1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini dengan judul ”Modifikasi Pengering Biji Kakao Sistem
Kontinyu dengan Pengaturan Putaran dan Sumber Panas” oleh Edi Setiawan
dengan NIM : 34214004 dan Wilda malinda dengan NIM : 34214010 dinyatakan
Pembimbing I Pembimbing II
Ir.Suryanto,M.Sc.,Ph.D. Sonong,S.T.,M.T
NIP : 19590826 198803 1 003 NIP : 19621202 199203 1 002
Mengetahui
Apollo,S.T.,M.Eng.
NIP : 19690723 199303 1 002
2
HALAMAN PENERIMAAN
Laporan tugas akhir telah menerima Laporan tugas akhir oleh mahasiswa Edi
Setiawan (342 14 004) dan Wilda malinda (342 14 010) dengan judul “Modifikasi
Pengering Biji Kakao Sistem Kontinyu dengan Pengaturan Putaran dan Sumber
Panas”
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulisan laporan tugas akhir ini yang berjudul “Modifikasi
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini tidak sedikit hambatan yang
hambatan tersebut dapat teratasi. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini
dan melalui lembaran ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada :
Pandang
4
7. Bapak Ir. Makmur Saini,M.T.,Ph.D. selaku ketua sidang, Bapak
11. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu terselesainya laporan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
5
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
SURAT PERNYATAAN......................................................................................xii
RINGKASAN.......................................................................................................xiv
6
BAB III METODE KEGIATAN ..........................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................46
5.2 Saran.....................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................48
LAMPIRAN...........................................................................................................50
7
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Standar Kualitas Nasional (SNI) untuk Biji Kakao...............5
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.2 Typical Kurva Rate Pengeringan untuk Pengeringan Konveksi ...........6
10
DAFTAR LAMPIRAN
11
SURAT PERNYATAAN
NIM : 34214004
tugas akhir ini, berjudul “Modifikasi Pengering Biji Kakao Sistem Kontinyu
dengan Pengaturan Putaran dan Sumber Panas” merupakan gagasan dan hasil
karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun pada perguruan tinggi dan instansi mana pun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat di periksa kebenarannya. Sumber informasi yamg berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
Jika pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, saya siap menanggung
(Bermaterai 6000)
Edi Setiawan
NIM : 34214004
12
SURAT PERNYATAAN
NIM : 34214010
tugas akhir ini, berjudul “Modifikasi Pengering Biji Kakao Sistem Kontinyu
dengan Pengaturan Putaran dan Sumber Panas” merupakan gagasan dan hasil
karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun pada perguruan tinggi dan instansi mana pun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat di periksa kebenarannya. Sumber informasi yamg berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
Jika pernyataan saya tersebut di atas tidak benar, saya siap menanggung
(Bermaterai 6000)
Wilda Malinda
NIM : 34214010
13
MODIFIKASI PENGERING BIJI KAKAO SISTEM KONTINYU DENGAN
PENGATURAN PUTARAN DAN SUMBER PANAS
RINGKASAN
Edi Setiawan (342 14 004), Wilda malinda (342 14 010 ) dengan judul
“Modifikasi Pengering Biji Kakao sistem Kontinyu dengan Pengaturan
Putaran dan Sumber Panas”. Kakao (Theobroma cacao L.) adalah pohon
budidaya hasil perkebunan yang banyak ditanam diberbagai kawasan tropika. Dari
biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3 dunia setelah Pantai
Gading dan Ghana, namun kadang ada diriject karena mutu produk kakao
Indonesia tidak sesuai dengan standar ekspor. Salah satu penyebab penolakan
produk yang paling sering ditemukan adalah karena tingginya kandungan kadar
air. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh meningkatkan kinerja mesin
pengering sistem kontinyu untuk menghasilkan tingkat kekeringan biji kakao
sesuai standar ekspor dan meningkatkan nilai efisiensi penggunaan energi.
Penelitian ini dilakukan dengan memodifikasi beberapa bagian pada alat
pengering biji kakao sistem kontinyu yang sebelumnya telah ada dan penambahan
kontrol pengaturan putaran. Dari uji eksperimen yang telah dilakukan diperoleh
hasil yakni : a) Presentase tingkat biji coklat yang tidak pecah rata-rata 90 %
yang sebelumnya hanya 50 %, b) Tingkat kekeringan air dapat mencapai 7 %
yang sebelumnya 9 %, c) Kapasitas produksi maksimum dapat dicapai 69,8
kg/jam yang sebelumnya hanya mencapai 60 kg/jam. Dalam hal ini penggunaan
bahan bakar yang tidak signifikan, sehinga hasil yang dicapai hampir tidak terjadi
peningkatan efisiensi.
14
BAB 1
PENDAHULUAN
tropika. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai
hidup dialam. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3 dunia
kualitas biji coklat dibagi kedalam 5 grade. Grade AA merupakan kualitas yang
biji/100 gram dan jamur 1-2 %. Jika kadar air melebihi 10 % dengan kadar kotoran 5
% maka biji coklat tersebut ditolak (Balai Pengkajian, 2008). Berdasarkan spesifikasi
nasional Indonesia telah dirancang pengering biji kakao sistem kontinyu dengan
pemanfaatan panas burner. Dari hasil pengujian di peroleh kadar air 12 % yang
modifikasi atau perbaikan mesin yang sudah ada untuk mencapai tingkat kekeringan
7-9 % sesuai standar ekspor. Selain dari itu efisiensi penggunaan energi masih sangat
rendah (1,45 %) untuk itu diperlukan sistem penggunaan energi yang lebih efisien
untuk mengurangi kerugian yang terjadi pada sistem pengering yang ada saat ini yang
1
mesin pengering sehingga lebih optimal dan menghasilkan produk biji coklat pada
batas yang sesuai dengan standar ekspor, yakni kadar air berkisar (7-9) %.
standar ekspor?
lebih optimal?
sistem kontinyu dengan pengaturan putaran, sumber panas dan isolator panas.
