Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KARAHA


Periode 2 Januari 2020 – 2 Februari 2020

Disusun Oleh:
Imam Sobirin
NIM 17/413555/TK/45995

Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Nunung Prabaningrum, M.T.
NIP 196804011992032002

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
JUDUL

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KARAHA


2 Januari 2020 – 2 Februari 2020

Disusun oleh :
Imam Sobirin 17/413555/TK/45995

Dosen Pembimbing Kerja Praktik


Teknik Fisika UGM

Dr. Ir. Nunung Prabaningrum, M.T.


NIP 196804011992032002

Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
Fakultas Teknik UGM

Nopriadi, S.T., M.Sc., Ph.D


NIP 197311192002121002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
JUDUL

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KARAHA


2 januari 2020 – 2 Februari 2020

Disusun oleh :
Imam Sobirin
(17/413555/TK/45995)

Telah disetujui dan disahkan:


Yogyakarta, Februari 2020

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknik Nuklir dan Dosen Pembimbing Kerja Praktik


Teknik Fisika Teknik Fisika UGM
Fakultas Teknik UGM

Nopriadi, S.T., M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Nunung Prabaningrum, M.T.


NIP 197311192002121002 NIP 196804011992032002

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena dengan rahmat
dan karuna-Nya penulis dapat menyelesaikan kerja praktik dan laporan kerja praktik
di PT Pertamina Geothermal Energy Area Karaha yang berjudul “judul”. Laporan
ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kerja praktik kepada perusahaan
dan pemenuhan tugas akademik dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika
(DTNTF). Selain itu, tujuan penulisan laporan kerja praktik ini adalah untuk
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pengarung Non Condensable
Gas (NCG) pada efsiensi turbin.
Dalam proses pelaksanaan kerja praktik hingga penyusunan laporan ini,
tidak terlepas dari begitu banyak bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak
sehingga kegiatan in dapat berjalan lancar. Oleh karena itu Penulis sampaikan
terimakasih kepada:
1. Orangtua, kakak, serta keluarga yang tak henti-henti mendoakan serta
mendorong Penulis untuk selalu bersemangat sehingga penulis mampu
menyelesaikan kerja praktik dan menyusun laporan ini.
2. Bapak Nopriadi, S.T., M.Sc., Ph.D, selaku ketua Departemen Teknik Nuklir
dan Teknik Fisika.
3. Ibu Dr. Ir. Nunung Prabaningrum, M.T., selaku pembimbing kerja praktik dari
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika.
4. Bapak Indrayanto, selaku pembimbing lapangan selama kerja praktik di PT
Pertamina Geothermal Energy Area Karaha.
5. Teman-teman di ruang operasi yang sudah menyediakan lingkungan yang
nyaman dan selalu menjadi mentor selama kerja praktik.
6. Keluarga Ma Kayah yang sudah menyediakan tempat tinggal selama kerja
praktik.
7. Hafid, Adit, dan Febri selaku teman seperjuangan dan teman sekontrakan yang
memberikan banyak bantuan.
8. Serta pihak-pihak lain yang Penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan kerja praktik dan menyusun laporan
ini.

iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena
adanya keerbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis
siap menerima kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap, semoga laporan
ini dapa bermanfaat bagi pembaca.

Tasikmalaya, Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

LAPORAN KERJA PRAKTIK ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Alur Kerja Praktik ........................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.5 Tempat Pelaksanaan ......................................................................................... 2
1.6 Waktu Pelaksanaan .......................................................................................... 2
1.7 Metodologi Penelitian ....................................................................................... 2
1.8 Sistematika Laporan ......................................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................................. 4

TINJAUAN UMUM INSTANSI ....................................................................................... 4

2.1 PT Pertamina Geothermal Energy .................................................................. 4


2.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................. 6
2.3 Logo Perusahaan ............................................................................................... 6
2.4 Tata Nilai Perusahaan ...................................................................................... 6
2.5 Area Panas Bumi Karaha................................................................................. 7
2.6 Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................................... 7

BAB III................................................................................................................................ 8

SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK .......................................................................... 8

3.1 Komponen Pembangkit ....................................................................................... 8


3.2 Alur Pembangkitan ........................................................................................... 13

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................. 17

4.1 Pendahuluan .................................................................................................... 17

vi
4.2 Landasan Teori ............................................................................................... 17
4.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................................... 17

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 18

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 18


4.2 Saran ................................................................................................................. 18

