JUDUL:
STUDI EKSPERIMENTAL PERKUATAN HUBUNGAN BALOK KOLOM
MENGGUNAKAN METODE HAUNCH BEAM
TIM PENGUSUL :
Ketua Peneliti
Ir. Purwanto, M.T., M.Eng. (NIP. 196307111991021002)
Anggota Peneliti
Dr. Ir. Nuroji, MS . (NIP. 196303161991031002)
Anggota Mahasiswa
Clarivate Analyisis
Ketua Penelitian :
Ketua Peneliti,
(Ir.Purwanto,MT,MEng)
NIP. 196307111991021002
ii
RINGKASAN
Kegagalan bangunan dapat sering terjadi akibat proses pembangunan maupun akibat bencana
alam. Jika suatu elemen struktur mengalami keretakan atau kegagalan perlu adanya suatu tindakan
perbaikan/ Retrofitting. Retrofitting (perbaikan/peningkatan) suatu struktur bangunan dengan metode
footing berupa perkuatan (strengthening) dengan cara pertebalan di sisi tumpuan dengan penambalan
menggunakan beton geopolimer SCC (Self Compacting Concrete). Penerapan metode ini merupakan
bentuk aplikasi beton komposit dengan umur beton yang berbeda, dimana beton existing terdiri dari
beton konvensional dan perkuatan (strengthening) dilaksanakan dengan menggunakan beton
geopolimer SCC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan peningkatan kapasitas balok
lentur dengan menggunakan metode ini. Dan juga untuk menciptakan beton ramah lingkungan
berbahan dasar fly ash yang workable. Mix design pada beton geopolimer yaitu perbandingan agregat
: (binder + aktivator) adalah 70% : 30%, Agregat halus : agregat kasar = 40% : 60%, Binder (fly ash)
: activator (NaOH dan Na2SiO3) = 65% : 35%, dan NaOH (12M) : Na 2SiO3 = 1 : 2,5, serta super
Plastizer (SP) – Masterglenium 8851 yaitu 2% dari jumlah fly ash. Pembuatan benda uji terdiri dari 2
balok haunch dan satu balok prismatis. Dengan bentang benda uji sepanjang 3,8 meter. Prinsip
pembuatan benda uji dilakukan dengan melakukan pengecoran dua kali, pengecoran pertama
dilakukan pada setengah bagian cetakan dahulu, kemudian ditunggu sampai umur beton 28 hari. Lalu
dilakukan pengecoran kedua pada setengah bagian selanjutnya, sampai umur beton 28 hari juga.
Sehingga total umur beton dalam pembuatan benda uji sambungan adalah 56 hari.
Kata kunci: Beton Geopolimer, Beton Konvensional, Baloh Haunch, Perkuatan Balok Kolom
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
iii
2.4.2. Pengaruh Kadar Air dan Superplastizer Pada Kekuatan dan
Kelecakan Beton Geopolimer Memadat Sendiri Berbasis Abu Terbang
(Gumalang, Wallah, & Sumajouw, 2016)......................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52
- LAMPIRAN –.....................................................................................................55
BAB 1
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 3.10 Masterglenium Sky 8851.................................................................37
Gambar 3.11 Air....................................................................................................37
Gambar 3.12 Bekisting Balok Utama....................................................................38
Gambar 3.13 Perakitan tulangan............................................................................38
Gambar 3.14 CAD Tulangan Balok Prismatik......................................................39
Gambar 3.15 CAD Tulangan Balok Haunch (1 H)...............................................39
Gambar 3.16 CAD Tulangan Balok Haunch (0,5 H)............................................40
Gambar 3.17 Strain Gauge Baja Tulangan............................................................40
Gambar 3.18 Pengecekan Strain Gauge menggunakan Multitester......................41
Gambar 3.19 Pemasangan Pipa Besi sebagai Perletakan Tumpuan......................41
Gambar 3.20 Proses Pengecoran............................................................................42
Gambar 3.21 Pengujian Nilai Slump......................................................................42
Gambar 3.22 Curing Beton....................................................................................43
Gambar 3.23 Pembuatan Bekisting Haunch..........................................................43
Gambar 3.24 Slump Flow Test...............................................................................44
Gambar 3.25 Proses Pengecoran Beton Geopolimer.............................................44
Gambar 3.26 Set up Pengujian Balok Kontrol.......................................................45
Gambar 3.27 Set up Pengujian Balok Haunch.......................................................46
Gambar 3.28 Loading Frame.................................................................................46
Gambar 3.29 Hidraulic Jack..................................................................................47
Gambar 3.30 Load Cell..........................................................................................47
Gambar 3.31 LVDT...............................................................................................48
Gambar 3.32 Strain Gauge Beton..........................................................................48
Gambar 3.33 Data Logger.....................................................................................49
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 2.1 Ledutan Sesaat pada Balok....................................................................17
Tabel 2.2 Nilai Slump Flow pada Variasi Rasio Extra Water/ Fly Ash.................19
Tabel 2.3 Kuat Tekan Beton dengan Variasi Rasio Extra Water/ Fly Ash............19
Tabel 2.4 Nilai Slump Flow pada Variasi Dosis Superplastizer............................20
Tabel 2.5 Kuat Tekan Beton dengan Dosis Superpalstizer...................................20
Tabel 2.6 Kuat Tekan Beton Geopolimer dan Beton Konvensional......................22
Tabel 2.7 Mix Design Benda Uji Beton Geopolimer.............................................24
Tabel 2.8 Hasil Pengujian Benda Uji Beton Geopolimer......................................24
Tabel 2.9 Variasi Sudut Model..............................................................................26
Tabel 2.10 Hasil Pengujian Spesimen....................................................................29
Tabel 4.1. Ringkasan Rencana Anggaran Biaya....................................................50
Tabel 4.2. Rencana Anggaran Biaya......................................................................50
Tabel 4.3 Rencana Jadwal Penelitian.....................................................................51
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perubahan dimensi sampai menuju hubungan balok-kolom atau balok ini disebut
juga balok haunch. Ekspansi planar dapat disembunyikan di dinding atau plafon,
sehingga tidak mengganggu fungsi ruangan. Namun metode ini menyebabkan
ukuran balok menjadi lebih pendek, sehingga cenderung mengarah pada
kegagalan geser. [ CITATION Her16 \l 1033 ]
2
1.2. Rumusan Masalah
3
4. Benda uji merupakan satu buah balok prismatik dan satu buah balok haunch
dengan penambahan kolom pendek pada tengah bentang yang didesain
mengalami keruntuhan lentur dengan dimensi sebagai berikut:
a. Balok prismatik
Dimensi balok (b x h) = 170 mm x 340 mm
Dimensi kolom (bk x hk) = 300 mm x 250 mm
Panjang bentang (l) = 3800 mm
Tinggi kolom (lk) = 840 mm
b. Balok haunch
Dimensi balok (b x h) = 170 mm x 340 mm
Dimensi kolom (bk x hk) = 300 mm x 250 mm
Panjang bentang (l) = 3800 mm
Tinggi kolom (lk) = 840 mm
Tinggi haunch (H) = 340 mm
Panjang haunch (L) = 680 mm
5. Tulangan yang digunakan pada kedua jenis balok memiliki kuat tarik fy =
MPa dengan detail pembesian sebagai berikut :
Balok
Posisi Tulangan Balok Prismatik
Haunch
Tulangan Longitudinal Atas 2D13 2D13
Tulangan Longitudinal Bawah 4D13 4D13
Tulangan Geser (Balok) D8-100 D8-75
Tulangan Geser (Kolom) D8-75 D8-75
Tulangan Longitudinal Kolom 8D13 8D13
Tulangan Longitudinal Haunch - 2D13
4
Gambar 1.2 Penampang Balok Prismatik
Sumber: Dokumen Pribadi
5
6. Balok haunch tersusun dari beton geopolimer dengan berbahan dasar fly ash
tipe F yang diperoleh dari PLTU Tanjung Jati B Jepara yang dipasang di
depan hubungan balok kolom
7. Mengacu pada penelitian AlFaridy dan Nuhafifah, beton geopolimer
menggunakan alkali aktivator yang terdiri dari Natrium Hidroksida (NaOH)
dan Natrium Silika (Na2SiO3Be-52) serta menggunakan superplasticizer
Masterglenium Sky 8851 sebesar 2%
8. Mengacu pada penelitian Alfaridy dan Nuhafifah, mix design beton
geopolimer pada penelitian ini adalah:
a. Agregat : (binder + aktivator) = 70% : 30%
b. Agregat halus : agregat kasar = 40% : 60%
c. Binder : aktivator = 65% : 35%
d. NaOH (12M) : Na2SiO3 = 1 : 2,5
9. Sebagai kontrol material beton konvensional, beton geopolimer dan besi
tulangan, dilakukan pengujian kuat tekan beton menggunakan silinder 10x20
cm sebanyak 6 buah dan pengujian kuat tarik baja tulangan sebanyak 6 buah
tiap diameter tulangan
10. Pengujian balok prismatik dan balok haunch bertujuan untuk mengetahui
kapasitas beban beserta lendutan yang terjadi dengan menggunakan beban
statis (static load)
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang studi literatur, memaparkan rangkuman kritis atas
pustaka yang menunjang penyusunan laporan Tugas Akhir,
meliputi pembahasan tentang topik yang akan dikaji lebih lanjut.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang tahapan penelitian, tahapan analitis balok prismatik
dan balok haunch, perencanaan benda uji, pembuatan benda uji,
metode pengujian, dan set-up pengujian benda uji.
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA
Berisi tentang pemaparan hasil pengujian dan analisis data hasil
pengujian.
BAB 5 PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan dari
bab sebelumnya serta saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
menggunakan semen, dan harus memenuhi kriteria kelecakan beton memadat
sendiri. Untuk mendapatkan kelecakan yang dimaksud, diperlukan penambahan
air pada campuran beton geopolimer. Tetapi dengan ditambahkannya air,
campuran beton geopolimer segar tersebut bisa mengalami kondisi dispersi dan
segregasi bahkan mempengaruhi pengikatan kimia material[ CITATION
Gum16 \l 1033 ]
yang terjadi ketika regangan beton yang tertekan mencapai regangan ultimitnya
sebesar 0,003). Keruntuhan pada kondisi ini dimulai dengan timbulnya retak pada
daerah tarik.
2. Keruntuhan Seimbang (Balance Failure)
Keruntuhan seimbang terjadi apabila beton dan baja tulangan mengalami
regangan maksimum secara bersamaan (terjadi ketika regangan baja tulangan tarik
9
fy
mencapai regangan leleh εy = , sedangkan regangan beton yang tertekan
Es
mencapai regangan ultimitnya sebesar 0,003). Keruntuhan ini terjadi secara
serentak. Pada kondisi ini beton dan baja sama-sama telah mencapai kondisi
maksimum sesuai dengan kemampuan masing-masing material tersebut.
3. Keruntuhan Tekan (Compression Failure)
Keruntuhan tekan berlawanan dengan keruntuhan tarik dimana pada kondisi ini
balok mengalami kondisi over reinforced yang terjadi karena persentase baja
tulangan suatu penampang balok terlalu berlebihan sehingga penampang beton
telah mengalami kehancuran terlebih dahulu sebelum baja tulangan mencapai
leleh. Hal ini berarti regangan beton yang tertekan telah mencapai regangan
ultimitnya sebesar 0,003, tetapi regangan baja tulangan tarik belum mencapai
fy
regangan leleh εy = . Tegangan pada serat tekan beton terlebih dahulu
Es
mencapai kapasitas maksimumnya. Keruntuhan pada kondisi tekan terjadi pada
bagian tekan balok.
Diagram regangan beton berdasarkan tipe keruntuhan balok lentur dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
10
ekuivalen berbentuk empat persegi panjang untuk perhitungan kuat lentur nominal.
Model blok tegangan tersebut sering juga dikenal sebagai blok tegangan Whitney,
yang pertama kali diperkenalkan dalam jurnal ACI di tahun 1937. Blok tegangan
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Tegangan tekan merata sebesar 0,85 f’c diasumsikan terdistribusi merata pada
daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus
yang sejajar sumbu netral sejarak a = β1 c dari serat beton yang mengalami
regangan tekan maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum kea rah sumbu netral
harus diukur tegak lurus sumbu tersebut .
3. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut :
a. Untuk kuat tekan beton f’c , kurang atau sama dengan 28 MPa :
β 1=0,85 (2.2)
b. Untuk 28 MPa < f’c < 56 MPa
f ' c−28
β 1=0,85−0,05 (2.3)
7
c. Untuk f’c lebih dari 56 MPa
β 1=0,65 (2.4)
Untuk suatu daerah tekan persegi dengan lebar b dan tinggi sumbu netral c, maka
resultan gaya tekan yang terjadi adalah :
11
Gambar 2.5 Blok Tegangan Ekuivalen
Sumber:[ CITATION Set16 \l 1033 ]
Tulangan minimum ditentukan pada SNI 2847:2013 pada pasal 10.5.1 Luas
tulangan minimum (As min) harus lebih besar dari
0,25 √ fc '
A s min= bw d (2.6)
fy
dan tidak lebih kecil dari
1,4
b d (2.7)
fy w
Sedangkan tulangan maksimum ditentukan dengan persamaan berikut ini:
0,003+ fy/ E s
ρmaks =( 0,008 )
ρb (2.8)
dengan
f c ' 600
ρb =0,85 × β 1
(
f y 600+ f y ) (2.9)
Momen internal balok bertulang rangkap dapat dibedakan menjadi dua macam
seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.3. Mu1 adalah momen internal yang
dihasilkan dari gaya tekan pada beton dan gaya tarik ekuivalen pada tulangan
12
baja, As1. Sedangkan Mu2 merupalan momen internal tambahan yang diperoleh
dari gaya tekan pada tulangan tekan As’ dan gaya tarik pada tulangan tarik
tambahan As2. Momen Mu1 merupakan momen yang diperoleh dari balok
bertulangan tunggal sebagai berikut
( a2 )
M u 1=∅ A s 1 f y d− (2.10)
Syarat batasan tulangan untuk As1 adalah bahwa harus dipenuhi ρ1 (= As1 / bd) <
ρmaks untuk penampang terkendali tarik dari balok bertulang tunggal. Mu2 dapat
dihitung sebagai berikut:
a
[ ( )
∅ M n=M u 1+ M u 2=∅ A s 1 f y d−
2
+ A 's f y ( d−d ' )
] (2.12)
13
Gambar 2.6 Penampang Persegi dengan Tulangan Rangkap
Tulangan tekan belum luluh dapat dikatakan bahwa tulangan baja tarik akan luluh
sebelum beton mencapai regangan maksimum sebesar 0,003, dan regangan pada
tulangan tekan, εs’ belum mencapai εy pada saat terjadi keruntuhan. Luluhnya
tulangan tekan juga dipengaruhi oleh letaknya terhadap serat luar, d’. semakin
tinggi rasio d’/c berarti tulangan tekan semakin dekat dengan sumbu netral, maka
semakin kecil kemungkinan tulangan tekan mencapai kuat luluhnya.
Dengan memperhitungkan luas tulangan beton yang ditempati oleh tulangan baja,
maka dapat dituliskan rumusan untuk besarnya gaya tekan pada tulangan, Cs, dan
gaya tekan pada beton, Cc, sebagai berikut:
c−d '
[ ( )
Cs=A s '( f s ' −0.85 f c ' )= A s ' 600
c ]
−0,85 f c ' (2.14)
Apabila diatur kembali, maka persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk:
(0,85 f c ' β 1b) c 2+ [(600 A s ')−(0,85 f c ' A s ' )−As f y ] c−600 A s ' d '=0 (2.18)
Persamaan di atas identik dengan persamaan berikut:
K 1 c3 + K 2 c 2+ K 3=0 (2.19)
dengan
K 1=0,85 f c ' β 1 b (2.20)
K 2=(600 A s ' )−(0,85 f c ' A s ')− A s f y (2.21)
K 3=600 A s ' d ' (2.22)
14
Nilai c dalam persamaan di atas dapat dihitung menggunakan rumus ABC
sederhana.
−K 2 ± √ K 22−4 K 1 K 2
c= (2.23)
2 K1
Dengan diketahuinya nilai c, f’s, a, Cs, dan Cc dapat dihitung, demikian pula
dengan kuat momen rencana.
a
∅ M n=∅ [Cc (d− )+C 2( d−d ' )] (2.24)
2
Bila tulangan tekan belum luluh, f’s < fy maka luas total tulangan tarik yang
dibutuhkan untuk suatu penampang persegi adalah :
' '
ρ fs
( ρ− )< ρmaks (2.25)
fy
CITATION Set16 \l 1033 (Setiawan, 2016)
2.3.3. Desain Tulangan Geser
Prosedur dalam melakukan desain balok terhadap gaya geser adalah sebagai
berikut:
1. Hitung gaya geser ultimit, Vu, dari beban terfaktor yang bekerja pada struktur.
Nilai Vu yang diambil sebagai dasar desain adalah nilai Vu pada lokasi
penampang kritis, yaitu sejarak d dari muka tumpuan
2. Hitung nilai фVc dari persamaan :
∅ V c =∅ ( 0,17 λ √ f c ' ) bw d (2.26)
dengan Ø =0,75
3. Periksa Nilai Vu :
a. Jika Vu < ½ Ø Vc , tidak dibutuhkan tulangan geser
b. Jika ½ Ø Vc < Vu < Ø Vc, dibutuhkan tulangan geser minimum. Dapat
dipasang tulangan sengkang vertikal berdiameter 10 mm dengan jarak
maksimum ditentukan pada langkah 7.
c. Jika Vu > Ø Vc, tulangan geser harus disediakan sesuai langkah 4 hingga 8
4. Jika Vu > Ø Vc, hitung gaya geser yang harus dipikul oleh tulangan geser :
V u=∅ V c −∅ V s atau V s =( V u−∅ V s ) /∅
15
5. Hitung Vc1 dan Vc2 berikut ini:
V c 1=0,33 √ fc ' b w d (2.27)
V c 2=0,66 √ fc ' b w d (2.28)
Apabila Vs lebih kecil dari Vc2, maka proses desain dapat dilanjutkan pada langkah
berikutnya
6. Hitung jarak tulangan sengkang berdasarkan persamaan:
Av f y d
s1= (2.29)
Vs
7. Tentukan jarak maksimum tulangan sengkang sesuai dengan persyaratan dalam
SNI 2847:2013 pasal 11.4.5.1 yaitu
a. s2=d /2 ≤ 600 mm, jika V s ≤ V c1 =0,33 √ f c ' bw d (2.30)
s2=d /4 ≤ 300 mm, jika V c 1< V s ≤V c 2=0,66 √ f c ' b w d (2.31)
Av f y A v f yt
b. s3= bw ≥ (2.32)
0,35 0,062 √ f c ' bw
8. Apabila nilai s1 yang dihitumg dalam langkah 6 lebih kecil dari smaks maka
gunakan jarak sengkang vertikal = s1 , dan jika s1 > smaks maka digunakan smaks
sebagai jarak tulangan antar sengkang.
