1824042023
dengan baik. Sholawat dan salam juga penulis curahkan kepada Nabi Muhammad
'Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sebagai panutan dan suri tauladan bagi seluruh
Makassar.
tingginya kepada orangtua tercinta atas segala doa, motivasi, pengorbanan dan
usaha yang tidak kenal lelah telah mendidik, membimbing dengan ketulusan
semua orang untuk bantuan yang telah diberikan, terutama untuk Bapak Ir. Hasrul
kepada pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, yaitu
kepada:
i
ii
1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Yahya M.Kes., M.Eng., I.P.U., ASEAN Eng.
2. Bapak Dr. Muh. Yusuf Mappeasse, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro.
3. Bapak Ir. Hasrul Bakri, S.Pd., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro.
4. Bapak Edi Suhardi Rahman, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan
5. Bapak Zulhajji, S.T., M.T. selaku Ketua Prodi Teknik Elektro (D3/D4)
9. Bapak dan Ibu Dosen, Staff administrasi, dan Asisten Laboratorium, Jurusan
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara
iii
Penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih terdapat
keterbatasan ilmu pengetahuan dan juga sebagai manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
pengetahuan.
bermanfaat bagi para pembacanya, serta semoga amal baik semua pihak yang
telah membantu mendapat balasan yang setara dari Allah SWT. Aamiin
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
A. Kajian Teori..................................................................................................7
8. Breaker Analiyzer...................................................................................................27
C. Kerangka Pikir............................................................................................31
v
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................33
A. Jenis Penelitian............................................................................................33
C. Objek Penelitian..........................................................................................33
D. Variabel Penelitian......................................................................................33
1. Wawancara................................................................................................................34
2. Dokumentasi.............................................................................................................34
G. Instrumen Penelitian...................................................................................35
1. Wawancara................................................................................................................35
2. Dokumentasi.............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 10 Interrupter.......................................................................................16
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gardu induk merupakan bagian dari sistem kelistrikan yang ada di Gardu
berkala. Hal tersebut akan membuat kebutuhan energi listrik ke konsumen akan
terlayani dengan baik, selain itu harga peralatan sistem tenaga listrik yang mahal
Menurut (Lal, 2013), Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar mekanis yang
mampu mengalirkan dan memutus arus beban dalam keadaan normal maupun
merupakan saklar mekanis yang dirancang untuk melihat kondisi dan titik
kerusakan pada gardu induk. PMT akan bekerja saat terjadi gangguan, PMT akan
membuka (open) saat terjadi gangguan hubung singkat pada sistem transmisi di
gardu induk (Kandhikar, 2017). PMT mempunyai peran yang sangat penting
dalam sistem di gardu induk, karena PMT merupakan peralatan yang akan
1
memutus arus beban saat adanya gangguan. Apabila PMT tidak dapat bekerja saat
adanya
2
2
tersebut untuk memutus dan mengalirkan tenaga listrik serta untuk perlindungan
kerusakan peralatan dapat terjadi jika pemutus tenaga gagal beroperasi karena
PMT dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap semua komponen yang ada
PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat
menutup ataupun membuka. Pemutus tenaga tipe single pole dengan tujuan
apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah PMT dapat trip satu fasa dan dapat
reclose satu fasa. Saat terjadi gangguan pada penghantar fasa-fasa atau tiga fasa
maka PMT harus trip tiga fasa secara serentak. Apabila PMT tidak dapat trip
secara serentak akan menyebabkan gangguan pada sistem yang ada di gardu
induk.
transmisinya, peralatan lainnya yang terdapat di dalam sebuah bay line tersebut
dapat terkena dampak dari arus berlebih yang dihasilkan sehingga dapat
3
tenaga listrik terganggu, dengan demikian PMT ini sangat penting untuk dirawat
dan dipelihara secara rutin dengan cara melakukan serangkaian pengujian untuk
bernama Putra Syawal Keandre pada tanggal 15 Juni 2022 di Unit Layanan
tenaga memiliki standar selisih waktu yang diizinkan adalah <10 mili detik. Jika
PMT tidak serempak, maka dapat menjadi suatu gangguan didalam sistem tenaga
listrik dan menyebabkan sistem proteksi bekerja. Standar SPLN NO.52-1 1984
waktu maksimum membuka dan menutup kontak PMT untuk sistem 150 kV
selama 120 mili detik. Waktu kerja kontak PMT pada saat Open lebih cepat
daripada waktu kerja PMT pada saat close. Kemudian untuk keserempakan kontak
terendah. Ketika suatu PMT mengalami kasus selisih waktu kerja kontak PMT
pada saat close sebesar 12 ms melebihi batas standar yang ditentukan yaitu 10 ms,
maka keserempakan PMT dinyatakan jelek atau tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
terus-menerus agar tetap terjaga dengan baik keserampakan PMT. Jika terdapat
4
nilai yang tidak memenuhi standard yang ditentukan, perbaikan dapat dilakukan
penggantian part mekanik yang rusak, pemeriksaan roda penggerak dan perbaikan
mengakibatkan adanya lonjakan arus maupun tegangan pada fasa lainnya yang
akan menyebabkan rusaknya peralatan lain yang terhubung pada PMT tersebut.
PMT sangat diperlukan agar PMT dapat bekerja secara serempak dan dalam
diminimlaisir.
pada Gardu Induk Jeneponto dengan mengambil judul penelitian “Studi Pengujian
2. Rumusan Masalah
Induk Jeneponto?
3. Berapa besar nilai delta time pemutus tenaga (PMT) pada Gardu Induk
Jeneponto?
6
3. Tujuan Penelitian
Induk Sungguminasa.
3. Mengetahui besar nilai delta time pemutus tenaga (PMT) pada Gardu Induk
Jeneponto
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti :
Analyzer.
2. Bagi Perusahaan :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
yang terdiri atas pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang
saling interkoneksi satu sama lain untuk menunjang penyaluran energi listrik dari
Secara umum, sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga sub-
c. Sub-sistem distribusi.
Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur, yaitu
tenaga 1sitrik terdiri atas berbagai jenis pusat tenaga listrik, seperti pusat listrik
tenaga air (PLTÀ), pusat listrik tenaga up (PLTU), pusat listrik tenaga nuklir
(PLTN), pusat listrik tenaga gas (PLTG), dan pusat listrik tenaga diesel (PLTD).
Letak pusat tenaga listrik, dan hal ini terutama berlaku bagi pusat listrik tenaga
air, sering jauh dari pusat-pusat pemakaian tenaga listrik, seperti kota dan industri.
Dengan demikian, energi listrik yang dibangkitkan di pusat tenaga listrik, sering
7
8
pemakaian tenaga listrik. Tiba di kota, energi listrik itu harus dibagikan, atau
Blok diagram dari sistem tenaga listrik dapat digambarkan sebagai berikut:
menyalurkan energi listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) ke
induk dengan gardu induk lainnya melalui suatu bahan konduktor dengan sistem
tegangan tinggi atau ekstra tinggi sehingga dapat disalurkan sampai pada
Gardu Induk Jawa Bali Edisi Pertama yang ditulis oleh PT. PLN (Persero), Gardu
induk adalah suatu sistem instalasi listrik yang terdiri dari susunan dan rangkaian
rangkaian suatu sistem tanaga listrik dan untuk menunjang keandalan sistem
tenaga listrik terkait. Gardu induk dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu gardu induk
menggunakan isolasi udara antara bagian yang bertegangan yang satu dengan
menggunakan gas SF6 sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan yang satu
dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan
disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi
periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta
mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada
atau phasa, umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa
Keterangan :
1. Pondasi
2. Kerangka / Struckture
3. Mekanik Penggerak
4. Isolator Suport
5. Ruang Pemutus
6. Terminal :
menggerakan tiga phasa. Umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay trafo, bay
Keterangan :
1. Pondasi
2. Kerangka / Struckture
3. Mekanik Penggerak
4. Isolator Suport
5. Ruang Pemutus
6. Terminal :
Dalam Buku Petunjuk Gardu Induk yang ditulis oleh PT. PLN (Persero)
PMT jenis ini menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur api
yang timbul pada waktu memutus arus listrik. sebagai isolasi gas SF6 mempunyai
kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan
Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (single pressure
type), dimana selama operasi membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan
kedalam suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu
pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini mematikan busur api.