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR TABEL

ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi panas bumi adalah sumber energi panas yang mengandung air panas, uap air,
dan batuan yang mengandung mineral dan gas yang tidak bisa di separasi di dalam sistem
panas bumi. Energi panas bumi relatif ramah lingkungan dan menghasilkan emisi gas
rumah kaca yang sangat sedikit. Pemanfaatan energi panas bumi juga dapat mengurangi
kebergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Indonesia memiliki 40% potensi panas bumi dunia, yang tersebar di 276 lokasi di
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Barat. Indonesia menempati posisi
ketiga setelah Amerika Serikat dan Filipina dalam pemanfaatan energi panas bumi sebagai
pembangkit listrik. Saat ini Indonesia tengah memanfaatkan 1.403,5 MW dari total 29.038
MWe potensi panas bumi di Indonesia.
Pada unit pembangkit listrik tenaga panas bumi pasti akan kita jumpai instalasi
perpipaan uap atau biasa disebut pipeline. Pipeline ini memiliki fungsi untuk menyalurkan
uap dari kepala sumur ke unit pembangkit. Material yang lazim digunakan dalam
pembuatan pipeline untuk industri panas bumi ialah logam. Logam dipilih karena memiliki
mechanical properties yang cocok untuk mengalirkan uap bertekanan dan bersuhu tinggi,
seperti nilai yield strength yang tinggi serta nilai titik leleh yang juga tinggi. Namun logam
juga memiliki kekurangan, salah satu kekurangan dari logam adalah sifat yang mudah
korosi atau berkarat. Korosi atau karat adalah reaksi elektokimia dalam mencapai
kesetimbangan termodinamika dalam suatu sistem, jadi korosi merupakan kesetimbangan
thermodinamika logam dengan lingkungannya seperti dengan air, udara, dan tanah yang
berusaha mencapai kesetimbangan. Logamdikatakan setimbang bila logam membentuk
oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil atau memiliki energy yang paling rendah.
Korosi juga merupakan proses degradasi atau perusakan material yang terjadi
disebabkan oleh pengaruh lingkungan disekitarnya, yang dimaksud lingkungan dalam hal
ini adalah dapat berupa udara dan sinar matahari serta embun dapat berupa air tawar, air
danau, air sungai, air laut dan juga tanah yang dapat berupa tanah pertanian, tanah pasir,
tanah kapur dan juga tanah rawa. Hal ini sangat bergantunng dari tempat material tersebut
ditempatkan.
Karena logam memiliki sifat mudah mengalami korosi, maka diperlukan pengecekan
kelayakan pipa secara berkala. Hal ini berfungsi untuk memantau keadaan pipa aktual,
selain itu pengecekan ini juga berfungsi untuk mencegah kebocoran pada pipa uap. Karena

1
selain berbahaya, kebocoran pada pipa uap pada industri pembangkit listrik akan sangat
merugikan
1.2 Alur Kerja Praktik
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan kerja praktik ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada
beberapa hal berikut:
1. Proses pembangkitan pada PT Pertamina Geothermal Energy Area Karaha.
2. Prinsip kerja masing-masing komponen pada pembangkit.
3. Analisa pengaruh volume Non Condensable Gas (NCG) terhadap efisiensi turbin.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan dan kerja praktik ini adalah:
1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana di Program Studi
Teknik Fisika, Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM.
2. Memperoleh pengalaman secara nyata tentang implementasi ilmu pengetahuan yang
selama ini diperoleh di Departemen teknik Nuklir dan Teknik Fisika.
3. Sebagai adaptasi mengenai lingkungan kerja dan perilaku kerja profesional nyata di
lapangan.
Tujuan khusus penulisan dari kerja praktik ini adalah:
1. Mencari pengalaman kerja pada bidang .........
2. Aa
3. Menguakan hubungan baik antara PT Pertamina Geothermal Energy dengan institusi
pendidikan terutama Universitas Gadjah Mada.
1.5 Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktik ini dilaksanakan di PT Pertamina Geothermal Energy Area Karaha, Jalan
Karaha Bodas, Kampung Ciselang, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Kadipaten,
Kabupaten Tasikmalaya. Penempatan pada Kerja Praktik ini adalah funsi operasi.
1.6 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Kerja Praktik di PT Pertamina Geothermal Energy Area Karaha dilakukan
selama 1 bulan (2 Januari 2020 – 2 Februari 2020).
1.7 Metodologi Penelitian
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan laporan adalah
sebagai berikut
a. Studi Literatur