Adapun yang ingin dimodifikasi yaitu alat pengering biji kakao sistem kontinyu
yang sudah ada sebelumya yang dikembangkan oleh Miftahul Mi’raj dan Fajri
alihar rancang bangun pengering biji kakao sistem kontinyu dengan pemanfaatan
panas hasil pembakaran bahan bakar dari burner. Hasil yang ingin di capai kadar
air pada biji kakao yang sesuai standar nasional indonesia dan meningkatnya nilai
efisiensi sistem. Sumber panas yang dihasilkan berasal dari panas burner dan
2
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tercapainya tingkat kekeringan biji kakao yang sesuai standar ekspor dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu faktor yang menentukan kualitas biji kakao pasca panen adalah
kandungan air yang terdapat dalam biji tersebut. Kadar air merupakan salah satu
karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan
ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air merupakan pemegang
tersebut memerlukan ketersediaan air dalam bahan pangan (winarno, 1997). Biji
kakao yang kandungan airnya masih tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur dan
berakibat pada kualitas yang rendah (Dumadi, 2011). Berdasarkan standar kualitas
nasional, kualitas biji coklat dibagi kedalam 5 grade. Grade AA merupakan kualitas
yang terbaik dengan kandungan air 6 sampai dengan 7 %, kotoran 0%, berat max 85
biji/100 gram dan jamur 1-2 %. Jika kadar air melebihi 10 % dengan kadar kotoran 5
% maka biji coklat tersebut ditolak (Balai Pengkajian, 2008). Spesifikasi standar
kualitas nasional untuk biji coklat dapat dilihat pada tabel 2.1.
4
Tabel 2.1 Spesifikasi Standar Kualitas Nasional (SNI) untuk biji kakao
dalam padatan atau rate pengeringan (drying rate) sebagai fungsi waktu. Typical
(Sumber : http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-19888-2308100537-
Paper.pdf)
5
Grafik 2. 2. Typical Kurva Rate Pengeringan untuk Pengeringan
Konveksi
(Sumber :http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-19888-2308100537-
Paper.pdf)
Pada grafik 2.1 dan grafik 2.2, profil pengeringan dapat dibagi menjadi 3
bagian, yaitu : preheating (periode pengeringan awal), periode rate konstan dan
periode rate falling yang tergantung pada karakteristik dari padatan. Garis A - B
Selama periode ini, temperatur padatan dan lapisan cairan di permukaan padatan
awal biasanya sangat singkat dan dalam prakteknya diabaikan. Rate pengeringan
content pada tahap transisi antara periode rate konstan dan periode rate falling
disebut sebagai moisture content kritis, Xcr. Dimulai pada titik kritis ini, garis
6
penurunan moisture content yang sebelumnya lurus (linear) menjadi garis
eksternal mengontrol rate pengeringan, sedangkan pada periode rate falling yang
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Persamaan
suhu.
Jika suatu reaksi dalam larutan berair menghasilkan gas, maka gas akan basa,
artinya mengandung uap air pada tekanan parsial yang diberikan oleh uap air
kesetimbangan dari air pada suhu eksperimen. Jumlah gas yang dihasilkan
ditentukan tidak oleh tekanan total tetapi oleh tekanan parsial gas itu.
Jika suatu cairan berubah fasa menjadi gas kering, maka cairan tersebut
mula-mula akan mengalami proses penguapan, selanjutnya uap yang ada berubah
menjadi fasa gas. Apabila kita mengamati suatu massa uap (mw) yang berada
7
dalam fasa gas dan di dalamnya terdapat tekanan parsial dari uap ke cairan, serta
kita berasumsi bahwa kondisi gas adalah gas ideal, maka persamaan uapnya
diekspresikan sebagai:
m
Pw V = RT atau Pw V w =RT ............................................................................ (1)
M
m
Dimana P adalah tekanan, V adalah volume, adalah jumlah partikel pada gas,
M
Pada tekanan konstan, hubungan antara kurva tekanan-temperatur uap dan panas
d P❑w ΔHw
= ...................................................................................................
dT T (V w −V L )
(2)
Dimana d Pw tekanan uap saturasi, V w −V L adalah volume spesifik molar fasa uap
❑
8
Kapasitas pemanasan didefinisikan sebagai jumlah panas yang dibutuhkan
C p= ( dQ
dT )
.......................................................................................................... (3)
p
dQ
Dimana adalah kemiringan kurva koesistensi, C padalah kapasitas kalor.
dT
Output yang diinginkan dapat berupa panas, kerja atau mungkin keduanya. Jadi,
(5)
Qout
ղ = ................................................................................................... (6)
Q¿
9
Sebagai contoh boiler yang memproduksi 210 kW panas dengan input 300 kW
bahan bakar memiliki efisiensi sebesar 210/300 = 0,70, atau 70 %. Ini berarti, 30
2.5.1 Konduksi
perantara, di mana zat perantaranya tidak ikut berpindah. Dalam arti lain,
konduksi/hantaran yaitu perpindahan kalor pada suatu zat tanpa disertai dengan
melalui batas antara dua sistem. Ketika suatu objek memiliki temperatur yang
termodinamika “kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda
yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke
benda panas”. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh (Holman, 1997) “jika
10
pada suatu benda terdapat gradient suhu (temperature gradient), maka menurut
pengalaman akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian
bersuhu rendah”.
adalah suatu proses perpindahan panas yang terjadi melalui suatu medium yang
saling bersinggungan satu sama lain dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah.
Perpindahan kalor dengan cara konduksi pada umumnya terjadi pada zat
padat. Suatu zat dapat menghantar kalor disebut konduktor, seperti berbagai jenis
logam. Sedangkan zat penghantar kalor yang buruk disebut isolator, pada
umumnya benda-benda non logam. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu,
maka akan terjadi perpindahan panas serta energi dari bagian yang bersuhu tinggi
ke bagian yang bersuhu rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa energi akan
∂y
q=−k . A .
∂x
∂y
= gradien suhu perpindahan kalor
∂x
2.5.2 Konveksi
11
Perpindahan panas konveksi atau konveksi adalah perpindahan panas dari
panas pada banyak kondisi, seperti misalnya antara permukaan solid dan
dan gas. Konveksi bebas muncul ketika gerak fluida disebabkan oleh gaya apung
yang berasal dari perbedaan massa jenis akibat perbedaan temperatur di dalam
fluida.
paksa terjadi pada radiator mobil dan proses pertukaran udara pada lemari
alami akibat perbedaan massa jenis antara dua benda. Molekul zat yang menerima
kalor akan memuai dan massanya jenisnya menjadi lebih ringan sehingga akan
bergerak ke atas dan akan digantikan oleh molekul zat yang ada diatasnya.
peristiwa konveksi alami terjadi pada saat merebus air. Air yang letaknya dekat
dengan api akan mendapat panas sehingga molekul air akan saling bertumbukan
dan massa jenisnya lebih ringan, kemudian air akan bergerak ke atas dan
mensirkulasikan melalui udara atau cairan. Tidak seperti konduksi, di mana harus
ada kontak langsung atau tidak langsung antara dua benda untuk perpindahan
panas dapat berlangsung, konveksi bergantung pada gerak molekul yang beredar
12
untuk mentransfer panas dan juga tidak seperti konduksi, yang bergantung pada
massal dari banyak sekali massa pada saat yang sama. Perpindahan panas secara
konveksi menggerakkan udara dari daerah panas ke daerah yang lebih dingin”.
yaitu perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida yang
(cairan/gas).
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kecepatan fluida yang mengalir di
Q = h.A(Ts-T∞)
13
2.5.3 Radiasi
semua benda dengan suhu di atas nol mutlak. Radiasi termal muncul sebagai
akibat perpindahan acak dari atom dan molekul benda. Karena atom dan molekul
dari matahari dapat digunakan untuk panas dan tenaga listrik. Tidak seperti
konduksi dan konveksi, radiasi termal dapat dikumpulkan di sebuah titik kecil
solar. Perpindahan kalor dengan cara radiasi kedua benda tidak harus bersentuhan
karena kalor berpindah tanpa melalui zat perantara, artinya kalor tersebut
dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber panas dan kalor akan mengalir ke
segala arah.
merupakan suatu proses perpindahan panas yang dimana pada terjadi antara dua
benda yang tidak saling bersinggungan dengan dua media yang berbeda.
14
Gambar 2.2. Perpindahan panas secara radiasi
Q =ε.A.σ(Ts4- Tsur4)
Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi
dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas
kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber
panas dan penerima uap cairan (Sumber: Treybal, 1980). Faktor-faktor yang
makin tinggi udara pengering makin cepat pula proses pengeringan berlangsung
dan faktor yang berhubungan dengan bahan yang dikeringkan seperti ukuran
bahan, kadar air awal bahan. Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan
2 metode yaitu:
1. Continuous drying
2. Batch drying
15
Suatu pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai
berikutnya.
sudah ada sejak dahulu kala. Saat ini pengering telah digunakan di banyak negara
dan pengering kayu serta pengering hasil pertanian lainnya. Negara-negara yang
Jerman dan Denmark adalah dua negara yang mengkomsumsi energi untuk
dengan metode perpindahan panas ada tiga jenis yaitu konveksi, konduksi dan
belt conveyor dryer, rotary dryer flash dryer, spray dryer, tray dryer dan fluidized
bed dryer, konveksi contohnya drum dryer, vacuum tray dryer dan steam jacket
16
Pengeringan biji kakao dapat dilakukan dengan menjemur biji di bawah
kombinasi keduanya.
yang paling baik dan murah. Penjemuran ini dapat dilakukan di atas permukaan
terpal, lantai penjemuran, atau di atas rak bambu. Dari setiap luasan 1 m 2 tempat
penjemuran, sebaiknya jumlah biji yang dijemur tidak lebih dari 15 kg agar
secara rutin dibalik setiap 2 jam sekali agar keringnya biji merata dengan
sempurna. Saat pembalikan, di ditemukan serpihan kulit buah, biji cacat, plasenta,
atau material asing seperti kerikil pada hamparan biji harus dibuang.
Alat pengering (artifical drying) yang dapat digunakan misalnya flat bed
dryer. Dengan alat ini pengeringan dapat dilakukan lebih cepat. Dengan
kombinasi penjemuran sinar matahari selama 1 hari dan pengeringan dengan flat
bed dryer selama 24 jam efektif pada suhu 60 derajat Celcius, akan diperoleh biji
dengan kadar air 7 % yang sudah siap simpan. Saat musim hujan atau pada daerah
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 50-
Pengeringan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan cara menjemur,
17
hari, sedangkan dengan mesin pengering diperlukan waktu 40-50 jam
Proses pengeringan adalah kelanjutan dari tahap oksidatif dari fermentasi yang
berperan penting dalam mengurangi kelat dan pahit. Tujuan utama pengeringan
adalah mengurangi kadar air biji dari sekitar 60 % menjadi 6-7 % sehingga aman
baik, terutama dalam hal fisik, calon cita rasa dan aroma yang baik.
Tingkat pengeringan berpengaruh penting terhadap cita rasa dan mutu biji
biji kering yang dihasilkan. Jika pengering terlalu lambat, hal ini bisa
keasaman berlebih. Hal ini terjadi karena reaksi asam asetat sangat di pengaruhi
asamity sehingga suhu pengeringan tidak lebih dari 65-70 0C. Ada beberapa jenis
pengering mekanis, tetapi yang paling terkenal dan banyak di terapkan adalah
jenis flat bed dryer yang di operasikan pada suhu lebih dari 60 0C. Biji coklat yang
dihasilkan oleh pengering ini mempunyai mutu fisik baik, tetapi mutu
18
Selama pengeringan, suhu biji selalu di bawah suhu udara panas sampai dekat
dengan akhir fase pengeringan. Pengukuran suhu biji bisa dilakukan dalam dua
kedua pada pengeringan tunnel suhu 70 0C. Selama tahap pertama, suhu biji naik
sampai 54 0C dan bisa mencapai 66 0C. Pada akhir tahap kedua, suhu udara tahap
akhir sebesar 70 0C. Suhu ini dapat diterapkan tanpa membuat cita rasa menurun.
dengan suhu lingkungan selama 72-80 jam dan dilanjutkan dengan hembusan
0,3 m/detik pada suhu pengeringan rendah 70 0C pada tahap awal pengeringan dan
kecepatan udara rendah 0,15 m/detik pada suhu tinggi 80 0C pada tahap akhir
pengeringan. Hasil ini diperoleh dari penelitian di papua nugini (dikutip dari buku
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Energi. Sarana dan prasarana yang ada sangat memadai untuk mendukung
penelitian ini. Bahan yang akan dikeringkan yakni biji coklat yang masih
20
Kegiatan pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 29 agustus s/d 18
Mulai
Studi Pustaka
Perancangan Desain
Uji Eksperimental
Kadar Air
Efisiensi 21
Tidak
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
Motor kontroler
22
perancangan diantaranya perancangan putaran poros screw, isolator panas,
23
Keterangan :
dilihat di gambar 3.3 merupakan saluran awal yang akan dilewati material
untuk menjalani proses awal dari pengeringan. Dimana saluran ini dibuat
menggunakan material dari plat besi yang mana pada ujung bagian dibuat
yang dihasilkan alat pengering ini dan agar saluran masuk material tidak
mudah lepas.
2. Saluran Preheater
24
pengering screw (screw dryer) dengan memanfaatkan energi panas
sesuai dengan bentuk dari saluran gas buang pada salah satu sisinya guna
Saluran ini bisa disebut sebagai saluran utama karena pada saluran inilah
panas yang dimanfaatkan adalah panas gas dari yang dihasilkan burner.
dalam suatu casing pengering dengan 2 buah saluran searah dan 2 buah
4. Screw
Agar material dapat mengalir pada saluran ini, maka pada bagian
dalam saluran akan dipasangi screw. Screw ini sendiri akan digerakkan
alat pengatur putaran yang terkopel dengan speed reducer rasio 1:50 yang
25
5. Casing Pengering
pengering ini karena pada bagian dalam dari casing inilah akan terjadi
proses pengeringan material. Casing ini dibuat dari bahan plat baja. Untuk
isolasi ini juga bertujuan untuk keamanan dari penggunaan alat ini.
Terdapat satu buah lubang input dan output material dan juga terdapat
dilekatkan pada sisi bawah dari saluran masuk material guna dapat
8. Katup Kontrol
26
Katup kontrol ini dibuat dari plat, yang mana dipasang pada bagian
9. Saluran Penguapan
dengan pipa galvanis ½ inch dengan metode pengelasan. Dibuat agar uap
air dari hasil penguapan material uji dapat keluar melalui saluran ini.
1) Perencanaan Transmisi
mesin ini digunakan motor AC Tiga fasa sebagai penggerak utama. Motor
ini sendiri memiliki putaran 1400 rpm yang dihubungkan dengan alat
pengaturan putaran. Putaran motor yang sebelumya 1400 rpm menjadi 700
putaran awal motor. Speed reducer yang dipilih adalah speed reducer
dengan rasio 1:50. Jadi putaran yang terdapat pada output speed reducer
gigi yang memiliki perbandingan ukuran 1:2 dengan roda gigi utama.
27
2) Perhitungan Resident Time
Jumlah screw
RT =
putaran poros screw
Maka diperoleh :
111
RT = =14,8 menit
7,5
Secara teoritis di peroleh resident time 14,8 menit dengan putaran poros screw 7,5
111
RT = =7,4 menit
15
bakar gas, untuk menjamin aliran panas masuk kedalam silinder, maka
dibantu dengan menggunakan dua buah fan. Sebuah buah fan untuk
mendorong dan sebuah fan untuk mengisap. Fan pendorong dipasang pada
bagian bawah burner dan fan pengisap dipasang pada ujung saluran gas
buang disisi atas tray. Saluran panas burner berada pada posisi tabung
Pada mesin pengering ini dipasangi lima buah sensor temperatur data
logger.
Dua sensor di pasang di tabung silinder pertama sensor pertama dipasang pada
bagian tempat masuknya biji kakao, sensor kedua di pasang di silinder pertama di
28
bagian saluran tempat jatuhnya biji coklat ke tabung silinder kedua sensor ketiga
dipasang di luar tabung silinder kedua di ujung tempat jatuhnya biji kakao, sensor
yang keempat di pasang di dalam silinder tabung ketiga tepat pada tempat
jatuhnya biji kakao dan sensor yang ke kelima sensor dipasang pada silinder
Dimana alat ini telah didesain dan telah ada sebelumnya dalam proses
1. Aligment screw
penghantar.
Pada proses ini dilakukan penambahan lubang saluran gas panas menjadi
29
Isolasi casing sebelumnya menggunakan isolasi casing streofoam.
pada poros screw, karena putaran yang diiginkan sekitar 10-15 rpm dan
variasi putaran di ganti dengan motor tiga fasa 2 HP. Kelemahan dari
motor satu fasa 2 HP tidak mampu dan tidak dapat di atur putarannya jika
silinder pertama, karena panas yang di hasilkan tidak merata dan kadar air
tiga.
