ke gelombang Rayleigh, yang
merupakan komponen utama ground roll Dari bentuk kurva waktu
tempuh terhadap jarak, dapat ditafsirkan kondisi batuan didaerah
penelitian. Hasil dari picking selanjutnya dilakukan filtering dengan
metode generalized reciprocal method (GRM) untuk memperoleh hasil
tomografi model kecepatan yang nantinya hasil dari tomografi tersebut
dapat menjelaskan penampakan litologi di bawah permukaan tanah
(Muna et al., 2017; Richart et al., 1970; Park et al., 1999)
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan analisis
terhadap litologi bawah permukaan sebagai informasi struktur bawah
permukaan di kawasan tersebut, oleh karena itu dilakukan penelitian

dengan judul yaitu Penentuan Litologi Lapisan Bawah Permukaan


Berdasarkan Model Tomografi Metode Seismik Refraksi di
Kecamatan Jaluko sebagai tugas akhir.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sebaran indeks nilai kecepatan gelombang seismik (Vp) di
Kecamatan Jaluko?
2. Bagaimana litologi bawah permukaan berdasarkan model tomografi
seismik refraksi di Kecamatan Jaluko?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai kecepatan gelombang seismik (Vp) di Kecamatan
Jaluko
2. Mengidentifikasi litologi berdasarkan model tomografi seismik refraksi di
Kecamatan Jaluko
I.4 Manfaat
1. Memberikan informasi kepada instansi terkait tentang kondisi litologi
dan struktur bawah permukaan.
3

2. Dapat digunakan sebagai referensi oleh penulis lainnya yang akan


melakukan penelitian dengan topik ataupun objek yang berkaitan.
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori serta
pengolahan data maupun perangkat lunak yang digunakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian yang Relevan


Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten di wilayah bagian
timur Provinsi Jambi. Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ± 5.246
km², secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan,
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Secara Geografis
Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 1°15'-2°20' LS dan 103°10'-
104°20' BT. Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian 10-300 dari permukaan air laut, beriklim tropis
dengan curah hujan merata sepanjang tahun rata-rata 186 mm per hari
dengan Intensitas hujan rata-rata 16 hari hujan. Temperatur rata-rata
32°C dengan variasi antara musim hujan dengan kemarau relatif kecil.
Kabupaten Muaro Jambi secara administratif terdiri dari 11 (sebelas)
kecamatan, 150 desa dan 5 kelurahan (Fadhlan dan Intan, 2020).
Menurut penelitian Wisnu dan Nazirman (1997), Kecamatan
Jambi Luar Kota terletak di bagian barat cekungan Sumateran Selatan
yang merupakan daerah dataran rendah. Di mana dibatasi Sesar
Semangko dan Bukit Barisan di sebelah Barat Daya, Paparan Unda di
sebelah Timur Laut. Tinggian Lampung di sebelah Tenggara yang
memisahkan antara cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta
pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat
laut yang memisahkan Cekungan Sumatera Selatan dengan Cekungan
Tengah. Cekungan Sumatera Selatan pada bagian utara-timur laut
dibatasi oleh batuan berumur Pra-Tersier yang merupakan bagian dari
Paparan Sunda, Pegunungan Bukit Barisan di bagian barat daya, dan
Tinggian Lampung di bagian timur. Cekungan ini tersusun dari tiga sub
cekungan besar, dari selatan ke utara yaitu Sub Cekungan Palembang
Selatan, Antiklinorium Palembang Utara, dan Sub Cekungan Jambi (Van
Bemmelen, 1949).
Survei seismik refraksi dibutuhkan untuk mengetahui litologi
bawah permukaan, sebagai pedoman dalam pembangunan bendungan
air sungai pada daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan litologi di daerah penelitian berdasarkan penampang
tomografi seismik refraksi, serta mengestimasikan kedalaman dan
ketebalan lapisan batuan di bawah permukaan daerah penelitian.
5

Tomografi seismik refraksi menghasilkan penampang yang menunjukkan


sebaran nilai kecepatan terhadap kedalaman, sehingga diperoleh
interpretasi litologi batuan dan estimasi kedalaman dari tiap lapisan.
Lapisan pertama merupakan lapisan topsoil dengan rentang nilai
kecepatan 100-700 m/s, ketebalan topsoil diestimasi sekitar 1-10 meter
Lapisan kedua diindikasikan sebagai batuan tuff-pasiran dengan
konsolidasi sedang dengan rentang nilai kecepatan 600-1800 m/s,
dengan estimasi ketebalan sekitar 10-35 meter. Lapisan ketiga
diindiasikan sebagai batuan tuff-pasiran hingga tuff-breksi dengan
rentang nilai kecepatan lebih besar dari 1800 m/s, dengan estimasi
kedalaman 30-40 meter dari permukaan. model kecepatan dan model
lapisan bawah permukaan dapat diketahui berdasarkan kecepatan
gelombang primer (Vp). Hasil interpretasi data menunjukkan tiga lapisan
dengan rambat gelombang P sebesar 300 m/s, 800 m/s dan 1000 m/s.
Nilai poisson rasio pada penelitian ini adalah 0,235 dengan nilai densitas
antara 1,29 sampai 1,74 gr/cc, dan nilai rigiditas antara 0,04 sampai 0,6
Gpa serta nilai modulus elastik antara 99,2 sampai 1488 M.
Pengelompokan lapisan dibagi atas tiga litologi yaitu tanah timbunan,
lapisan lapuk dan lapisan batuan keras yang diinterpretasikan sebagai
batuan tufa. (Hilman dan Karyanto, 2012; Latif Lantu dan Subrianto,
2014)
Penelitian dari Linda et al (2019) tentang Interpretasi Kecepatan
Gelombang Seismik Refraksi Tomografi Di Desa Bhuana Jaya yang
menyatakan nilai kecepatan gelombang seismik refraksi tomografi yang
digunakan untuk menginterpretasikan lapisan batuan atau jenis
material yang berada di bawah permukaan bumi, ketebalan lapisan,
lapisan lapuk (weathered layered) dan kekerasan batuan. Interpretasi
yang dilakukan yaitu terhadap kurva waktu tempuh gelombang yang
menyatakan hubungan linear antara nilai waktu tiba gelombang dengan
jarak offset geophone. Dengan mengetahui waktu tiba gelombang seismik
maka kecepatan rambat gelombang seismik pada setiap batuan dan
kedalaman refraktor dapat diketahui. Nilai cepat rambat gelombang
seismik pada setiap batuan inilah yang memberikan informasi lapisan
batuan dibawah permukaan.
Penelitian dari Zuhdi (2015) tentang sesimograf refraksi, telah
dibuat seimograf refraksi dengan sumber gelombang weigh drop berupa
bola besi yang dijatuhkan 2 meter dari landasan. Sumber gelombang ini
mampu memberikan sinyal pada geophone hingga jarak 150 meter.
6

Prinsip kerja seismograf refraksi adalah mengukur waktu tiba gelombang


tercepat (fisrt arrival time) dari sumber menuju geophone. Untuk jarak
pendek, gelombang tercepat adalah gelombang langsung, sedangkan
untuk jarak selebihnya gelombang tercepat adalah gelombang refraksi.
Waktu tiba gelombang tercepat diukur dengan instrument elektronik
dengan ketelitian hingga 0,1 milli sekon. Hasil ujicoba menunjukkan
bahwa seismogram mampu mendeteksi perlapisan hingga kedalaman 5
meter dengan jarak horizontal mencapai 150 meter.
Penelitian dari Refrizon et al (2008) tentang penentuan struktur
bawah permukaan didaerah pantai dengan menggunakan metode
seismik yang nantinya dapat diaplikasikan dalam bidang geoteknik
(rekayasa) dan lingkungan. Prinsip dasarnya yaitu untuk menganalisa
respon dari penjalaran gelombang seismik yang merambat pada media
elastik, sehingga gelombang seismik disebut juga gelombang elastik,
karena osilasi partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi antara
gaya gangguan (gradien stress) melawan gaya-gaya elastik. Dari interaksi
tersebut muncul gelombang longitudinal yang sering disebut gelombang
P (pressure) dan gelombang transversal yang disebut juga gelombang S
(shear) (Sutopo dan Awali, 2004). Gelombang ini akan direkam dalam
fungsi waktu di dalam seismogram, dari data seismogram dapat dibaca
waktu dan amplitudo secara visual. Dengan mengetahui jarak antara
masing-masing geophone ke sumber gelombang seismik, maka akan
didapatkan besar kecepatan berdasarkan kurva travel time. Berdasarkan
nilai kecepatan inilah dapat diperkirakan struktur lapisan di bawah
permukaan (Refrizon et al., 2008).
Berdasarkan penelitian (Aisyah, Budi, Darsono, 2014) Universitas
Sebelas Maret Kentingan Surakarta dalam jangka waktu 2 tahun (2011-
2012) sedang melakukan beberapa pembangunan gedung bertingkat
diantaranya Gedung Pasca Sarjana, Masjid Nurul Huda, dan Fakultas
Kedokteran. Suatu bangunan jika didirikan di atas batuan dasar dapat
mengurangi resiko kegagalan gedung.Untuk dapat mengetahui
keberadaan batuan dasar maka dapat dilakukan dengan cara survei
metode seismik refraksi. Survei dilakukan di daerah GOR dengan 4
lintasan, teknik lapangan yang digunakan adalah in line, dengan 24
geophone, jarak antar geophone 2 meter dan panjang lintasan 69
meter.Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan
software WinSism13 dan RockWorks15 untuk tampilan 3D. Hasil yang
didapatkan berupa perkiraan struktur lapisan geologi di bawah
7