2
Cara studi literatur merupakan cara pertama yang dilakukan. Studi literatur dilakukan
dengan menggunakan beberapa referensi dari internet dan dokumen dari PT
Pertamina Geothermal Energy Area Karaha.
b. Observasi Lapangan
Penulis melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengamati sistem
pembangkit secara langsung. Penulis lebih mudah dalam memvisualisasikan sebelum
melakukan analisa sistem.
c. Interview dan Diskusi
Wawancara dan diskusi ringan dengan beberapa Pegawai PT Pertamina Geothermal
Energy Area Karaha merupakan cara paling efektid dan paling sering dilakukan.
Melalui diskusi dan interview ini berbagai data didapatkan dan mereka mengetahui
hampir seluruh alat dan proses disana. Sehingga penulis dapat mengetahui masalah apa
saja yang sering terjadi, serta data-data lisan maupun nilainya.
1.8 Sistematika Laporan
Laporan kerja praktik ini terdiri dari 4 bab dengan sistematika laporan yang
digunakan sebagai berikut:
 BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahulan berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan,
tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik, metode penulisan yang digunakan dan
sistematika penulisan
 BAB II TINJAUAN UMUM INSTANSI
Membahas tentang gambaran umum perusahaan seperti: sejarah perusahaan, produk
yang dihasilkan oleh perusahaan, proses produksi, struktur organisasi PT Pertamina
Geothermal Energy Area Karaha
 BAB III SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK
Bab sistem pembangkitan listrik berisi komponen sistem pembangkit listrik dan alur
pembangkitan listrik.
 BAB IV PEMBAHASAN
Bab pembahasan berisi landasan teori dan pembahasan permasalahan.
 BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM INSTANSI
2.1 PT Pertamina Geothermal Energy
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina
(Persero) yang berdiri sejak tahun 2006. PGE telah diamanahkan oleh pemerintah untuk
mengembangkan 14 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Perusahaan ini
91,09% sahamnya dipegang oleh PT Pertamina (Persero) dan 8,91% sisanya dipegang oleh
PT Pertamina Pedeve Indonesia.
PGE bergerak di bidang pemanfaatan energi panas bumi berdasarkan Akta Nomor 10
tanggal 12 Desember 2006 dan mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia tertanggal 3 Januari 2007. Pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia
telah dimulai sejak 1974, dengan adanya aktivitas eksplorasi dan eksploitasi oleh Pertamina
yang mengidentifikasi 70 Wilayah panas bumi di nusantara, yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan energi listrik. Wilayah tersebut tersebar di seluruh Indonesia antara
lain Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi. Upaya ini menunjukka
keberhasilan dengan diresmikannya lapangan Kamojang di daerah Jawa Barat pada tanggal
29 Januari 1983.
Energi panas bumi lapangan tersebut digunakan untuk menggerakkan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit 1 dengan kapasitas pembangkitan
sebesar 30 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama kali beroperasi PLTP Monoblok 2 MW
di daerah Sibayak-Brastagi. Pada 2004, PLTP pertama di Sulawesi dengan kapasitas 20
MW beroperasi di daerah Lahendong.
Dengan diberlakukannya Keppres Nomor 76 Tahun 2000, maka Pertamina tidak lagi
memiliki hak monopoli pengelolaan energi panas bumi di Indonesia. Oleh sebab itu,
Pertamina mengembalikan 16 dari 31 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) panas bumi yang
dikelolanya kepada pemerintah.
Pada tanggal 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina
(Persero). Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2003, PT Pertamina (Persero)
diamanatkan untuk mengalihkan usaha panas bumi yang selama ini dikelola untuk
dialihkan kepada Anak Perusahaan paling lambat dua tahun setelah perseroan
terbentuk. Untuk itu, PT Pertamina (Persero) membentuk PT Pertamina Geothermal
Energy (Perusahaan) sebagai anak Perusahaan yang akan mengelola kegiatan usaha
dibidang panas bumi. Perusahaan akhirnya didirikan berdasarkan akta Nomor 10 tanggal