9. Peraturan tidak menyaratkan jarak minimum tulangan sengkang. Namun dalam
kondisi normal, sebagai tujuan praktis dapat digunakan smin = 75 mm untuk d <
500 mm, dan smin = 100 mm untuk d > 500 mm. Jika nilai s yang diperoleh
cukup kecil, maka dapat ditempuh jalan memperbesar tulangan diameter
sengkang atau menggunakan sengkang kaki lebih dari dua. [ CITATION
Set16 \l 1033 ]
Besarnya lendutan yang diizinkan untuk terjadi pada suatu elemen struktur
beton bertulang diatur dalam SNI 2847:2013 Pasal 9.5.3.1 sebagai berikut :
a. L/180, untuk lendutan sesaat yang diakibatkan oleh beban hidup pada atap
datar yang tidak memikul elemen non-struktural yang akan mengalami
kerusakan oleh lendutan yang besar.
16
b. L/360, untuk lendutan sesaat yang diakibatkan oleh beban hidup pada lantai
yang tidak memikul elemen non-struktural yang akan rusak akibat lendutan
besar.
c. L/480, merupakan bagian dari lendutan total yang terjadi setelah
pemasangan komponen non-struktural, yaitu jumlah dari lendutan jangka
panjang dan lendutan sesaat akibat penambahan beban hidup, untuk atap
atau lantai yang memikul elemen non-struktural yang akan rusak akibat
lendutan besar.
d. L/240, merupakan bagian dari lendutan total yang terjadi setelah
pemasangan elemen non-struktural untuk lantai atau atap yang memikul
elemen non-struktural yang tidak akan rusak oleh lendutan besar.
P . L3
∆maks = (2.34)
48 EI
(Terjadi pada tengah bentang, L/2)
17
2.4. Penelitian Terkait Retrofitting Metode Balok Haunch menggunakan
Material Self Compacting Geopolymer Concrete (SCGC)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi efek dari metode
curing pada SCGC dengan menggunakan material geopolimer berupa Ground
Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS) dan Rice Husk Ash (RHA). Metode
curing yang dilakukan pada penelitian ini adalah temperature curing yaitu dengan
memanaskan spesimen oven pada suhu 70⁰C serta ambient curing yaitu dengan
menjaga spesimen dalam suhu ruangan.
18
Sumber:[ CITATION Pat18 \l 1033 ]
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan beton geopolimer yang
dapat memadat sendiri (Self Compacting Geopolymer Concrete) dikarenakan
beton geopolimer yang dalam pengerjaannya susah untuk dilakukan. Beberapa
poin yang ditinjau, yaitu mendapatkan hubungan antara penambahan air terhadap
kelecakan dan kuat tekan fly ash – Self Compacting Geopolymer Concrete.
19
Tabel 2.2 Nilai Slump Flow pada Variasi Rasio Extra Water/ Fly Ash
Rasio Extra Nilai Slump
No
water/ Fly Ash Flow (cm)
1 0 -
2 0,2 39
3 0,25 51
4 0,3 67
5 0,32 68
Sumber : [ CITATION Gum16 \l 1033 ]
Tabel 2.3 Kuat Tekan Beton dengan Variasi Rasio Extra Water/ Fly Ash
Extra Water 0 0,2 0,25 0,3 0,32
No. Benda Uji Kuat Tekan (Mpa)
1 31,63 24,41 19,12 16,10 14,60
2 30,52 22,33 20,57 16,90 13,59
3 27,86 23,23 21,29 16,20 14,67
4 32,17 23,30 20,95 15,90 14,61
Kuat Tekan
30,55 23,07 20,48 16,28 14,37
Rata-Rata
Sumber:[ CITATION Gum16 \l 1033 ]
Hubungan Rasio Extra Water/ Fly Ash terhadap Kuat Tekan
Beton Rata-Rata
30.55
35
Kuat Tekan Rata-Rata
30
23.07
25 20.48
20 16.28
15
10
5
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Rasio Extra water/ Fly Ash
Gambar 2.9 Grafik Hubungan Rasio Extra Water/Fly Ash Kuat Tekan Beton
Sumber : [ CITATION Gum16 \l 1033 ]
20
Tabel 2.4 Nilai Slump Flow pada Variasi Dosis Superplastizer
21
Hubungan Penambahan Dosis Superplatizer terhadap Tekan
Beton Rata-Rata
20
10
0
0 1 2 3
Superplastizer (%)
Gambar 2.10 Grafik Hubungan Dosis Superplastizer terhadap Kuat Tekan Beton
Sumber : [ CITATION Gum16 \l 1033 ]
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari bahan material yang ramah
lingkungan sebagai pengganti semen dan memperoleh properties beton
geopolimer berupa kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, poisson’s ratio yang
dibandingkan dengan beton konvensional. Hasil kuat tekan beton geopolimer dan
beton konvensional ditunjukkan pada Tabel 2.6.
22
Tabel 2.6 Kuat Tekan Beton Geopolimer dan Beton Konvensional
Berat Kuat Rata-rata
Umur Slump Berat Lo
Kode Jenis Tekan Kuat Tekan
(hari) (cm) (kg) (cm)
(kg/m3) (MPa) (MPa)
19,8
GC1 3,86 2481 11,87
0
20,0
GC2 3,87 2463 10,25
0
7 20 11,78
20,0
GC3 3,91 2488 11,26
0
19,9
GC4 3,79 2424 13,73
0
19,5
GC5 3,78 2467 32,81
0
19,5
GC6 3,82 2493 32,45
0
28 20 32,45
19,5
GC7 3,77 2461 31,87
0
19,5
GC8 3,78 2467 32,67
0
20,0
CC1 3,92 2472 20,22
0
20,0
CC2 3,89 2429 22,44
0
7 3,5 20,00
20,0
CC3 3,90 2459 19,40
0
20,0
CC4 3,91 2464 17,93
0
20,0
CC5 3,91 2490 28,28
0
20,0
CC6 3,89 2478 31,42
0
28 3,5 30,56
20,0
CC7 3,87 2465 30,02
0
20,0
CC8 3,87 2465 32,52
0
Sumber : [ CITATION Mul17 \l 1033 ]
23
Gambar 2.11 Tegangan-Regangan Beton Geopolimer dan Beton Konvensional
Umur 28 Hari
Sumber : [ CITATION Mul17 \l 1033 ]
24
Tabel 2.7 Mix Design Benda Uji Beton Geopolimer
AH: FA: NaOH : OP
AIR
Kode AK AA Na2SiO3 C SP
(%)
(%) (%) (%) (%)
Jenis %
Viscocrete
WGCS-1 40:60 65:35 1:2,5 5,63 11,7 2
1003
Mastergleniu
WGCS-2 40:60 65:35 1:2,5 6,6 11,98 5
m Sky 8851
Sumber:[ CITATION AlF19 \l 1033 ]
25
Gambar 2.12 Permodelan Finite Element untuk Haunch Beam pada ANSYS
Sumber:[ CITATION Jol16 \l 1033 ]
26
Tabel 2.9 Variasi Sudut Model
27
Gambar 2.16 Grafik Perbandingan Time Period
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa defleksi, tegangan tarik, time
period akan meningkat seiring dengan pertambahan sudut pada haunch beam.
Tegangan geser menurun pada model H4 dan H5. Storey drift menurun setiap
28
bertambahnya sudut. Dengan adanya haunch beam pada sebuah struktur
mempengaruhi perilaku struktur; mengurangi kekakuan struktur yang mana
efeknya akan mengurangi tegangan geser.
29
Tabel 2.10 Hasil Pengujian Spesimen
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Spesimen: Material:
1 Balok Kontrol 3 Silinder Beton Konvensional
1 Balok Haunch 3 Silinder Beton Geopolimer
6 Baja Tulangan ( 3 buah D8, 3buah D13)
A A
31
A A
Evaluasi
Selesai
Benda uji berupa satu buah balok kontrol, satu buah balok haunch serta
untuk kontrol mutu material dilakukan pembuatan benda uji silinder beton
konvensional, silinder beton geopolimer.
Pada penelitian Nico dan Putri (2019), untuk menghasilkan mutu beton
geopolimer yang terbaik menggunakan perbandingan campuran 70% : 30% untuk
perbandingan agregat dengan binder + alkali aktivator. Dengan rincian untuk
perbandingan agregat halus dan agregat kasar sebesar 40% : 60%.
Pada penelitian lanjutan oleh Rahma dan Ninda (2019) untuk menghasilkan
kuat tekan, nilai slump dan kelacakan terbaik perlu adanya kombinasi campuran
yang sesuai. Pada penelitian ini membahas mengenai campuran kadar semen,
32
jenis dan dosis superplastizer, penggunaan fly ash dan kehadiran extra water
untuk campuran geopolimer dengan workability terbaik. Sehingga didapat
campuran seperti berikut :
Sehingga pada penelitian kali ini penulis menggunakan mix design ini untuk
digunakan pada balok haunch.
Metode pembuatan beton geopolimer dapat dilalui dengan beberapa tahapan
yaitu:
33
8. Menuangkan adonan pada ember kosong. Lalu melakukan pengujian nilai
slump menggunakan kerucut abrams. Nilai slump horizontal diukuru di dua
tempat yang berbeda kemudian di rata-rata.
9. Jika nilai slump sudah memasuki kriteria yang diinginkan tuangkan adonan
pada bekisting balok haunch.
10. Masukkan adonan dengan perlahan. Perlu waktu adonan untuk masuk ke
dalam cetakan. Lalu padatkan dengan besi penumbuk sehingga adonan
masuk merata ke bekisting.
11. Jika sudah penuh tutup lubang bekisting dengan plastik cor. Sehingga tidak
ada air yang masuk pada beton. Lapisi seluruh cetakan dengan plastik untuk
mengindari terkenanya air pada beton.
12. Melakukan curing (perawatan) beton geopolimer.
Persiapan material
Perakitan tulangan
34
Pengecoran beton konvensional
1. Persiapan material
Agregat halus yang berupa pasir muntilan yang telah dicuci lalu
dikeringkan.
35
Agregat kasar yang memiliki ukuran maksimal 10 mm yang berasal dari
quarry Jati Kencana Beton. Agregat kasar yang digunakan dicuci terlebih
dahulu lalu dikeringkan.
Fly ash Tipe F yang berasal dari PLTU Tanjung Jati B Jepara
Larutan Alkali Aktivator yang terdiri dari campuran NaOH dan Na 2SiO3.
Campuran ini memiliki kemolaran 12M.
36
Gambar 3.26 Larutan Na2SiO3
37
Gambar 3.29 Masterglenium Sky 8851
Air bersih yang tidak berbau, tidak mengandung lumpur dengan pH netral.
38
Gambar 3.31 Bekisting Balok Utama
39
Gambar 3.33 CAD Tulangan Balok Prismatik
40
Gambar 3.35 CAD Tulangan Balok Haunch (0,5 H)
41
Gambar 3.37 Pengecekan Strain Gauge menggunakan Multitester
Pipa besi dipasang di daerah tumpunan sendi dan rol sebagai tempat besi pejal
akan dimasukkan untuk perletakan spesimen. Pemilihan material besi digunakan
untuk memperkuat daerah tumpuan karena memiliki tegangan geser yang besar.
Untuk menambah perkuatannya, daerah tumpuan tersebut dipasang stek besi
menyilang yang dilas ke pipa besi agar pipa besi tetap terkunci dan tidak bergeser
pada saat pengecoran berlangsung
42
7. Pengecoran beton konvensional
Pengecoran balok utama menggunakan beton ready mix dengan mutu fc’ 25
MPa (K300) yang berasal dari batching plant PT. Jati Kencana Beton (JKB).
Pengecoran dilakukan di Departemen Teknik Sipil, Universitas Diponegoro.
Sebelum pengecoran, dilakukan pengujian nilai slump beton menggunakan
Kerucut Abrams. Nilai slump rencana beton harus memenuhi 12±2 cm. Setelah
campuran beton masuk sepertiga bagian dilakukan pemadatan adonan
menggunakan concrete vibrator agar beton tidak keropos dan tidak terdapat
rongga udara. Pada balok haunch, dilakukan pengecoran pada balok utama
terlebih dahulu lalu dilanjut pengecoran bagian ekspansi planar dengan
menggunakan material geopolimer setelah 28 hari pengecoran balok utama. Pada
tahap ini, dibuat benda uji silinder 15x30 cm sebanyak tiga buah sebagai kontrol
mutu beton ready mix.
43
8. Curing Beton Konvensional
Curing beton berfungsi untuk menjaga kadar air pada benda uji selama waktu
pengerasan berlangsung agar semen masih mempunyai kadar air yang cukup
dalam proses hidrasi sehingga menjaga mutu beton. Curing beton dilakukan
dengan menyelimuti benda uji menggunakan karung basah. Proses curing ini
dilakukan pada pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB. Proses curing dilakukan selama
7 hari.
44
Gambar 3.42 Pembuatan Bekisting Haunch
10. Pengecoran Geopolimer
340
200 200
3400
46
340
Loading frame
Gambar 3.46 Set up Pengujian Balok Haunch
Peralatan yang digunakan dalam pengujian balok haunch adalah sebagai berikut :
a. Loading Frame
Loading frame merupakan frame yang berfungsi untuk memasang dan
memperkokoh rangkaian instrument pengujian seperti load cell dan tabung
piston hydraulic jack.
47
b. Hydraulic Jack
Hydraulic jack merupakan pompa hidrolik yang digunakan untuk memberi
beban saat pengujian balok.
c. Load Cell
Load cell berfungsi untuk mengukur besarnya beban yang diberikan pada
benda uji balok
48
d. Linear Variable Displacement Transducer (LVDT)
Linear variable displacement transducer (LVDT) berfungsi untuk mengukur
besarnya lendutan yang terjadi pada benda uji. Pada pengujian ini digunakan
dua buah LVDT pada arah vertikal.
49
e. Data Logger
Data logger berfungsi untuk mencatat hasil bacaan dari load cell, LVDT, dan
strain gauges yang tersambung pada benda uji balok.
50
BAB 4
ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
I BELANJA HONORARIUM
Honorarium Teknisi Laboratorium (3 org
6 OH Rp 500,000.00 Rp 3,000,000.00
x 6 Hr = 21 OH)
Honorarium Pekerja 10 OH Rp 90,000.00 Rp 900,000.00
Honorarium Teknisi Lainnya 3 OH Rp 200,000.00 Rp. 600.000,00
II BELANJA ALAT DAN BAHAN
a. Bahan Habis Pakai
Agregat Halus 2 m3 Rp 250,000.00 Rp 500,000.00
Agregat Kasar 2 m3 Rp 350,000.00 Rp 700,000.00
NaOH 25 kg Rp 14,000.00 Rp 350,000.00
NaSiO3 Be52 75 kg Rp 12,000.00 Rp 900,000.00
Masterglenuim 8851 20 kg Rp 40,000.00 Rp 800,000.00
Bekisting Kayu 3 bh Rp 900,000.00 Rp 2,700,000.00
Tulangan Balok 300 kg Rp 14,000.00 Rp 4,200,000.00
Beton Ready Mix 2,5 m3 Rp . 800,000.00 Rp 2,000,000.00
Pipa Besi 6 m Rp. 25,000.00 Rp. 150,000.00
Besi Pejal 1 m Rp. 500,000.00 Rp 500,00.00
b. Peralatan
Cetakan Silinder Geopolimer 3 bh Rp 300,000.00 Rp 900,000.00
Sewa Mixer 2 Hari Rp 250,000.00 Rp 500,000.00
Peralatan Penunjang Penelitian 1 Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
Sewa Alat Pengujian 1 Hari Rp 1,000,000.00 Rp 1,000,000.00
51
BELANJA BARANG NON
III
OPERASIONAL LAINNYA
Pembuatan laporan 1 Ls Rp 800,000.00 Rp 800,000.00
Publikasi 1 Ls Rp 2,500,000.00 Rp 2,500,000.00
IV BELANJA PERJALANAN/SPD
Transportasi 1 Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
Jumlah Rp 27,000,000.00
1 Studi Literatur
10 Pembuatan Laporan
52
DAFTAR PUSTAKA
[1] AlFaridy, R., & Nuhafifah, N. Z. (2019). Penelitian Beton Geopolimer dengan
Karakteristik Workability Terbaik. Semarang: Universitas Diponegoro.
[3] Gumalang, S., Wallah, S., & Sumajouw, M. (2016). Pengaruh Kadar Air dan
Superlasticizer pada Kekuatan dan Kelecakan Beton Geopolimer
Memadat Sendiri Berbasis Abu Terbang. Manado: Universitas Sam
Ratulangi.
[5] Jolly, A., & Vijayan, V. (2016). Structural Behaviour of Reinforced Concrete
Haunched Beam. India: Mar Baselios Institute of Technology and Science
[6] Mulyana, F., & Yolanda, T. (2017). Studi Properties Beton Geopolimer
sebagai Substitusi Beton Konvensional. Semarang: Departemen Teknik
Sipil.
[7] Noorhidana, V. A., & Purwanto, E. (2012). Daktilitas Kolom Yang Diperkuat
dengan CFRP. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
53
[10] Soejipto, & Ismoyo. (1978). Konstruksi Beton Bertulang 1. Jakarta: PT. Gaya
Tunggal G.T.
[11] Sudjati, J. J., Tarigan, R. A., & Tresna, I. B. (2015). Perbaikan Kolom Beton
Bertulang menggunakan Glass Fibre Jacket dengan Variasi Tingkat
Pembebanan. Makassar: Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9.
[12] Lisantono, A., Hehanussa, P.G., Pengaruh Penggunaan Plasticizer pada Self
compacting Geopolymer Concrete dengan atau Tanpa Penambahan Kapur
Padam. Media Teknik Sipil. 2009. Yogyakarta. Vol. X ISSN 1412-0976
[13] McCaffrey, R., Climate Change and the Cement industry . Global Cement
and Lime Magazine (Enviromental Special Issue). 2002. (15-19)
[14] Malhotra, V.M., Making Concrete “Greener” with Fly Ash . ACI Concrete
International. 1999. Vol. 21 No. 5(61-66)
[15] Marthin, D.J, Sumajouw D.M.J, Reky, S.W., Kuat Tekan Beton Geopolymer
Berbahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash). Jurnal Sipil Statik. 2014.
Manado. Vol. 2 No.6 (277-282).
[16] Mulyana, F., Yolanda, T., Studi Properties Beton Geopolimer Sebagai
Subtitusi Beton Konvensional. Skripsi Universitas Diponegoro. 2017.
Semarang
[17] Putra, K.P., Wallah, S.E., Dapas, S.O., Kuat Tarik belah Beton Geopolimer
Berbasis Abu Terbang (Fly Ash). Jurnal Sipil Statik. 2014. Manado. Vol.
2 No.7 (330-336) ISSN 2337-6732.
[18] Rangan, B.V, Hardjito, D, Wallah, S.E, Sumajouw, D.M.J., Properties and
Applications of Fly Ash-Based Concrete. Materials Forum. 2006.
Australia. Vol.30 (170-175).
54
[20] Satria, J., Sugiarto, A., Antoni., Hardjito, D., Karakteristik Beton Geopolimer
Berdasarkan Variasi Waktu Pengambilan Fly Ash. Jurnal Dimensi
Pratama Teknik Sipil. 2016. Surabaya. Vol. 5 Issue 1.
[22] Triwulan., Ekaputri, J.J., Adiningtyas, T., Analisa Sifat Mekanik Beton
Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash dan Lumpur Porong Kering Sebagai
Pengisi. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil ‘Torsi’. 2007. Surabaya.
No.3 ISSN 0853-6341.
55
- LAMPIRAN –
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Pelatihan Penyelenggara
Training and Workshop in Ferro cement, joint ITB Bandung & BPS
1992
venture between Diponegoro University, Surakarta
1996 Laboratory Equipment application for Building PAU ITB dan PLN
56
Materials training, joint BANDUNG
INSTITUTE OF TECHNOLOGY – PLN Pusat.
Training for Thematic Analysis Data Mapping P3JJ dan BIPRAN BINA
1998
with MAPINFO Program MARGA PUSAT
BALAI PENINGKATAN
MEMBERIKAN PELATIHAN AHLI
KEAHLIAN KONSTRUKSI,
PENGAWAS KONSTRUKSI BANGUNAN
PUSBIN KPK,
2014 GEDUNG
KEMENTERIAN PU &
DENGAN METODE DISTANCE LEARNING
JURUSAN TEKNIK SIPIL,
FT.UNDIP.
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Tahun….s/d…..
57
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Institusi/Jurusan/Progra Tahun….s/d….
Jenjang
m
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
2008 Pemodelan Retak & Bond Anggota dibiayai oleh Direktorat Jendral
Slip pada Struktur Beton tim Pendidikan Tinggi Departemen
Bertulang dengan peneliti Pendidikan Nasional, sesuai surat
Menggunakan Non Linear perjanjian pelaksanaan hibah
Finite Element Method, penugasan penelitian desentralisasi TA
Hibah Bersaing Tahun 2008,
Anggaran 2008 No.321/SP2H/PP/PP2MIII/2008.
2004 Optimasi Kadar Fly Ash Ketua ( Dana : Research Grant TPSDP,
pada Paving Block ( Dana : Tim Ft.Sipil Undip, 2004)
Research Grant TPSDP,
58
Ft.Sipil Undip, 2004
2011 ”Korelasi Kuat Lentur Ketua Hibah Bersaing Dana DIPA Fakultas
terhadap Umur Beton”, Tim Teknik UNDIP, 2011
Hibah Bersaing Dana DIPA
Fakultas Teknik UNDIP,
2011
2013 ”Pengaruh Komposisi Nano Ketua Penelitian ini dibiayai oleh Program
Semen Terhadap Kuat Tekan Tim Magister Teknik Sipil UNDIP
dan Kuat Tarik Lentur berdasar surat perjanjian no.:
Beton” 734/SK/UN7.3.3/VII/2013, tanggal 8
Juli 2013.
2014 Produk Eco-Material Bata Anggota Penelitian ini dibiayai oleh Dana
Polymer dari Limbah Plastik Tim Penelitian Unggulan Fak.Teknik
dan Abu Ampas Tebu UNDIP tahun aanggaran 2014
Berbasis Nano-technology
utk Pencapaian Hak
Kekayaan Intelektual (HKI)
59
Cost Housing
2004 Tinjauan P-Delta Efek pada Sistem Struktur Majalah PILAR Volume-15 No.2,
Dua Dimensi September 2004, ISSN No.0854-
1515.
2004 Berm Breakwater Design (Berm Around Jurnal & Pengembangan Keairan
Water Level) Case Study on Rotterdam No.2 Tahun 11 Desember 2004,
Port Netherland terakriditasi
No.23a/DIKTI/KEP2004 ISSN :
0854-4549.
2004 Nilai Korelasi Compression Strength pada Majalah Teknik Media Komunikasi
Paving Block Ilmu dan Profesi Bidang
Kerekayasaan, Tahun XXIV Edisi-3
2004 ISSN No.0852-1697.
60
2008 Testing of Concrete Paving Blocks Majalah Teknik Media Komunikasi
Ilmu dan Profesi Bidang
Kerekayasaan, Volume 29-No.2
tahun 2008, ISSN No.0852-1697.
2004 Buku Ajar Struktur Beton Bertulang teaching grant program TPSDP
(ADB Loan. No.1792-INO), 2004.
2003 Modul Buku Ajar Analisa Struktur I teaching grant program TPSDP
dengan metode elektronik (ADB Loan. No.1792-INO), 2003.
2004 Buku ajar Teknologi Bahan Konstruksi program TPSDP (ADB Loan.
No.1792-INO), 2004
2012 ”Pengaruh Bentuk Tulangan Geser Majalah Teknik Fakultas Teknik
terhadap Kapasitas Balok Beton Bertulang UNDIP, tahun 2012.
di atas Dua Tumpuan”, Majalah Teknik
Fakultas Teknik UNDIP, tahun 2012.
2012 “Korelasi Kuat Lentur Beton terhadap Majalah Media Teknik Universtitas
Umur Beton” Majalah Media Teknik Negeri Sebelas Maret ( UNS)
Universtitas Negeri Sebelas Maret ( UNS) Surakarta, tahun 2012
Surakarta, tahun 2012
2012 Pengaruh Kadar Lumpur pada Agregat Majalah Teknik, Vol.33 No.2, Tahun
Halus dalam Mutu Beton, 2012, ISSN 0852-1697.
61
B. Makalah
Tahun Judul Penyelenggara
1997 Kajian Eksperimental Perilaku Struktur Baja FTSP program magister ITB
Elastoplastis akibat Kombinasi Beban Momen dan Bandung
Torsi
PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
62
2007 Seminar Nasional “Pengembangan teknologi Universitas Diponegoro
Sistem Pengelolaan banjir berbasis Penataan Semarang
Ruang”
2008 Seminar Internasional “Interaksi Tata Ruang dan Pasca sarjana Program
Air” Doktor Teknik Sipil
UNDIP
2013 Studi Eksperimental Aplikasi Material Nano Fly Simposium Dua tahunan
Ash terhadap Kuat Tekan Mortar Beton “The 2nd ISEMS” ,
Departement of Civil
Engineering Parahyangan
Catholic University,
Bandung.
2013 The Effect of the Interfacial Transition Zone The 1st Annual
between Aggregate and Mortar to the Overall International Conference
Performance of a Concrete Structure “ACE 2013, Singapore.
2007 Perkuatan Struktur & Pondasi Masjid Darussalam Robayan Jepara, selaku
sie kajian bahan material, 2007
63
Graha Candi Golf, Semarang, selaku anggota tim evaluasi, 2009.
2009 Study Kapasitas Struktur Atap Baja pada Gedung Pasar Bintoro Demak,
tahun 2009
2010 Perencanaan Rumah Ibadah Hok Hoo Bio Yayasan Tri Dharma Wonosobo
2012 Job Mix Design & Quality Qontrol pada Pembangunan Masjid AL-AMIN
JL.Graha Mukti Raya Tlogosari Semarang, Dana DIPA Fak.Teknik
UNDIP,TA 2012/2013
64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
65
Penghargaan/Prestasi yang diperoleh
No Penghargaan/Prestasi Tahun
1. Hibah Penelitian Dasar Jurusan Teknik Sipil FT Undip 2016 2016
2. Hibah Riset Pengembangan dan Penerapan (RPP) dari dana non-APBN
2017
Undip 2017
3. Hibah Penelitian Dasar dari dana non-APBN FT RKAT Undip 2017 2017
4. Satyalancana Karya Satya 20 tahun 2017
5.
66
No Nama Kegiatan Jasa Layanan Kepada Masyarakat Tahun
Pondok Pesantren "YAA SALAAM" desa Mangunsari, Kec. Gunungpati,
Kota Semarang
67
No Judul Publikasi Ilmiah Nama Media/Seminar (termasuk Tahun
edisi media dan lokasi seminar)
8. Cara praktis mengevaluasi Innovation in Environmental 2015
kebutuhan mitigasi jaringan Management
sanitasi bangunan
9. Identifikasi ketahanan Menuju Arsitek & Ruang 2015
konfigurasi bangunan terhadap Perkotaan yang Ber-Kearifan Lokal
gempa (studi kasus: rumah sakit
swasta 10 lantai di Palembang)
10. Effect of the Steel Ring Width ICRMCE-3 2015
Variations as the External
Confinement on Load - Moment
Interaction Behavior of
Reinforced Concrete Column
11. The Effect of Plane-Stress and ACE 2015 2015
Plane- Strain Model to the
Tensile Splitting Strength of the
Concrete Cylinder and Paving
Block
12. Behavior Identification of City Planning and Environmental 2015
Subtractive Transformation in Management in Asia Countries
Building Design Process Against
Earthquakes
13. Snap-Through Buckling Problem International Journal of Science 2015
of Spherical Shell Structure and Engineering (IJSE), Hal : 54-59
14. Concrete strength enhancement Procedia Engineering, Vol, 171, 2016
due to external steel ring 3rd International Conference on
confinement Sustainable Civil Engineering
Structures & Construction
Materials, SCESCM 2016
15. Behavior identification of Proceedings "The 10th 2016
substractive transformation in International Symposium on City
building design process against Planning and Environmental
earthquake Management in Asian Countries"
2016
16. Studi Beton Geopolimer sebagai Konferensi Nasional Teknik Sipil 2017
Substitusi Beton Konvensional 11
17. Confinement Hoops of Seminar International Conference 2017
Compression Zone in Beam on Construction and Building
68
No Judul Publikasi Ilmiah Nama Media/Seminar (termasuk Tahun
edisi media dan lokasi seminar)
Under Cyclic Loading Engineering (ICONBUILD 2017)
18. Interval Confinement in The 2nd International Joint 2017
Compression Zone to Evaluated Conference on Advanced
Beams Performance Subjected Engineering and Technology
Monotonic Loads (IJCAET 2017) will be held
together with International
Symposium on Advanced
Mechanical and Power
Engineering (ISAMPE 2017)
19. The Comparison of Bond The 2nd International Joint 2017
Strength between Normal Conference on Advanced
Concrete and Geopolymer Engineering and Technology
Concrete (IJCAET 2017) will be held
together with International
Symposium on Advanced
Mechanical and Power
Engineering (ISAMPE 2017)
20. Behavior of ductile beam with The 2nd International Joint 2017
addition confinement in Conference on Advanced
compression zone Engineering and Technology
(IJCAET 2017) will be held
together with International
Symposium on Advanced
Mechanical and Power
Engineering (ISAMPE 2017)
69
No Pelatihan/Workshop/Khursus/ Penyelenggara Tempat dan
. Praktik Konsultasi dan tahun
Perekayasaan
3. International Conference on Palembang, 2017
Construction and Building
Engineering (ICONBUILD)2017
4. Mengikuti Workshop Teknik Sipil Universitas Bandungan, 2017
Implementasi Kurikulum 2017 dan Diponegoro
Pengentasan Kurikulum 2012
Serta Persiapan International
Undergraduate Program (IUP)
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pandu Hawari
71
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
Ir.Purwanto,MT,MEng.
72