permukaan berdasarkan nilai kecepatan di dalam medium tentang


kecepatan penjalaran atau perambatan gelombang. Dari hasil
pengolahan data di daerah GOR ditemukan batuan dasar hingga
kedalaman 27 meter dan nilai kecepatan rambat gelombang pada batuan
yang didapatkan mencapai 2000 m/s dengan jenis batuan penyusunnya
adalah batuan lempung.
Berdasarkan penelitian dari Pulungan dan Zulfahmi (2016)
tentang prediksi gerakan tanah menggunakan seismik refraksi dan
pemodelan numerik dengan metode sirt dan gauss-seidel menyatakan
bahwa gerakan tanah menjadi salah satu jenis bencana alam yang sering
terjadi yang mengakibakan rusaknya bentang alam, hilangnya harta
bahkan korban jiwa. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik
batuan atau tanah dan pengaruhnya terhadap potensi bencana gerakan
tanah. Hasil penelitian ini dapat memprediksi pergerakan batuan
menggunakan korelasi data seismik refraksi dan pemodelan numerik.
Metode ini dipilih karena cukup akurat, relatif mudah dalam
pelaksanaan pengukurannya serta mampu memprediksi kondisi lapisan
pembentuk batuan secara cepat.
II.2 Geologi Daerah Penelitian
Geomorfologi
Secara geomorfologi daerah penelitian terletak pada fisiografi
Zona Dataran Rendah dan Bukit pada Sumatera Selatan, serta termasuk
dalam cekungan Sumatera Selatan yang merupakan Cekungan Busur
Belakang (back arc basin) berumur Tersier. Pada bagian cekungan
belakang busur (back arc basin) keterjadian struktur yang berkembang
yaitu kompresil dan pensesaran lateral (strike-slip atau wrenching).
Sementara itu pada busur vulkanik (volcanic arc) struktur geologi yang
terjadi dikontrol oleh wrenching. Menurut beberapa ahli, pola struktur
geologi Cekungan Sumatra Selatan umumnya terdapat dua faktor
utama, yaitu batuan dasar Pratersier yang membentuk half graben,
horst dan blok sesar (De Coster, 1974; Pulunggono et al., 1992). Pola
struktur berarah barat laut – tenggara dan struktur depresi di timur laut
yang keduanya terbentuk sebagai akibat dari orogenis Plio-Plistosen (De
Coster, 1974; Sardjito et al., 1991).
Sebagian besar wilayah dataran di Kabupaten Muaro Jambi
berada pada ketinggian 10 – 35 meter di atas permukaan laut (74,95%)
dan hanya sebagian kecil (25,05%) yang berada kurang dari 10 meter di
atas permukaan laut dan dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Muaro
8

Jambi merupakan daerah dataran rendah. Kabupaten Muaro Jambi


merupakan wilayah dengan permukaan tanah yang didominasi oleh
permukaan yang relative datar. Hal ini dibuktikan dengan data yang
disajikan dalam Muaro Jambi Dalam Angka Tahun 2014, bahwasanya
wilayah Kabupaten Muaro Jambi dengan ketinggian permukaan tanah
antara 0 – 35 mdpl (Fadhlan dan Intan, 2020).
9

Fisiografi

Gambar 1 Fisiografi Zona Sumatera (Van Bemmelen, 1949)

Daerah penelitian terletak pada lembar peta geologi Jambi. Daerah


penelitian berada dalam daerah Formasi Muaraenim, Airbenakat, serta endapan
Aluvial di mana termasuk dalam sub-cekungan Jambi di cekungan Sumatera
Selatan (Mangga dkk, 1993). Sub cekungan Jambi memiliki dua pola struktur
yang berbeda yaitu pola struktur berarah timur laut – barat daya sebagai
pengontrol pembentukan graben dan pengendapan Formasi Talang Akar dan
pola struktur berarah barat laut – tenggara yang berkaitan dengan tektonik
kompresi dan menghasilkan sesar-sesar naik dan antiklin (Van Bemmelen,
1949).
Secara fisiografis Kabupaten Muaro Jambi terletak di bagian barat
cekungan Sumateran Selatan yang merupakan daerah dataran rendah. Di mana
dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan
unda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang
memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta pegunungan
Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan
10

Cekungan Sumatera Selatan dengan Cekungan Tengah (Wisnu dan Nazirman,


1997).
Tatanan Tektonik

Gambar 2 Peta cekungan di daerah Sumatera (Bishop, 2000)

Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang bergerak


dan berinteraksi secara konvergen dengan lempeng Indo-Australia. Zona
pertemuan antarlempng tersebut membentuk palung yang dikenal sebagai zona
tumbukan atau zona subduksi. Palung tersebut mengakomodasi pergerakan ke
arah utara dari lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Aktivitas
lempeng Indo-Australia dan Eurasia pada zona subduksi tersebut sering
menimbulkan gempa sehingga Pulau Sumatera dianggap sebagai salah satu
wilayah tektonik aktif di dunia (McCaffrey, 2009).
Cekungan Sumatera Selatan merupakan suatu hasil kegiatan tektonik
yang berkaitan erat dengan penujaman lempeng Indo-Australia, yang bergerak
ke arah utara hingga timur laut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam.
Zona penujaman lempeng meliputi daerah sebeelah barat Pulau Sumatera dan
selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil yang berada di antara zona
interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan zona konvergensi dalam
berbagai bentuk dan era (Heidrick dan Aulia, 1993). Penujaman lempeng Indo-
Australia tersebut dapat mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik
dan struktur di Sumatera Selatan. Tumbukan tektonik dengan panjang
11

keseluruhan kurang lebih 1700 km dari Danau Atas-Danau Bawah (Sumatera


Barat) menuju Selat Berhala dengan kelebaran kurang lebih 500 m.
Stratigrafi
Daerah penelitian termasuk dalam peta geologi regional Jambi (Gambar
4). Secara stratigrafi regional daerah penelitian tersusun oleh beberapa formasi
batuan yang secara urutan dari tua ke muda tersusun sebagai berikut (Gambar
3). Tatanan stratigrafi Sub Cekungan Jambi yang sudah disesuaikan dengan
lokasi penelitian (Gambar 2) pada dasarnya terdiri dari satu siklus besar
sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi pada
akhir silkusnya.
Formasi Air Benakat (Tma), tersusun dari perselingan antara
batulempung dan batupasir, lanau, serpih hingga memliki lapisan tipis pasir
kuarsa atau lanau kuarsa. Formasi ini berumur tersier.
Formasi Muara Enim (Tmpm), tersusun dari batulempung dan
batupasir coklat sampai coklat kelabu, batupasir berukuran halus sampai
sedang, batulempung pasiran dan batulempung tufaan yang berwarna biru
hijau, beberapa lapisan batubara berwarna merah-tua gelap, batupasir kasar
halus berwarna putih sampai kelabu terang. Formasi ini berumur tersier.
Formasi Aluvium (Qa), endapan ini terdiri dari material lepas berupa
lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang berasal dari batuan yang lebih tua.
Formasi ini berumur kuarter.

Gambar 3 Stratigrafi Daerah Penelitian


12

Gambar 4 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian


13

2.3 Metode Seismik Refraksi


Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi
disebabkan oleh adanya deformasi struktur berupa tekanan ataupun tarikan
karena salah satu sifat kerak bumi yaitu keelastisan. Gelombang ini kemudian
menjalarkan ke segala arah di seluruh bagian bumi dengan membawa energi
dan mampu dicatat oleh seismograf (Siswowidjoyo et al., 1997; Valeria et al.,
2017).
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari metode geofisika
eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif. Seismik refraksi
dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk
menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada
berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal
pertama (first break) diabaikan, karena gelombang seismik refraksi
merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada
jarak (offset) yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu
pertamakali gelombang diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang
P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan gelombang S sehingga
waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan metode ini.
Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat
rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang
tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material
yang dikenal sebagai parameter elastisitas. Prinsip utama metode refraksi
adalah penerapan waktu tiba pertama gelombang baik langsung maupun
gelombang refraksi. Mengingat kecepatan gelombang P lebih besar
daripada gelombang S maka kita hanya memperhatikan gelombang P
(Aki dan Richards 1980; Kanli et al., 2006).
Pemanfaatan gelombang seismik untuk mempelajari permukaan bumi
telah banyak dilakukan. Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu gelombang badan (gelombang Primer atau compression wave dan
gelombang Sekunder atau shear wave), dan gelombang permukaan (gelombang
Rayleigh dan gelombang Love). Apabila suatu energi mekanik diberikan di atas
permukaan suatu medium, kedua jenis gelombang akan menyebar dengan
besaran energi tertentu, berupa perpindahan partikel gelombang dan arah
perambatan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Bila sumber gelombang
kompresional digunakan dalam survei seismik permukaan, maka lebih dari dua
pertiga jumlah energi seismik yang dihasilkan dikonversi ke gelombang
Rayleigh, yang merupakan komponen utama ground roll (Richart et al., 1970;
Park et al., 1999). Gelombang Rayleigh merupakan gelombang seismik
14