4
12 Desember 2006 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor W7-00089HT.01.01-
TH.2007 tertanggal 3 Januari 2007.
Maksud didirikannya perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang
energi panas bumi dari sisi hulu dan/atau sisi hilir, baik di dalam maupun di luar negeri
serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang panas bumi
tersebut dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Berikut adalah perkembangan PGE mulai 1974 sampai tahun...
 1974 – Penugasan pemerintah kepada Pertamina untuk melakukan survei sumber panas
bumi dan melakukan eksplorasi serta eksploitasi untuk menghasilkan energi listrik
berdasarkan UU No. 8 tahun 1971 jo. Keppres 64/1971 jo.
 1983 – PLTP Area Kamojang unit I resmi beroperasi, berkapasitas 30 MegaWatt (MW)
dengan memanfaatkan energi panas bumi dari lapangan Kamojang Provinsi Jawa Barat.
 1987 – PLTP Area Kamojang unit II dan III (2 x 55 MW) mulai beroperasi secara
komersial.
 1996 – PLTP Area Sibayak Monoblok resmi beroperasi, berkapasitas 2 MegaWatt
(MW) yang terletak di WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung, Provinsi Sumatera
Utara.
 2001 – PLTP Lahendong Unit I berkapasitas 20 MW beroperasi, memanfaatkan energi
panas bumi dari Lapangan Lahendong, Provinsi Sulawesi Utara.
 2006 – PT Pertamina Geothermal Energy didirikan sebagai anak perusahaan PT
Pertamina (Persero), yang mengelola kegiatan usaha di bidang panas bumi. Pendirian
perusahaan berdasar Akta No. 10 tanggal 12 Desember 2006, dan telah mendapat
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
Surat Nomor W7-00089HT.01.01-HT.2007 tertanggal 3 Januari 2007.
 2007 – PLTP Area Lahendong unit II resmi beroperasi, berkapasitas 20 MegaWatt
(MW) yang terletak di WKP Lahendong, Provinsi Sulawesi Utara.
 2008 – PLTP Area Kamojang unit IV resmi beroperasi, berkapasitas 60 MW yang
terletak di WKP Kamojang, Provinsi Jawa Barat. PLT Area Sibayak unit I dan II resmi
beroperasi, berkapasitas 2x5 MW yang terletak di WKP Gunung Sibayak-Gunung
Sinabung, Provinsi Sumatera Utara.
 2009 – PLTP Area Lahendong unit II resmi beroperasi, berkapasitas 20 MW yang
terletak di WKP Lahendong. Provinsi Sulawesi Utara.

5
 2011 – PLTP Area Lahendong unit IV resmi beroperasi, berkapasitas 20 MW yang
terletak di WKP Lahendong Provinsi Sulawesi Utara.
 2012 – PGE Area ulubelu Unit I dan II (2x55 MW) mulai beroperasi komersial, WKP
ini terletak di Ulubelu, Lampung. Diresmikan oleh Presiden RI pada 6 Desember 2012.
 2015 – PGE Area Kamojang unit V (35 MW) mulai beroperasi komersial, WKP ini
terletak di WKP Kamojang, Provinsi jawa barat. Diresmikan oleh Presiden RI pada 5
Juli 2015.
 2016 – PLTP Lahendong Unit V dan VI (2x20 MW) Sulawesi utara dan PLTP Ulubelu
Unit III (55 MW) mulai beroperasi komersial. Diresmikan oleh Presiden RI Desember
2016.
 2017 – PLTP Ulubelu unit IV berkapasitas 55 MW resmi beroperasi secara komersial
pada 25 Maret 2017.
 2018 – PLTP karaha unit I berkapasitas 20 MW telah beroperasi secara komersial pada
6 April 2018.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
- Visi : World Class Geothermal Energy Enterprise
- Misi : Melakukan usaha pengembangan energi geothermal seara optimal yang
berwawasan lingkungan dan memberi nilai tambah bagi stakeholder
2.3 Logo Perusahaan

2.4 Tata Nilai Perusahaan


Nilai-nilai budaya yang diterapkan diseluruh lini kegiatan perusahaan dan pada setiap
insan PGE dalam melaksanakan dan menyelenggarakan usahanya dirumuskan sebagai
bagian dari PT Pertamina (Persero), yakni tatanan nilai Six-C(6C), yaitu:
1.Clean
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap,
menjujung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola
korporasi yang baik.

6
2.Competitive
Mampu berkompetensi dalam skala nasional dan intenasional, mendorong pertumbuhan
melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
3.Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki kompetensi dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
4.Customer focused
Beriorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5.Commercial
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan
prinsi-prinsip bisnis yang sehat.
6.Confident
Berperan dalam membangun ekonomi nasional, menjadi pelopor usaha panas bumi dan
membangun kebanggaan bangsa.
2.5 Area Panas Bumi Karaha
2.6 Struktur Organisasi Perusahaan

7
BAB III
SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK
3.1 Komponen Pembangkit
3.1.1 Steam Above Ground System (SAGS)
Steam Above Ground System (SAGS) adalah sistem pemipaan di atas tanah dari
kepala sumur hingga sampai ke Geothermal Power Plant (GPP). Setiap pipa akan
silapisi isolator panas untuk meminimalisir panas yang terbuang ke lingkungan.
SAGS terdiri dari beberapa komponen yakni:
1. Well Head
Well head berfungsi untuk mengendalikan aliran dari uap panas menggunakan
valve. Valve menggunakan dua aliran, dimana aliran pertama untuk aliran
utama dan aliran kedua untuk cadangan apabila aliran pertama terkikis atau
rusak. Sumur terbagi menjadi dua yaitu sumur produksi dan sumur injeksi.
Sumur produksi berfungsi untuk mengambil uap panas yang berasal dari
reservoir. Sedangkan sumur injeksi berfungsi untuk menginjeksi
(memasukkan) kondensat kembali ke dalam perut bumi.
2. Support
Support berfungsi untuk menyangga pipa. Terdapat tiga jenis support yang
digunakan yaitu:
 Fixed Support: untuk menjaga agar posisi pipa tetap dan tidak
bergeser.
 Free Support: unruk menjaga agar pipap dapat bergeser ke samping
ketika terjadi pemuaian atau ketika uap mengalir di elbow pipa.
 Guide Support: untuk menjaga agar pipa tidak bergerak ke samping
dan tetap lurus ke satu arah.
3. Condensate Drain Pot
Condensate drain pot berfungsi untuk menampung kondensat uap yang
terkondensasi sepanjang aliran pipa.
4. Loop Pipe
Loop pipe berfungsi untuk mencegah agar pipa tidak rusak ketika terjadi
pemuaian dan untuk mempertahankan tekanan uap. Loop pipe memiliki dua
jenis yaitu vertical loop pipe dan horizontal loop pipe.
3.1.2 Separator

