i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
Analisis Pengaruh Variasi Suhu Benda Uji Terhadap Sensitivitas
Artificial Defect Pada Pengujian Liquid Penetrant Test Dengan
Cairan Fluorescent
NRP : 0220030011
RINGKASAN
Di dalam dunia industri, dibutuhkkan suatu pengujian pada material untuk
mengetahui sifat mekanik dari material tersebut. Sifat mekanik sangat berperan
penting dalam ketahanan suatu material terdiri dari keuletan, kekerasan,
ketanggguhan, dan kekuatan. Pengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui
adanya indikasi cacat dari suatu material atau hasil dari pengelasan. Pengujian
material dibedakan menjadi dua metode yaitu pengujian merusak atau DT
(Destructive Test) dan pengujian tidak merusak atau NDT (Non-Destructive Test).
NDT (Non-Destructive Test) sering kali digunakan untuk menguji suatu material
dikarenakan pengujian ini lebih efektif dan efisien. Pengujian NDT (Non-
Destructive Test) ini memiliki beberapa metode, salah satu metode yang digunakan
adalah metode Liquid Penetrant Testing. Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan
pengujian penetran untuk mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap sensitivitas
artificial defect dengan menggunakan cairan fluorescent. Suhu yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan 3 variasi yaitu 10℃, 25℃, dan 45℃. Untuk
mengetahui sensitivitas artificial defect dilakukan pengukuran dimensi indikasi
yang timbul dengan menggunakan software Auto-CAD. Tingkat sensitivitas dilihat
dari besarnya indikasi yang timbul kemudian dibandingkan dengan ketiga variasi
suhu dalam proses pengujian
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT dan
Sholawat serta salam selalu kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, karena dengan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan dengan
tepat waktu Proposal Tugas Akhir dengan judul “Analisis Pengaruh Variasi Suhu
Benda Uji Terhadap Sensitivitas Artificial Defect Pada Pengujian Liquid
Penetrant Test Dengan Cairan Fluorescent”. Proposal Tugas akhir ini dbutuhkan
untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan gelar Ahli
Madya (Am.D) Program Studi D3 Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mendapatkan
dukungan, bantuan, bimbingan, pengalaman, dukungan dan kerja sama yang baik
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Bapak Ruddianto, ST., MT., MRINA selaku Ketua Jurusan Teknik
Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ir. Boedi Herijono, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Bangunan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Denny Oktavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator
Tugas Akhir.
5. Bapak Mohammad Thoriq Wahyudi, ST., MM., selaku dosen
pembimbing.
6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah
membantu dan mendukung dalam masa perkuliahan.
7. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberikan
semangat, doa dan dukungannya.
8. Terima kasih banyak kepada teman-teman D3 Teknik Bangunan Kapal
2020 yang telah memberi dukungan dan membantu saya dalam
mengerjakan tugas akhir ini.
9. Serta pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
vii
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat kepada pihak-pihak
yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis. Dalam menyelesaikan
Proposal Tugas Akhir ini, penulis berusaha semaksimal mungkin mengerjakan
sebaik-baiknya. Namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu penulis memohon saran dan kritik yang
membangun diterima dengan senang hati guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Semoga dengan adanya Proposal Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis sendiri, dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................................ i
RINGKASAN ................................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ix
BAB 1 ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
BAB 2 ................................................................................................................................ 5
ix
2.4.3 Pembersihan Sisa Cairan Penetrant ................................................ 13
BAB 3 .............................................................................................................................. 23
x
DAFTAR GAMBAR
xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xii
DAFTAR TABEL
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Metode ini sangat mudah dan praktis digunakan pada saat melakukan
inspeksi di lapangan, karena tidak memerlukan alat khusus dalam
pengaplikasiannya. Namun adakalanya pada saat melakukan kegiatan inspeksi di
lapangan terjadi kendala dimana temperatur suhu yang berbeda-beda dan tidak pada
suhu standart, serta indikasi cacat yang dihasilkan menjadi tidak begitu terlihat.
Sehingga ini akan menghambat pelaksanaan pengujian Liquid Penetrant Testing,
karena interpretasi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan standart.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka dari itu perlu dilakukan suatu
analisis tentang pengaruh variasi suhu benda uji terhadap sensitivitas Artificial
Defect pada pengujian Liquid Penetrant Test dengan menggunakan cairan
Fluorescent.
2
1. Bagi mahasiswa sebagai peneliti, penulisan ini dapat memberikan manfaat
wawasan tentang pengaruh variasi suhu terhadap sensitivitas artificial
defect pada pengujian liquid penetrant test.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan yang
bergerak di bidang pengujian material menghindari semaksimal mungkin
faktor-faktor yang menghambat pengujian dan meminimalisir biaya yang
harus dikeluarkan.
3. Bagi institusi dapat menggunkan penelitian ini sebagai tambahan referensi
pembelajaran dan pengembangan mahasiswa dalam penelitian selanjutnya
mengenai permasalahan serupa dengan penelitian ini.
3
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
4
BAB 2
DASAR TEORI
Suatu logam mempunyai sifat-sifat yang dibedakan atas sifat fisik, sifat
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut
adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan,
dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan
proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan
dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu
logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Dalam pembuatan
suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifat-sifat yang
khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi
sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban
diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan
standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang sekarang
banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari
logam tersebut, perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat
mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan
pengujian – pengujian terhadap sampel dari material. (Tera, 2013).
Pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk
mengetahui sifat dan karakteristik bahan-bahan yang meliputi sifat mekanik,
sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalam
bahan-bahan tersebut (Fariedpradhana, 2012). Pengertian pengujian logam
lainnya adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat dan
karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan
komposisi unsur- unsur yang terdapat di dalamnya (Uji, 2019). Dari kedua
kutipan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengujian logam adalah
proses pemeriksaan bahan-bahan untuk mengetahui sifat dan karakteristik
5
bahan-bahan tersebut meliputi sifat fisik bentuk struktur dan komposisi unsur
- unsur yang terdapat dalam bahan-bahan tersebut.
Pengujian tidak merusak atau yang biasanya disebut NDT (Non- Destructive
Testing) adalah tes fisik suatu material atau benda uji dengan tidak merusak
atau menghancurkan benda uji tersebut untuk mencari cacat pada benda uji atau
material tersebut. (Endrawan, Haris, Dionsius, & Prika, 2017).
Pengujian ini biasanya digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya cacat,
retak, atau diskontinuitas lainnya. Terdapat 6 jenis metode yang sering
digunakan dalam pengujian NDT, diantaranya adalah Eddy-Current Test,
Magnetic-Particle Test, Radiografi Testing, Ultrasonic Testing, Visual Test,
dan Liquid Penetrant Testing. Pengujian Liquid Penetrant Testing selain
mudah dilakukan juga lebih praktis dan lebih murah dibandingkan metode
NDT lainnya.
6
ferrous dan non-ferrous (Idris & Al-Bakooshb, 2016). Dari kedua pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengujian penetrant adalah pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui cacat pada permukaan material ferrous dan non
ferrous serta material yang bersifat magnetik dan non magnetik.
(https://www.unitedgamma-ndt.com/liquid-penetrant-test/)
2. Fluorescent Penetrant
Cairan penetrant ini adalah yang dapat berkilau bila
disinari dengan sinar UV. Fluorescent penetrant bergantung
7
pada kemampuannya untuk menampilkan diri terhadap
cahaya ultraviolet yang lemah pada ruangan yang gelap.
Fluorescent penetrants mengandung pewarna hijau-
kuning/fluorescent. Fluorescent penetrant dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
(https://www.unitedgamma-ndt.com/liquid-penetrant-test/)
8
1. Water Washable Penetrant System
Sistem liquid penetrant ini dapat berupa fluorescent.
Proses pengerjaannya cepat dan efisien. Pembilasan harus
dilakukan secara hati-hati, karena liquid penetrant dapat
hilang terhapus dari permukaan diskontinuitas. Pembersihan
metode water washable penetrant system dapat di lihat pada
Gambar 2.3.
(https://magnaflux.com/Magnaflux/Blog/Water-Washable-Vs-Post-
Emulsifiable-Penetrant)
9
Gambar 2. 4 Pembersihan Metode Post Emulsifiable
(https://www.nde-
ed.org/NDETechniques/PenetrantTest/PTMaterials/emulsifiers.xhtml)
(https://magnaflux.com/Magnaflux/Products/Liquid-Penetrant-
Inspection/Consumables.htm)
10
2.3.2 Prinsip Kerja Liquid Penetrant Testing
11
permukaan dengan penggilingan, permesinan, atau metode lain mungkin
diperlukan di mana penyimpangan permukaan dapat menutupi indikasi.
Permukaan yang akan diperiksa dan area yang berdekatan dengan
area uji setidaknya 1 inch harus kering dan bersih dari kotoran, minyak,
serat, skala, skala pengelasan, pengelasan, cat, oli, dan zat asing lainnya
yang bisa menutupi atau mengganggu dalam pemeriksaan sebelum
dilakukan penyemprotan cairan penetrant pada area uji. Bahan
pembersih yang dapat digunakan deterjen, pelarut organik, larutan kerak,
penghilang cat atau bisa juga mengunakan cairan cleaner/remover.
Setelah dibersihkan dilakukan pengeringan permukaan yang akan
diperiksa dengan penguapan normal, dengan udara panas, atau dingin
paksa. Pembersihan pada bagian yang akan diuji dengan menggunakan
cleaner/remover dapat dilihat pada Gambar 2.7.
(https://www.nationalboard.org/Index.aspx?pageID=164&ID=374)
12
inch dari lasan atau daerah yang diuji pada kedua sisinya. Setelah
pengaplikasian cairan penetrant dilakukan, terdapat dwell time (waktu
tunggu) atau waktu penetrasi minimum untuk cairan penetrant meresap.
Waktu penetrasi atau Dwell Time dan pengaplikasian cairan penetrant
dapat dilihat pada Gambar.
(https://www.nationalboard.org/Index.aspx?pageID=164&ID=374)
13
yaitu Water washable penetrant, Post-Emulsification Penetrants dan
Solvent Removable Penetrant.
Untuk Water washable penetrant pembersihan dapat dilakukan
dengan cara menyemprotakn air. Sedangkan pada Post- Emulsification
Penetrants memiliki dua cara yaitu Lipophilic Emulsification dan
Hydrophilic Emulsification. Lipophilic Emulsification yaitu dengan
merendam atau membanjiri bagian perrmukaan dengan pengemulsi.
Hydrophilic Emulsification yaitu dengan merendam atau menyemprot
dengan pengemulsi hidrofilik.
Solvent Removable Penetrant adalah pembersihan penetrant dengan
cara menyeka dengan kain bersih atau kertas penyerap, dan mengulangi
hingga sebagian besar cairan penetrant yang masih terisisa dapat
dihilangkan. Sisa cairan penetrant yang masih terlihat dan sulit
dihilangkan harus dibersihkan dengan menyeka permukaan secara ringan
dengan kain bersih atau kertas penyerap yang sudah dibasahi dengan
cleaner. Untuk meminimalkan penghapusan penetrant dari
diskontinuitas, harus diperhatikan untuk menghindari penggunaan yang
berlebihan. Proses pembersihan cairan penetrant dapat dilihat pada
Gambar 2.9.
(https://www.nationalboard.org/Index.aspx?pageID=164&ID=374)
14
2.4.4 Development
15
Gambar 2. 10 Pemberian Developer
(https://www.nationalboard.org/Index.aspx?pageID=164&ID=374
2.4.5 Interpretasi
16
ditempat yang gelap dengan intensitas cahaya maksimum 2 fc (21,5 lux).
Pemeriksaan permukaan yang diuji harus menggunakan sinar ultraviolet
dengan daya 1000 µW/Cm agar indikasi cacat terlihat dengan jelas. Proses
interpretasi dapat dilihat pada Gambar 2.11.
(https://www.nationalboard.org/Index.aspx?pageID=164&ID=374)
17
Gambar 2. 12 Proses Pembersihan Pasca Pemeriksaan
(https://www.nationalboard.org/Index.aspx?pageID=164&ID=374)
18
(acceptable). Indikasi cacat pada pengujian penetrant dapat dilihat pada
Gambar 2.13.
2.7 Sensitivitas
Sensitivitas menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perihal
cepat menerima rangsangan (kepekaan) (Kemendikbud, 2012). Dalam ilmu
fisika sensitivitas memiliki pengertian yaitu aspek pengukuran yang menyataan
ukuran minimum yang masih dapat dideteksi dengan alat ukur (ONLINE,
2019). Dalam pengujian penetrant sensitivitas berarti kemampuan untuk
19
menampilkan indikasi terhadap cahaya. Dalam pengujian penetrant ini
sensitivitasnya dilihat dari luas indikasi yang muncul dari kecerahan indikasi.
2.8 Suhu
Suhu merupakan suatu besaran yang menunjukkan derajat atau ukuran
panas dan dingin dari suatu benda. Suhu mempunyai skala yang digunakan
untuk memberikan tampilan nilai yang terukur pada suhu. Ada empat skala suhu
yang saat ini digunakan untuk mengukur temperatur suhu yaitu skala celcius,
fahrenheit, reamur, dan kelvin. Pada dasarnya suhu tidak dapat dilihat namun
dapat dirasakan, untuk mengetahui suhu suatu benda atau ruangan biasanya
digunakan alat yang dinamakan termometer.
Semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas yang dihasilkan
benda tersebut, begitupun sebaliknya. Secara miskroskopis, suhu
menunujukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat. Semakin tinggi energi atom-atom penyusun benda, makin
tinggi suhu benda tersebut (Wikipedia, 2023). Keadaan suhu pada suatu benda
dapat berubah apabila benda tersebut mengalami perubahan kimia, wujud,
volume, dan warna. Dalam pelaksanaan pengujian penetrant, temperatur suhu
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi pengamatan indikasi cacat yang
dihasilkan.
2.9 Kapilaritas
Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam
suatu pipa kapiler (pipa dengan luas penampang yang sempit). Peristiwa
kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi (adalah gaya tarik menarik antara
partikel partikel yang tidak sejenis dan gaya kohesi (gaya tarik menarik antara
partikel partikel yang sejenis) yang menentukan tegangan permukaan zat cair.
Tegangan permukaan akan mempengaruhi besar kenaikan atau penurunan zat
cair pada pipa kapiler.
Tegangan permukaan bekerja sepanjang keliling pipa kapiler yang menarik
zat cair dengan gaya. Dinding akan bereaksi sebagai balasan atas aksi dan
menarik zat cair ke atas dengan gaya yang sama besar. Pada keadaan
20
setimbang, komponen vertikal gaya tarik dinding sebanding dengan berat air
yang naik. Permukaan air dan permukaan air raksa yang mengalami kenaikan
atau penurunan juga merupakan akibat tegangan permukaan. Contoh proses
kapilaritas dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Gambar 2. 14 Kapilaritas
(https://seputarilmu.com/2019/11/kapilaritas.html)
21
2.11 Penelitian Terdahulu
22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi pengerjaan tugas akhir ini berdasarkan diagram alir seperti pada
Gambar 3.1.
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Persiapan Material
Proses Pengujian
Analisa Data
Selesai
23
3.2 Studi Literatur
Pada tahap ini sebelum pengujian harus menyiapkan material yang akan
digunakan untuk pengujian seperti spesimen pipa baja, majun, cleaner,
developer, penetran, artificial defect.
3.4.1 Proses Pembuatan Cacat Buatan
24
seperti pelat datar. Pada 1 spesimen terdapat 3 buah cacat buatan yaitu
linear indikasi dengan variasi ukuran 5mm, 10mm, dan 15mm. Proses ini
dilakukan dengan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Alat
a. Mesin Las
b. Gerinda
c. Sikat Baja
2. Bahan
a. Pelat Aluminium
b. Elektroda
3. Langkah Kerja Pengelasan Untuk Pembuatan Cacat Buatan
a. Persiapan peralatan & bahan pengelasan MIG seperti mesin las,
elektroda, dan kabel las. Selain itu juga disiapkan topeng las,
wear pack dan juga sarung tangan untuk melindungi tubuh dari
bahaya pada saat mengelas serta menyiapkan sikat baja.
25
data yang sesuai dengan pembahasan masalah dan akan ditindak lanjut dari
pengumpulan data dan analisa yang telah dilakukan. Pengujian ini memiliki
alat dan bahan sebagai berikut:
1. Alat
a. Gelas Ukur ukuran 5ml
b. Penggaris
c. Kain Bersih/Majun
d. Kuas ½ inch
e. Stopwatch
f. Thermometer
2. Bahan
a. Cairan Fluorescent Penetrant
b. Cairan Developer
c. Cairan Cleaner/Remover
3. Langkah-langkah Pengujian Penetrant Test
26
e. Sebelum melakukan pengaplikasian cairan penetrant, ukur temperature
suhu pada spesimen, suhu yang digunakan dalam pengujian ini adalah
10℃, 25℃, dan 45℃.
i. Periksa spesimen pada ruangan yang gelap dan sinari dengan sinar
ultraviolet agar indikasi cacat terlihat dengan jelas. Indikasi cacat yang
terlihat akan bercahaya ketika terkena sinar ultraviolet. Lakukan
pengamatan dan evaluasi sesuai dengan standart.
27
kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan rekomendasi
yang terkait.
28
DAFTAR PUSTAKA
ASME Section V. (2019). Boiler and Pressure Vessel Code. New York: The
American Society of Mechanical Engineers.
Endramawan, T., Haris, E., Dionisius, F., & Prinka, Y. (2017). Aplikasi Non
Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Untuk Analisis Hasil
Pengelasan SMAW 3G Butt Joint. JTT (Jurnal Teknologi Terapan), 3(2).
Tera, S. (2013). Laporan Pengujian Bahan. Retrieved February 14, 2023, from
https://terasepte.blogspot.com/2013/10/laporan-pengujian-bahan.html
29
30