permukaan yang dihasilkan dari penggabungan antara gelombang Primer dan


gelombang shear polarisasi vertikal (SV) di dekat permukaan. Kecepatan
gelombang Rayleigh lebih rendah daripada gelombang shear (S). Dalam
penjalaran gelombang Rayleigh, bentuk gerakan partikel bergerak mundur dan
membentuk elips dengan sumbu mayor vertikal dan sumbu kecil ke arah
penjalaran gelombang. Gelombang Rayleigh juga disebut ground roll dalam
eksplorasi seismologi (Maztner, 2001; Afif, 2010). Gelombang permukaan
Rayleigh bergerak di sepanjang permukaan, dan amplitudonya akan berkurang
secara cepat terhadap kedalaman perambatan. Pergerakan gelombang Rayleigh
berlaku secara dispersi yang merupakan suatu fenomena natural fungsi
kecepatan terhadap panjang gelombang dan frekuensinya. Sifat penetrasi
gelombangnya pada suatu media juga dipengaruhi oleh panjang gelombang dan
frekuensi (Cecep, 2016).
Berdasarkan tempat penjalarannya gelombang seismik dibedakan
menjadi dua, yaitu body wave (gelombang tubuh) dan surface wave (gelombang
permukaan). Gelombang tubuh merupakan gelombang yang arah rambatnya
masuk ke bawah permukaan bumi yang terdiri dari gelombang kompressional
(gelombang longitudinal atau P-wave) dan gelombang geser (gelombang
transerval atau Swave). Gelombang P sendiri memiliki ciri, dimana arah gerakan
partikel dalam medium searah dengan arah perambatan gelombangnya
sedangkan pada gelombang S arah perambatan gelombang tegak lurus dengan
gerak partikel dalam mediumnya. Pada gelombang permukaan, arah rambatan
gelombang hanya terjadi pada batas permukaan medium saja. Gelombang
permukaan berdasarkan dari sifat gerakan partikel media elastik merupakan
gelombang kompleks dengan amplitudo besar dan frekuensi rendah yang
menjalar karena adanya efek free surface dan perbedaan sifat elastik.
Gelombang permukaan dibagi menjadi dua jenis yaitu gelombang Rayleigh dan
gelombang Love (Telford et al., 1976).

Gelombang Badan (Body Wave)


Gelombang badan atau body wave merupakan gelombang yang menjalar
melalui bagian dalam bumi yang biasa disebut dengan free wave karena dapat
menjalar ke segala arah di dalam bumi. Gelombang badan terdiri atas dua
gelombang, yaitu gelombang primer atau longitudinal (compressional wave) dan
gelombang tranversal atau gelombang sekunder (shear wave).

a. Gelombang P
Gelombang yang disebut dengan gelombang kompresi (gelombang primer
atau primary wave atau gelombang P) apabila pergerakan partikel gelombang
15

sejajar dengan arah penjalaran gelombangnya (Brown, 2005). Gelombang tubuh


dapat dilihat pada Gambar 4 dengan rumus dasar pada persamaan 1.


4
K+ μ (1)
3
Vp=
ρ
Dengan: K= modulus bulk (inkompresibilitas)
μ = modulus geser
ρ = densitas.

Gambar 5. Gelombang kompresi atau gelombang P (Elnashai dan Sarno, 2008)

b. Gelombang S
Gelombang disebut dengan gelombang geser (gelombang sekunder atau
secondary wave atau gelombang S) adalah gelombang yang pergerakan partikel
tegak lurus dengan arah penjalaran gelombangnya. Adapun dua komponen
pada gelombang S, yaitu gelombang S untuk arah horizontal (Shear Horizontal)
dan gelombang S untuk arah vertikal (Shear Vertical). Kedua arah dari
gelombang S ini saling tegak lurus dengan kecepatan rambat gelombang S (Vs)
yang dapat dilihat pada persamaan 2.

Vs=
√ μ
ρ
(2)

Dengan: Vs= kecepatan gelombang geser


μ= modulus geser
ρ= densitas.
Pada medium gas atau medium cair (seperti air) modulus gesernya
adalah bernilai nol, sehingga gelombang S tidak akan bisa merambat pada
medium tersebut. Adapun bentuk gelombang sekunder ditunjukkan pada
Gambar 5.
16

Gambar 6. Gelombang longitudinal atau gelombang S (Elnashai dan Sarno,


2008)
Gelombang Permukaan
Gelombang permukaan atau surface wave merupakan gelombang
seismik yang merambat secara paralel ke arah permukaan bumi tanpa
penyebaran energi kedalam interior bumi, kemudian amplitudo gelombangnya
akan berkurang secara eksponensial terhadap kedalaman, dan kebanyakan dari
energinya merambat pada daerah dangkal setara dengan satu panjang
gelombang (Ariestianty et al., 2010). Perambatan gelombang permukaan
dipengaruhi oleh sifat bagian lapisan yang terbatasi. Seperti pada metode
seismik refraksi, gelombang permukaan dimanfaatkan untuk menentukan
suatu profil kecepatan gelombang S pada tanah. Gelombang permukaan dibagi
menjadi dua jenis yaitu:

a. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh atau dikenal Groundroll merupakan gelombang yang
merambat di permukaan, dimana pergerakan partikel gelombangnya
menyerupai elips dan bergerak mundur. Nilai kecepatan gelombang Rayleigh
dalam suatu medium homogen akan lebih kecil apabila dibandingkan dengan
kecepatan gelombang gese dan apabila terdapat variasi sifat elastik terhadap
kedalaman, maka gelombang Rayleigh akan terdispersikan, dimana rambatan
gelombang akan memiliki kecepatan berbeda karena panjang gelombang yang
berbeda (Telford et al., 1990). Berkurangnya amplitudo gelombang Rayleigh
seiring dengan bertambahnya kedalaman ditunjukan pada Gambar 6.
Kecepatan gelombang Rayleigh dirumuskan di persamaan 3.

Vr=0.92 √ Vs
Dengan: Vr= kecepatan gelombang rayleigh
Vs= kecepatan gelombang geser
17

(3)

Gambar 7. Amplitudo gelombang Rayleigh berkurang terhadap kedalaman


(Hartantyo dan Suryanto, 2010).

Gelombang ini digunakan untuk mencitrakan struktur bawah


permukaan dengan aplikasi yang lebih mudah pada karakterisasi geoteknik.
Karena gelombang Rayleigh bersifat unik, yaitu setiap gelombang merambat
melewati batas lapisan material bumi akan mengalami dispersi. Dan efek dari
gelombang Rayleigh sangat besar, jadi apabila kekuatan sumber atau source
diterapkan di permukaan tanah. Dan gelombang Rayleigh yang dihasilkan
mencapai 67% dari total energi yang dihasilkan sumbernya (Hertantyo dan
Brotopuspito, 2010). Maka gelombang Rayleigh digunakan untuk
mengidentifikasikan masalah struktur tanah, karena pengurangan energi
gelombang Rayleigh dalam perambatannya lebih rendah dari jenis gelombang
seismik lain (Shearer, 2009). Adapun pola dari pergerakan gerakan gelombang
Rayleigh pada Gambar 7.

Gambar 8. Pola gerakan partikel gelombang Rayleigh (Elnashai dan Sarno,


2008)

b. Gelombang Love
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang terjadi pada
kondisi stratigrafi khusus yang kecepatan geser pada lapisan teratasnya lebih
kecil dari lapisan yang berada dibawahnya. Gelombang Love merupakang
18

gelombang dari hasil polarisasi gelombang S yang arah penjalarannya parallel


dengan permukaannya secara horizontal, seperti pada Gambar 8.

Gambar 9. Gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008)

Pergerakan dari partikel gelombang memotong arah rambatnya dan


paralel terhadap permukaan bebas. Gelombang tidak dapat terjadi pada
medium homogen, dan pada media berlapis gelombang Love terdispersi, dimana
kecepatannya cenderung kepada kecepatan geser pada lapisan bawah pada
frekuensi rendah dan cenderung kepada kecepatan geser pada lapisan teratas
pada frekuensi tinggi.

Tabel 1 Data Kecepatan Gelombang Primer Pada Beberapa Medium (Burger,


1992)

Material P Velocity (m/s)


Air 331,5
Water 1400 – 1600
Weathered Layered 300 – 900
Soil 250 – 600
Alluvium 500 – 2000
Clay 1000 – 2500
Sand (Unsaturated) 200 – 1000
Sand (Saturated) 800 – 2200
Sand and Gravel Unsaturated 400 – 500
Sand and Gravel Saturated 500 – 1500
Glacial Till Unsaturated 400 – 1000
Glacial Till Saturated 1500 – 2500
Granite 5000 – 6000
Basalt 5400 – 6400
Metamhorpic Rock 3500 – 7000
Sandstone and Shale 2000 – 4500
Limestone 2000 – 6000
19

2.4 Metode Generalized Reciprocal Method (GRM)


Generalized Reciprocal Method atau yang sering disebut GRM adalah
sebuah teknik untuk menggambarkan gelombang rekfraksi pada kedalaman
manapun dari in-line data seismic refraksi yang terdiri dari forward travel times
dan reverse travel times. Travel times pada dua geophone, dipisahkan oleh
variasi jarak XY digunakan pada analisis kecepatan refraktor dan kalkulasi
waktu kedalaman. Penggunaan dua geophone ini juga untuk merekam refraksi
kedatangan dari titik yang sama denggan refraktor (Lomnitz,1989).
Metode GRM merupakan turunan terakhir dari metode delay time yang
berfungsi untuk memetakan lapisan bawah permukaan dengan tingkat
kekerasan dan undulasi refraktor yang tinggi. Metode GRM dapat dilustrasikan
seperti pada gambar