8
Separator adalah komponen yang berfungsi untuk memisahkan fase gas dan
fase cair suatu campuran. Separator digunakan agar kualitas uap yang berasal dari
sumur meningkat. Secara umum separator dibagi menjadi dua jenis, yaitu
separator horizontal dan vertikal. Separator vertikal biasa dipakai untuk rasio fasa
gas/fasa liquid yang tinggi (entalpi tinggi). Sedangkan separator horizontal
umumnya digunakan untuk memisahkan uap air dari campuran fluida dangan rasio
fasa gas/fasa liquid yang rendah (Svrec & Monnery, 1993).
Separator horizontal mengandalkan proses pengendapan karena graviasi
sebagai mekanisme pemisahannya. Sedangkan separator vertikal mengandalkan
gaya sentrifugal, dimana fasa cair yang memiliki massa lebih besar akan menuju
pinggir tabung sedangkan fasa gas ada di tengah. Fasa gas akan naik ke atas dan
masuk ke dalam tabung untuk menuju outlet (Zarrouk & Purnanto, 2015).
Separator vertikal dapat dibagi lagi manjadi dua tipe, yaitu Verical Top Outlet
Cyclone (TOC) dan Bottom Outlet Cyclone Separator (BOC) (Zarrouk & Purnanto,
2015).

Bottom Outlet Cyclone Separator (Santoso & Zarrouk, 2017)


3.1.3 Atmospheric Flash Tank (AFT)
Atmospheric Flash Tank (AFT) adalah komponen yang berfungsi untuk
menurunkan tekanan brine sebelum memasuki pond. Brine yang berasal dari
separator memiliki suhu dan tekanan yang lebih tinggi dibanding lingkungan.
Penurunan tekanan perlu dilakukan supaya brine dapat dialirkan dengan lancar,
tidak menyembur ke berbagai arah.

9
AFT hanya digunakan pada PLTB yang menerapkan sistem cold reinjection dan
menggunakan pond di dalamnya. Pada PLTB yang menerapkan hot reinjection
AFT hanyalah komponen cadangan yang digunakan apabila brine booster pump
tidak berfungsi. Saat brine booster pump mengalami gagal fungsi maka Emergency
Dump Valve akan terbuka dan mengalirkan brine ke AFT.
3.1.4 Rock Muffler

Pada umumnya rock muffler adalah komponen yang berfungsi untuk membuang
uap ketika terjadi kelebihan tekanan di dalam pipa. Rock muffler digunakan agar
steam yang akan dibuang mengalami penurunan tekanan. Di dalam rock muffler
terdapat bebatuan yang berfungsi untuk meredam suara dan menurunkan tekanan.

3.1.5 Pond
Pond adalah komponen yang berfungsi untuk menampung kondensat (brine)
yang akan diinjeksikan ke dalam reservoir. Di pond, brine akan didinginkan dan
dikondisikan agar pHnya mengalami kenaikan. Jika pond sudah terisi mencapai
batas yang ditentukan maka kondensat dalam pond akan dipompa oleh pond pump
menuju sumur reinjeksi.
3.1.6 Scrubber
3.1.7 Blowdown Tank
3.1.8 Turbin
Turbin adalah komponen yang berfungsi untuk memanfaatkan energi alir fluida
menjadi putaran mekanik. Turbin yang digunakan adalah
3.1.9 Generator
3.1.10 Main Condenser
Condenser (kondensor) adalah alat penukar kalor (heat exchanger) yang
berfungsi untuk mengkondensasi uap bekas dari turbin tekanan rendah (low
pressure turbine) menjadi titik-titik air (kondenset) dan air yang terkondensasi
menjadi air akan ditampung pada hotwell (Bono & Widyaningsih, 2014).
Kondensor dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu direct contact condenser dan
surface condenser.
Pada direct contact condenser fluida pendingin mengalami kontak langsung
dengan steam yang ingin didinginkan sehingga terjadi pertukaran kalor. Fluida
pendingn akan disemprotkan (spray) ke dalam kondensor. Kalor dari steam akan
berpindah ke fluida pendingin sehingga steam yang dalam kedaan saturasi akan

10
berubah fasa menjadi cair (kondensat). Perpindahan panas tersebut akan
menyebabkan naiknya suhu fluida pendingin yang bercampur dengan kondensat.
Prinsip kerja pada surface condenser adalah proses perpindahan kalornya
dilakukan dengan cara mengalirkan steam ke dalam suatu ruangan yang berisi pipa-
pipa (tubes). Steam mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan fluida
pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side) (Bono & Widyaningsih, 2014).
3.1.11 Steam Jet Ejector
Prinsip kerja steam jet ejector adalah mengubah energi tekanan dari uap penggerak
menjadi energi kecepata. Proses perubahan energi terjadi ketika uap penggerak
(motive steam) dialirkan masuk inlet nozzle, selanjutnya uap penggerak diekspansi
oleh nozzle sehingga terjadi penurunan tekanan dan peningkatan kecepatan.
Tekanan di sekitar mulut outlet nozzle menjadi rendah. Tekanan di sekitar mulut
outlet nozzle tersebut lebih rendah daripada tekanan gas yang ingin dihisap
sehingga menyebabkan gas tersebut terhisap oleh steam jet ejector (Fikran, et al.,
2013)
3.1.12 Inter Condenser
Inter condenser adalah kondenser yang berfungsi untuk mengkondensasi
campuran motive steam dan NCG yang dihisap oleh steam jet ejector. Sistem kerja
dari inter condenser sama dengan main condenser. Suplai fluida pendingin berasal
dari Auxillary Cooling Water. Hasil dari proses kondensasi akan menghasilkan
kondensat yang dialirkan ke main condenser dan NCG yang sudah lebih kering.
3.1.13 Liquid Ring Vacuum Pump (LRVP)
Liquid ring vacuum pump berfungsi untuk menyedot NCG dari inter condenser.
selain itu LRVP juga secara tidak langsung membantu kinerja steam jet ejector
untuk mengurangi tekanan di main condenser.
LRVP menggunakan seal berupa air yang disuplai oleh ACW. Water seal akan
mengkondensasi steam yang bercampur dengan NCG ketika melaluinya. Karena
terjadi proses kondensasi maka akan ada faca cair di dalam gas tersebut. Untuk
memisahkannya maka gas dialirkan ke gas separator
3.1.14 Gas Separator
NCG dan steam yang telah melewati LRVP mengandung fasa cir di dalamnya.
Untuk memisahkannya dari NCG maka dilakukan proses separasi. Prinsip kerja
gas separator sama dengan separator sebelumnya. Hasil dari proses separasi ini

11
adalah NCG kering yang akan dialirkan ke cooling tower untuk dibuang ke
lingkungan dan kondensat yang akan dialirkan ke main condenser.
3.1.15 Cooling Tower

Cooling tower adalah komponen yang berfungsi untuk mendinginkan cooling


water dari condenser. Cooling tower akan mendisipasikan kalor ke lingkungan.
Berdasarkan mekanisme atransfer kalornya cooling tower dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu: wet (direct contact), dry (surface contact), dan wet-dry (combination).

Berdasasarkan mekanisme aliran udaranya, cooling tower dibagi menjadi tiga


yaitu: mechanical draft, natural draft, dan hybrid draft. Sedangkan berdasarkan
pola alirannya wet cooling tower dibagi menjadi cross flow dan counter flow.
Komponen-komponen cooling tower adalah sebagai berikut:

1. Fan
Fan berfungsi untuk menarik udara dingin dari luar untuk mendinginkan
cooling woter.
2. Fans stack
Fan stack adalah sebuah cerobong berbentuk corong yang berfungsi sebagai
saluran membuang Non Condensable Gas (NCG).
3. Basin
Basin berfungsi untuk menampung cooling water setelah didinginkan.
4. Fill Pack
Fill pack berfungsi untuk memecah air menjadi butiran butiran
5. Fill Bar
Fill bar berfungsi untuk tempat perpindahan panas antara udara dan cooling
water.
6. Nozzle Spray
Nozzle spray water berfungsi untuk menyemprotkan cooling water yang akan
didinginkan agar luas permukaan cooling water menjadi lebih besar dan
perpindahan panas terjadi lebih cepat.
3.1.16 Closed and Auxillary Cooling Water
Closed cooling water (CCW) adalah sistem pendingin yang digunakan untuk
mendinginkan beberapa komponen, diantaranya: generator, lube oil, dan
kompressor. Aliran CCW bersifa closed loop dengan CCW pump sebagai