b. PMT Minyak
PMT jenis ini menggunakan minyak sebagai isolasi dan pemadam busur
api yang timbul saat PMT bekerja membuka atau menutup. PMT ini dibagi
tegangan ekstra tinggi 425 KV dengan arus nominal 400 A samapi dengan 1250 A
PMT jenis ini menggunkan udara untuk memadamankan busur api dengan
menutup.
15
dijadikan sebagai media pemadam busur api. Media pemadam busur api hampa
udara ini banyak digunakan pada tegangan menengah 24 KV. Ruang kontak
utama PMT jenis ini dibuat dari bahan porcelain, kaca, atau plat baja yang kedap
udara. Ruang kontak tersebut tidak dapat dipelihara dan umurnya sekitar 20 tahun.
Kerena kemampuan dielektriknya yang tinggi maka PMT jenis ini memiliki
a. Primary
dengan fungsi menyalurkan energy listrik dengan losses yang rendah dan mampu
menghubungkan atau memutuskan arus beban saat kondisi normal /tidak normal.
1) Interrupter
16
proses penutupan atau pemutusan arus yaitu kontak bergerak (moving contact),
Gambar 2. 10 Interrupter
a) Resistor yang dipasang paralel dengan unit pemutus utama yang bekerja
pada setiap celah adalah sama besarnya serta meningkatkan kinerja PMT
17
2) Terminal Utama
Bagian PMT yang berupa titi sambungan / koneksi antara PMT dengan
konduktor luar yang berfungsi untuk mengalirkan arus dari atau ke konduktor
luar.
b. Dielectric
mengisolasi peralatan dan memadamkan busur api dengan sempurna pada saat
Moving contact bekerja. Komponen Dielektrik pada PMT adalah sebagai berikut :
Media yang berfungsi untuk sebagai media pemadam busur api yang
gerak (Moving Contact) PMT dalam waktu tertentu sesuai dengan spesifikasinya.
PMT jenis ini menggunakan pegas pilin sebagai sumber tenaga penggerak
PMT ini menggunakan pegas gulung untuk sumber tenaga penggerak yang
4) Penggerak Hidrolik
beberapa komponen mekanik, elektrik dan hidrolik oil yang dirangkai sedemikian
rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan menutup
PMT.
20
5) Penggerak Pneumatic
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai penggerak untuk membuka dan
menutup PMT.
PMT jenis ini media memanfaatkan tekanan gas SF6 yang berfungsi ganda
selain sebagai pemadam tekanan gas juga dimanfaatkan sebagai media penggerak.
Setiap PMT terdiri dari 3 identik pole, dimana masing – masing merupakan unit
yang terdiri dari Interrupter, isolator tumpu, dan power aktuator yang digerakkan
d. Secondary
Pada kondisi normal PMT dapat dioprasikan local oleh operator untuk
(current transformer) akan membaca arus lebih yang lewat apabila sudah
trip circuit, sehingga trip coil energized, lalu mekanis penggrak PMT akan
mendapat perintah buka dari relay yang beroprasi membuka kontak-kontak PMT.
sebagai penggerak pada pegas membuka atau menutup. Pada waktu pemutusan
menghubungkan daya listrik akan terjadi busur api, yang terjadi pada kontok-
kontak di dalam ruang pemutus. pemadaman busur api dapat dilakukan oleh
beberapa macam peredam, diantaranya yaitu dengan minyak, udara, dan gas.
Bahkan peredam busur api yang digunakan pada Gardu Induk 150 kV Jeneponto
PDM/PGI/07:2014, yang ditulis oleh PT. PLN (Persero), dalam suatu sistem
a. Pemeliharaan Preventive
Base Maintenance).
b. Pemeliharaan Corrective
rusak.
24
c. Pemeliharaan Detective
Breaker (CB) atau yang lebih dikenal dengan Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
salah satu peralatan tegangan tinggi di gardu induk yang sangat penting. PMT ini
harus dapat memutuskan arus beban pada saat kondisi normal maupun pada
kondisi gangguan. Untuk itu, diperlukan pemeliharaan khusus pada alat ini.
5 yaitu :
line). Ini menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara
waktu tertentu.
untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur. Pada PMT,
salah satu pengukuran yang penting dilakukan adalah pengukuran pada bagian
pengukuran dengan suatu alat ukur Insulation Tester (megger) untuk memperoleh
besar tahanan isolasi pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa)
terhadap badan (case) yang ditanahkan maupun antara terminal masukan dengan
terminal keluaran pada fasa yang sama. Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi
PMT adalah untuk mengetahui besar (nilai) kebocoran arus. Kebocoran arus yang
memenuhi ketentuan akan memberikan jaminan bagi PMT itu sendiri sehingga
hambatan/ resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan
menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan
kontaknya tinggi yang terjadi ketika jumlah sambungan banyak. Ini bisa dihindari
waktu kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT
pada saat menutup ataupun membuka. Berdasarkan cara kerja penggerak, maka
PMT dapat dibedakan atas jenis three pole dan single pole. Untuk Bay Penghantar
biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT tersebut dapat
trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat reclose satu
fasa yang biasa disebut SPAR (Single Pole Auto Reclose). Namun apabila
gangguan pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa maka PMT tersebut harus
trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT tidak trip secara serempak akan
menyebabkan gangguan.
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single
pole ataupun three pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau
tidak maka dapat menjadi suatu gangguan di dalam sistem tenaga listrik dan
menyebabkan system proteksi bekerja. Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu
gangguan pada sistem tenaga listrik diharapkan PMT bekerja dengan cepat
sehingga clearing time yang diharapkan sesuai standar SPLN No 52-1 1984 untuk
sistem 150 kV = 120 milli detik, dan Grid Code Jawa Bali untuk system 500 kV =
induksi yang masih mengalir melalui alat uji dan menghindari bahaya bagi para
pekerja. Selanjutnya juga harus dipasang pentanahan (Grounding) untuk alat uji
27
a) Closing Time
b) Opening Time
menutup kontak. Sedangkan Opening Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh
7) Overhaull
sekali dalam tiga tahun atau lebih berdasarkan manual instruction, ketentuan
Pemeliharaan ini lebih difokuskan untuk pemeliharaan bagian dalam PMT seperti
kemungkinan kerusakan peralatan setelah terjadi bencana itu sangat besar dan
8. Breaker Analiyzer
CBA 1000, dalam melakukan pengukuran dan pengujian kecepatan waktu kerja
dan keserempakan kontak pada PMT ini, alat ukur yang digunakan adalah Digital
Circuit Breaker Analyzer CBA 1000. Alat Studi pemutus sirkuit dan model
kontak pemutus sirkuit kontak, atau juga sambungan atau bagian sirkuit lainnya.
Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan tes dinamis dari resistansi
saat itu. Alat ini juga mendeteksi ketika terjadi kerusakan tersembunyi yang tidak
mungkin didiagnosis. Selain itu, alat ini dapat mengukur dan mengstudi waktu
kerja PMT ketika PMT Open (trip), Close (C), Open–Close (O–C Reclose),
1. E Ariyanto. 2019, dengan Judul “Studi Hasil Pengujian Tahanan Isolasi dan
Kesempakan Pemutus Tenaga 150 kV Bay Palur 1 dan Palur 2 Gardu Induk
(PMT) bay Palur 1 dan 2 di gardu induk Gondangrejo masih layak digunakan
dan dapat bekerja dengan baik. Nilai tahanan isolasi pada pemutus tenaga bay
dalam batas yang diijinkan yaitu di bawah 120 milidetik. Selisih waktu kerja
tertinggi antar fasa (keserampakan) saat PMT membuka (open) adalah 1,2
milidetik, nilai tersebut terjadi pada keserempakan kontak PMT bay Palur 1
pada tahun 2015 dan 2017, dan semua nlai keserempakan tersebut memenuhi
membuka kontaknya masih dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan
anomali deviasi waktu yang cukup besar melebihi dari nilai standar yang
perbedaan lamanya waktu pengisian ulang pegas pada kontak oleh motor
kekuatan pegas pada fasa S menjadi lebih kuat dari kedua kontak lainnya
karena pengisiannya yang lebih lama sehingga waktu kerja pada pada fasa S
melakukan perbaikan dan pengaturan ulang motor run limit switch pada PMT
tersebut agar dapat memutus aliran listrik ke motor di waktu yang serupa
dengan fasa lainnya sehingga mekanik penggerak pegas pada tiap fasanya
memiliki kekuatan yang sama dan kontak dapat kembali bekerja secara
serempak.
3. AM Fikri. 2021, dengan judul “Studi Pengujian Pemutus Tenaga (PMT) Bay
Pengujian tahanan kontak periode tahun 2019 sampai 2020 khususnya fasa S
yang dimana nilai 60μΩ dan mendekati standar yang telah ditentukan. Nilai
tahanan kontak tinggi dipengaruhi oleh beberapa yaitu kondisi klem PMT
kencang. Adapun dari keserempakan kontak pada tahun 2019 selisih waktu
keserempakan kontak pada saat open lebih besar daripada close sebesar 2 ms.
31
Pada tahun 2020 selisih waktu keserempakan kontak pada saat open sama-
3. Kerangka Pikir
PMT bertujuan untuk mengetahui waktu kerja PMT secara indvidu serta untuk
PMT tidak membuka atau menutup secara serempak pada fasa R, S, dan T akan
proteksi bekerja. Jika terdapat nilai yang tidak memenuhi standar yang ditentukan,
terlalu lama akan mengakibatkan adanya lonjakan arus maupun tegangan pada
fasa lainnya yang akan menyebabkan rusaknya peralatan lain yang terhubung
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendekatan kuantitatif ini adalah untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan hasilnya. Penelitian
3. Objek Penelitian
4. Variabel Penelitian
penelitian.
33
34
Variabel dalam penelitian ini adalah selisih waktu (delta time) pemutus tenaga
Delta Time adalah untuk mengetahui selisih waktu kerja kontak pada
pemutu tenaga (PMT) pada saat Open/Close Time pemutus tenaga bekerja pada
saat terjadi trip secara serentak yang akan menyebabkan gangguan pada sistem
berikut:
1. Wawancara
Wawancara yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
jalan mengadakan komunikasi dan tanya jawab dengan orang yang berkompeten
2. Dokumentasi
hal atau variasi yang berupa catatan, buku, agenda dan sebagainya. Metode ini
35
keserempakan PMT melalui alat ukur breaker analyzer pada gardu induk
Jeneponto. Adapun dokumentasi data yang diperlukan adalah single line diagram
7. Instrumen Penelitian
1. Wawancara
ditetapkan?
6. Apakah dampak yang ditimbulkan ketika deviasi
waktu pada PMT bernilai besar?
7. Apakah pengaruh yang ditimbulkan PMT ketika
kontak bekerja terlalu cepat atapun lambat?
8. Apakah perbedaan alat ukur keserempakan PMT
Merek ISA 1000 dengan merek yang digunakan
sebelumnya?
9. Apakah kegunaan alat ukur breaker analyzer selain
mengukur waktu kerja PMT?
10 Apakah penyebab saat pengujian keserempakan PMT
tidak dapat terbaca oleh alat ukur breaker analyzer?
2. Dokumentasi
serta dokumen yang berkaitan dengan pengujian PMT 150 kV khususnya pada
No Dokumentasi yang
Jenis Merek Type No.Seri Ket.
. dibutuhkan
37
No
Dokumentasi yang dibutuhkan Waktu (Delta Time) Ket.
.
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisa deskriptif kuantitatif. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
mengenai keadaan pada saat keserempakan PMT waktu close dan waktu open
Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Delta Time PMT.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui nilai keserempakan kontak saat membuka
tertinggi dengan nilai terendah. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan adalah
Keterangan :
∆t = selisih waktu
t maks = waktu tertinggi
t min = waktu terendah
38
DAFTAR PUSTAKA