Gambar 10.Ilustrasi Metode GRM

Berdasarkan ilustrasi metode GRM tersebut, maka metode GRM dapat


diasumsikan Perubahan struktur kecepatan yang tidak kompleks, kemiringan
lapisan < 20°, jarak optimum XY menjadi hal terpenting dan tersulit dalam
metode GRM, XY distance adalah jarak pisah di permukaan dimana gelombang
seismik dari forward dan reverse diukur dari titik refraktor yang sama. Titik X
dan Y sendiri adalah sebaran geophone.
Dalam pengolahan, metode GRM terdiri dari dua jenis fungsi yaitu fungsi
analisis kecepatan (Tν) dan fungsi time-depth (Tg).
1. Fungsi Analisa Kecepatan (Tν).
Analisa Tν digunakan untuk menentukan kecepatan V’ dengan
persamaan:
Tv = ½ ( TAY– TBY + TAB ) (3)
20

Waktu rambat dari A ke H


 Optimum XY ialah ketika E dan F berada pada satu titik pada H.
 Optimum XY didapat dari kurva Tv yang paling halus (smoothest).
 Kecepatan refraktor V’ ialah reciprocal dengan kurva T v, artinya V’
dapat dicari dengan kurva Tν.
2. Fungsi Time-Depth (Tg)
Analisa Tg digunakan untuk mencari kedalaman di bawah
geophone (h) dengan persamaan :
XY
Tg = ½ ( TAY+ TBY – (TAB + )) (4)
V'
 Waktu rambatnya dari EY atau FX dikurangi waktu rambat proyeksi
dari GX atau GY sepanjang refraktor (waktu rambat sepanjang GH).
 Optimum XY didapat dari kurva Tg yang paling kasar (roughest).
Metode GRM menggunakan nilai kecepatan rata-rata (Vavg) dengan
persamaan :

Vavg =
√ V ' 2 XY
XY + 2TgV '
Vavg merambat dari refraktor ke geophone. Sehingga memenuhi hukum
(5)

Snellius:
Vavg
Ic= sin-1 (6)
V'
Dari persamaan (6), Vavg identik dengan V1, sedangkan V’ identik dengan V2.
Maka, kedalaman geophone (h) dapat dicari dengan :

TgVavg TgAvgV '


h= atau h = 2 ' (7)
cos ic √V 2−V ' ' 2 Avg
2.5 Tomografi Seismik Refraksi
Secara garis besar, tahapan metoda tomografi seismik refraksi meliputi
pembuatan parameterisasi model bumi dari permukaan sampai kedalaman
tertentu yang mencakup titik terdalam sinar seismik refraksi pada jarak yang
terjauh, penjejakan gelombang untuk menghitung waktu tiba gelombang yang
merambat melalui model kecepatan awal yang dipilih, pembandingan hasil
perhitungan waktu tempuh gelombang dengan data waktu tempuh pengamatan,
inversi Persamaan waktu tempuh, pembaharuan (update) model kecepatan.
Dalam tomografi waktu tempuh gelombang seismik digunakan waktu tunda dari
gelombang tersebut untuk diinversi. Waktu tunda yang dimaksud adalah selisih
antara waktu tempuh gelombang yang diamati dan yang dihitung pada model
kecepatan bumi tertentu (Widiyantoro, 2000).
21

Tomografi seismik refraksi bertujuan untuk mencitrakan model


kecepatan gelombang seismik di dekat permukaan dengan menggunakan data
waktu tiba gelombang tersebut (Firnanza, 2017). Tujuan utamanya adalah
untuk menemukan waktu tempuh minimum antara sumber dan penerima
untuk setiap pasangan sumber-penerima. Hal ini dicapai dengan pemecahan
untuk raypath dan kecepatan invers atau slowness. Iterasi yang digunakan
adalah pendekatan non linear least-squares pada persamaan 8.
1
S= (8)
V
Dengan: S= kecepatan invers
V= kecepatan gelombang datang

Dalam bentuk diskrit pada persamaan 9, dihasilkan waktu tempuhnya adalah:


N
t i = ∑ S j lij (9)
j=1

Dengan: t= waktu tiba gelombang


S= kecepatan invers
l= raypath (panjang lintasan)

Sehingga waktu tempuh dalam bentuk matrik adalah pada persamaan 10

( ) ( )( )
t1 S1 l 11 l 12 . l 1 N
t2 S2 l 21 l 22 . l 2 N
= (10)
. . . . . .
tM SM l M 2 l M 2 . l MN
Dengan: t= waktu tiba gelombang
S= kecepatan invers
l= raypath (panjang lintasan)

Dimana S merupakan slowness atau kecepatan invers dengan satuan m/s, 𝑙


yaitu raypath atau lintasan gelombang (m), V adalah kecepatan gelombang
primer (m/s) dan t merupakan waktu tempuh gelombang. (Nurdiyanto, 2011).
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan pada 20 September – 30
November 2022 di Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi dengan rincian kegiatan yang terdapat pada Tabel 2.
September Oktober November Desember Januari Februari
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

Akuisisi Data

Pengolahan
dan
Interpretasi
Data
Penyusunan
Skripsi

Tabel 2 Rincian Kegiatan Penelitian

3.2 Peralatan Penelitian


Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Satu set seismik refraksi MAE 6000, terdiri dari geofone 24 chanel,
trigger kabel, plat baja dan godam
2. Batery 12 V, digunakan sebagai sumber daya.
3. Global Positioning System (GPS), digunakan untuk menentukan posisi
pada seitap titik penelitian.
4. Kompas Geologi, digunakan untuk menentukan arah utara sensor.
5. Log Book, digunakan sebagai catatan kondisi lingkungan saat
melakukan pengambilan data.
6. Kamera, digunakan untuk membuat dokumentasi penelitian.
7. Laptop, digunakan untuk mengolah data mikrotremor.
3.3 Software Penelitian
1. PsLab
Software ini dugunakan untuk menampilkan waktu tiba dan melakukan
picking waktu tiba gelombang P.
2. SeisImagger
Software ini dugunakan untuk menginterpretasi hasil dari pengolahan
data seismik refraksi
3. Microsoft Excell
Digunakan untuk mengolah data hasil picking gelombang P dan
memperoleh hasil kurva T-X
4. Surfer
23

Digunakan untuk membuat model kecepatan dari hasil yang


didapatkan.
5. ArcGIS
Digunakan untuk membuat peta kawasan dan peta geologi regional
daerah penelitian.

3.4 Data Penelitian


Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
skunder dan data primer.
Data Primer
Data rekaman berupa sinyal gelombang (domain waktu dan
jarak) merupakan data dengan format *SG2 yang akan diolah
menggunakan software PSLab.
Data Sekunder
1. Peta Geologi daerah penelitian, digunakan sebagai informasi geologi
daerah penelitian yang meliputi formasi, litologi, struktur geologi dan
sebagainya.
2. Peta Administrasi daerah penelitian, digunakan untuk memperkirakan
kondisi lokasi penelitian dan menentukan titik pengambilan data.
3. Data Topografi daerah penelitian, digunakan sebagai informasi
ketinggian, lereng dan kontur daerah penelitian.
3.5 Metode Penelitian
Survey lokasi dilakukan untuk menentukan kawasan yang cocok
untuk dilakukan analisis dengan melihat kondisi geologi dan morfologi
sekitar kawasan penelitian. Kemudian bertujuan untuk menentukan
titik-titik dan panjang lintasan yang akan dijadikan penelitian dengan
kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian
sebagai berikut :
Persiapan
Persiapan dilakukan berupa studi literatur dan pengumpulan
data sebelum penelitian. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam mengenai lokasi penelitian. Kegiatan
studi literatur untuk memperoleh dan mengumpulkan informasi umum
mengenai seismik refraksi, informasi daerah penelitian dari jurnal,
luasan daerah penelitian, jenis batuan penyusun, peta geologi, dan peta
rencana pola ruang.

Survei awal
24

Perlunya melakukan survei awal berupa observasi lapangan


dengan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai masalah
yang dialami di Kecamatan Jambi Luar Kota, geologi daerah penelitian,
orientasi medan daerah penelitian, gedung-gedung tua, kawasan yang
belum dimanfaatkan serta lintasan pengukuran untuk pengambilan data
yang terdapat pada Lampiran 1 dengan koordinatnya yang terdapat
pada Gambar 11. Penentuan lintasan seismik refraksi didasarkan pada
lokasi yang akan dilakukan pembangunan berkelanjutan, geologi
regional, gedung tua serta daerah dengan tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi.

Oleh:
Muhammad Bill Rizanni

Gambar 11. Desain Akuisisi Lintasan seismik refraksi Kecamatan Jambi Luar
Kota

Akuisisi
25

Akuisisi data dilakukan pada 18 lintasan dengan susunan


konfigurasi peralatan geophone dan source diletakkan pada satu garis
lurus (in line) dengan panjang lintasan 48 m, spasi antar geophone 2 m
dengan 3 shoot point yang berada pada near shot offset, middle shot
offset, dan far shot offset.