12
pendorongnya. Air dalam CCW akan cenderung tetap, namun apabila diperlukan
tambahan atau penggantian air maka air diambil dari penampungan air dari mata
air.
Auxillary Cooling Water (ACW) adalah sistem pendingin tambahan yang
digunakan untuk beberapa keperluan seperti: memasok air untul sealing vacuum
pump, memasok air pendingin untuk inter condenser dan after condenser, dan
mendinginkan CCW. Aliran ACW bersifat terbuka dengan suplai air yang berasal
dari basin cooling tower. Air tersebut dipompa oleh auxillary cooling water pump.
3.1.17 Lubricant Oil System
Oil Lube Sytem adalah sistem pelumas komponen-komponen pembangkit yaitu
bearing turbin dan bearing generator. Komponen dilumasi agar tidak timbul panas
dan tidak mudah rusak. Selain itu, oil juga digunakan untuk menghilangkan
kotoran yang timbul akubat gesekan pada bearing dan shaft turbin atau generator.
Fluida pelumas dipompa menggunakan Main Oil Tank (MOT). Sebelum masuk
turbin, oil akan disaring menggunakan oil filter dan akan didinginkan terlebih
dahulu. Setelah keluar dari turbin, oil dalam kondisi panas dan akan terbentuk uap
air di dalamnya. Uap air dikeluarkan menggunakan oil vapor extractor
(Supriyanto, 2018).

3.2 Alur Pembangkitan


3.2.1 Fluid Collecting and Recovery System (FCRS)
Sistem Fluid Collecting and Recovery System (FCRS) terdiri dari beberapa
komponen utama, yaitu: sumur dan kepala sumur produksi, separator, Atmospheric
Flash Thank (AFT), pond, dan sumur reinjeksi.
Siklus dasar pembangkitan listrik di PLTP dimulai dari proses pengambilan
steam dari perut bumi. PLTP Area Karaha memiliki 11 sumur dengan rincian
sebagai berikut:
Kluster Sumur Status
2 KRH-2 Reinjeksi
TLG-3.1 Aktif
3 TLG-3.2 Mati
TLG-3.3 Mati
KRH-4.1 Aktif
4
KRH-4.2 Mati

13
KRH-4.3 Mati
KRH-5.1 Aktif
5 KRH-5.2 Aktif
KRH-5.3 Mati
6 KRH-6.1 Aktif
Steam yang keluar dari kepala sumur masih memiliki dua fasa. Oleh karena itu
steam harus dipisahkan fasa gas dan liquid menggunakan separator.
Di PLTP Area Karaha terdapat 3 tiga separator yaitu di kluster 6, 5, dan 4.
Separator akan memisahkan fasa gas dan liquid. Hasil dari proses di separator
adalah steam kering untuk dialirkan menuju lokasi pembangkitan dan brine.
PLTP Area Karaha menggunakan sistem cold reinjection sehingga brine harus
didinginkan sebelum di reinjeksi ke perut bumi. Brine yang keluar dari separator
memiliki suhu dan tekanan yang masih tinggi. Sebelum ditampung ke pond, brine
terlebih dahulu melewati Atmospheric Flash Tank (AFT) untuk mengurangi
tekanannya. Brine akan ditampung di pond hingga suhunya sama dengan suhu
lingkungan. Apabila brine di pond sudah mencapai batas yang ditetapkan, maka
brine kan di pompa oleh pond pump menuju sumur reinjeksi di KRH-2.
3.2.2 Geothermal Power Plant (GPP)
Sistem Geothermal Power Plant (GPP) adalah sistem yang mengolah steam
menjadi listrik. Aliran steam terlebih dahulu menuju scrubber untuk ditingkatkan
kualitas uapnya. Di dalam scrubber terjadi proses pemisahan steam dari kandungan
air dan pengotornya. Jenis scrubber yang dipakai pada PLTP Area Karaha adalah
tipe multi cyclone scrubber. Steam yang masuk scrubber akan masuk ke ‘tabung’
kecil sehingga di dalamnya terbentuk cyclone. Proses yang terjadi hampir sama
dengan separator. Material yang memiliki massa lebih besar akan terkumpul di
pinggir sedangkan steam akan terkumpul di tengah dan naik.
Steam dari scrubber sebelum masuk turbin akan melewati Pressure Safety Valve
(PSV) sebagai komponen untuk menjaga keamanan sistem. Jika terjadi suatu
kondisi berbahaya yaitu tekanan melebihi ambang aman, maka steam akan dibuang
melalui PSV untuk menghindari pecahnya pipa atau komponen yang lain.
Steam akan masuk turbin melalui dua inlet. Turbin yang dipakai adalah jenis
hibrid yang terdiri dari tujuh sudu, lima diantaranya tipe reaksi dan dua lainnya
adalah tipe impuls. Turbin berfungsi untuk memutar generator sehingga mampu