30
3.4 Metode Pengujian
1. Peralatan ukur
a. Stopwatch
c. RPM meter
2. Prosedur Pengujian
dioperasikan.
e. Mengukur kadar air yang terdapat pada material sebelum di uji dengan
h. Stopwatch diaktifkan.
31
j. Langkah-langkah tersebut di atas diulang beberapa kali dengan variasi
Dalam proses pengujian ini ada dua parameter utama yang diukur,
yaitu kapasitas pengeringan dan kandungan kadar air material uji. Adapun
parameter yang akan menjadi variabel uji dalam hal ini adalah waktu,
dahulu mesin pengering maka diperoleh biji kakao yang nilai kadar airnya
32
BAB IV
penelitian ini telah di buat dan dirancang dari hasil pengujian di peroleh
data massa biji kakao (kg) sebelum uji dan sesudah uji biji kakao, waktu
feeding, resident time, % kadar air sebelum uji dan sesudah uji, putaran
screw (rpm), penggunaan bahan bakar (kg) dan massa pecah dan utuh biji
Massa Massa
Massa (Kg) Waktu (menit) Kadar Air (%) Penggunaan Pecah Utuh
Putaran
No. (rpm)
Bahan Biji Biji
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Bakar (Kg) Kakao Kakao
Feeding RT
Uji Uji Uji Uji (Kg) (Kg)
1 4,6 4,3 19,65 29 13,4 0,16 0,1 0,9
13,725 7,5
2 5,42 4,95 12,45 31,5 13,9 0,72 0,1 0,9
33
3 1,9 1,76 3,58 22,5 14,4 0,12 0,07 0,93
4 1,76 1,62 3,55 9,42 14,3 10,2 10 0,08 0,07 0,93
5 1,62 1,22 3,46 10,2 7,6 0,08 0,07 0,93
6 2,06 1,9 3,29 22,7 15,3 0,08 0,07 0,93
7 1.89 1,78 3,24 7,52 15,1 11,2 12,5 0,26 0,07 0,93
8 1,78 1,69 3,21 11,2 7,8 0,08 0,07 0,93
9 1,56 1,42 3,04 29,2 16,1 0,08 0,1 0,9
7,25 15
10 1,42 1,34 1,22 16,1 12,5 0,06 0.1 0,9
11 1,34 1,28 1,2 12,5 8,8 0,06 0,1 0,9
12 1,28 1,2 1,02 8,8 7 0,06 0,1 0,9
Catatan :
*RT = resident time
Perhitungan penurunan kadar air dan massa sebelum dan sesudah
pengujian :
Analisa pada data pertama
Pada tabel 4.1 di atas diperoleh data sebagai berikut :
Berdasarkan data tersebut diatas, maka persentase penurunan kadar air dan
penurunan massa material uji dapat di peroleh sebagai berikut :
= 15,6 %
= 0,3 Kg
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
34
Berdasarkan data pertama yang diperoleh pada tabel 4.1, yaitu :
Massa material uji = 4,6 Kg dan Waktu feeding = 19,65 menit, maka kapasitas
60 menit
c. Kapasitas mesin = × massa material uji
waktu feeding
60 menit
= × 4,6 kg
19,65menit
= 14,046 Kg
kg, dan waktu feeding adalah 19,57 menit →1174 s. Konsumsi bahan bakar
selama proses Pemanasan 0,1 kg maka laju aliran bahan bakar (ṁbb) dapat
dihitung dengan :
= 0,06 Kg
0,06 Kg
=
1179 s
= 0,0000509 Kg/s
Perhitugan efisiensi mesin pengering
Berdasarkan data pada hasil analisa diketahui bahwa besar
penurunan massa adalah 0,3 Kg, selisih pengurangan bahan bakar adalah
0,16 Kg, waktu feeding adalah 1179 detik dan diketahui pula nilai kalor
35
bahan bakar gas adalah 46,94 kJ/kg, nilai Cp air adalah 4,2 kJ/kg dan nilai
dT rata – rata pada material adalah 44,7 oC. Maka efisiensi pengering
dapat dihitung sebagai berikut:
0,3 Kg
= 1179 detik
= 0,00025 Kg/s
= 2,389kJ/s
Qout = ṁair × Cp × dT
= 0,04725 kJ/s
Q out
ղ = Q × 100 %
¿
0,04725
= 2,389 × 100 %
= 2%
36
biji kakao disortir (dipisahkan biji kakao yang utuh dan biji kakao yang
0.10 kg
¿ × 100 %
1 kg
¿ 10 %
0.90 kg
¿ × 100 %
1 kg
¿ 90 %
Tabel 4.2 Hasil Analisa Perhitungan Penurunan Kadar Air dan Massa
Material
% Penuruna Komsums % %
Kapasitas Pecah Utuh
No penurunan n massa i Bahan Efisiens Putaran
pengeringan Biji Biji
. kadar air material Bakar i (%) (rpm)
(Kg) Kakao Kaka
(%) (Kg) (kg/s) (%) o (%)
37
11 3,7 0,06 67 0,000833 0,46 10 90
Parameter
Desain Awal Sesudah Modifikasi
Perbandingan
26.85 14,5
17.14 26,12
Kapasitas Pengeringan
60 31,84
(kg/jam)
24 29,74
12 28,09
Rata-rata Kapasitas
28 26
Pengeringan (kg/jam)
1.077 2,01
0.321 0,6
Efisiensi Sistem (%) 2.232 0,42
0.350 0,71
0.419 2,06
Rata-rata Efisiensi Sistem
0,87 1,16
(%)
7,95 15,6
2,1 17,6
Δ Kadar Air (%) 3,1 8,1
2,2 4,1
3,9 2,6
Rata-rata Δ Kadar Air (%) 3,85 9,6
Penurunan Kadar Air
9 7
Terendah (%)
Rata-rata % Pecah biji
50 8
kakao
Rata-rata % Utuh Biji Kakao 50 92
menjadi 14,046 %, efisiensi sistem meningkat dari 1,077 % menjadi 1,96 %, delta
kadar air yang meningkat dari 7,95 % menjadi 15,6 %, penurunan kadar air
38
terendah meningkat dari 9 % menjadi 7 %, persentasi biji coklat utuh meningkat
menjadi 10 %.
ada beberapa hasil peningkatan dan dikenerja mesin yang dianggap berhasil.
Adapun hasil yang didapatkan yaitu meningkatnya penurunan kadar air dari 7,59
menjadi 7 %, Terjadinya penurunan persentase biji pecah pada biji kakao dari 50
menjadi 92 %.
100
T (ᵒC)
80
60
40
20
Sec
t (s)
Grafik 4.1 Temperatur terhadap waktu pengeringan percobaan pertama
Keterangan grafik :
39
: Temperatur diluar tabung pada silinder kedua
: Temperatur pada bagian tabung silinder pertama
C ha n ne l 1 C ha nn e l 3 Ch a nn el 5
°C C ha n ne l 2 C ha nn e l 4
10 0
80
60
40
20
S ec
0 1 00 0 2 00 0 3 0 00 4 0 00 5 00 0
100
8 0
6 0
4 0
2 0
Se c
0 1000 2000 3000 4000 5000
10 0
80
60
40
20
Se c
0 10 0 0 2 00 0 3 00 0 4 0 00 5 00 0
100
80
60
40
20
S ec
0 1000 2000 30 00 4000 5000
C ha nne l 1 C ha nn e l3 C ha nne l 5
°C C ha nne l 2 C ha nn e l4
penguapan)
100
80
60
40
20
Se c
*
Grafik untuk pengujian lainnya dapat dilihat pada lampiran.
Pembahasan :
1. Percobaan pertama
sebesar 4,6 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 29 %, yang
mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 19,65 menit
dan resident time selama 13,725 menit dengan putaran konstan 7 rpm serta
material sebesar 13,4 % dan memiliki massa sebesar 4,3 Kg. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan kadar air sebesar 15,6 % dan
Dengan melihat besar penurunan kadar air pada percobaan ini maka,
2. Percobaan kedua
40
Pada percobaan kedua dilakukan pengeringan dengan bobot massa
sebesar 5,42 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 31,5 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 12,45
menit dan resident time selama 13,725 menit dengan putaran konstan 7
kadar air material sebesar 13,9 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
penurunan kadar air pada percobaan ini maka, untuk memenuhi kualitas
3. Percobaan ke 3
sebesar 1,9 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 22,5 %, yang
mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,58 menit dan
resident timenya selama 9,42 menit dengan putaran konstan 10 rpm serta
41
4. Percobaan ke 4
sebesar 1,76 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 14,3 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,55
menit dan resident timenya selama 9,42 menit dengan putaran konstan 10
kadar air material sebesar 10,4 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
5. Percobaan ke 5
sebesar 1,62 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 10,2 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,46
menit dan resident timenya selama 9,42 menit dengan putaran konstan 10
kadar air material sebesar 7,6 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
6. Percobaan ke 6
42
Pada percobaan keenam dilakukan pengeringan dengan bobot massa
sebesar 2,06 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 22,7 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,29
menit dan resident timenya selama 7,52 menit dengan putaran konstan
diperoleh kadar air material sebesar 15,3 %. Dari hasil tersebut diketahui
7. Percobaan ke 7
sebesar 1,89 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 15,1 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,24
menit dan resident timenya selama 9,42 menit dengan putaran konstan
diperoleh kadar air material sebesar 11,2 %. Dari hasil tersebut diketahui
8. Percobaan ke 8
massa sebesar 1,78 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 11,2
%, yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,21
43
menit dan resident timenya selama 9,42 menit dengan putaran konstan
diperoleh kadar air material sebesar 15,3 %. Dari hasil tersebut diketahui
9. Percobaan ke 9
massa sebesar 1,56 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 29,2
%, yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 3,04
menit dan resident time selama 7,52 menit dengan putaran konstan 15 rpm
derajat. Setelah material uji melalui proses pengeringan diperoleh kadar air
10. Percobaan ke 10
sebesar 1,42 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 16,1 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 1,22
menit dan resident time selama 7,25 menit dengan putaran konstan 15 rpm
derajat. Setelah material uji melalui proses pengeringan diperoleh kadar air
44
material sebesar 12,5 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa terjadi
11. Percobaan ke 11
sebesar 1,34 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 12,5 %,
yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 1,2 menit
dan resident time selama 7,25 menit dengan putaran konstan 15 rpm serta
12. Percobaan ke 12
massa sebesar 1,28 kg yang memiliki nilai kadar air rata-rata sebesar 8,8
%, yang mana pada percobaan ini diperlukan waktu feeding selama 1,02
menit dan resident time selama 7,25 menit dengan putaran konstan 15 rpm
derajat. Setelah material uji melalui proses pengeringan diperoleh kadar air
45
BAB V
Kesimpulan
setelah modifikasi 8 %, hal ini dapat dilihat bahwa persentase biji pecah
46
e. Konsumsi bahan bakar yang digunakan alat pengering biji kakao ini
Saran
untuk menghitung persentasi biji kakao yang utuh dan persentasi biji
47
DAFTAR PUSTAKA
48
The Engineering ToolBox. Water-Thermodynamic Properties. (Online),
(http://www.engineeringtoolbox.com/water-thermal-properties-
d_162.html), di akses 9 September 2017
49
LAMPIRAN
50
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
140
120
100
T (ᵒC)
80
60
40
Sec
kedua
Keterangan grafik :
120
100
80
60
40
S ec
120
100
80
60
40
Se c
120
100
80
60
40
Se c
° C
140
120
Ch
a
Ch
a
nne l 1
nne l 2
C
C
h
h
a nne l3
a nne l4
C ha nne l 5
: Temperatur pada bagian luar tabung silinder keempat
100
80
60
40
S ec
0 1000 20 00 3000 4000 5000
120
100
8 0
6 0
4 0
S ec
(saluran penguapan)
51
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
90
80
70
T (ᵒC)
60
50
Sec
40
0 200 400 600 800 1000 1200
ketiga
Keterangan grafik :
C ha nn el 1 Ch an ne l 3 Ch an ne l 5
9 0
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 2 00 4 00 60 0 8 00 10 00 1 20 0
90
80
70
60
50
Se c
40
0 200 400 600 800 1000 1200
penguapan)
Cha n ne l 1 Cha n ne l 3 Ch an ne l 5
°C Cha n ne l 2 Cha n ne l 4
80
70
60
50
Se c
40
0 20 0 4 00 6 00 8 00 10 00 1 20 0
90
80
70
60
50
Se c
40
0 200 400 600 800 1000 1200
C ha n ne l 1 C ha nn el 3 C ha nn el 5
°C C ha n ne l 2 C ha nn el 4
8 0
7 0
6 0
5 0
Se c
4 0
0 2 00 40 0 6 00 80 0 1 00 0 12 00
52
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
90
80
T (ᵒC)
70
60
50
Sec
40
0 200 400 600 800 1000 1200
keempat
Keterangan grafik :
Ch an n el 1 Ch an n el 3 C ha n ne l 5
°C Ch an n el 2 Ch an n el 4
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 20 0 4 00 6 00 8 0 0 1 0 00 1 20 0
Ch an n el 1 Ch an n el 3 C ha n ne l 5
9 0
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 20 0 4 00 6 00 8 0 0 1 0 00 1 20 0
Ch an ne l 1 C ha n ne l 3 Ch an n el 5
°C Ch an ne l 2 C ha n ne l 4
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 20 0 40 0 6 00 8 00 1 00 0 1 2 00
penguapan)
9 0
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 20 0 4 00 6 00 8 0 0 1 0 00 1 20 0
C ha nn e l 1 C h an ne l 3 Ch an n el 5
90
80
70
60
50
S ec
40
0 2 00 40 0 6 00 80 0 1 00 0 1 2 00
53
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
100
80
60
T (ᵒC)
40
20
Sec
t (s)
Grafik 4.4 Grafik temperatur terhadap waktu pengeringan percobaan
kelima
Keterangan grafik :
100
80
60
40
20
S ec
Ch an ne l 1 Ch a nn el 3 Ch an ne l 5
10 0
8 0
6 0
4 0
2 0
Se c
0 2 00 4 0 0 60 0 8 00 10 00 12 0 0
Ch an n el 1 Ch an n el 3 C ha n ne l 5
°C Ch an n el 2 Ch an n el 4
8 0
6 0
4 0
2 0
S ec
0 2 00 4 0 0 60 0 80 0 1 0 00 1 2 00
penguapan)
1 00
80
60
40
20
Se c
0 2 00 40 0 6 00 80 0 1 0 00 1 20 0
Ch an n el 1 Ch an n el 3 C ha n ne l 5
°C Ch an n el 2 Ch an n el 4
8 0
6 0
4 0
2 0
S ec
0 2 00 4 0 0 60 0 80 0 1 0 00 1 2 00
54
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
100
80
T (ᵒC)
60
40
20
Sec
keenam
Keterangan grafik :
Ch an n el 1 Ch an n el 3 C ha n ne l 5
1 00
8 0
6 0
4 0
2 0
S ec
0 20 0 4 00 6 00 8 0 0 1 0 00 1 20 0
10 0
8 0
6 0
4 0
2 0
S ec
0 2 00 40 0 60 0 80 0 10 0 0 12 00
penguapan)
Ch an ne l 1 C ha n ne l 3 Ch an n el 5
10 0
8 0
6 0
4 0
2 0
S ec
0 20 0 40 0 6 00 8 00 1 00 0 1 2 00
Ch an ne l 1 C ha nn e l 3 Ch an n el 5
°C Ch an ne l 2 C ha nn e l 4
8 0
6 0
4 0
2 0
Se c
0 20 0 4 0 0 6 00 80 0 10 0 0 1 2 00
100
80
60
40
20
Se c
55
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
100
80
T (ᵒC)
60
40
20
Sec
t (s)
Grafik 4.6 Grafik temperatur terhadap waktu pengeringan percobaan
ketujuh
Keterangan grafik :
C ha n ne l 1 C ha nn el 3 C ha nn el 5
°C C ha n ne l 2 C ha nn el 4
8 0
6 0
4 0
2 0
Se c
0 2 00 40 0 6 00 80 0 1 00 0 12 00
C ha nn e l 1 C h an ne l 3 Ch an n el 5
10 0
80
60
40
20
S ec
0 2 00 40 0 6 00 80 0 1 00 0 1 2 00
Cha n ne l 1 Cha n ne l 3 Ch an ne l 5
°C Cha n ne l 2 Cha n ne l 4
80
60
40
20
Se c
0 20 0 4 00 6 00 8 00 10 00 1 20 0
penguapan)
100
80
60
40
20
S ec
Cha n ne l 1 Cha n ne l 3 Ch an ne l 5
°C Cha n ne l 2 Cha n ne l 4
80
60
40
20
Se c
0 20 0 4 00 6 00 8 00 10 00 1 20 0
56
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
90
80
T (ᵒC)
70
60
50
Sec
40
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
Grafik 4.7 Grafik temperatur terhadap waktu pengeringan percobaan
keempat
Keterangan grafik :
C ha nn el 1 Ch an ne l 3 Ch an ne l 5
°C C ha nn el 2 Ch an ne l 4
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 2 00 4 00 60 0 8 00 10 00 1 20 0
90
80
70
60
50
Se c
40
0 200 400 600 800 1000 1200
Ch an ne l 1 C ha n ne l 3 Ch an n el 5
9 0
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
4 0
0 20 0 40 0 6 00 8 00 1 00 0 1 2 00
penguapan)
80
70
60
50
40 Se c
Ch an ne l 1 Ch an ne l 3 Ch an ne l 5
°C Ch an ne l 2 Ch an ne l 4
8 0
7 0
6 0
5 0
Se c
4 0
0 2 00 4 00 6 00 8 00 1 00 0 1 20 0
57
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
140
120
T (ᵒC)
100
80
60
Sec
40
0 200 400 600 800 1000 1200
t (s)
1 40
1 20
1 00
80
60
Se c
40
0 2 00 40 0 6 0 0 8 00 10 00 1 20 0
° C
140
120
C ha nne l
C ha nne l
1
2
C ha nne l
C ha nne l
3
4
C ha nne l 5
: Temperatur diluar tabung pada silinder kedua
100
80
60
S ec
40
0 200 400 600 800 1000 1200
C ha nn e l 1 C ha nn el 3 Cha nn e l 5
14 0
12 0
10 0
80
60
Se c
40
0 2 00 4 00 60 0 80 0 10 00 1 20 0
14 0
12 0
10 0
80
60
S ec
40
0 200 400 600 800 100 0 1200
C ha n ne l 1 Ch an n el 3 Ch an ne l 5
°C C ha n ne l 2 Ch an n el 4
12 0
10 0
8 0
6 0
S ec
4 0
0 20 0 40 0 60 0 80 0 10 0 0 12 00
penguapan)
58
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
120
100
T (ᵒC)
80
60
40
Sec
10 0
8 0
6 0
4 0
S ec
0 5 00 10 00 1 50 0 2 00 0 25 0 0
12 0
10 0
8 0
6 0
4 0
S ec
0 5 00 10 00 1 50 0 2 00 0 25 0 0
Ch an ne l 1 C ha nn e l 3 Ch an n el 5
°C Ch an ne l 2 C ha nn e l 4
10 0
8 0
6 0
4 0
Se c
0 5 0 0 1 00 0 1 5 00 20 0 0 2 50 0
1 20
1 00
80
60
40
Se c
0 500 10 00 1500 2000 25 00
Ch an ne l 1 C ha n ne l 3 Ch an n el 5
°C Ch an ne l 2 C ha n ne l 4
10 0
8 0
6 0
4 0
S ec
0 50 0 1 00 0 1 5 00 2 00 0 25 0 0
penguapan)
59
120
100
80
60
chanel 1
T (°C)
chanel 2
40 chanel 3
chanel 4
chanel 5
20
0
74 22 70 18 66 14 62 10 58 06 54 02 50 98 46 94 42 90 38 86
13 14 1 4 1 5 15 16 1 6 1 7 17 1 8 18 19 1 9 1 9 20 20 2 1 21 22 2 2
t (s)
kesebelas
Keterangan grafik :
penguapan)
60
Channel 1 Channel 3 Channel 5
°C Channel 2 Channel 4
90
80
T (ᵒC)
70
60
50
Sec
9 0
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
0 20 0 4 00 6 00 80 0 10 00 1 20 0
9 0
8 0
7 0
6 0
5 0
S ec
0 20 0 4 00 6 00 80 0 10 00 1 20 0
80
70
60
50
Se c
0 200 400 600 800 1000 1200
90
80
70
60
50
S ec
80
70
60
50
Se c
0 2 00 400 600 800 10 00 1200
penguapan)
61
Gambar 4.12 Sebelum modifikasi
Keterangan :
62
63
Gambar 4.13 Sesudah modifikasi
Keterangan :
64
12. Blower fan
13. Cycle-converter yang ditambahkan berfungsi untuk mengatur putaran
poros motor sesuai putaran poros screw yang diinginkan guna untuk
memaksimalkan kapasitas pengeringan (kg/jam), penurunan kadar air
dan efisiensi sistem.*
Catatan :
*=Modifikasi Alat
65
Gambar 4.15 Tampak samping
66
Gambar 4.16 Detail hopper
67
Gambar 4.17 Detail casing dan isolator panas
68
Gambar 4.18 Detail rangka
69
Gambar 4.20 Detail burner
70
(a)
(b)
71
Gambar 4.22 Rangka alat pengering
72
Gambar 4.24 Screw
73
Gambar 4.26 Spesifikasi controller motor
74
Gambar 4.28 Spesifikasi speed reduser
75
Lampiran Foto Proses Kegiatan
Gambar 4.30 Proses penambahan luas tempat jatuh biji kakao yang
terpasang pada silinder tabung 1,2 dan 3
76
Gambar 4.31 Pemerataan screw
77
Proses Pemasangan
78
Lampiran Foto Proses Pengambilan Data
79
Gambar 4.36 Pengukuran kadar air
80
Gambar 4.38 Biji kakao setelah pengeringan
81
(a).
82
(b).
83
5 Fuel Oil 9.766 kkal/m3
6 Batu Bara 4.800 kkal/kg
Absolute Specific
Specific Specific
Temperature pressure Density Heat
volume Entropy
-t- - p- - ρ- - cp -
-v- -e-
(oC) (kN/m2, (kg/m3) (kJ/(kg
(10-3 (kJ/(kg
kPa) K))
m3/kg) K))
84