Gambar 12. Desain Akuisisi Lintasan Perekaman


26

Posisi near shot offset dekat dengan geophone pertama dengan


jarak 3 meter, posisi middle shot offset berada diantara geophone 12 dan
13 dan di berikan jarak sejauh 3 meter, dan posisi far shot offset dekat
dengan geophone 24 dengan jarak 3 meter dari geophone. Bentuk
gelombang pada near shot offset berupa data penembakan kedepan
sehingga geophone 1 akan lebih cepat menerima gelombang dan
perlahan melambat hingga geophone 24 dan berfungsi sebagai
penetapan kedalaman dangkal. Pada mid shot offset berupa data
penembakan ditengah sehingga gelombang akan diterima terlebih
dahulu oleh geophone 12 dan 13, perlahan melambat sampai ke
geophone lainnya dan berfungsi sebagai penetapan ketebalan lapisan.
Pada far shot offset merupakan data penembakan kebelakang sehingga
geophone yang menerima gelombang terlebih dahulu adalah geophone
24 dan melambat sampai dengan geophone 1 dan berfungsi sebagai
penetapan kedalaman terdalam.

Gambar. 14 Bentuk Penampang Seismik (A. Middle Shot Offset, B. Near Shot
Offset, dan C. Far Shot Offset)

Pengolahan Data
Hasil akuisisi dilapangan akan didapatkan data berupa shoot
gather dalam domain waktu dan jarak. Selanjutnya dilakukan picking
atau memilih waktu tiba gelombang pertama kali pada masing-masing
receiver yang menenerima gelombang menggunakan software PSlab.
Selanjutnya dilakukan ploting waktu tiba pada kurva T-X menggunakan
Microsoft Excel dan dilakukan filtering pada data seismik refraksi untuk
menunjukkan pembiasan atau refraksi gelombang sehingga akan
27

dilakukan algoritma perhitungan GRM menggunakan SeisImagger yang


nantinya akan didapatkan hasil berupa penampang 2D
Interpretasi
Interpretasi dalam analisis bawah permukaan menggunakan
metode seismik refraksi adalah berupa model tomografi seismik refraksi
2D berdasarkan indeks kecepatan gelombang primer (Vp) setelah
dilakukan pengolahan data di software Seisimagger. Berdasarkan
penjelasan penelitian diatas maka diagram alir penelitian secara umum
mengikuti diagram alir Gambar 13.

Model Tomografi
Seismik Refraksi 2D

Gambar 13 Diagram Alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Data hasil perekaman gelombang seismik ditampilkan dalam
bentuk record seismik. Berdasarkan record seismik dapat diketahui
waktu tiba gelombang seismik pada masing-masing geophone. Waktu
tiba gelombang seismik akan digunakan untuk mengetahui kecepatan
gelombang seismik (Vp) dan kedalaman masing-masing lapisan.
Gelombang seismik yang digunakan untuk analisa yaitu gelombang P.
Kemudian dilakukan picking pada record seismik untuk memperoleh
penampang seismik dengan nilai waktu tiba gelombang pertama
(Gambar 14). Setelah dilakukan picking maka dapat dibuat kurva t-x
untuk menunjukkan hubungan jarak dan waktu tiba gelombang
(Gambar 15). Pada kurva t-x tersebut terdapat dua lapisan dengan perubahan
gradient yang menggambarkan adanya perbedaan lapisan pada saat penjalaran
gelombang.

Gambar. 15 Kurva T-X

Setelah didapatkan bentuk kurva t-x dan didapatkan jumlah lapisan


berdasarkan perubahan gradient pada kurva t-x dengan menetukan daerah T-
Direct dan T-Refract, maka dilakukan pembuatan model penampang bawah
permukaan seismik pada setiap lintasan yang berjumlah 18 lintasan dan juga
29

dilakukan pemodelan tomografi seismik refraksi agar dapat diketahui perlapisan


dan jenis batuan apa saja yang terdapat dibawah permukaan.

Gambar. 16 Lintasan 1, Model Tomografi Seismik

Lintasan 1 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang seismik pada
lintasan 1 (Gambar 16) dapat diketahui nilai lapisan pertama dengan kecepatan
rambat gelombang dengan nilai 268 m/s hingga 537 m/s dengan ketebalan
lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat gelombang 537 m/s
hingga 2149 m/s dengan ketebalan lapisan 3-7 m. Lapisan ketiga dengan
kecepatan rambat gelombang 2149 m/s hingga 2686 m/s dengan ketebalan
lapisan 7-12 m.

Gambar. 17 Lintasan 2, Model Tomografi Seismik

Lintasan 2 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dikelilingi


rumput liar dan terdapat sawah di sekitarnya. Berdasarkan model kecepatan
rambat gelombang seismik pada lintasan 2 (Gambar 17) dapat diketahui nilai
30

lapisan pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 339 m/s
hingga 510 m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan
kecepatan rambat gelombang 510 m/s hingga 1706 m/s dengan ketebalan
lapisan 3-8 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1706 m/s
hingga 1876 m/s dengan ketebalan lapisan 8-12 m.

Gambar. 18 Lintasan 3, Model Tomografi Seismik

Lintasan 3 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dekat


dengan perumahan. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang seismik
pada lintasan 3 (Gambar 18) dapat diketahui nilai lapisan pertama dengan
kecepatan rambat gelombang dengan nilai 383 m/s hingga 693 m/s dengan
ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat gelombang
693 m/s hingga 1934 m/s dengan ketebalan lapisan 3-10 m. Lapisan ketiga
dengan kecepatan rambat gelombang 1934 m/s hingga 2243 m/sdengan
ketebalan lapisan 10-14 m.

Gambar. 19 Lintasan 4, Model Tomografi Seismik


31

Lintasan 4 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dikelilingi


rumput liar dan berada disekitaran Kampus UNJA. Berdasarkan model
kecepatan rambat gelombang seismik pada lintasan 4 (Gambar 19) dapat
diketahui nilai lapisan pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan
nilai 362 m/s hingga 555 m/s dengan ketebalan lapisan 0-5 m. Lapisan kedua
dengan kecepatan rambat gelombang 555 m/s hingga 1907 m/s dengan
ketebalan lapisan 5-11 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat gelombang
1907 m/s hingga 2099 m/s dengan ketebalan lapisan 11-15 m.

Gambar. 20 Lintasan 5, Model Tomografi Seismik

Lintasan 5 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang seismik pada
lintasan 5 (Gambar 20) dapat diketahui nilai Lapisan pertama dengan
kecepatan rambat gelombang dengan nilai 268 m/s hingga 407 m/s dengan
ketebalan lapisan 0-2 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat gelombang
407 m/s hingga 1241 m/s dengan ketebalan lapisan 2-7 m. Lapisan ketiga
dengan kecepatan rambat gelombang 1241 m/s hingga 1359 m/s dengan
ketebalan lapisan 7-12 m.
32

Gambar. 21 Lintasan 6, Model Tomografi Seismik

Lintasan 6 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar serta dekat perkebunan. Berdasarkan model kecepatan rambat
gelombang seismik pada lintasan 6 (Gambar 21) dapat diketahui nilai lapisan
pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 301 m/s hingga 589
m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 589 m/s hingga 1383 m/s dengan ketebalan lapisan 3-6 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1383 m/s hingga 1599 m/s dengan
ketebalan lapisan 6-9 m.

Gambar. 22 Lintasan 7, Model Tomografi Seismik

Lintasan 7 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar serta dekat perumahan. Berdasarkan model kecepatan rambat
gelombang seismik pada lintasan 7 (Gambar 22) dapat diketahui nilai lapisan
pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 217 m/s hingga 393
m/s dengan ketebalan lapisan 0-2 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
33

gelombang 393 m/s hingga 1624 m/s dengan ketebalan lapisan 2-5 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1624 m/s hingga 1799 m/s dengan
ketebalan lapisan 5-9 m.

Gambar. 23 Lintasan 8, Model Tomografi Seismik

Lintasan 8 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang seismik pada
lintasan 8 (Gambar 23) dapat diketahui nilai lapisan pertama dengan kecepatan
rambat gelombang dengan nilai 300 m/s hingga 500 m/s dengan ketebalan
lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat gelombang 500 m/s
hingga 1367 m/s dengan ketebalan lapisan 3-7 m. Lapisan ketiga dengan
kecepatan rambat gelombang 1367 m/s hingga 1499 m/s dengan ketebalan
lapisan 7-9 m.

Gambar. 24 Lintasan 9, Model Tomografi Seismik

Lintasan 9 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dikelilingi


rumput liar dan dekat dengan pinggir jalan. Berdasarkan model kecepatan
rambat gelombang seismik pada lintasan 9 (Gambar 24) dapat diketahui nilai
34

lapisan pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 647 m/s
hingga 834 m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan
kecepatan rambat gelombang 834 m/s hingga 1579 m/s dengan ketebalan
lapisan 3-10 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1679 m/s
hingga 1765 m/s dengan ketebalan lapisan 10-15 m.

Gambar. 25 Lintasan 10, Model Tomografi Seismik

Lintasan 10 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar serta dekat dengan kebun. Berdasarkan model kecepatan rambat
gelombang seismik pada lintasan 10 (Gambar 25) dapat diketahui nilai lapisan
pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 306 m/s hingga 404
m/s dengan ketebalan lapisan 0-2 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 404 m/s hingga 1091 m/s dengan ketebalan lapisan 2-6 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1091 m/s hingga 1168 m/s dengan
ketebalan lapisan 6-12 m.