14
menghasilkan listrik. Di dalam turbin sudu berputar memanfaatkan tiga jenis energi
dari steam, yaitu energi kalor, energi kinetik, dan dari tekanan. Uap yang melalui
turbin akan mengalami penurunan kualitas, tekanan, dan temperatur.
Steam dari turbin harus didinginkan dan dikondensasi dalam main condenser.
Prinsip utama dari condenser adalah dengan terjadinya proses pertukaran panas
(heat exchanger) antara steam dengan fluida pendingin. Condenser memerlukan
fluida pendinginn yang diperoleh dari basin cooling tower. Steam di kondensasi
dengan cara menyemprotkan air secara langsung ke steam dari turbin. Cara ini
biasa disebut direct contact. Steam yang terkondensasi akan mengalami
penyusutan volume yang drastis, hal ini menyebabkan tekanan di dalam condenser
mendekati vakum.
Hasil utama dari condenser adalah kondensat yang memiliki suhu hangat.
Kondensat akan dipompa kembali menuju sumur reinjeksi melalui condensate
pond dan sebagian besar dipompa menuju cooling tower untuk didinginkan. PLTP
Area Karaha menggunaka cooling tower tipe counter flow. Kondensat dari
kondensor akan dipompa menuju cooling tower menggunakan hot well pump.
Proses pendinginan yang terjadi di cooling tower adalah kondensat akan
disemprotkan dari atas cooling tower dan udara pendingin akan masuk dari arah
berlawanan. Kondensat yang sudah didinginkan akan ditampung dalam basin
untuk keperluan lain.
Tidak semua steam dari turbin dapat terkondensasi, terdapat gas-gas yang tidak
dapat terkondensasi biasa disebut Non Condensable Gas (NCG). Gas ini terdiri dari
CO2, H2S, dll. NCG harus dikeluarkan dari condenser. Apabila volume NCG di
dalam condenser cukup banyak maka akan menaikkan tekanan di dalam condenser
(mengurangi kevakuman). Ruang condenser perlu dijaga dalam keadaan vakum
agar aliran steam keluaran turbin dapat mencapai condensor dan laju aliran steam
yang melalui turbin tidak mengalami penurunan. Penurunan laju aliran steam yang
melalui turbin akan menyebabkan berkurangnya produksi beban listrik PLTP.
Penanganan NCG dilakukan oleh Gas Extracting System (GES). GES terdiri
dari beberapa komponen utama, yaitu steam jet ejector, inter condenser, Liquid
Ring Vacum Pump (LRVP), gas separator, dan after condenser. NCG akan dihisap
dari conenser oleh steam jet ejector. Steam jet ejector memiliki prinsip kerja yaitu
menuurunkan tekanan untuk menarik NCG dari condenser. Tekanan di steam jet

15
ejector diturunkan dengan cara mengalirkan motive steam dengan kecepatan tinggi.
Motive steam diambil dari main steam dan dinaikkan kecepatannya dengan nozzle.
Dari steam jet ejector NCG akan bercampur lagi dengan steam sehingga harus
dikondensasi lagi melalui inter condenser. Intercondenser akan mengkondensasi
uap jenuh yang berasal dari motive steam. Cara kerja inter condenser sama dengan
main condenser dengan fluida berasal dari ACW. Setelah melewati inter
condenser NCG akan melalui LRVP sebelum memasuki separator. LRVP memiliki
dua fungsi yaitu untuk membantu menurunkan tekanan main condenser juga
mengkondensasi sisa uap air di NCG dengan seal-nya.
Setelah melewati LRVP, NCG akan memasuki gas separator untuk dipisahkan
fase gas dan liquidnya. Produk fase cair dari intercondenser dan gas separator akan
dialirkan ke main condenser. Selanjutnya NCG dari gas separator dibuang ke
linkungan melalui cooling tower.
Komponen lain dari GES adalah after condenser yang digunakan dalam kondisi
darurat jika intercondenser tidak dapat digunakan. Steam dari steam jet ejector
akan dialirkan menuju after condenser dan terjadi proses kondensasi. Setelah itu
NCG akan dibuang ke lingkungan melalui cooling tower. Sedangkan kondensat
dialirkan menuju main condenser.

16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
GES dan NCG

4.2 Landasan Teori


3.1.1 Steam Jet Ejector
3.1.2 Turbin
3.1.3 Condenser
3.1.4 Non Condensable Gas

4.3 Hasil dan Pembahasan

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai