PROPOSAL SKRIPSI
AHMAD SUPRIYONO
201769045
1
STUDI KUALITAS ANDESIT DI DAERAH SAOKA, DISTRIK SORONG
BARAT, KOTA SORONG BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI
DAN NILAI KUAT TEKAN SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
AHMAD SUPRIYONO
201769045
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui :
Dosen Pembimbing I
Rana Wiratama, S. T., M. Eng (…………………….)
Dosen Pembimbing II
Restu Tandirerung, S. T., M. Eng (…………………….)
Diketahui,
Dekan Ketua
Fakultas Teknik Pertambangan Jurusan Teknik Geologi
Dan Perminyakan
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal skripsi ini. Proposal skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mengajukan
rencana penelitian guna penyusunan skripsi.
Dalam penyusunan proposal ini penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu, membimbing serta memberikan semangat dalam penyusunan proposal
ini.
Proposal skripsi ini disusun untuk menguraikan tentang latar belakang,
permasalahan yang akan dibahas, tujuan, manfaat serta prosedur penelitian
penulis. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat digunakan dengan semestinya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... ix
DAFTAR SIMBOL ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 2
1.4 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.5 Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Tinjauan Geologi Regional ......................................................................... 3
2.1.1 Fisiografi.......................................................................................... 3
2.1.2 Struktur Geologi Regional ............................................................... 3
2.1.3 Stratigrafi Regional ......................................................................... 6
2.2 Dasar Teori Studi Khusus ........................................................................... 7
2.2.1 Batuan Beku .................................................................................... 7
2.1.2 Uji Kuat Tekan .............................................................................. 12
2.1.3 Kegunaan Andesit ......................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 17
3.1.1 Tempat Penelitian .......................................................................... 17
3.1.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 18
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................... 18
3.2 Variabel Pengamatan................................................................................. 19
3.3 Data Penelitian .......................................................................................... 19
3.3.1 Pengumpulan Data......................................................................... 19
v
3.3.2 Analisis Laboratorium ................................................................... 21
3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 24
3.3.4 Penyusunan Laporan ..................................................................... 26
3.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Pembagian tipe magma berdasarkan kandungan SiO2 (Nelson) .......... 9
Tabel 2.3 Derajat pelapukan batuan (Pangular dan Nugroho, 1980) ................. 13
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fisiografi Daerah Penelitian (Modifikasi dari Amri et al. 1990) ...... 3
Gambar 2.2 Pola deformasi dan patahan (Sapiie, dkk. 2012) terdiri atas 1. ......... 5
Gambar 2.3 Permodelan strain analysis Papua (Sapiie, dkk. 2012) ..................... 5
Gambar 2.5 Stratigrafi regional daerah penelitian (Amri et al. 1990) .................. 7
Gambar 3.2 Pengamatan warna pada batuan beku (Gill, 2010) .......................... 20
Gambar 3.4 Klasifikasi IUGS untuk Batuan Beku Vulkanik (IUGS,1991) ........ 23
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
DAFTAR SIMBOL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini ialah:
1. Bagaimana karakteristik fisik dan optis mineral-mineral yang dijumpai pada
sayatan tipis di daerah penelitian?
2. Bagaimana analisis kuat tekan batuan dengan menggunakan uji kuat tekan
batuan?
3. Bagaimana kelayakan dan pemanfaatan batuan andesit daerah penelitian ?
4. Apakah faktor penyebab perbedaan kualitas andesit pada daerah penelitian ?
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Mendeskripsikan karakteristik fisik dan optis mineral-mineral penyusun
batuan Andesit yang dijumpai pada sayatan tipis pada daerah penelitian.
2. Menganalisis nilai kuat tekan batuan dengan menggunakan uji kuat tekan
batuan.
3. Menentukan faktor penyebab perbedaan kualitas andesit.
4. Menjelaskan kegunaan dan pemanfaatan andesit daerah penelitian.
1.5 Manfaat
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka diharapkan memberikan
manfaat yaitu dapat menjadi sumber data bagi peneliti maupun institusi yang
ingin melalukan penelitian lebih lanjut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Fisiografi Daerah Penelitian (Modifikasi dari Amri et al. 1990)
3
tatanan struktur kompleks terhadap Pulau Papua, yang sebagian besar dilandasi
kerak Benua Indo-Australia.
Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen
sampai Resen. Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum
– Plateau Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan Lengguru dan Cekungan
Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-Onin-
Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan Baratdaya.
Daerah Penelitian dipengaruhi Oleh Sesar Sorong yang bergerak mengiri
sebagai hasil antar Lempeng Australia-India di selatan dan lempeng-lempeng di
sebelah utara (Visser & Hermes, 1962; Hamilton,1979; Dow & Sukamto, 1084;
Pieters dkk.1983). Pergerakan Sesar Sorong ditunjukkan oleh kehadiran struktur
yang relatif tegak dan menyamping dan keberagaman jenis batuan. Pergerakan
Sesar Sorong yang terjadi di sepanjang Sistem Sesar Sorong kemungkinan
berlangsung dari Miosen Akhir sampai Pliosen dan setelah itu terjadi pensesaran
disertai pengangkatan wilayah bagian utara dan timur Kepala Burung pada kala
Pliosen dan Kuarter.
Sapie dkk. (2012) melakukan penelitian tentang rekontruksi tektonik
Kepala Burung Pulau Papua menggunakan metode rekonstruksi palinspatik 2D
dan 3D dari beberapa lokasi berbeda, menggunakan informasi geologi permukaan
dan bawah permukaan yang terintegrasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
pola deformasi dan tipe patahan yang berada di kepala burung pulau papua
(Gambar 2.2)
Penelitian tersebut membagi 11 pola deformasi dan tipe patahan yang
diakibatkan oleh pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Autralia, Microplate
caroline dan lempeng Eurasia.
Berdasarkan pola deformasi dan patahan, Sapiie dkk. (2012) membentuk
permodelan strain analysis (Gambar 2.3). Menjelaskan, di bagian utara struktur
dikontrol oleh Sesar Sorong merupakan strike-slip bergerak mengiri memiliki arah
bidang relatif Timur – Barat. Bagian barat dan selatan struktur dikontrol gaya
kompresi dengan bidang yang relatif berarah Timurlaut – Baratdaya.
4
Gambar 2.2 Pola deformasi dan patahan (Sapiie, dkk. 2012) terdiri atas 1.
Sorong Fault Zone (SFZ); 2. Yapen Fault Zone (TAFZ); 3. Tarera-
Aiduna Fault Zone (TAFZ); 4. Banda Trench; 5. Seram Fold-Thrust-
Belt (SFTB); 6. Lengguru Fold-Thrust-Belt (LFTB); 7. Cendrawasih
Bay Fold-Thrust-Belt (CBFTB); 8. Central Range Fold-Thrust-Belt
(CRFTB); 9. Misool-Onin-Kumawa Ridge (MOKR); 10. Kemum
High; 11. Weyland Overthrust
5
2.1.3 Stratigrafi Regional
Amri dkk. (1990) membagi Daerah Sorong menjadi empat mandala
geologi utama. Dari Selatan ke Utara yaitu Bongkah Kemum, Sistem Sesar
Sorong, Blok Tamrau, dan Mandala Batanta – Waigeo (Gambar 2.4).
Stratigrafi daerah penelitian termasuk ke dalam mandala Blok Tamrau.
Setiap mandala geologi mempunyai stratigrafi yang berbeda (gambar 2.5). Hal ini
di akibatkan proses geologi yang terjadi pada daerah ini.
Satuan tertua adalah Formasi Tamrau yang berumur Jura Tengah sampai
Kapur Atas yang tersusun oleh batuan metamorf derajat rendah. Diatas satuan ini
diendapkan secara tidak selaras oleh batugamping Formasi Koor. Batugamping
Sagewin diendapkan diatas batuan gunungapi Dore yang berumur Miosen. Batuan
gunungapi di Pulau Salawati menutupi Formasi Waiyar yang pembentukannya
sama dengan Formasi Tamrau yang tersingkap di sekitar Sistem Sesar Sorong.
Endapan sungai, litoral dan pantai Kuarter diendapkan diatas batuan yang lebih
tua.
Gambar 2.4 Mandala geologi dan unsur tektonik utama daerah penelitian (Amri
dkk.,1990)
6
Gambar 2.5 Stratigrafi regional daerah penelitian (Amri et al. 1990)
7
di dalam permukaan bumi. Batuan beku intrusi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu, diskordan dan konkordan. (Gill, 2010)
8
berhubungan dengan oksigen membentuk oksida. Sifat dan jenis batuan
berdasarkan kandungan SiO2 dibedakan menjadi (Tabel 2.1)
Tabel 2.1. Pembagian tipe magma berdasarkan kandungan SiO2 (Nelson, 2003)
2.2.1.2 Petrografi
Petrografi adalah suatu cabang ilmu untuk pengamatan mineral dengan
menggunakan mikroskop polarisasi menggunakan nikol sejajar dan nikol silang,
hal yang diamati berupa warna absorbs, pleokroisme, belahan dan pecahan,
ukuran butir, indeks bias, relief, warna interferensi, bias rangkap. orientasi optik,
sudut pemadaman, dan kembaran (Sutarto dan Suharwanto, 2001).
Batuan yang dijadikan objek studi khusus adalah batuan andesit. Andesit
adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan tekstur batuan afanitik hingga
porfiritik. Batuan ini merupakan peralihan antara basal dan andesit dengan
kandungan silikon dioksida (SiO2) sebesar >52% (IUGS, 1991). Batuan andesit
dapat dijumpai dalam intrusi batuan dan aliran lava. Lava yang naik hingga
mencapai permukaan akan mengalami proses pendinginan yang cepat, sehingga
menyebabkan tekstur batuan yang halus. Selain itu, andesit dapat terbentuk dari
proses intrusi dangkal. Proses ini menyebakan tektur porfiritik pada batuan
andesit, dimana terdapat sejumlah fenokris di dalam massa dasar glass. Batuan
Andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 9000 sampai 1.1000 C.
Mineral-mineral yang terbentuk dalam batuan andesit bertekstur afanitik -
porfiritik.
9
Kristal-kristal mineral penyusun batuan andesit memiliki dua ukuran
perbedaan ukuran tersebut dikarenakan kristalisai yang berbeda. Magma yang
keluar ke permukaan bumi belum mengalami kristalisasi sempurna dikarenakan
suhu permukaan bumi yang lebih rendah menyebabkan kristalisasi yang cepat.
Hasilnya terdapat dua jenis kristal yang berukuran berbeda, yaitu fenokris dan
masa dasar. Fenokris adalah kristal berukuran besar yang tertanam dalam massa
dasar berupa kristal batuan yang lebih halus dan glass. Fenokris dijumpai pada
batuan beku intrusi dangkal, lava, dan fragmen piroklastika yang memiliki tekstur
porfiritik. Ukuran Fenokris bervariasi dari beberapa millimeter hingga centimeter.
Fenokris yang umum dijumpai adalah orthopyroxene, hornblende, plagioklas,
biotite, dan mineral K-Feldspar lainnya. Sedangkan masa dasar adalah kristal
berukuran kecil yang terbentuk karena proses pendinginan yang sangat cepat di
permukaan. Pada umumnya, jenis kristal pada batuan andesit seragam, yakni
terdiri dari fenokris ataupun groundmass (massa dasar). Namun, terdapat kondisi
dimana batuan andesit memiliki komposisi fenokris dan groundmass di dalamnya.
Batuan andesit dengan tipe seperti ini disebut andesite porphyritic.
Batuan intrusi andesit membentuk tekstur mineral dengan ukuran porfirtik.
Sedangkan lava andesit bertekstur porfiritik hingga afanitik. Lava andesit
merupakan lava yang memiliki komposisi antara basalt dan hyolite atau sering
disebut juga intermedit. Lava andesit memiliki ciri kental dan tidak mampu
mengalir jauh dari pusat erupsi. Pada saat membeku lava jenis ini dapat
membentuk struktur seperti tiang, bantal tapi jarang membentuk struktur
Pahoehoe.
Analisis petrografi juga dapat menentukan tekstur mineral pada batuan
beku. Tekstur batuan yang terbentuk merupakan salah satu identifikasi
karakteristik dari batuan beku. Mackenzie dkk (1982) menjelaskan tekstur khusus
yang terdapat pada batuan beku secara mikroskopis yakni tekstur equigranular,
tekstur inequigranular, oriented, aligned dan directed textures, intergrowth
textures, radiate textures, overgrowth textures, banded textures, dan cavity
textures. Berikut (tabel 2.2) yang menjelaskan jenis-jenis tekstur pada batuan beku
menurut Mackenzie dkk. (1982).
10
Tabel 2.2 Jenis-jenis tekstur batuan beku (MacKenzie dkk,1982)
Jenis batuan
Intrusi dalam Intrusi dangkal dan
Batuan Vulkanik
(plutonik) Ekstrusi
Tekstur
Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular
Bentuk
Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral Subhedral-anhedral
kristal
Ukuran
Kasar (>4mm) Halus - Sedang Halus-kasar
kristal
Porfiritik:
Porfiritik-poikilitik
Tekstur intermediet-basa
Ofitik-Subofitik
khusus Vitroverik-Porfiritik:
Pilotaksitik
Asam - Intermediet
Derajat Hipokristalin Hipokristalin
Holokrisatalin
Kristalin Holokrisatalin Holokrisatalin
Zoning pada
plagioklas, tumbuh
Tekstur bersana antara
Pethit-perlitik
khusus mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal
11
susunan intersertal antar kristal plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di
antara dalam massa dasar gelas interstitial. Tekstur intergrowth dicirikan dengan
perpotongan mineral secara garis lurus, lengkungan sederhana dan kompleks atau
interlock. Tekstur porfiritik adalah tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya
kristal besar (fenokris) yang dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus
dan gelas. Tekstur ofitik yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral
plagioklas yang tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin.
Jika plagioklasnya lebih besar dan dikelilingi oleh mineral ferromagnesian, maka
membentuk tekstur subofitik. Beberapa tekstur khusus batuan beku dapat diamati
pada Gambar 2.5, yakni a) tekstur trakitik, b) tekstur intersertal, c) tekstur
porfiritik, d) tekstur ofitik.
a) b)
c) d)
12
mempengaruhi hasil pengujian kuat tekan adalah sifat fisik batuan yang penting di
dalam keteknikan, yaitu salah satu klasifikasi derajat pelapukan batuan menurut
Pangular dan Nugroho (1980) dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
batuan (Brotodiharjo, 1979) adalah sebagai berikut :
1. Faktor dalam (internal) yang meliputi:
a. Mineralogi batuan, komposisi mineral pada batuan sangat berpengaruh
terhadap resistensi ataupun dalam uji kuat tekan batuan. Mineral-mineral
dengan tingkat kekerasan yang tinggi akan memiliki resistensi yang tinggi
juga.
b. Ukuran butir, semakin kecil ukuran butir suatu batuan maka akan semakin
tinggi nilai tekanannya. Porositas, nilai kuat tekan batuan juga dipengaruhi
porositasnya, semakin tinggi porositasnya semakin kecil nilai kuat
tekannya karena batuan yang berporositas tinggi memiliki banyak ruang
kosong yang menyebabkan nilai kuat tekannya rendah.
2. Faktor luar (eksternal) yaitu:
a. Pelapukan, suatu batuan akan memperlihatkan kuat tekan yang semakin
berkuran berdasarkan tingkat pelapukan. Gaya gesekan dan tekanan antara
bidang penekanan dengan batuan.
b. Pangular dan Nugroho (1880), mengklasifikasikan kekuatan batuan
berdasarkan tingkat kemudahan pecahnya dengan menggunakan benda,
sedangkan (Stapledon, 1968) mengklasifikasikan material batuan
berdasarkan kekuatan tekannya.
13
No. Kriteria Istilah
Tabel 2.4 Klasifikasi Kekuatan Batuan Berdasarkan Nilai Kuat Tekan Bebas
(Wyllie dan Mah, 2004)
14
Tentang pengaruh bentuk contoh batuan terhadap kuat tekan, ada yang
mengatakan bahwa contoh berbentuk silinder selalu lebih besar kuat tekannya dari
pada contoh batuan berbentuk kubus, tetapi ada juga yang menyatakan sebaliknya.
Brotodiharjo (1979) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan sangat kecil
sehingga dapat diabaikan.
Batuan dengan nilai kuat tekan 200- <600 Kg / cm2 termasuk ke dalam
tipe pemanfaatan sebagai batu hias atau tempel. Nilai kuat tekan 600 - <700 Kg /
cm2 dapat dipergunakan sebagai penutup lantai atau trotoar. Nilai kuat tekan 700-
< 800 Kg / cm2 termasuk ke dalam tipe tonggak dan batu tepi jalan. Kemudian,
pemanfaatan pondasi bangunan terbagi menjadi 3 kelas yaitu, berat, sedang, dan
ringan. Kelas ringan memiliki nilai kuat tekan 800 - < 1000 Kg / cm2. Tingkat
sedang memiliki nilai berkisar dari 1000 - <1500 Kg / cm2. Pada kelas berat
sebagai bahan pondasi bangunan memiliki kisaran nilai 1500 - > 1500 Kg / cm2.
Batuan andesit banyak dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti
jembatan, jalan raya, irigasi, landasan terbang, pelabuhan serta gedung-gedung
dan lainnya. Biasanya batuan andesit yang digunakan untuk keperluan
15
infrastruktur ini sudah berbentuk agregat dari pertambangan. Batuan andesit
banyak digunakan karena memiliki daya tahan yang kuat terhadap berbagai cuaca
dan tahan lama. Tidak semua batuan andesit lolos uji sebagai bahan dasar
konstruksi/pembangunan. Batuan andesit yang bisa digunakan untuk fungsi ini
harus melewati serangkaian tes berupa uji kuat tarik, kuat tekan, kuat geser,
densitas, berat jenis dan lain-lain. Hasil tes ini akan memperlihatkan elastisitas
batuan dan sifat fisika lainnya. Sehingga bisa disortir batuan mana yang bisa
digunakan. Karena tidak semua batuan andesit dari pertambangan bisa digunakan
untuk konstruksi, batuan andesit juga dipotong menjadi ukuran tertentu, dipahat,
diampelas kemudian dipoles agar bisa dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Potongan-potongan ini yang disebut dimension stone. Dimension stone umumnya
dimanfaatkan untuk keperluan estetika. Seperti ornamen-ornamen pada dinding,
lantai atau dekorasi lainnya. Selain itu Dimension Stone dari batuan andesit juga
digunakan untuk memproduksi berbagai macam kerajinan tangan. Misalnya pusat
kerajinan di Majalengka dan Cirebon yang menggunakan dimension stone dari
batuan andesit sebagai bahan bakunya.mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
3.1.2 Waktu Penelitian
2021 2022
No. Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2
1 Studi Literatur
2 Penyusunan proposal
3 Konsultasi proposal
4 Seminar proposal
6 Anlisa data
9 Seminar hasil
10 Ujian akhir
No Alat Bahan
7 Kamera
8 Senter
9 Mikroskop Polarisasi
10 Laptop
18
3.2 Variabel Pengamatan
Adapun variabel-variabel penelitian yang diperhatikan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
19
Material batuan terdiri dari krsital maka dinamakan holokristalin, jika
terdiri dari material glass disebut holohialin, sedangkan jika batuan yang terdiri
dari material gelas dan kristal disebut hipokristalin. Ukuran mineral terdapat tiga
kategori yaitu afanitik, faneritik, dan porfiritik. Afanitik merupakan ukuran
mineral yanag halus dan tidak dapat diamati secara langsung, fanerik adalah
ukuran mineral yang kasar dan porfiritik merupakan ukuran butir yang relatif
kasar, tetapi tidak sekasar fanerik. Jika ukuran butir kasar maka mineral-mineral
dapat diamati (Gambar 3.3 ).
20
2. Sampel dan Hammer test
Batuan yang akan diuji kuat tekan adalah batuan yang segar dari tubuh
batuan. Sebelum sampel tersebut akan diuji dengan metode beban satu arah
menggunakan mesin uji kuat tekan uniaksial dilakukan estimasi kuat tekan
dengan menggunakan palu geologi (hammer test). Hammer test adalah metode
pengujian yang berdasarkan kekuatan pukulan palu geologi terhadap batuan,
dimana batuan yang memiliki tingkat pelapukan sedang hingga tinggi dapat diuji
dengan pisau, dikarenakan batuan tersebut memiliki resistensi yang lemah.
Metode tersebut dapat digunakan untuk pendekatan dalam mengetahui nilai kuat
tekan batuan (Bieniawski, 1989). Proses pelapukan menyebabkan mempengaruhi
kekuatan batuan, diskontinuitas pada batuan akan mengurangi nilai kekuatan
batuan. Batuan dapat diketahui nilai estimasi kuat tekan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Siapkan palu geologi dan pukul batuan yang hendak diambil sebagai contoh.
b. Pukul batuan dan hitung berapa kali batuan tersebut hingga pecah
c. Masukan jumlah tersebut pada klasifikasi estimasi hammer test menurut
Wyllie dan Mah (2004), (Tabel 2.4). Misalnya batuan pecah dengan satu kali
pukul palu geologi, maka estimasi nilai kuat tekan berada pada 25-50 Mpa.
21
metode UCS (Uniaxial compressive strength). Setelah itu, dilanjutkan dengan
membangun model–model untuk menyederhanakan hasil penelitian.
3.3.2.1 Petrografi
Analisis petrografi dilakukan dengan menganalisis satu per satu sayatan
tipis dengan menggunakan mikroskop polarisasi. Sayatan diperhatikan secara
keseluruhan, kemudian diambil dua - tiga bagian dari sayatan yang mewakili
mineral-mineral dalam sayatan untuk dideskripsikan. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui jenis batuan, komposisi mineral, tekstur batuan dan hubungan
mineral pada sayatan dengan batuan. Dari data-data tersebut maka akan diketahui
jenis batuan dan genesa pembentukan batuan tersebut. Sampel yang dianalisis
sebanyak 4 sayatan tipis. Analisis tersebut dilakukan untuk menentukan
himpunan mineral-mineral penyusun, selanjutnya deskripsi komponen mineral
dan menentukan karakteristik berupa tekstur.
Klasifikasi penamaan batuan beku ekstrusif atau vulkanik dan batuan beku
intrusi dangkal menggunakan klasifikasi IUGS (1991). Klasifikasi ini ditentukan
berdasarkan persentase mineral penyusun batuan beku tersebut. Untuk kolom
basalt dan andesit, maka penamaan dibedakan berdasarkan indeks warna dan
persentase SiO2. Dasar pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau
mineral felspatoid (F), alkali feldsfar (A), serta kandungan mineral plagioklas (P).
Cara menentukan nama batuan dihitung dengan menganggap jumlah mineral
utama adalah 100%. Contoh : Suatu batuan beku diketahui Q = 5%, P = 60% dan
muskovit dan biotit = 24%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan P yang
dihitung kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :
22
felsic (berwarna terang) dan mineral mafic (berwarna gelap). Semakin banyak
mineral mafik, semakin gelap warna batuannya. Penentuan nama atau jenis
batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi batuan yang bertekstur porfiritik,
dimana fenokrisnya masih dapat terlihat dan dapat dibedakan, sehingga dapat
ditentukan jenis batuannya.
Dengan menghitung persentase mineral yang hadir sebagai fenokris, serta
didasarkan pada warna batuan/mineral, maka dapat diperkirakan prosentase
masing-masing mineral Q,F,A,P maka nama batuan dapat ditentukan dengan cara
yang sama (gambar 3.4). Hasil perhitungan di atas persentase mineral dalam
sayatan adalah kuarsa sebanyak 6,5% dan Plagioklas sebagai mineral yang
dominan sebanyak 78.94%. Persentase tersebut diplotkan ke dalam diagram
IUGS (1991), sehingga batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan andesit.
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui komposisi penyusun batuan
secara mikroskopis sehingga dapat melakukan penamaan batuan sekaligus
menginterpretasi proses-proses diagenesis yang terjadi. Persentase mineral-
mineral kuarsa, Plagioklas, alkali feldspar, dan feldspar merupakan indikasi dari
klasifikasi penamaan batuan. Pengamatan yang dilakukan meliputi warna, batas
mineral, kembaran, belahan, sudut pemadaman dan tekstur khusus dalam thin
section.
23
3.3.2.2 Uji Kuat Tekan Batuan
Uji kuat tekan dilakukan pada 4 contoh batuan dan pengujian kuat tekan
menggunakan mesin tekan (Compression machine) untuk menekan sampel batuan
yang berbentuk silinder, balok, atau prisma dari satu arah (Uniaxial). Prosedur
pelaksanaan uji kuat tekan dengan metode kuat tekan bebas adalah sebagai
berikut:
1. Sampel yang telah diambil di lapangan, yang bentuknya tidak beraturan
dibentuk menjadi kubus agar memudahkan dalam uji kuat tekan, proses
pembentukan sampel menjadi kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm3. Kemudian
masing-masing sampel yang telah dipotong kemudian diukur dengan alat ukur
jangka sorong.
2. Selanjutnya masing-masing sampel ditimbang untuk mengetahui beratnya.
3. Letakkan sampel batuan andesit yang telah ditimbang tersebut pada bantalan
baja di bawah piston tekan.
4. Lakukan uji dengan menghidupkan mesin, pada saat uji mulai berkerja piston
akan bergerak menekan sampel batuan. Kemudian setelah mencapai beban
maksimum maka sampel kuat tekan akan hancur (pecah) dan nilai beban
maksimum akan tercantum dalam grafik yang menunjukan angka tertentu
dalam satuan kg/cm2.
24
c. Terakhir, lengkapi peta dengan kartografi dan keterangan.
3.3.3.2 Petrografi
Identifikasi penamaan batuan beku dilihat dari komposisi mineral di
dalamnya. Persentase mineral dimasukan ke dalam diagram klasifikasi penamaan
batuan beku. Memahami karakteristik setiap mineral penyusun dan genesa
merupakan bagian dasar untuk mengetahui proses terbentuknya mineral tersebut
menjadi suatu batuan. Baik itu proses terbentuknya mineral atau tahapan lanjut
yang dipengaruhi faktor pelapukan.
25
e. Terakhir, menggambarkan hubungan dari pengamatan proses pelapukan di
lapangan dan petrografi optik dengan nilai kuat tekan yang telah diuji melalui
uji kuat tekan bebas. Penggambaran tersebut diwujudkan melalui grafik
hubungan nilai kuat tekan bebas (UCS) dengan derajat pelapukan batuan.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, memperlihatkan nilai kuat tekan bebas
batuan sangat dipengaruhi oleh derajat pelapukan.
26
3.4 Diagram Alir Penelitian
27
DAFTAR PUSTAKA
Amri., et al. (1990). Geologi Map of Sorong Sheet, Irian Jaya, Scale 1:250.000.
Geological Research and Development Center, Bandung
Mackenzie, W.S., Donaldson, C.H., Guilford, C., 1982. Atlas of Igneous Rocks an
Their Textures, Longman Group., Britania Raya, pp. 88-92.
Yani, B.K., Susilo, dan Falisa. (2019). Perbandingan Kualitas Andesit Daerah
Gunung Geblengan dan Pondokrasa, Kecamatan Muncang, Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten melalui Metode Uji Kuat Tekan Batuan dan
Petrografi. Seminar Nasional AVoER XI 2019 (hal. 681-688). Palembang:
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Alkhabsi, G.A., Sukartono, dan Obrin Trianda. (2020). Geologi dan Potensi
Andesit Sebagai Baham Bangunan Berdasarkan Kuat Tekan Daerah Pule
dan Sekitarnya, Trenggalek, Jawa Timur. GEODA, Vol. 01, No.1, pp. 9-
15.
28