Gambar. 26 Lintasan 11, Model Tomografi Seismik


35

Lintasan 11 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar serta perumahan. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang
seismik pada lintasan 11 (Gambar 26) dapat diketahui nilai lapisan pertama
dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 299 m/s hingga 422 m/s
dengan ketebalan lapisan 0-2 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 422 m/s hingga 1278 m/s dengan ketebalan lapisan 2-5 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1278 m/s hingga 1399 m/s dengan
ketebalan lapisan 5-10 m.

Gambar. 27 Lintasan 12, Model Tomografi Seismik

Lintasan 12 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah berpasir.


Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang seismik pada lintasan 12
(Gambar 27) dapat diketahui nilai lapisan pertama dengan kecepatan rambat
gelombang dengan nilai 399 m/s hingga 464 m/s dengan ketebalan lapisan 0-2
m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat gelombang 464 m/s hingga 914
m/s dengan ketebalan lapisan 3-6 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat
gelombang 914 m/s hingga 977 dengan ketebalan lapisan 6-10 m.

Gambar. 28 Lintasan 13, Model Tomografi Seismik


36

Lintasan 13 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dikelilingi


rumput liar dekat dengan perumahan. Berdasarkan model kecepatan rambat
gelombang seismik pada lintasan 13 (Gambar 28) dapat diketahui nilai lapisan
pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 341 m/s hingga 407
m/s dengan ketebalan lapisan 0-2 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 407 m/s hingga 873 m/s dengan ketebalan lapisan 2-5 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 873 m/s hingga 938 m/s dengan
ketebalan lapisan 5-9 m.

Gambar. 29 Lintasan 14, Model Tomografi Seismik

Lintasan 14 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dikelilingi


rumput liar dan kebun karet. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang
seismik pada lintasan 14 (Gambar 29) dapat diketahui nilai lapisan pertama
dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 446 m/s hingga 532 m/s
dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 532 m/s hingga 1131 m/s dengan ketebalan lapisan 3-7 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1131 m/s hingga 1131 m/s dengan
ketebalan lapisan 7-10 m.
37

Gambar. 30 Lintasan 15, Model Tomografi Seismik

Lintasan 15 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar serta terdapat beberapa rumah warga sekitar. Berdasarkan model
kecepatan rambat gelombang seismik pada lintasan 15 (Gambar 30) dapat
diketahui nilai lapisan pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan
nilai 331 m/s hingga 494 m/s dengan ketebalan lapisan 0-4 m. Lapisan kedua
dengan kecepatan rambat gelombang 494 m/s hingga 1637 m/s dengan
ketebalan lapisan 4-8 m. Lapisan ketiga dengan kecepatan rambat gelombang
1637 m/s hingga 1799 m/s dengan ketebalan lapisan 8-13 m.

Gambar. 31 Lintasan 16, Model Tomografi Seismik

Lintasan 16 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar serta terdapat perkebuan. Berdasarkan model kecepatan rambat
gelombang seismik pada lintasan 16 (Gambar 31) dapat diketahui nilai lapisan
pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 298 m/s hingga 443
m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 443 m/s hingga 1070 m/s dengan ketebalan lapisan 3-7 m. Lapisan
38

ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 1070 m/s hingga 1165 m/s dengan
ketebalan lapisan 7-10 m.

Gambar. 32 Lintasan 17, Model Tomografi Seismik

Lintasan 17 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dikelilingi


rumput liar dan berada di pinggir jalan. Berdasarkan model kecepatan rambat
gelombang seismik pada lintasan 17 (Gambar 32) dapat diketahui nilai lapisan
pertama dengan kecepatan rambat gelombang dengan nilai 248 m/s hingga 344
m/s dengan ketebalan lapisan 0-3 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat
gelombang 344 m/s hingga 823 m/s dengan ketebalan lapisan 3-8 m. Lapisan
ketiga dengan kecepatan rambat gelombang 723 m/s hingga 823 m/s dengan
ketebalan lapisan 8-15 m.

Gambar. 33 Lintasan 18, Model Tomografi Seismik

Lintasan 18 dengan keadaan sekitar berupa jalan tanah dan dikelilingi


rumput liar. Berdasarkan model kecepatan rambat gelombang seismik pada
lintasan 18 (Gambar 33) dapat diketahui nilai lapisan pertama dengan
kecepatan rambat gelombang dengan nilai 362 m/s hingga 555 m/s dengan
39

ketebalan lapisan 0-5 m. Lapisan kedua dengan kecepatan rambat gelombang


555 m/s hingga 1907 m/s dengan ketebalan lapisan 5-10 m. Lapisan ketiga
dengan kecepatan rambat gelombang 1907 m/s hingga 2099 m/s dengan
ketebalan lapisan 10-15 m.
Berdasarkan pengukuran lapangan data seismik refraksi maka diperoleh
data penjalaran waktu gelombang (travel time) yang menggambarkan kecepatan
gelombang seismik pada setiap lapisan sehingga diperoleh penampang bawah
permukaan untuk setiap lintasan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
metode GRM maka diperoleh nilai kecepatan rambat gelombang seismik bawah
permukaan (Tabel 3).
Besarnya nilai kecepatan gelombang yang mengalami perubahan
menunjukkan adanya perbedaan litologi bawah permukaan pada setiap lapisan
sehingga terdapat bidang batas antara dua lapisan yang kemudian dibuat model
seismik. Berdasarkan nilai kecepatan rambat gelombang seismik maka dapat
diperoleh kedalaman masing-masing setiap lapisan. Kedalaman masing-masing
bidang batas bervariasi, hal tersebut disebabkan bentuk relief bawah
permukaan yang tidak sama dan bergelombang. Selain itu, sumber gelombang
juga berpengaruh terhadap kedalaman yang dihasilkan. Semakin besar sumber
maka kedalaman yang diperoleh semakin dalam.
40

Tabel 3 Korelasi Setiap Lintasan Berdasarkan Geologi Regional, Kecepatan


Gelombang, dan Litologi Batuan

Ketebalan Lapisan Kecepatan


Lintasan Geologi Regional Lapisan Litologi Batuan
(m) Gelombang (m/s)

1 0-3 268-537 Top soil

1 Aluvium 2 3-7 537-2149 Pasir kerikil

3 7-12 2149-2686 Pasir dan Lempung

1 0-3 339-510 Top soil

2 Aluvium 2 3-8 510-1706 Pasir kerikil

3 8-12 1706-1876 Pasir dan Lempung

1 0-3 383-693 Top soil

3 Aluvium 2 3-10 693-1934 Pasir kerikil

3 10-14 1934-2243 Pasir dan Lempung

1 0-5 362-555 Top soil

4 Aluvium 2 5-11 555-1907 Pasir kerikil

3 11-15 1907-2099 Pasir dan Lempung

1 0-2 268-407 Top soil

5 Muaraenim 2 2-7 407-1241 Pasir tufan

3 7-12 1241-1359 Tuff

1 0-2 301-589 Top soil

6 Muaraenim 2 2-6 589-1383 Pasir tufan

3 6-9 1383-1599 Tuff

1 0-2 217-393 Top soil

7 Muaraenim 2 2-5 393-1624 Pasir tufan

3 5-9 1624-1799 Tuff

1 0-3 300-500 Top soil

8 Muaraenim 2 3-7 500-1367 Pasir tufan

3 7-9 1367-1499 Tuff

1 0-3 647-834 Top soil

9 Muaraenim 2 3-10 834-1579 Pasir tufan

3 10-15 1579-1765 Tuff

1 0-2 306-404 Top soil

10 Airbenakat 2 2-6 404-1091 Pasir kerikil

3 6-12 1091-1168 Pasir

1 0-2 299-422 Top soil

11 Muaraenim 2 2-5 422-1278 Pasir tufan

3 5-10 1278-1399 Tuff

1 0-3 399-464 Top soil

12 Airbenakat 2 3-6 464-914 Pasir kerikil

3 6-10 914-977 Pasir

1 0-2 341-407 Top soil

13 Airbenakat 2 2-5 407-873 Pasir kerikil

3 5-9 873-938 Pasir

1 0-3 446-532 Top soil

14 Kasai 2 3-7 532-1131 Pasir tufan

3 7-10 1131-1215 Lempung tufan

15 Muaraenim 1 0-4 331-494 Top soil


41

2 4-8 494-1637 Pasir tufan

3 8-13 1637-1799 Tuff

1 0-3 298-443 Top soil

16 Airbenakat 2 3-7 443-1070 Pasir kerikil

3 7-10 1070-1165 Pasir

1 0-3 248-344 Top soil

17 Muaraenim 2 3-8 344-728 Pasir tufan

3 8-15 728-823 Tuff

1 0-5 362-555 Top soil

18 Aluvium 2 5-10 555-1907 Pasir kerikil

3 10-15 1907-2099 Pasir dan Lempung

4.2 Pembahasan
Pengambilan data seismik mengutamakan nilai kecepatan gelombang
yang baik tanpa adanya gangguan disekitar, sehingga pada saat pengambilan
data dilakukan pada daerah yang tidak terdapat gangguan yang dapat
menyebabkan adanya pergerakan pada daerah tersebut dan juga memiliki
tanah yang cenderung tidak keras, tidak berair, dan tidak berlumpur agar
memudahkan gelombang dari sumber mudah menembus batuan pada saat
pengambilan data, akan tetapi ada bebrapa lintasan pada penelitian sehingga
didapatkan data yang kurang maksimal seperti pada lintasan 12, 13, 14, dan
16, dimana pada lintasan 12, 13, dan 14 merupakan daerah rawa berlumpur
sehingga data tidak maksimal, sedangkan pada lintasan 16 merupakan daerah
yang sangat dekat dengan pinggir jalan sehingga banyak kendaraan yang
melintas ketika pengambilan data dan menyebabkan data tidak maksimal dan
dilakukan pengambilan data hingga beberapa kali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat gelombang seismik
dalam batuan antara lain densitas, porositas, kedalaman, tekanan, umur
batuan dan temperatur. Berdasarkan hasil analisis kecepatan rambat
gelombang seismik seperti yang sudah dijelaskan pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa semakin meningkatnya kedalaman suatu lapisan maka nilai kecepatan
rambat gelombang P semakin lebih tinggi, semakin tinggi nilai gelombang P
maka akan semakin besar juga nilai kecepata rambat gelombang atau Vp.
Waktu tempuh gelombang P lebih cepat dibanding gelombang S dikarenakan
pada data seismik gelombang P sering disebut First Arrival Time dan dilanjutkan
dengan waktu tiba gelombang S, maka dari itu nilai Vp sangat baik dalam
menentukan litologi batuan. Semakin dalam suatu lapisan maka tingkat
pelapukan suatu material akan menurun, karena batuan tersebut sudah
terkompaksi akibat adanya beban tekanan dari atas lapisan tersebut sehingga
menyebabkan lapisan paling bawah memiliki tingkat kekerasan batuan yang
lebih tinggi yaitu dengan nilai kecepatan batuan (Vp) pada rentang 2064 m/s –
42

2700 m/s sehingga dapat dijadikan sebagai batuan keras. Kekerasan batuan
mempengaruhi tingkat porositas dan permeabilitas suatu batuan. Batuan yang
keras memiliki porositas rendah, densitas tinggi dan bersifat impermeabel.
Kecepatan rambat gelombang seismik akan semakin bertambah jika suatu
batuan memiliki porositas rendah.
Kondisi geologi daerah penelitian menurut Mangga dkk, 1993, berada
pada Formasi Aluvium, Muara Enim, Airbernakat, dan Kasai. Aluvium tersusun
atas kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Formasi Muaraenim tersusun
atas perselingan batupasir tufan dan batulempung tufan serta terdapat tuff.
Formasi Airbernakat tersusun atas perselingan batu pasir dan batu lempung.
Dan yang terakhir Formasi Kasai terdiri atas perselingan batupasir tufan dan
batulempung tufan. Top soil terbentuk dari lapukan material dibawahnya. Pasir
tufan merupakan material lepas dari letusan gunung api yang masih berupa
endapan dengan ukuran butir seperti sedimen. Batuan tuff merupakan material
letusan gunung api yang terbentuk terlebih dahulu dibandingkan pasiran tuff,
sehingga batuan tuff memiliki densitas yang lebih tinggi karena sudah
terkompaksi dan porositas yang lebih kecil menyebabkan batuan tuff
merupakan lapisan kedap air dan termasuk batuan beku. Batuan endapan
gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir umumnya kurang kuat,
sehingga batuan tersebut akan mudah mengalami pelapukan menjadi tanah
atau lempung pasiran yang bersifat gembur dalam jangka waktu yang lama
sehingga tuff juga dapat dikategorikan sebagai batuan keras sebagai lantai
pondasi suatu bagunan dengan skala kecil.
43

Gambar 34. Peta Sebaran Batuan Keras

Batuan keras pada daerah penelitian didominasi oleh batuan keras


dengan rentang kecepatan antara 1650 m/s-2064 m/s yang ditandai dengan
sebaran berwarna hijau pada Gambar 34 dimana daerah tersebut merupakan
formasi muara enim yang tersusun menurut Mangga dkk, 1993 dari
batulempung dan batupasir, batupasir berukuran halus sampai sedang,
batulempung pasiran dan batulempung tufaan yang berwarna, beberapa lapisan
batubara, batupasir kasar halus. Pada daerah yang ditandai dengan sebaran
berwarna hijau merupakan daerah dimana pada kecamatan jaluko sudah
dibangun bangunan berskala kecil seperti perumahan, ruko usaha, dan
beberapa kantor desa maupun layanan masyarakat, sehingga daerah tersebut
cukup memungkinkan untuk dibangun bangunan berskala kecil dikarenakan
batuan keras pada daerah tersebut merupakan batuan Tuff.
Batuan keras yang memiliki nilai kecepatan paling besar didapatkan
pada penelitian memiliki nilai kecepatan batuan (Vp) pada rentang 2064 m/s-
2700 m/s yang ditandai dengan sebaran berwarna biru, dimana batuan yang
terdapat pada daerah tersebut merupakan batuan dari formasi alluvium berupa
batupasir dan batulempung. Pada daerah yang ditandai dengan sebaran
berwarna biru merupakan daerah dimana pada kecamatan jaluko sudah
dibangun bangunan berskala besar seperti sarana pendidikan berupa kampus
dan pusat perbelanjaan serta beberapa perumahan.
44

Batuan keras yang memiliki nilai kecepatan paling rendah didapatkan


pada penelitian memiliki nilai kecepatan batuan (Vp) pada rentang 823 m/s-
1236 m/s yang ditandai dengan sebaran berwarna coklat, dimana batuan yang
terdapat pada daerah tersebut merupakan batuan dari formasi airbernakat dan
kasai berupa perselingan batupasir dan tufan. Pada daerah yang ditandai
dengan sebaran berwarna coklat merupakan daerah dimana pada kecamatan
jaluko didominasi oleh sektor perkebunan dan beberapa rumah pada daerah
tersebut.

Gambar 35. Peta Kedalaman Sebaran Batuan Keras

Menururt Hilman dan Karyanto 2012, batuan keras yang dapat


dijadikan lantai dasar dari suatu pondasi bangunan berskala kecil terdapat
pada rentang nilai kecepatan yaitu 1000 m/s- 1800m/s dan untuk beskala
sedang yaitu berada pada rentang nilai kecepatan diatas 1800 m/s.
Berdasarkan kondisi geologi, daerah sekitar dan hasil dari penelitian tersebut,
nilai kecepatan gelombang yang telah dibuat model tomografi seismik refraksi
dan peta sebaran batuan keras memiliki nilai untuk litologi yang tidak jauh
berbeda dari batuan yang terdapat dari setiap formasi yang ada pada daerah
penelitian yang memiliki rentang nilai kecepatan gelombang pada Top soil yaitu
200-600 m/s dengan rata-rata kedalaman 0-4 m, Pasir Tufan yaitu 823-1650
m/s dengan rata-rata kedalaman 2-5 m, Tuff yaitu 1650 m/s-2064 dengan rata-
45

rata kedalaman 3-7 m, dan Aluvium berupa batupasir dan batulempung yaitu
2064 m/s-2700 m/s dengan rata-rata kedalaman 7-15 m.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Kecepatan rambat gelombang seismik di Kecamatan Jaluko diperoleh
cepat rambat gelombang pada lapisan pertama 200 m/s hingga 600 m/s
yang diindikasikan terdapat batuan pasir dan pada lapisan kedua yaitu
600 m/s hingga 2000 m/s yang diindikasikan terdapat batuan tuff atau
alluvium dengan komposisi batuan pasir dan lempung tergantung pada
letak geologi regional berdasarkan kurva T-X yang kemudian dibuat
model penampang seismik refraksi sehingga didapatkan batas lapisan
antara lapisan pertama dan lapisan kedua
2. Pada model tomografi seismik refraksi terdapat perselingan diantara
lapisan pertama dan lapisan kedua dengan nilai kecepatan gelombang
pada Top soil yaitu 200-600 m/s dengan rata-rata kedalaman 0-4 m,
Pasir Tufan yaitu 823-1650 m/s dengan rata-rata kedalaman 2-5 m, Tuff
yaitu 1650 m/s-2064 dengan rata-rata kedalaman 3-7 m, dan Aluvium
berupa batupasir dan batulempung yaitu 2064 m/s-2700 m/s dengan
rata-rata kedalaman 7-15 m.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data seismik refraksi,
maka untuk penelitian selanjutnya untuk menambah panjang lintasan agar
memperoleh kedalaman yang lebih dalam. Untuk memperoleh hasil penelitian
yang maksimal, sebaiknya didukung dengan melakukan penelitian metode lain
sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Budi, Darsono, 2014. Identifikasi Batuan Dasar menggunakan Metode
Seismik Refraksi untuk Pondasi Bangunan di Universitas Sebelas Maret
Kentingan Surakarta.Jurnal Fisika Dan Aplikasinya Volume 10, Nomor
1 Januari 2014.
Artono, Vy. 2017. Identifikasi Lapisan Lapuk Bawah Permukaan Menggunakan
Seismik Refraksi Di Desa Lengkeka Kecamatan Lore Barat Kabupaten
Poso. Journal Of Science And Technology. Vol. 6 (3): 291 – 300.
Bagus, Drajat, Zulfiana. 2015. Identifikasi Lapisan Rawan Longsor
Menggunakan Metode Seismik Refraksi Studi Kasus Kampus Lapangan
Lipi Karangsambung. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2015.Volume IV.
Boko, N. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 12(3): 211- 220.
Brown L.T., Diehl J.G dan Nigbor R.L. 2000. A Simplified Procedure To Measure
Average Shear-Wave Velocity To A Depth Of 30 Meters (Vs30), 12 Wcee
2000.
Cecep, S. 2016. Karakteristik Tanah Di Kota Kalabahi Berdasarkan Nilai
Kecepatan Gelombang Shear (Vs). Jurnal Lingkungan Dan Bencana
Geologi. Vol. 7 No. 1. 1-8.
Dominikus, R. A. W. 2019. Proyeksi Spasial Under Bounded City Di Kota
Jambi Berbasis Smce Ca (Spatial Multy Criteria Evaluation Cellular
Automata). Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota. P-Issn: 1858-
3903 And E-Issn: 2597-9272.
Fadhlan M dan Intan S. 2020. Geologi Situs Menapo Ujung Tanjung Ii,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Tumotowa. Volume 3 No. 1,
Juni 2020: 27 – 38.
Heidrick, T.L. dan K. Aulia (1993) : A structural and tectonic model of the
Coastal Plains Block, Central Sumatra basin, Indonesia. Proceeding
Indonesian Petroleum Association, 22nd Annual Convention, Jakarta.
Hutagalang R dan Erwin B. 2013. Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Dalam
Perencanaan Pondasi Bangunan Di Terminal Transit Desa Passo.
Prosiding Fmipa Universitas Pattimura. Isbn: 978-602-97522-0-5.
Indra., Rustan E Dan Abdullah. 2018. Estimasi Kecepatan Gelombang Geser
Bawah Permukaan Pada Lapisan Dangkal Menggunakan Data
Mikrotremor Di Daerah Mamboro. 17 (2). ISSN : 1412-2375.
48

Jongmans, Denis. & Garambois, Stephane. 2007. Geophysical Investigation of


Landslides. Bulletin Societe Geologique de France 178, 2. Hal-00196268.
Kanao, Masaki., Yamada. Akira., Yamashita, Mikiya. 2012. Characteristic
Seismic Wave Associated With Cryosphere Dynamics in Eastern Dronning
Maud Land, East Antartica. International Journal of Geophysics Volume
2012, Article ID 389297, 19 pages, doi :10.1155/2012/389297.
Kanli, A. 2011. Surface Wave Analysis For Site Effect Evaluation. University Of
California : Santa Barbara.
Kanlı, A. I., Pe´Ter Tildy, Zsolt Pro´Nay, Ali Pınar Dan La´Szl´O Hermann, 2006.
Vs30 Mapping And Soil Classification For Seismic Site Effect Evaluation
In Dinar Region, Sw Turkey, Geophys. J. Int. 165, 223–235.
Kanli, A., I., 2011. Surface Wave Analysis For Site Effect Evaluation. 4th
Iaspei/Iaee International Symposium: Effect Of Surface Geology On
Seismic Motion August 23- 26, 2011. University Of California Santa
Barbara.
Komariah, H. R., Nurul Q Dan Teguh A. 2019. Pemetaan Batuan Mengandung
Bijih Besi Menggunakan Metode It (Intercept Time) Dan Seismik refraksi
(Multichannel Analisis Of Surface Wave). Jurnal Inovasi Dan
Pembelajaran Fisika (Jipf). 06: 1. P-Issn 2355-7109 E-Issn 2657-0971.
Kramer, S.L., 1996. Geotechnical Earthquake Enginering, Prentice -Hall, Inc.,
Hal.1-2.
Latif, Lantu, Subrianto. 2014. Investigasi Lapisan Bedrock Dengan
Menggunakan Metoda Seismik Refraksi. Universitas Hasanudin.
Mangga, S. A., Santoso, S Dan Herman, B. 1993. Peta Geologi Lembar Jambi
Sumatera. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi : Bandung,
Jawa Barat.
Mcpherson, A., And Hall, L., 2013. Site Classification For Earthquake Hazard
And Risk Assesment In Australia. Bulletin Of The Seismological Society
Of America, Vol. 103, No. 2a.
Montalvo A., Juan, C., Cavazos-Tovar, P., De Leon, I.N., Alva-Nino, E Dan
Medina B. F., 2008. Mapping Seismic Site Classes In Monterrey
Metropilitan Area, Northeast Mexico. Boletin De La Sociedad Geologica
Mexicana. 60 : 2.
Muna, H., Arisillah Dan Surbakti M. 2017. Penentu Litologi Bawah Permukaan
Berdasarkan Nilai Poisson Ratio Area Gempa Bumi Menggunakan Metode
Seismik Refraksi Dan Seismik refraksi Di Kecamatan Panjteraja, Pidie
Jaya. 1: 1.
49

Moehajirin., Efendi N., Wijaya T.A., Subadyo B., Mujianto Dan Suwarto. 2016.
Pengukuran Vs30 Menggunakan Metode Seismik refraksi Untuk Wilayah
Yogyakarta. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika. Vol. 17 No. 1. 25-32
McCaffrey, R. (2009). The Tectonic Framework Of The Sumatran Subduction Zone.
Annual Reviews of Earth and Planetary Sciences. 37. 345-366.
Nurdiyanto, B., N, Drajat., S, Bambang., S, Pupung. 2011. Penentuan Tingkat
Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Jurnal
Meteorologi Dan Geofisika Volume 12 Nomor 3 - Desember 2011: 211 –
220.
Park, C. B., Miller, R. D Dan Xia, J. 1997. Multi-Channel Analysis Of Surface
Waves (Seismik refraksi) A Summary Report Of Technical Aspects,
Experimental Results, And Perspective. Kansas Geological Survey.
Prakoso, W., Gigih, Utama W Dan Syaifuddin, F. 2016. Analisis Independent
Inversion Pp Dan Ps Dengan Menggunakan Inversi Post-Stack Untuk
Mendapatkan Nilai Vp/Vs. Jurnal Geosaintek. 02 : 02.
Rusydy I., Djamaluddin K., Fatimah E., Syafrizal S dan Andika F. 2016. Analisa
Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Pada Cekungan Takengon Dalam
Upaya Mitigasi Gempa Bumi. Jurnal Teknik Sipil. 6(1) : 1-12.
Rucker, M.L. 2006. Integrating Seismic Refraction And Surface Wave Data
Collection And Interpretation For Geotechnical Site Characterization.
Geophysics Conference, St. Louis, Missouri, USA.
Saiful, Ude, Sugeng. 2014.Penentuan Struktur Bawah Permukaan Dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi Di Lapangan Panas Bumi Diwak
Dan Derekan, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Youngster
Physics Journal Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 263- 268.
Susilawati. 2004. Seismik refraksi (dasar teori dan akuisisi data), USU Digital
Library.
Sunardi, B., Naimah, S., Haryoko, U., Rohadi, S., Sulastri Dan Rasmid. 2018.
Vs30 Mapping And Soil Classification In The Southern Part Of Kulon
Progo Using Rayleigh Wave Ellipticity Inversion. Journal Of Geospatial
Information Science And Engineering. 1(2):58-64.
Susilanto P., Drajat N., Bambang S Dan Supriyanto R. 2019. Shear-Wave (Vs)
Velocity Analysis As Efforts Towards Mitigating Earthquake Disaster In
Kulonprogo, The Special Region Of Yogyakarta. Journal Of Environment
And Geological Hazard. Vol. 10 No. 2, 41 – 50. Issn: 2086-7794, E-Issn:
2502-8804.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, &Keys, D.A. (1976).Applied geophysics,
New York: Cambridge University Press.
50

Tipler, Paul. A; alih bahasa, Bambang Soegijono; editor, Wibi Hardani. 2001.
Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Tokeshi, K., Harutoonian, P., Leo, C.J. Dan Liyanapathirana, S. 2013. Use Of
Surface Waves For Geotechnical Engineering Applications In Western
Sydney. European Geosciences : European.
Utama, H.W., Yulia M.S., Magdalena R., Eko K., Anggi D.S Dan Bagus A. 2018.
Restructuring Of Mass Movement Potential Area In The Middle Course
Of Muara Emat - Kerinci (Mk), Jambi. Prosiding Semnas Sinta Ft Unila
Vol. 1. Isbn: 2655-2914.
Van Bemmelen. R. W. 1949. The Geology of Indonesia v. I.A. Goverment Printing
Office.
Valeria R., Rustadi., Zaenudin A Dan Cecep S. 2017. Karakteristik Tanah Di
Daerah Cekungan Bandung Berdasarkan Kecepatan Gelombang Geser
(Vs30) Dengan Metode Seismik refraksi (Multichannel Analysis Of
Surface Wave). Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol. 3/No. 1.
Wakamatsu, K., Matsuoka, M Dan Hasegawa, K. 2006. Gis Based Nation Wide
Hazard Zoning Using The Japan Engineering Geomorphologic
Classification Map, Proceedings Of The 8th U.S.National Conference On
Earthquake Engineering. San Francisco, California Usa.
Wald, D., J., Mcwhirter, L., Thompson, E., And Hering, A.S., 2011. A New
Strategy For Develpoing Vs30 Maps. 4th Iaspei/Iaee International
Symposium: Effect Of Surface Geology On Seismic Motion August 23-
26, 2011, University Of California Santa Barbara.
Wibowo, B.N. 2017. Rasio Model Vs30 Berdasarkan Data Mikrotremor dan
USGS di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Jurnal Sains Dasar.
6(1):49 – 56.
Wijaya A.S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner
Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS
Surabaya. Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX. Edisi Mei 2015 ISSN
: 1410-2994.
Wisnu & Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat Survei
Geologi Badan Geologi Kementrian ESDM
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai